Anda di halaman 1dari 9

Pengolahan Pasir Besi Pantai Glagah Kulon Progo Menjadi Pig Iron

Muhammad Abduttawwab, Riyan Aditiya, Risdiyana Setiawan

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir- Badan Tenaga Nuklir Nasional


Jl. Babarsari Kotak POB 6101/YKKB, Ngentak, Caturtunggal, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 52281
Email : tawabmuhat882@gmail.com, ryn.aditiya28@gmail.com, risdiyana@batan.go.id
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pengolahan pasir besi dari Pantai Glagah menjadi pig iron. Pada
pengolahan pasir besi menjadi pig iron dilakukan proses magnetic separation dengan dua
metode yaitu pemisahan kering (Dry separation) dan pemisahan basah (Wet separation)
dengan air. Setelahnya dilakukan analisis dengan XRF untuk mengetahui kadar besi tertinggi,
dan didapat kadar besi tertinggi ada pada wet separation (54.408%). Proses selanjutnya
adalah mereduksi Fe dalam pasir besi hasil wet separation dengan menggunakan CaCO3 dan
arang sebagai pereduksi dan difurnace dengan variasi waktu selama 1, 2 dan 3 jam. Setelah
dilakukan proses reduksi didapat hasil kandungan Fe untuk masing masing variasi (1, 2 dan 3
jam) adalah 56.413% ; 58.325% ; 57.587%. Dengan hasil tersebut kadar besi tertinggi ada
pada variasi 2 jam dengan kadar 58.325%. Setelahnya pasir besi dilihat bentuk dan dilakukan
pengamatan pada mikroskop cahaya untuk mengetahui perbedaan secara fisik sebelum dan
sesudah proses maupun pada setiap variasi.Aj
Kata kunci : pig iron, pemisahan, furnace
I. Pendahuluan magnetit (Fe304), hematit (α-Fe2O3)
Pasir besi alam merupakan bahan (Afdal & Niarti, 2013) sebagai mineral
alam yang tersedia sangat melimpah di utama (senyawa dominan) dan
Indonesia. Sebaran mineral pasir besi maghemite (γ-Fe2O3), silika (SiO2),
alam di Indonesia sangatlah luas, alumina (Al2O3), rutil (TiO2) (Ibrahim,
tersebar di sepanjang tepian Samudra et al, 2012), dan ilmitite (FeTiO3) (Jalil,
Hindia, dari Provinsi Aceh sampai ke et al, 2014) sebagai senyawa minor.
pulau Lombok (Ratman, 1988), seperti Perbedaan kadar kandungan mineral
pada Pantai Barat Sumatera, Pantai disebabkan oleh tatanan geologi dan
Selatan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, proses mineralisasi di setiap wilayah.
Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku, Pemisahan secara magnetik terjadi
namun sejauh ini kegiatan eksplorasi karena adanya perbedaan sifat fisik antar
yang berkaitan belum dilakukan dengan mineral magnetik dan mineral
menyeluruh dan sistematis (Rozi & nonmagnetik yang dipengaruhi oleh kuat
Budiman, 2015). arus, sehingga mineral yang magnetik
Pasir besi alam mengandung dan bersifat non magnetik dapat
mineral-mineral magnetik seperti terpisah. Sedangkan mineral semi
magnetik akan berada diantara mineral utama terjadi dalam rentang 700ºC
magnetik dan non magnetik sebagai sampai 1200ºC. Hal ini menjamin
middling. Kedudukan magnet permanen efisien kandungan CO dalam gas, dan
yang tetap pada posisinya, menyebabkan dicapai dengan menggunakan bijih besi
medan magnet selama proses akan ikut yang reaktif tinggi dari ukuran gumpalan
tetap. Proses pemisahan dengan magnet kecil, seperti pelet. Pelet inilah yang
terjadi karena adanya perbedaan sifat dileburkan di dalam furnace hingga
magnetis dari mineral. Dimana mineral menghasilkan sponge iron pada suhu
yang bersifat ferromagnetik akan tertarik 1200ºC. Kemudian, menurut
ke daerah medan magnetnya paling Rosentqvist (1983: 242), setelah
besar (produk C) untuk mineral menghasilkan sponge iron, sponge iron
magnetik, kemudian para magnetik dimasukkan lagi ke dalam tungku pada
(produk D) untuk mineral semi magnetik suhu 1600ºC untuk menghasilkan pig
dan diamagnetik (produk E) untuk iron. Pig iron inilah sudah punya nilai
mineral non magnetik. ekonomis yang jauh lebih tinggi dari
Menurut Rosentqvist (1983: 236) pada harga pasir besi yang dikategorikan
bahwa semua reaksi metalurgis oksida sebagai bahan galian C itu
logam yang direduksi dengan karbon II. Metode
dan karbon monoksida diatur oleh Bahan yang digunakan adalah
keseimbangan kimia dan oleh kinetika CaCO3, arang sebagai pengganti coke
reaksi. Saat ini, iron blast furnace telah dan pasir besi yang diperoleh dari Pantai
dipakai untuk mengolah oksida besi ini Glagah, Kulon Progo. Alat yang
dengan kapasitas smelting yang tinggi digunakan antara lain alat pengayak
dan ekonomis dibandingkan metoda (screening), magnet, baki penampung,
leaching. Prinsip kerja blast furnace gelas ukur, XRF, mikroskop, neraca
adalah diisi dengan bijih besi, kokas, dan analisis, furnace, krus dan peralatan
fluks. Guna fluks adalah untuk membuat gelas. Langkah kerja yang dilakukan
slag dari komposisi yang terpakai, yang adalah sebagai berikut :
biasanya slag ini memakai kapur, 1. Dilakukan screening awal untuk
kadang kala ditambahkan dolomite. memisahkan pasir besi dari pengotor
Reaksi kimia yang terjadi di dalam seperti batu, kayu, daun, plastik, dll.
furnace telah dijelaskan oleh More 2. Pasir yang sudah bersih dari
(1981:243), mulai terjadi pada suhu pengotor kemudian dicuci dengan air
mencapai sekitar 1000ºC, tetapi reaksi lalu dikeringkan dengan oven.
3. Pasir besi diperkaya kandungan Fe adalah merubah senyawa besi oksida
nya menggunakan magnetic menjadi logam Fe dengan menggunakan
separation. Dilakukan variasi reduktor padat berupa CaCO3, arang
metode separasi yaitu wet separation aktif dan pembakaran furnace. Pasir
dan dry separation. besi dipisahkan dari pengotor dan
4. Pasir besi yang sudah diperkaya diperkaya kandungan Fe nya dengan
kandungan Fe nya kemudian dipilih magnetic separation kemudian dianalisis
yang memiliki kandungan besi kandungan mineralnya dengan
paling tinggi, lalu di ayak dengan instrumen XRF. Hasil analisisnya adalah
screen ukuran 120 mesh. Diambil sebagai berikut :
pasir besi ukuran -120 mesh.
Tabel 1. Kadar mineral dalam pasir
5. Pasir besi, arang dan CaCO3
pantai :
ditimbang dengan perbandingan
ketiga bahan tersebut adalah 10 : 5 : Unsur Kadar (%)

1. Bahan-bahan tersebut dimasukkan Al 2.271

dalam krus dengan susunan dari Si 0.502


bawah CaCO3, arang dan pasir besi. Ti 0.492
6. Proses selanjutnya adalah proses Cr 0.042
reduksi untuk menghilangkan Ni 0.027
oksigen pada pasir besi sehingga Co 0.955
diperoleh Fe yang lebih murni. Fe 6.857
Bahan-bahan tersebut dimasukkan Mn 0.002
ke dalam furnace dengan suhu 1000 Mo 0.231
ºC dan dengan variasi waktu, yaitu 1,
2 dan 3 jam.
Tabel 2. Kadar mineral dalam pasir
7. Setiap langkah diatas dilakukan pasir
besi (dry separation) :
besi dianalisa densitas, warna,
mikroskop, ukuran butir dan kadar Unsur Kadar (%)

Fe nya. Al 1.539
III.Hasil dan Pembahasan Si 0.205
Ti 6.084
Proses pengolahan pasir besi
Cr 0.214
menjadi pig iron (besi kasar) memiliki
Ni 0.035
prinsip reduksi oksida. Teknik reduksi
Co 7.253 Berdasarkan hasil uji XRF pada
Fe 51.977 tabel 1 kadar Fe pada pasir besi awal
Mn 0.007 memiliki kandungan besi sebesar
Mo 0.133 6.857%, nilai tersebut menunjukkan
pasir tesebut berpotensi untuk dijadikan
sumber tambang pembutan pig iron
Tabel 3. Kadar mineral dalam pasir
dikarenakan rata-rata kandungan besi
besi (wet separation) :
dari pasir di Indonesia sebesar 4.1%
Unsur Kadar (%) untuk di jadikan tambang besi. Hasil
Al 1.466 variasi metode separasi pada kondisi wet
Si 0.188 lebih besar yaitu 54.408% dibandingkan
Ti 6.607 kondisi dry sebesar 51.977%, hal
Cr 0.211 tersebut dikarenakan pada kondisi wet
Ni 0.039 kandungan elektrolit dari campuran
Co 7.830 pasir terlarut dengan air sehingga
Fe 54.408 memiliki nilai pengantar listrik atau
Mn 0.007 drajat kemagnetan lebih besar
Mo 0.134 dibandungkan dry. Nilai tersebut
berdanding lurus dengan nilai densitas
kondisi wet yang lebih besar
Tabel 4. Kadar mineral dalam pasir
dibandingkan kondisi dry. Hasil tersebut
besi non magnetic :
dikarenakan komposisi besi yang
Unsur Kadar (%) memiliki berat molekul lebih besar pada
Al 2,423 kondisi wet sehingga memiliki nilai
Si 0.501 densitas lebih besar dari kondisi dry.
Ti 0.241 Berdasarkan pengamatan mikroskop
Cr 0.040 (Tabel 8) pada kondisi wet memiliki
Ni 0.024 warna butir lebih hitam dan kerapatan
Co 0.528 yang lebih rapat di bandingkan dengan
Fe 4.175 kondisi dry.
Mn 0.002 Proses berikutnya yaitu pengayaan
Mo 0.244 berdasarkan ukuran butir dengan
berpatokan pada proses pengayakan atau
screening dengan ukuran mesh 120 dari bentuk senyawa dan membentuk
hasil separasi dengan metode wet. karbon dioksida yang efektif
Berdasarkan pengamatan visual pasir mengurangi oksida besi membentuk
besi hasil pengayaan memiliki warna butiran butiran besi dimana tiga
hitam merata dan memiliki bobot yang elektron dalam proses dan menjadi
lebih berat. Sedangkan hasil separasi atom-atom besi.
yang tidak mengandung pasir besi tetap Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
dianalisa untuk memastikan pengayaan (700ºC)
berjalan dengan baik dan benar dengan 4. Sementara besi sedang diekstrak,
komponen Fe sebesar 4.175%. fluk batu-gamping bereaksi dengan
unsur pengotor dalam buih besi dan
Proses utama dalam uji coba ini
mencairkannya hingga membentuk
yaitu hasil pengayaan dari metode wet
ampas (slag), yang mencegah unsur
kemudian diektraksi dengan metode
pengotor itu mempengaruhi
reduksi karbon, menurut Resentqvist
pengurangan kuantitas biji besi
(1983: 244250) bahwa proses ekstraksi
secara efektif.
besi dengan menggunakan metode
CaCO3 → CaO + CO2
reduksi karbon dapat dilakukan dalam
CaO + SiO2 → CaSiO3
beberapa tahap sebagai berikut :
Untuk memastikan hasil akhir
1. Karbon bereaksi dengan oksigen reduksi, dilakukan analisis kandungan
yang menghasilkan karbon dioksida mineral dengan instrumen XRF dan
C + O2 → CO2 diperoleh hasil sebagai berikut :
2. Setelah karbon dioksida terbentuk,
Tabel 5. Kadar mineral dalam pasir
karbon dioksida ini bereaksi dengan
besi variasi 1 jam :
karbon berlebih (excess karbon)
yang menghasilkan karbon Unsur Kadar (%)
monoksida, yang memiliki peran Al 1.272
utama untuk mengurangi bahan Si 0.139
reagent di dalam tungku. Ti 6.053
CO2 + C → 2CO + Δ Cr 0.241
3. Karbon monoksida di dalam fumace Ni 0.046
bereaksi dengan hematit Hal ini Co 7.287
terjadi karena karbon monoksida Fe 56.413
bereaksi dengan oksigen dalam
Mn 0.007
Mo 0.138 Co 7.444
Fe 57.587
Mn 0.007
Tabel 6. Kadar mineral dalam pasir
besi variasi 2 jam : Mo 0.125

Unsur Kadar (%)


Selain itu juga dilakukan pengujian
Al 1.185
densitas dan observasi morfologi
Si 0.120 menggunakan mikroskop. Diperolah
Ti 5.426 hasil pengujian sebagai berikut :
Cr 0.246
Ni 0.044
Co 7.657
Fe 58.325
Mn 0.008
Mo 0.124

Tabel 7. Kadar mineral dalam pasir


besi variasi 3 jam :

Unsur Kadar (%)


Al 1.377
Si 0.154
Ti 5.310
Cr 0.232
Ni 0.045
Tabel 8. Hasil analisis densitas, warna, morfologi dan kadar Fe

Proses reduksi pada percobaan ini pasir besi : arang : CaCO3 sebesar
dilakukan variasi waktu pembakaran di 10:5:1. Dan berdasarkan hasil uji coba,
dalam furnace yaitu 1, 2, dan 3 jam waktu paling optimal yaitu 2 jam dimana
dengan suhu 1000 ºC. Dapat dilihat arang dan CaCO3 sudah mereduksi pasir
pada Tabel 8 sampel dengan variasi 1, 2, besi secara optimal. Sedangkan pada jam
3 jam memiliki kadar besi sebesar ke 3 mengalami penurunan kadar Fe dari
56.413% ; 58.325% ; 57.587%, dengan jam ke 2 hal tersebut dapat terjadi
pembakaran 2 jam memiliki kadar Fe dikarenakan sudah melewati reaksi
yang lebih besar dibanding kan ke dua optimum dan sedikit karbon yang
variasi lainnya. Kadar tersebut tersisa.
dikarenakan pada 1 jam pertama CaCO3
Berdasarkan uji XRF tersebut
dan arang belum sepenuhnya mereduksi
diperoleh asumsi bahwa densitas
pasir besi dan reaksi pembentukan
berbanding lurus dengan kadar Fe,
berlangsung lambat dengan komposisi
semakin besar kadar Fe maka semakin 3. Suhu dan lama pemanasan kurang
besar densitas sampel. Dapat dilihat optimal sehingga hasil proses
pada Tabel 1 sampel dengan variasi 1, 2, reduksinya juga kurang optimal.
3 jam memiliki nilai densitas 4. Kadar besi paling tinggi yang
berbanding lurus dengan kadar Fe dihasilkan pada praktikum ini
sebesar sebesar 4.176 ; 5.303 ; 4.578 adalah 58.325%.
g/ml. Asumsi tersebut diperkuat dengan V. Daftar Pustaka
pengamatan morfologi dengan Afdal & Niarti, L. 2013.
mikroskop dimana pada variasi 2 jam Karakterisasi Sifat Magnet dan
memiliki warna lebih hitam Kandungan Mineral Pasir Besi Sungai
dibandingkan dengan yang lain. Batang Kuranji Padang Sumatera Barat,
Jurnal Ilmu Fisika 5(1), pp. 24-30.
Selain terjadi peningkatan kadar Fe,
mineral lain seperti Co dan Ti juga Gaudin A.M, dkk. 1943. “Magnetic
meningkat kadarnya. Hal itu terjadi Seperation of Sulphide Mineral”.
karena kedua unsur tersebut bersifat Technical Publication No. 1549
ferromagnetic sehingga ketika proses A.I.M.E. New York Meeting.
pengayaan dengan magnet, unsur-unsur Hess H.H. 1966. “Notes on
ini ikut terbawa dalam pasir besi. Operation of Frantz Isodynamic
Magnetik Seperator”. Princeton
Dari percobaan tersebut belum yang
University.
diperoleh adalah sponge iron karena pig
Ibrahim, A., Yusuf, I., & Azwar,
iron akan terbetuk ketika prosesnya
2012, Identifikasi Senyawa Logam
dilakukan pada 1200 ºC, sedangkan pada
dalam Pasir Besi di Propinsi Aceh,
praktikum suhu yang digunakan adalah
Majalah Ilmiah BISSOTEK 7(1), pp. 44-
1000 ºC.
51.
IV. Kesimpulan Jalil, Z., Sari, E. N., Ismail, &

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan Handoko, E. 2014. Studi Komposisi

sebagai berikut : Fasa dan Sifat Kemagnetan Pasir Besi


Pesisir Pantai Aceh yang Diseparasi
1. Metode separasi yang paling efektif
dengan Metode Mechanical Milling,
adalah metode wet separation
Indonesian Journal of Applied Physics,
2. Kadar Fe dengan variasi 1, 2, 3 jam
4(1), pp. 110-114.
memiliki kadar besi sebesar
56.413% ; 58.325% 57.587%,
More, J-J. ('1981), Chemical Baja Di Indonesia”, Majalah Metalurgi,
Metallurgy, Butterworths, London and V 28.2.2013, ISSN 0216-3188/ hal 105-
Boston; 120.
Ratman, N. 1988. Peta Geologi
Indonesia Lembar Surabaya: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung, 1988, edisi ke-2.
Rosenqvist, T. (1983), Pinciples of
Extractive Metallurgy, Second Edition,
Mccraw Hill Book Company,
Kogakusha
Rozi, F. & Budiman, A. 2015.
Pengaruh Variasi Temperatur Terhadap
Bentuk Bulir Mineral Magnetik Pasir
Besi, Jurnal Fisika Unand, 4(2), pp. 123-
128.

Sahlam, dkk. “Sintesis Bahan M-


Heksaferit Substitusi Logam Kobalt-
Mangan dengan Metode Kopresipitasi”.
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, Vol.
02, No. 02, hlm 64-68, 2018.
Sufiandi, Deddy. “Konsentrasi
Pasir Besi Titan Dari Pengotornya
Dengan Cara Magnetik”. Majalah
Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-
3188/ hal 15-20.
Vander Voort (1984),
Metallography : Pinciples and Practice,
McGrawHill Book Co, New York &
Toronto.
Zulfiadi Zulhan, “Aspek Teknologi
Dan Ekonomi Pembangunan Pabrik
Pengolahan Bijih Besi Menjadi Produk

Anda mungkin juga menyukai