Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

BENEFISIASI BIJIH BESI LATERIT ASAL PULAU


SEBUKU KALIMANTAN SELATAN DENGAN
PEMANASAN DAN MAGNETIC SEPARATION
Beneficiation of Laterite Iron Ore from Sebuku Island South
Kalimantan through Heating and Magnetic Separation

Agung Raharjo1, Edy Sanwani1

1. Department of Metallurgical Engineering, Faculty of Mining and Petroleum Engineering, InstitutTeknologi


Bandung, Bandung 40132,

ABSTRAK

Konsumsi besi-baja nasional sebesar 12,7 juta ton dimana 8,4 juta ton atau sekitar 66 % di impor. Di sisi
lain Indonesia mempunyai sumber daya alam bijih besi yang melimpah yang didominasi bijih besi laterit,
namun perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kadarnya. Peningkatan kadar bijih besi laterit dapat
dilakukan dengan menggunakan metode pemanasan tanpa menggunakan zat adiktif dan menggunakan
zat adiktif natrium karbonat kemudian proses konsentrasinya menggunakan magnetic separator. Bijih besi
laterit asal Pulau Sebuku Kalimantan Selatan bersifat magnetik kuat dan didominasi oleh senyawa Goethite
(FeOOH), Hematit (Fe2O3), Gibbsite (Al(OH)3) dan sedikit Magnetit (Fe3O4). Bijih besi laterit (raw ore)
mengandung Fe 42,68 % dan setelah pemanasan menjadi 50,86 % Fe. Hasil percobaan pemanasan bijih
besi laterit tanpa penambahan zat adiktif didapatkan kadar konsentrat 51,12 % Fe recovery 96,96 % pada
kondisi percobaan suhu pemanasan 700oC, waktu pemanasan 30 menit, waktu penggerusan menggunakan
Planetary Ballmill 4 menit dan intensitas magnet 0,3 Ampere atau 1500 Gauss. Hasil percobaan pemanasan
bijih besi laterit dengan penambahan zat adiktif natrium karbonat didapatkan kadar konsentrat 53,28 % Fe
recovery 89,34 % pada kondisi percobaan suhu pemanasan 900oC, waktu pemanasan 60 menit, dosis
natrium karbonat 7 %, waktu penggerusan menggunakan Ring Mill 1,5 menit dan intensitas magnet 0,2
Ampere atau 1100 Gauss.

Kata kunci : bijih besi laterit, pemanasan, magnetic separator, natrium karbonat

ABSTRACT

National steel consumption is 12.7 million tons where 8.4 million tons or about 66% are imported. On the
other hand, Indonesia has abundant iron ore resources dominated by laterite iron ore, but research needs to
be done to improve the level. Increased levels of laterite iron ore can be done by using heating method
without using addictive substances and using addictive substances sodium carbonate then the process of
concentration using a magnetic separator. The laterite iron ore from Sebuku Island of South Kalimantan is
strong magnetic and dominated by the Goethite (FeOOH), Hematite (Fe 2O3), Gibbsite (Al(OH)3) and slightly
Magnetite (Fe3O4). The laterite iron ore (raw ore) contains Fe 42.68% and after heating to 50.86 % Fe. The

Naskah masuk : , revisi pertama : , revisi kedua : , revisi terakhir : . 1


Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

experimental results of heating of laterite iron ore without addictive substance were obtained concentrate
51.12% Fe recovery 96.96% in experimental condition of heating temperature 700 oC, heating time 30
minutes, grinding time using Planetary Ballmill 4 minutes and magnetic intensity 0.3 Ampere or 1500 Gauss.
The experiment result of laterite iron ore heating with the addition of sodium carbonate as addictive
substance was obtained concentrate 53.28% Fe recovery 89.34% in experimental condition of heating
temperature 900oC, heating time 60 minutes, sodium carbonate dosage 7%, grinding time using Ring Mill 1.5
minutes and magnetic intensity 0.2 Ampere or 1100 Gauss.

Keywords : laterite iron ore, heating, magnetic separator, sodium carbonate

1. PENDAHULUAN Leaching dengan penambahan natrium


karbonat saat roasting. Guo dkk., (2011)
Kebutuhan baja nasional cenderung menggunakan metode alkali roasting-acid
meningkat tiap tahunnya seiring dengan leaching (ARAL). Penggunaan kombinasi
pertumbuhan ekonomi nasional yang natrium karbonat dan natrium sulfat pada
beranjak naik. Pada tahun 2013 kebutuhan reduction roasting-magnetic separation bijih
baja nasional sebesar 12,7 juta ton dimana nikel laterit dilakukan oleh Li dkk., (2012).
8,4 juta ton atau sekitar 66 % di impor. Di sisi Mayangsari dan Prasetyo (2016) melakukan
lain Indonesia mempunyai sumber daya reduksi selektif bijih limonit menggunakan
alam bijih besi yang melimpah. Menurut zat adiktif CaSO4.
data Pusat Sumber Daya Geologi tahun
2016, sumberdaya bijih besi Indonesia di Reduksi bijih besi laterit menggunakan
dominasi oleh bijih besi laterit dengan biomassa sebagai reduktor juga diselidiki.
sumberdaya sekitar 2.806 juta ton, Wu dkk., (2012) menggunakan biomassa
sedangkan sumberdaya bijih besi primer dan pine sawdust, corn straw, dan rice shell
pasir besi masing-masing adalah 2.079 juta sebagai reduktor. Abd Rashid dkk., (2014)
ton dan 18 juta ton. menggunakan biomassa Oil Palm Empty
Fruit Bunch dan Palm Kernel Shell. Wang
Penelitian tentang bijih besi laterit banyak dkk., (2015) menggunakan pine, corn straw,
dilakukan dengan metode Reduction dan rice chaff.
Roasting-Magnetic Separation. Jang dkk.,
(2014) menggunakan campuran gas CO dan Benefisiasi bijih besi laterit secara fisik juga
CO2 sebagai reduktor dilanjutkan pemisahan diinvestigasi. Metode flotasi kebalikan
magnetik menggunakan Davis Tube Tester menggunakan kolektor amina dilakukan
(DTT). Sharma (2014) menggunakan Suprayogi (2006), Wardhana (2007) dan
batubara sebagai reduktor pada teknik Hermawan (2007). Richmawati (2007)
magnetizing roasting. Zulhan dkk., (2016) melakukan studi konsentrasi bijih besi laterit
menggunakan metode isothermal- menggunakan metode tabling. Benefisiasi
temperature gradient. Metode direct dengan cara kombinasi hydrocyclone dan
reduction-magnetic separation dengan magnetic separator pada bijih besi laterit
penambahan zat adiktif natrium sulfat dilakukan oleh Kawigraha dkk., (2010).
dilakukan oleh Jiang dkk., (2016). Pengaruh tekstur dan mineralogi bijih
goethite terhadap proses benefisiasinya
Limonit sebagai sumber besi juga diteliti diinvestigasi oleh Shobhana dkk., (2017).
dengan metode reduksi dengan
penambahan zat adiktif dan magnetic Penelitian ini menggunakan metode
separation. Jiang dkk., (2010) mereduksi bijih pemanasan tanpa penambahan zat adiktif
limonit dengan penambahan natrium sulfat. dan menggunakan zat adiktif natrium
Li dkk., (2010) menggunakan kombinasi karbonat kemudian proses konsentrasinya
metode Roasting-Water Leaching-Acid menggunakan magnetic separator.

2
Judul dari artikel ... Nama penulis

2. PERCOBAAN dipanaskan tanpa penambahan batubara


pada suhu 900oC selama 60 menit. Briket
Bijih besi laterit pada penelitian ini berasal yang telah dipanaskan kemudian digerus
dari Pulau Sebuku Kalimantan Selatan. Zat menggunakan ring mill dengan variasi waktu
adiktif natrium karbonat yang digunakan penggerusan 0,5; 1, 1,5 dan 2 menit. Sampel
bersifat teknis. Peralatan yang digunakan yang telah digerus kemudian dipisahkan
adalah Mortar, Muffle Furnace Carbolite, menggunakan Magnetic separator Boxmag
Planetary Ballmill, Ring Mill dan Magnetic Rapid dengan variasi intensitas magnet 0,1;
separator Boxmag Rapid. Preparasi bijih 0,2; 0,3 dan 0,4 A. Sampel umpan, konsentrat
dilakukan dengan mengeringkan bijih dan tailing dianalisis menggunakan AAS.
dengan cara diangin-anginkan di udara
terbuka untuk mengurangi kadar air. Bijih Analisis yang dilakukan pada penelitian ini
kemudian disampling menggunakan metode adalah analisis XRD, XRF, Mineragrafi, TG-
cone and quartering. Kemudian bijih besi DTA, SEM-EDS Mapping, PSA dan AAS.
laterit dilakukan penggerusan menggunakan
mortar dan dilakukan pengayakan 3. HASIL DAN DISKUSI
menggunakan ayakan 100#. Bijih besi laterit 3.1 Karakterisasi bijih besi laterit
yang lolos ayakan -100# kemudian 3.1.1 Hasil XRD
dilakukan sampling menggunakan riffle Berdasarkan analisis XRD terlihat bahwa bijih
untuk selanjutnya dilakukan percobaan besi laterit didominasi senyawa Goethite
pemanasan menggunakan muffle furnace (FeOOH), Hematit (Fe2O3), Gibbsite (Al(OH)3)
carbolite. Variabel percobaan pemanasan dan sedikit Magnetit (Fe3O4).
adalah suhu dan waktu pemanasan. Suhu
percobaan yang divariasikan adalah 600,
700, 800 dan 900oC, sedangkan waktu
pemanasan yang divariasikan adalah 30, 60,
90 dan 120 menit. Setelah dipanaskan,
sampel kemudian dilanjutkan penggerusan
menggunakan Planetary Ballmill dengan
variasi waktu penggerusan 0, 2, 4, dan 6
menit. Sampel bijih besi laterit kemudian
dilakukan percobaan pemisahan secara
magnetik menggunakan Magnetic separator Gambar 1. Data hasil XRD sampel bijih besi laterit
Boxmag Rapid dengan variasi 0,1; 0,2; 0,3; (raw ore)
dan 0,4 A. Sampel umpan, konsentrat dan
tailing dianalisis menggunakan AAS. Secara fisik bijih besi laterit berwarna
kemerahan hingga coklat kekuningan dan
Pada percobaan kedua, sampel dilakukan memiliki berat jenis yang rendah. Bijih besi
sampling dengan menggunakan metode laterit berasal dari pelapukan batuan
cone and quartering. Sampel bijih besi laterit ultrabasa yang ditandai dengan adanya
dilakukan penggerusan menggunakan hydroxyl bearing minerals (Upadhyay dkk.,
mortar dan diayak hingga lolos ukuran - 2008). Berdasarkan gambar 1, difraktogram
200#. Sampel bijih besi laterit dipanaskan bijih besi laterit menunjukan bahwa bijih
pada suhu 700oC selama 30 menit, kemudian besi laterit didominasi oleh senyawa
dibuat briket dengan campuran bijih besi Goethite (FeOOH), Hematit (Fe2O3), Gibbsite
laterit yang setelah dipanaskan, zat adiktif (Al(OH)3) dan sedikit Magnetit (Fe3O4).
natrium karbonat, dan kanji sebagai perekat. Kehadiran mineral hydroxyl sebagai akibat
Dosis natrium karbonat yang ditambahkan dari proses laterisasi yang dalam
bervariasi mulai dari 3, 5, 7 dan 10 % dari perjalanannya bijih mengalami peristiwa
total berat briket. Briket kemudian pelarutan secara kimiawi, pengendapan,

3
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

pemindahan tempat, dan rekristalisasi 3.1.3 Analisis Mineragrafi dan Derajat


sehingga menunjukan tekstur yang Liberasi
beragam. Selain itu, bijih besi laterit juga
mempunyai porositas yang besar sehingga Analisis mineragrafi dan derajat liberasi
mineral pengotor seperti alumina, gibbsite, dilakukan pada bijih besi laterit as received
dan kaolinit mengisi pori-pori ini sebagai dengan fraksi ukuran -200# yang dilakukan
pengotor (Nayak 2014). Akibatnya bijih besi pengujian. Hasil analisis mineragrafi dan
laterit mempunyai mineralogi yang derajat liberasi tercantum pada gambar 2.
kompleks dibandingkan dengan bijih besi Secara mineralogi, bijih besi laterit
primer dan pasir besi. mengandung mineral mineral logam
magnetit, hematit dan limonit. Magnetit
3.1.2 Hasil XRF berwarna abu-abu kecoklatan, relief sedang,
isotropik, ditemukan berupa butiran tunggal
Kandungan unsur bijih besi laterit dilakukan dan terikat dengan mineral non-logam dan
dengan analisis X-Ray Fluorosence (XRF). limonit. Hematit berwarna abu-abu terang,
Hasil analisis XRF bijih besi laterit asal Pulau relief rendah, an-isotrofik, ditemukan
Sebuku Kalimantan Selatan tercantum pada sebagai butiran tunggal dan juga terikat
tabel 1. Bijih besi laterit mengandung dengan mineral non-logam. Limonit warna
sejumlah besar unsur Fe dengan prosentase abu-abu keruh, relief rendah, ditemukan
42,68 % diikuti oleh unsur pengotor Al dan sebagai butiran tunggal dan terikat dengan
Si masing-masing adalah 4,72 % dan 1,10 %. mineral non-logam. Mineral non-logam
Sementara itu, unsur ikutan seperti Ti, Mn, diperkirakan adalah mineral hydroxyl yang
Ca, Mg, P, S, Zn, Ni, Cu, V, Cr, Co dan Sc mengandung sejumlah moisture content dan
mempunyai prosentase dibawah 1 % (Das clay yang belum mengalami restruksturisasi
dkk., 2010). Bijih besi laterit mengandung kristal. Mineral hydroxyl akan terdeformasi
sejumlah besar moisture content. Liu dkk., menjadi mineral yang mempunyai struktur
(2013) menyatakan bahwa secara teori bijih kristal dengan cara pemanasan (Liu dkk.,
besi laterit mengandung 10,1 % moisture 2013). Hasil fotomikrograf juga dapat
content yang ditunjukan dengan kehilangan menunjukan derajat liberasi mineral. Hasil
berat akibat pemanasan atau Loss On analisis menunjukan bahwa derajat liberasi
Ignition (LOI). Hasil analisis XRF menunjukan mineral Magnetit (Fe3O4), Hematit (Fe2O3)
bahwa bijih besi laterit yang digunakan pada dan Limonit (FeOOH) adalah masing-masing
penelitian ini mengandung moisture content 70,24 %, 67,79 % dan 69,57 %.
yang relative tinggi, hal ini terlihat dari nilai
LOI yang nilainya sebesar 23,36 %.

Tabel 1. Komposisi kimia bijih besi laterit

Unsur (%) Unsur (%) Unsur (%)


Fe 42,68 P 0,01 Co 0,14
Si 1,10 S 0,12 Sc 0,01
Ti 0,10 Zn 0,02 LOI 23,36
Al 4,72 Ni 0,75
Mn 0,73 Cu 0,02
Ca 0,01 V 0,03
Mg 0,11 Cr 0,98
Gambar 2. Fotomikrograf sayatan poles Bijih Besi
Laterit -200#. Tampak hematit (Hem), magnetit
(Mag) dan limonit (Lim) yang terikat dengan
mineral non-logam (NL).

4
Judul dari artikel ... Nama penulis

3.1.4 SEM-EDS MAPPING mekanisme yang terjadi diperlukan analisis


TG-DTA. Hasil analisis TG-DTA tercantum
Hasil analisis SEM-EDS Mapping tercantum pada gambar 4. Pada suhu 100oC hingga
pada gambar 3. Berdasarkan hasil analisis 200oC terjadi kehilangan berat sekitar 2 %
SEM-EDS Mapping, terlihat bahwa bijih besi yang berkaitan dengan hilangnya adsorbed
laterit didominasi oleh unsur Fe yang water atau free moisture dan disebut sebagai
menyebar secara merata diseluruh bagian proses dehidrasi. Selanjutnya pada suhu
bijih besi laterit, demikian pula pengotornya 200oC hingga 300oC terjadi kehilangan berat
yaitu unsur Al dan Si. Artinya, unsur-unsur sekitar 2 % terkait dengan proses
berharga Fe dan pengotornya Al dan Si dehidroksilasi, yaitu proses hilangnya air
berada pada satu tempat yang sama secara kristal yang diikuti oleh hancurnya struktur
bersamaan walaupun pada ukuran yang hydroxyl dan restruksturisasi struktur
ultrafine. Dari gambar terlihat bahwa pada menjadi struktur yang baru. Pada suhu ini
ukuran 30 µm pun tidak terdapat pemisahan sudah mulai terjadi transformasi mineral
unsur berharga dengan pengotornya, unsur- goethite menjadi hematit walau laju
unsur berharga maupun pengotor sama- transformasinya masih sangat rendah. Pada
sama terdapat dalam satu tempat secara suhu 300-600 oC terjadi kehilangan berat
bersamaan. Pemisahan mineral pengotor sebesar 3 % terkait dengan dekomposisi
dari bijih besi laterit secara fisik sulit struktur hydroxyl (Liu dkk., 2013). Pada suhu
dilakukan karena ukuran butir pengotor 650oC terjadi pelepasan air kristal (Christoffel
yang extra-fine dan hubungan yang 2014).
kompleks antara pengotor dan bijih besi
laterit (Jiang dkk., 2016). Hal inilah yang
menjadi tantangan pengolahan bijih besi
laterit secara fisik.

Gambar 4 Data hasil analisis TG-DTA bijih besi


laterit

3.1.6 Sifat kemagnetan bijih besi laterit

Bijih besi laterit pada umumnya memiliki


sifat kemagnetan lemah sehingga perlu
Gambar 3 Hasil SEM-EDS Mapping bijih besi dilakukan reduksi untuk mengubahnya
laterit (raw ore). (A) Foto SEM, (B) Foto
menjadi hematit, magnetit hingga logam Fe
penyebaran unsur Fe, (C) Foto penyebaran unsur
sehingga dapat dengan mudah dilakukan
Al, (D) Foto penyebaran unsur Si
proses konsentrasi magnetik (Abd Rashid
dkk., 2014). Namun, bijih besi laterit asal
3.1.5 TG-DTA
Pulau Sebuku Kalimantan Selatan memiliki
sifat kemagnetan yang berbeda dengan
Perlakuan panas pada bijih besi laterit tentu
kebanyakan bijih besi laterit lainnya. Bijih
akan sangat mempengaruhi perubahan
besi laterit asal Pulau Sebuku memiliki sifat
berat dan perubahan fasa bijih besi laterit,
kemagnetan yang sangat kuat, hal ini
oleh karena itu untuk mengetahui
terbukti dari hasil percobaan yang dilakukan

5
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

pada kondisi bijih besi laterit tanpa 3.2 Hasil Percobaan pemanasan
pemanasan. Bijih besi laterit digerus hingga
didapatkan ukuran -100#, -200# dan -325#, 3.2.1 Percobaan pemanasan tanpa
kemudian dilakukan proses konsentrasi penambahan zat adiktif
magnetik menggunakan Magnetic Separator
Boxmag Rapid pada intensitas magnet 3.2.1.1 Pengaruh suhu pemanasan
rendah yaitu 1100 Gauss dan 830 Gauss. terhadap perubahan sifat kemagnetan
Hasilnya adalah hampir semua sampel bijih bijih besi laterit, kadar dan persen
besi laterit tanpa pemanasan tertarik medan perolehan
magnet dan hanya sebagian kecil yang tidak
tertarik medan magnet. Hasil lengkapnya Bijih besi laterit asal Pulau Sebuku
adalah sebagai berikut. merupakan bijih besi yang bersifat magnetik
kuat sebagaimana tercantum pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil percobaan pemisahan magnetik Suhu pemanasan sangat mempengaruhi
bijih besi laterit tanpa pemanasan perubahan sifat kemagnetan bijih besi
Ukuran Intensitas Berat Berat Berat
laterit, suhu pemanasan mampu mengubah
Butir Magnet Umpan Konsentrat Tailing
sifat bijih besi laterit yang magnetik kuat
(mesh) (A/Gauss) (wt %) (wt %) (wt %)
menjadi magnetik lemah seiring
-100 0.2 / 1100 100 99,51 0,49
-100 100 99,35 0,65 bertambahnya suhu pemanasan. Semakin
-200 0.1 / 830 100 99,23 0,77 tinggi suhu pemanasan maka sifat
-325 100 98,92 1,08 kemagnetikan bijih besi laterit semakin
lemah dan menjadi paramagnetik (Anwar
Tabel diatas membuktikan bahwa bijih besi dan Zia. 2010). Hal ini terjadi karena ketika
laterit asal Pulau Sebuku bersifat magnetik bijih besi dipanaskan akan mengalami
kuat. Hal ini terjadi karena menurut hasil perubahan keteraturan magnetic dipole yang
analisis XRD bijih besi laterit asal Pulau menyebabkan menurunnya magnetic
Sebuku mengandung mineral hematit dan susceptibility seiring dengan naiknya suhu
sedikit magnetit selain juga mengandung pemanasan, dengan menurunnya magnetic
mineral goethite dan gibbsite. Selain itu, susceptibility maka sifat kemagnetannya
analisis SEM-EDS Mapping memperlihatkan semakin berkurang. Berkurangnya sifat
bahwa unsur Fe menyebar secara merata kemagnetan akan menurunkan recovery
diseluruh bagian bijih besi laterit dalam dengan semakin meningkatnya suhu
ukuran yang sangat kecil yang diikuti juga pemanasan. Berkurangnya sifat kemagnetan
oleh unsur-unsur pengotor seperti Al dan Si. bijih besi karena suhu pemanasan
Unsur-unsur berharga dan pengotor berada disebabkan Curie Temperature. Curie
pada seluruh bagian bijih secara bersamaan Temperature adalah suhu kritis dimana pada
dalam ukuran sangat halus, oleh karenanya suhu tertentu bijih besi akan mengalami
walaupun ukuran bijih besi laterit diperkecil perubahan drastis sifat kemagnetan dari
hingga -325# tidak mampu membebaskan ferromagnetic menjadi paramagnetic. Curie
mineral berharga dari mineral pengotornya. Temperature bijih besi adalah 1043 K atau
Selain itu, menurut Nayak dkk., (2014) bahwa 770oC (Velasco dan Roman, 2007).
bijih besi laterit memiliki porositas yang Berdasarkan hasil percobaan variasi suhu
besar sehingga mineral-mineral pengotor pemanasan, kadar konsentrat terbaik adalah
gibbsite dan kaolinit mengisi pori-pori ini. 51,18 % Fe dengan recovery 75,80 %
Inilah beberapa penyebab bijih besi laterit didapatkan pada kondisi suhu pemanasan
sulit dipisahkan dengan pengotor walaupun 700oC. Pada suhu ini bijih besi laterit belum
ukuran partikelnya sudah diperkecil hingga - mancapai Curie Temperature sehingga sifat
325#. kemagnetannya belum hilang terlalu banyak.
Pada percobaan ini didapatkan suhu
pemanasan optimum yaitu suhu 700oC,

6
Judul dari artikel ... Nama penulis

sehingga pada percobaan berikutnya akan 3.2.1.3 Pengaruh waktu penggerusan


dilakukan menggunakan suhu ini. dengan Planetary Ballmill terhadap kadar
dan persen perolehan

Berdasarkan gambar 7 dapat disimpulkan


bahwa kadar dan persen perolehan
optimum terdapat pada waktu penggerusan
4 menit dengan kadar konsentrat 53,39 % Fe
recovery 92,07 %. Pengaruh waktu
penggerusan sangat terlihat baik pada grafik
kadar maupun grafik recovery, semakin lama
Gambar 5 Grafik hubungan antara suhu
waktu grinding semakin naik grafiknya baik
pemanasan terhadap kadar dan recovery grafik kadar maupun grafik recovery hingga
waktu penggerusan mencapai 4 menit,
setelah itu grafik recovery hanya mengalami
3.2.1.2 Pengaruh waktu pemanasan
kenaikan sedikit sedangkan grafik kadar
terhadap kadar dan persen perolehan
mengalami penurunan kadar sedikit. Waktu
penggerusan berhubungan erat dengan
Waktu pemanasan juga mempengaruhi
ukuran partikel bijih, semakin lama waktu
recovery bijih besi laterit, semakin lama
penggerusan semakin kecil ukuran bijih,
waktu pemanasan maka recovery semakin
semakin kecil ukuran bijih maka clay dan
turun. Hal ini tentu ada hubungannya
kuarsa yang menyelimuti bijih besi laterit
dengan suhu pemanasan dimana semakin
akan hancur sehingga mineral hematit
tinggi suhu pemanasan semakin rendah
terekspos dan meningkatkan kadar dan
recovery-nya. Kombinasi keduanya akan
persen perolehan (Jang dkk., 2014).
menghasilkan recovery yang rendah,
semakin tinggi suhu pemanasan dan
Peningkatan kadar pada percobaan ini
semakin lama waktu pemanasan maka akan
mampu menaikan kadar dari 50,76 % Fe di
menghasilkan recovery paling rendah. Persen
umpan menjadi 53,39 % Fe di konsentrat
perolehan tertinggi didapatkan pada waktu
pada kondisi waktu penggerusan optimum 4
pemanasan optimum 30 menit dengan
menit. Sampel hasil penggerusan 4 menit
kadar konsentrat 52,12 % Fe recovery 88,38
dilakukan analisis distribusi ukuran
%.
menggunakan Particle Size Analyzer (PSA)
untuk mengetahui ukuran partikelnya, hasil
penggerusan 4 menit mempunyai ukuran
partikel D90 143,8 µm. Pada ukuran ini belum
mampu membebaskan mineral berharga
dari pengotornya karena memang bijih besi
laterit memiliki penyebaran unsur yang
merata diseluruh bagian bijih dalam ukuran
yang sangat halus.

Gambar 6 Grafik hubungan antara waktu


pemanasan terhadap kadar dan recovery

7
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

3.2.1.4 Pengaruh Intensitas Magnet


terhadap kadar dan persen perolehan

Hasil peningkatan kadar Fe terbaik adalah


pada intensitas magnet 0,3 Ampere atau
1500 Gauss dengan kadar konsentrat 51,12
% Fe dengan recovery 96,96 %. Pengaruh
intensitas magnet sangat terlihat pada
recovery, pada intensitas magnet 0,1 A atau
Gambar 7 Grafik hubungan antara waktu grinding 830 Gauss menghasilkan recovery yang
dengan Planetary Ballmill terhadap kadar dan sangat rendah yaitu 14,36 %. Semakin tinggi
persen perolehan
intensitas magnet maka semakin tinggi pula
recovery-nya hingga didapatkan intensitas
Pengaruh ukuran partikel pada biijh besi magnet optimum pada 0,3 Ampere atau
laterit sangat berbeda dengan bijih besi 1500 Gauss.
primer terhadap derajat liberasi dan
peningkatan kadar. Pada bijih besi primer,
ukuran partikel semakin kecil maka mineral
berharga terliberasi dari mineral
pengotornya sehingga ketika dipisahkan
dapat meningkatkan kadar dengan
signifikan. Adapun perbedaan pengaruh
ukuran partikel terhadap derajat liberasi dan
peningkatan kadar pada bijih besi laterit dan
bijih besi primer diilustrasikan pada gambar
Gambar 9 Grafik hubungan antara Intensitas
8.
Magnet terhadap kadar dan recovery

3.2.1.5 Perubahan fasa pada bijih besi


laterit selama pemanasan

Perlakuan panas pada bijih besi laterit


tentunya akan mengubah komposisi dan
fasa-fasa mineral bijih besi laterit. Bijih besi
Gambar 8 Perbedaan pengaruh ukuran partikel
laterit dipanaskan akan mengalami dehidrasi
terhadap derajat liberasi pada bijih besi primer
dan dehidroksilasi yang akan mengubah
(Gambar A) dan bijih besi laterit (Gambar B)
mineral-mineral hydroxyl sehingga akan
terbentuk fasa mineral yang baru. Perubahan
Pada gambar A terlihat jelas bahwa semakin
fasa mineral bijih besi laterit sebelum dan
kecil ukuran partikel maka akan semakin
setelah pemanasan pada berbagai suhu
baik derajat liberasinya sehingga
tercantum pada gambar 10.
memudahkan untuk memisahkan mineral
berharga dari pengotornya secara fisik.
Sedangkan pada gambar B terlihat bahwa
mineral berharga dan mineral pengotor
menyebar secara merata pada seluruh
bagian bijih sehingga ketika dilakukan
reduksi ukuran maka mineral berharga dan
mineral pengotornya akan tetap bersama-
sama.

8
Judul dari artikel ... Nama penulis

diperlukan untuk mengetahui perubahan


penyebaran unsur berharga dan unsur
pengotornya baik pada konsentrat dan
tailing. Adapun hasil SEM-EDS Mapping
adalah seperti tercantum pada gambar 11
dan 12.

Gambar 10 Hasil XRD bijih besi laterit sebelum


dan sesudah perlakuan panas (G=Goethite,
H=Hematit, M=Magnetit, Gi=Gibbsite,
T=Trevorite)

Bijih besi laterit (raw ore) didominasi mineral


goethite, hematit dan sedikit mineral gibbsite
dan magnetit. Saat dipanaskan pada suhu
600oC terjadi perubahan fasa bijih besi laterit
(raw ore), peak gibbsite menghilang karena
mengalami dehidrasi dan dehidroksilasi
mineral hydroxyl, peak goethite mengalami Gambar 11 Hasil SEM-EDS Mapping konsentrat
transformasi menjadi hematit, dan mineral pemanasan tanpa zat adiktif
magnetit mengalami oksidasi sehingga
terbentuk hematit. Transformasi mineral-
mineral hydroxyl terjadi mulai suhu 250oC
dengan laju transformasi yang lambat dan
proses dekomposisi dan restrukturisasi
struktur hydroxyl terjadi pada suhu 310-1000
o
C (Liu dkk., 2013), sehingga pada suhu 600
o
C telah terjadi transformasi sempurna
semua mineral hydroxyl. Selain itu, pada
suhu 600 oC juga muncul peak baru yaitu
Trevorite (NiFe2O4). Pada suhu yang lebih
tinggi, yaitu suhu 700 oC tidak terjadi
perubahan fasa baru hingga suhu 900oC,
yang terjadi hanya peningkatan intensitas
Gambar 12 Hasil SEM-EDS Mapping tailing
dikarenakan peningkatan ukuran kristal fasa
pemanasan tanpa zat adiktif
hematit.
Pada gambar 11, konsentrat setelah
3.2.1.6 Hasil analisis SEM-EDS Mapping pemanasan masih didominasi unsur Fe yang
konsentrat dan tailing menyebar diseluruh bagian tubuh bijih,
sedangkan unsur pengotor Al dan Si terlihat
Hasil percobaan optimum pemanasan bijih menyebar hampir diseluruh bagian tubuh
besi laterit tanpa penambahan zat adiktif bijih kecuali pada beberapa bagian konten
didapatkan kadar konsentrat 51,12 % Fe Al dan Si terlihat lebih sedikit dibandingkan
dengan recovery 96,96 % pada kondisi pada bagian lainnya.
percobaan suhu pemanasan 700oC, waktu
pemanasan 30 menit, waktu penggerusan 4 Pada gambar 12 terlihat penyebaran unsur
menit dan intensitas magnet 0,3 Ampere Fe dan unsur pengotor Al dan Si pada tailing
atau 1500 Gauss. Analisis SEM-EDS Mapping bijih besi laterit setelah pemanasan tanpa

9
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

penambahan zat adiktif. Tailing masih unsur berharga dan pengotornya masih
didominasi unsur Fe yang menyebar menyebar secara merata dan berada dalam
diseluruh bagian tubuh bijih, sedangkan satu kesatuan secara bersamaan. Sementara
unsur pengotor Al dan Si terlihat menyebar itu, proses pemanasan mampu mengubah
secara merata pada seluruh bagian. fasa mineral hydroxyl dan menghilangkan
moisture content sehingga akan
3.2.1.7 Perbandingan hasil analisis XRD meningkatkan kadar tiap-tiap unsur jika
pada umpan, konsentrat dan tailing dibandingkan dengan kadar di raw ore.

Umpan, konsentrat dan tailing dilakukan Tabel 3 Kandungan konsentrat pemanasan tanpa
analisis XRD. Terlihat pada gambar 13 bahwa penambahan zat adiktif
tidak ada perubahan signifikan fasa mineral Unsur (%) Unsur (%)
di umpan, konsentrat dan tailing. Hal ini Fe 54,27 K 0,05
Si 1,46 S 0,34
menjelaskan bahwa tailing juga masih
Ti 0,14 Zn 0,05
mengandung sejumlah mineral hematit,
Al 6,46 Ni 0,99
artinya mineral hematit di tailing mempunyai
Mn 1,00 Cu 0,02
magnetic susceptibility yang lebih kecil
Ca 0,02 V 0,05
dibandingkan dengan mineral hematit di Mg 0,16 Cr 1,78
konsentrat, tetapi konten Fe di konsentrat Co 0,16
dan tailing hampir sama. Pemisahan mineral
magnetik kuat dan magnetik lemah pada Tabel 4 Kandungan tailing pemanasan tanpa
percobaan ini lebih disebabkan karena penambahan zat adiktif
adanya perbedaan magnetic susceptibility Unsur (%) Unsur (%)
mineral hematit sebagai akibat dari Fe 55,32 K 0,05
pemanasan. Pemanasan berpengaruh pada Si 1,44 S 0,32
perubahan magnetic susceptibility mineral Ti 0,14 Zn 0,05
hematit tapi tidak berpengaruh pada Al 6,14 Ni 1,01
kandungan Fe-nya. Mn 0,94 Cu 0,03
Ca 0,01 V 0,05
Mg 0,15 Cr 1,31
Co 0,17 P 0,02

3.2.2 Hasil percobaan pemanasan dengan


penambahan zat adiktif Natrium
Karbonat

3.2.2.1 Pengaruh dosis Natrium Karbonat


Gambar 13 Perbandingan hasil XRD di umpan, terhadap kadar dan persen perolehan
konsentrat dan tailing
Penambahan zat adiktif mempunyai
3.2.1.8 Perbandingan hasil analisis XRF pengaruh terhadap sifat kemagnetan, kadar
pada konsentrat dan tailing dan persen perolehan. Dosis natrium
karbonat yang berlebihan akan membuat
Hasil perbandingan tercantum pada tabel 3 sifat kemagnetan bijih semakin tinggi
dan 4. Perbandingan tabel ini sehingga sulit dipisahkan secara magnetik,
memperlihatkan bahwa kandungan unsur oleh karenanya diperlukan percobaan
pada konsentrat dan tailing mempunyai dengan variasi dosis natrium karbonat.
prosentase yang hampir mirip, baik unsur Adapun hasil percobaan adalah seperti
berharga maupun unsur pengotornya. Hal tercantum pada gambar 14.
ini terjadi karena setelah pemanasan unsur-

10
Judul dari artikel ... Nama penulis

penurunan recovery-nya. Sampel hasil


penggerusan 1,5 menit dilakukan analisis
distribusi ukuran menggunakan Particle Size
Analyzer (PSA) untuk mengetahui ukuran
partikelnya. Hasil penggerusan 1,5 menit
mempunyai ukuran partikel D90 17,83 µm.
Pada ukuran butir yang sangat kecil ini
menyebabkan sampel mengalami
penggumpalan yang menyebabkan tidak
Gambar 14 Grafik hubungan dosis natrium terpisahnya mineral magnetik dan mineral
karbonat terhadap kadar dan recovery
non magnetik hasil pemanasan dengan
penambahan zat adiktif natrium karbonat,
Pada gambar 14 terlihat jelas bahwa dosis
sehingga semakin lama waktu penggerusan
natrium karbonat optimum adalah 7 %
akan menghasilkan kenaikan recovery yang
dengan kadar konsentrat 51,61 % Fe dengan
tidak diikuti dengan peningkatan kadar.
recovery 99,51 %. Pengaruh penambahan
natrium karbonat terhadap recovery sangat
signifikan, semakin besar dosisnya maka
recovery semakin naik hingga pada titik
tertentu akan recovery mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena ketika
natrium karbonat ditambahkan maka
pertama akan bereaksi dengan alumina dan
silika membentuk sodium aluminate dan
sodium silicate selama pemanasan, ketika Gambar 15 Grafik hubungan waktu penggerusan
jumlah natrium karbonat masih berlebih terhadap kadar dan recovery
maka akan bereaksi dengan hematit
membentuk sodium ferrite yang bersifat
3.2.2.3 Pengaruh intensitas magnet
magnetik. Dapat disimpulkan bahwa
terhadap kadar dan persen perolehan
semakin banyak jumlah natrium karbonat
yang ditambahkan maka akan semakin
Berdasarkan pada gambar 16 terlihat bahwa
banyak terbentuk sodium ferrite yang
intensitas magnet optimum adalah pada
bersifat magnetik sehingga recovery-nya
intensitas magnet 0,2 Ampere atau 1100
naik dan kadar di konsentrat turun (Li dkk.,
Gauss dengan kadar konsentrat 53,28 %
2010).
recovery 89,34 %. Pengaruh intensitas
magnet terhadap recovery sangat signifikan,
3.2.2.2 Pengaruh waktu penggerusan dimana semakin besar intensitas magnet
dengan Ring Mill terhadap kadar dan maka semakin tinggi recovery-nya. Namun
persen perolehan hal ini berbanding terbalik dengan
peningkatan kadar dimana semakin besar
Berdasarkan gambar 15 dapat disimpulkan intensitas magnet maka kadarnya semakin
bahwa kadar dan persen perolehan mengalami penurunan, hal ini karena pada
optimum terdapat pada waktu penggerusan intensitas magnet yang besar
1.5 menit dengan kadar konsentrat 52,36 % mengakibatkan mineral-mineral pengotor
Fe dengan recovery 92,16 %. yang memiliki sifat kemagnetan lemah juga
tertarik menjadi konsentrat. Selain itu, faktor
Pengaruh waktu penggerusan terhadap umpan yang menggumpal karena ukuran
recovery adalah semakin lama waktu partikel yang sangat halus juga menjadi
penggerusan semakin naik recovery-nya penyebab lain kadar dikonsentrat tidak
hingga pada titik tertentu mengalami mengalami kenaikan signifikan.

11
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

natrium karbonat pada proses pemanasan


akan merubah peak amorf menjadi peak
mineral yang mempunyai kristal, selain itu
mampu meningkatkan intensitas peak
mineral yang berkaitan dengan peningkatan
ukuran kristal. Fasa mineral baru yang
terbentuk adalah hematit dan trevorite
(NiFe2O4) baik di umpan, konsentrat maupun
tailing.

Gambar 16 Grafik hubungan intensitas magnet 3.2.2.5 Hasil analisis SEM-EDS Mapping
terhadap kadar dan recovery konsentrat dan tailing

3.2.2.4 Perubahan fasa pada bijih besi Hasil percobaan optimum pemanasan bijih
laterit selama pemanasan dengan besi laterit dengan penambahan zat adiktif
penambahan zat adiktif Natrium natrium karbonat didapatkan kadar
Karbonat konsentrat 53,28 % Fe dengan recovery
89,34 % pada kondisi percobaan suhu
Pemanasan bijih besi laterit dengan pemanasan 900oC, waktu pemanasan 60
penambahan zat adiktif Natrium Karbonat menit, dosis natrium karbonat 7 %, waktu
berpengaruh pada perubahan komposisi penggerusan 1,5 menit dan intensitas
dan fasa-fasa mineral bijih besi laterit. magnet 0,2 Ampere atau 1100 Gauss.
Pemanasan berpengaruh pada perubahan Konsentrat dan tailing akhir dilakukan
fasa mineral hydroxyl dan terbentuknya fasa analisis SEM-EDS Mapping untuk
mineral baru. Perubahan fasa mineral bijih mengetahui perubahan penyebaran unsur
besi laterit sebelum dan setelah pemanasan berharga dan pengotor. Adapun hasil SEM-
dengan penambahan zat adiktif Natrium EDS Mapping adalah seperti tercantum pada
Karbonat tercantum pada gambar 17. gambar 18 dan 19.

Gambar 17 Hasil XRD bijih besi laterit sebelum


dan sesudah pemanasan dengan penambahan
zat adiktif Natrium Karbonat (G=Goethite,
H=Hematit, M=Magnetit, Gi=Gibbsite,
T=Trevorite)
Gambar 18 Hasil SEM-EDS Mapping konsentrat
Bijih besi laterit sebelum pemanasan (raw pemanasan dengan penambahan zat adiktif
Natrium Karbonat
ore) didominasi goethite, hematit, gibbsite
dan sedikit magnetit. Pemanasan akan
mengubah mineral hydroxyl seperti goethite
dan gibbsite menjadi hematit dan alumina,
sedangkan mineral magnetit teroksidasi
menjadi hematit. Penambahan zat adiktif

12
Judul dari artikel ... Nama penulis

3.2.2.6 Perbandingan hasil analisis XRF


pada konsentrat dan tailing akhir
pemanasan dengan penambahan zat
adiktif Natrium Karbonat

Pada tabel 5 dan 6 terlihat bahwa di


konsentrat unsur Al dan Si lebih sedikit
jumlahnya dibandingkan dengan di tailing,
hal ini membuktikan bahwa dengan
penambahan zat adiktif natrium karbonat
mampu mengurangi konten alumina dan
silika. Kandungan konsentrat akhir adalah Fe
55,60 %, Al 4,53 %, Si 0,84 %, sedangkan
Gambar 19 Hasil SEM-EDS Mapping tailing
kandungan tailing akhir adalah Fe 52,59 %,
pemanasan dengan penambahan zat adiktif
Natrium Karbonat
Al 6,24 %, Si 1,36 %.

Pada gambar 18 terlihat bahwa pada Tabel 5. Komposisi kimia konsentrat pemanasan
dengan penambahan Natrium
konsentrat akhir unsur Fe masih menyebar
Karbonat
secara merata diseluruh bagian bijih,
Unsur (%) Unsur (%) Unsur (%)
sedangkan pada unsur Al dan Si terlihat Fe 55,61 K 0,06 Na 3,03
adanya beberapa bagian yang tidak terdapat Si 0,84 S 0,14 Co 0,19
unsur Al dan Si. Jika dibandingkan dengan Ti 0,13 Zn 0,06 P 0,02
hasil SEM-EDS Mapping pada konsentrat Al 4,53 Ni 1,22
hasil pemanasan tanpa penambahan zat Mn 1,05 Cu 0,04
adiktif natrium karbonat, unsur Al dan Si Ca 0,02 V 0,03
masih menyebar secara merata di semua Mg 0,09 Cr 1,23
bagian bijih, sedangkan pada konsentrat
hasil pemanasan dengan natrium karbonat Tabel 6. Komposisi kimia tailing pemanasan
terlihat beberapa bagian tidak terdapat dengan penambahan Natrium
unsur Al dan Si. Hal ini terjadi karena zat Karbonat
Unsur (%) Unsur (%) Unsur (%)
adiktif natrium karbonat mampu bereaksi
Fe 52,59 K 0,05 Na 3,02
dengan alumina dan silika membentuk
Si 1,36 S 0,25 Co 0,15
sodium aluminate dan sodium silicate yang
Ti 0,14 Zn 0,04 P 0,02
bersifat magnetik lemah (Zhu dkk., 2012)
Al 6,23 Ni 0,99
sehingga terbawa kedalam tailing. Hal ini Mn 0,96 Cu 0,01
tentunya akan mengurangi konten alumina Ca 0,02 V 0,04
dan silika di konsentrat. Mg 0,11 Cr 1,33

Pada gambar 19 terlihat bahwa pada tailing


4. KESIMPULAN
akhir masih terdapat unsur Fe yang masih
menyebar merata yang diikuti oleh unsur-
Bijih besi laterit asal Pulau Sebuku
unsur pengotor Al dan Si. Penyebaran unsur-
Kalimantan Selatan bersifat magnetik kuat.
unsur pengotor Al dan Si di tailing terlihat Bijih besi laterit didominasi oleh senyawa
lebih merata bila dibandingkan dengan di Goethite (FeOOH), Hematit (Fe2O3), Gibbsite
konsentrat.
(Al(OH)3) dan sedikit Magnetit (Fe3O4).
Pemanasan berpengaruh pada perubahan
sifat bijih besi laterit yang magnetik kuat
menjadi magnetik lemah seiring
bertambahnya suhu pemanasan serta

13
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume x, Nomor x, Bulan 20xx : x - xx

meningkatkan kadar Fe menjadi 50,86 %. Das SK, Das B, Sakthivel R, dan Mishra BK. (2010).
Hasil percobaan optimum pemanasan bijih Mineralogy, Microstructure, and chemical
besi laterit tanpa penambahan zat adiktif composition of goethite in some iron ore
deposits of Orissa, India. Mineral Processing
didapatkan kadar konsentrat 51,12 % Fe
& Extractive Metall. Rev., 31: 97–110
dengan recovery 96,96 % pada kondisi
percobaan suhu pemanasan 700oC, waktu Guo Q, Qu J, Qi T, Wei G, dan Han B.(2011).
pemanasan 30 menit, waktu penggerusan Activation pretreatment of limonitic laterite
menggunakan Planetary Ballmill 4 menit ores by alkali-roasting method using
dan intensitas magnet 0,3 Ampere atau 1500 sodium carbonate. Minerals Engineering 24 :
Gauss. Hasil percobaan optimum pemanasan 825–832
bijih besi laterit dengan penambahan zat
adiktif natrium karbonat didapatkan kadar Hermawan YKD. (2007). Studi peningkatan kadar
besi dari bijih besi laterit asal bukit besi
konsentrat 53,28 % Fe dengan recovery
Kalimantan dengan mengurangi kadar SiO2
89,34 % pada kondisi percobaan suhu
dan Al2O3 menggunakan metode flotasi
pemanasan 900oC, waktu pemanasan 60 kationik kebalikan. Tugas Akhir Program
menit, dosis natrium karbonat 7 %, waktu Studi Teknik Metalurgi FTTM ITB
penggerusan menggunakan Ring Mill 1,5 Jang K, Nunna VRM, Hapugoda S, Nguyen AV,
menit dan intensitas magnet 0,2 Ampere dan Bruckard WJ. (2014). Chemical and
atau 1100 Gauss. mineral transformation of a low grade
goethite ore by dehydroxylation, reduction
roasting and magnetic separation. Minerals
UCAPAN TERIMA KASIH
engineering 60 : 14-22
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Puslitbang tekMIRA yang telah memberikan Jiang T, Liu M, Li G, Sun N, Zeng J, dan Qiu G.
ijin untuk melakukan penelitian dan (2010). Novel process for treatment of high-
penggunaan fasilitas laboratorium. aluminum limonite ore by reduction
roasting with addition of sodium salts. The
DAFTAR PUSTAKA Chinese Journal of Nonferrous Metals Vol.20
No.3
Abd Rashid RZ, Mohd Saleh H, Azhani YN, Ani
Jiang T, Yang L, Li G, Luo J, Zeng J, Peng Z dan Liu
MH, Yunus NA, Akiyama T, dan Purwanto H.
M. (2016). Separation of aluminium and
(2014). Reduction of low grade iron ore
preparation of powdered DRI from lateritic
pellet using palm kernel shell. Renewable
iron ore based on direct reduction process.
Energy 63 (617-623)
The Canadian Journal of Metallurgy and
Materials Science
Abd Rashid RZ, Yunus NA, Mohd Saleh H, Hanafi
AM, Ani MH, Akiyama T dan Purwanto H.
Kawigraha A, Hapid A, dan Sarnety S.(2010).
(2014). Enhancement of Magnetic Properties
Proses Benefisiasi Biiih Besi Laterit. Seminar
of Malaysian Iron Ore by Reduction
nasional metalurgi dan material ke-4
Roasting Using Oil Palm Empty Fruit Bunch.
(SENAMM IV) 2010
ISIJ International, Vol. 54, No. 4, pp. 994–996
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
Anwar MS dan Zia W. (2010). Curie point,
susceptibility, and temperature
Li G, Jiang T, Liu M, Zhou T, Fan X, dan Qiu G.
measurements of rapidly heated
(2010). Beneficiation of high-aluminium-
ferromagnetic wires. Review Of Scientific
content hematite ore by soda ash roasting.
Instruments 81, 124904 (2010)
Mineral Processing & Extractive Metall. Rev.,
31: 150–164
Christoffel D. (2014). Studi karakterisasi bijih besi
laterit pada temperatur 27-1200oC dengan
Li G, Rao M, Jiang T, Shi T, dan Huang Q. (2012).
dan tanpa reduktor batubara. Tugas Akhir
Reduction roasting magnetic separation
Program Studi Teknik Metalurgi FTTM ITB
mechanisms of nickelferous laterite ore in

14
Judul dari artikel ... Nama penulis

presence of sodium salts. The Chinese Wardhana. (2007). Studi peningkatan kadar besi
Journal of Nonferrous Metals Vol.22 No.1 terhadap bijih besi lateritik asal kabupaten
tasikmalaya menggunakan metode flotasi
Liu H, Chen T, Zou X, Qing C, dan Frost RL. (2013). kebalikan. Tugas Akhir Program Studi Teknik
Thermal treatment of natural goethite: Metalurgi FTTM ITB
Thermal transformation and physical
properties. Thermochimica Acta 568 : 115– Wu Y, Li Y, Yang X, Zhang P, dan Bao Z. (2012).
121. The Reduction Mechanism of Biomass
Roasting of Goethite Ores. Advanced
Mayangsari W dan Prasetyo AB. (2016). Proses Materials Research Vols 560-561 pp 441-
reduksi selektif bijih nikel limonit 446
menggunakan zat aditif CaSO4. Metalurgi
(2016) 1: 1-68 Zhu D, Zhun T, Pan J, dan He Z. (2012). Recovery
of Iron From High-Iron Red Mud by
Nayak NP. (2014). Mineralogical Characterization Reduction Roasting With Adding Sodium
of Goethite- Lateritic Ore & its Implication Salt. Journal of iron and and steel research,
on Beneficiation. International journal of international, 19(8): 01-05
engineering sciences & research technology 3
(11) Zulhan Z, Himawan DM, dan Dimyati A. (2016).
Richmawati A. (2007). Studi konsentrasi bijih besi Reduction of Lateritic Iron Ore Briquette
lateritic kadar rendah dengan metode Using Coal Bed Reductant by Isothermal -
tabling. Tugas Akhir Program Studi Teknik Temperature Gradient Method. Proceedings
Metalurgi FTTM ITB of the 1st International Process Metallurgy
Conference (IPMC 2016)
Sharma J, dan Sharma T. (2014). Beneficiation of
low grade iron ore fines by magnetizing
roasting. International journal of engineering
research, science and technology Vol 3 No 2

Shobhana D, Manoj KM., dan Ratnakar S. (2017).


Mineralogy and textural impact on
beneficiation of goethitic ore. International
Journal of Mining Science and Technology 27
: 445–450

Suprayogi DE. (2006). Proses peningkatan kadar


besi dari bijih besi lateritik asal bukit besi
dengan menggunakan metode flotasi
kebalikan. Tugas Akhir Program Studi Teknik
Metalurgi FTTM ITB

Upadhyay RK, Venkatesh AS, dan Roy S. (2009).


Mineralogical Characteristics of Iron Ores in
Joda and Khondbond Areas in Eastern India
with Implications on Beneficiation. Resource
Geology Vol. 60, No. 2: 203–211

Velasco S dan Roman FL. (2007). Determining the


Curie Temperature of Iron
and Nickel. The Physics Teacher Vol. 45

Wang Q, Wu Y, Li Y, dan Yang X. (2015). Biomass


Reduction Roasting-Magnetic Separation of
Low Grade Goethite. Materials Science
Forum Vol 814 pp 235-240

15

Anda mungkin juga menyukai