Fe nya. Al 1.539
III.Hasil dan Pembahasan Si 0.205
Ti 6.084
Proses pengolahan pasir besi
Cr 0.214
menjadi pig iron (besi kasar) memiliki
Ni 0.035
prinsip reduksi oksida. Teknik reduksi
Co 7.253 Berdasarkan hasil uji XRF pada
Fe 51.977 tabel 1 kadar Fe pada pasir besi awal
Mn 0.007 memiliki kandungan besi sebesar
Mo 0.133 6.857%, nilai tersebut menunjukkan
pasir tesebut berpotensi untuk dijadikan
sumber tambang pembutan pig iron
Tabel 3. Kadar mineral dalam pasir
dikarenakan rata-rata kandungan besi
besi (wet separation) :
dari pasir di Indonesia sebesar 4.1%
Unsur Kadar (%) untuk di jadikan tambang besi. Hasil
Al 1.466 variasi metode separasi pada kondisi wet
Si 0.188 lebih besar yaitu 54.408% dibandingkan
Ti 6.607 kondisi dry sebesar 51.977%, hal
Cr 0.211 tersebut dikarenakan pada kondisi wet
Ni 0.039 kandungan elektrolit dari campuran
Co 7.830 pasir terlarut dengan air sehingga
Fe 54.408 memiliki nilai pengantar listrik atau
Mn 0.007 drajat kemagnetan lebih besar
Mo 0.134 dibandungkan dry. Nilai tersebut
berdanding lurus dengan nilai densitas
kondisi wet yang lebih besar
Tabel 4. Kadar mineral dalam pasir
dibandingkan kondisi dry. Hasil tersebut
besi non magnetic :
dikarenakan komposisi besi yang
Unsur Kadar (%) memiliki berat molekul lebih besar pada
Al 2,423 kondisi wet sehingga memiliki nilai
Si 0.501 densitas lebih besar dari kondisi dry.
Ti 0.241 Berdasarkan pengamatan mikroskop
Cr 0.040 (Tabel 8) pada kondisi wet memiliki
Ni 0.024 warna butir lebih hitam dan kerapatan
Co 0.528 yang lebih rapat di bandingkan dengan
Fe 4.175 kondisi dry.
Mn 0.002 Proses berikutnya yaitu pengayaan
Mo 0.244 berdasarkan ukuran butir dengan
berpatokan pada proses pengayakan atau
screening dengan ukuran mesh 120 dari bentuk senyawa dan membentuk
hasil separasi dengan metode wet. karbon dioksida yang efektif
Berdasarkan pengamatan visual pasir mengurangi oksida besi membentuk
besi hasil pengayaan memiliki warna butiran butiran besi dimana tiga
hitam merata dan memiliki bobot yang elektron dalam proses dan menjadi
lebih berat. Sedangkan hasil separasi atom-atom besi.
yang tidak mengandung pasir besi tetap Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
dianalisa untuk memastikan pengayaan (700ºC)
berjalan dengan baik dan benar dengan 4. Sementara besi sedang diekstrak,
komponen Fe sebesar 4.175%. fluk batu-gamping bereaksi dengan
unsur pengotor dalam buih besi dan
Proses utama dalam uji coba ini
mencairkannya hingga membentuk
yaitu hasil pengayaan dari metode wet
ampas (slag), yang mencegah unsur
kemudian diektraksi dengan metode
pengotor itu mempengaruhi
reduksi karbon, menurut Resentqvist
pengurangan kuantitas biji besi
(1983: 244250) bahwa proses ekstraksi
secara efektif.
besi dengan menggunakan metode
CaCO3 → CaO + CO2
reduksi karbon dapat dilakukan dalam
CaO + SiO2 → CaSiO3
beberapa tahap sebagai berikut :
Untuk memastikan hasil akhir
1. Karbon bereaksi dengan oksigen reduksi, dilakukan analisis kandungan
yang menghasilkan karbon dioksida mineral dengan instrumen XRF dan
C + O2 → CO2 diperoleh hasil sebagai berikut :
2. Setelah karbon dioksida terbentuk,
Tabel 5. Kadar mineral dalam pasir
karbon dioksida ini bereaksi dengan
besi variasi 1 jam :
karbon berlebih (excess karbon)
yang menghasilkan karbon Unsur Kadar (%)
monoksida, yang memiliki peran Al 1.272
utama untuk mengurangi bahan Si 0.139
reagent di dalam tungku. Ti 6.053
CO2 + C → 2CO + Δ Cr 0.241
3. Karbon monoksida di dalam fumace Ni 0.046
bereaksi dengan hematit Hal ini Co 7.287
terjadi karena karbon monoksida Fe 56.413
bereaksi dengan oksigen dalam
Mn 0.007
Mo 0.138 Co 7.444
Fe 57.587
Mn 0.007
Tabel 6. Kadar mineral dalam pasir
besi variasi 2 jam : Mo 0.125
Proses reduksi pada percobaan ini pasir besi : arang : CaCO3 sebesar
dilakukan variasi waktu pembakaran di 10:5:1. Dan berdasarkan hasil uji coba,
dalam furnace yaitu 1, 2, dan 3 jam waktu paling optimal yaitu 2 jam dimana
dengan suhu 1000 ºC. Dapat dilihat arang dan CaCO3 sudah mereduksi pasir
pada Tabel 8 sampel dengan variasi 1, 2, besi secara optimal. Sedangkan pada jam
3 jam memiliki kadar besi sebesar ke 3 mengalami penurunan kadar Fe dari
56.413% ; 58.325% ; 57.587%, dengan jam ke 2 hal tersebut dapat terjadi
pembakaran 2 jam memiliki kadar Fe dikarenakan sudah melewati reaksi
yang lebih besar dibanding kan ke dua optimum dan sedikit karbon yang
variasi lainnya. Kadar tersebut tersisa.
dikarenakan pada 1 jam pertama CaCO3
Berdasarkan uji XRF tersebut
dan arang belum sepenuhnya mereduksi
diperoleh asumsi bahwa densitas
pasir besi dan reaksi pembentukan
berbanding lurus dengan kadar Fe,
berlangsung lambat dengan komposisi
semakin besar kadar Fe maka semakin 3. Suhu dan lama pemanasan kurang
besar densitas sampel. Dapat dilihat optimal sehingga hasil proses
pada Tabel 1 sampel dengan variasi 1, 2, reduksinya juga kurang optimal.
3 jam memiliki nilai densitas 4. Kadar besi paling tinggi yang
berbanding lurus dengan kadar Fe dihasilkan pada praktikum ini
sebesar sebesar 4.176 ; 5.303 ; 4.578 adalah 58.325%.
g/ml. Asumsi tersebut diperkuat dengan V. Daftar Pustaka
pengamatan morfologi dengan Afdal & Niarti, L. 2013.
mikroskop dimana pada variasi 2 jam Karakterisasi Sifat Magnet dan
memiliki warna lebih hitam Kandungan Mineral Pasir Besi Sungai
dibandingkan dengan yang lain. Batang Kuranji Padang Sumatera Barat,
Jurnal Ilmu Fisika 5(1), pp. 24-30.
Selain terjadi peningkatan kadar Fe,
mineral lain seperti Co dan Ti juga Gaudin A.M, dkk. 1943. “Magnetic
meningkat kadarnya. Hal itu terjadi Seperation of Sulphide Mineral”.
karena kedua unsur tersebut bersifat Technical Publication No. 1549
ferromagnetic sehingga ketika proses A.I.M.E. New York Meeting.
pengayaan dengan magnet, unsur-unsur Hess H.H. 1966. “Notes on
ini ikut terbawa dalam pasir besi. Operation of Frantz Isodynamic
Magnetik Seperator”. Princeton
Dari percobaan tersebut belum yang
University.
diperoleh adalah sponge iron karena pig
Ibrahim, A., Yusuf, I., & Azwar,
iron akan terbetuk ketika prosesnya
2012, Identifikasi Senyawa Logam
dilakukan pada 1200 ºC, sedangkan pada
dalam Pasir Besi di Propinsi Aceh,
praktikum suhu yang digunakan adalah
Majalah Ilmiah BISSOTEK 7(1), pp. 44-
1000 ºC.
51.
IV. Kesimpulan Jalil, Z., Sari, E. N., Ismail, &