Anda di halaman 1dari 9

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)

Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

ADSORPSI ZAT WARNA RHODAMIN-B DALAM LARUTAN OLEH


ARANG AKTIF BATANG TANAMAN GUMITIR TERAKTIVASI
ASAM FOSFAT

Emmy Sahara*, Putu Sri Gayatri, Putu Suarya


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali
*Email : emmy_sahara@unud.ac.id

ABSTRAK: Zat warna rhodamin B adalah salah satu zat warna yang terdapat dalam limbah
yang berasal dari industri tekstil/pencelupan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menangani pencemaran lingkungan perairan oleh adanya zat warna ini adalah adsorpsi
dengan arang aktif. Arang aktif yang terbuat dari batang gumitir dan diaktivasi dengan asam
fosfat telah dilaporkan dapat menurunkan kadar Cu dan Pb dalam air limbah pencelupan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas adsorpsi arang aktif yang dibuat dari
batang gumitir teraktivasi asam fosfat (H3PO4) 15% terhadap zat warna rhodamin B.
Optimasi kondisi penyerapan dilakukan dengan menentukan waktu setimbang, isotherm
adsorpsi dan pengaruh pH dalam mengadsorpsi zat warna rhodamin B. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi adsorpsi yang optimum terjadi pada waktu kontak selama 90
menit (jumlah maksimum adsorbat yang teradsorpsi 2,3437 mg/g), pH 3 (jumlah maksimum
yang diserap adsorben 2,2778 mg/g) dengan konsentrasi isotherm adsorpsi sebesar 120 mg/L.
Kapasitas adsorpsi pada kondisi optimum ini adalah 2,6320 mg/g. Proses adsorpsi arang aktif
dari batang gumitir dalam penelitian ini tergolong kemisorpsi dengan energi adsorpsi sebesar
27,7338 kJ/mol (mengapa negatif)dan mengikuti model isotherm adsorpsi tipe Langmuir
dengan nilai koefisien linier (R2) 0,8906.

Kata kunci: adsorben, arang aktif, kapasitas adsorpsi, rhodamin B

ABTRACT: Rhodamine B colorant is one of the dyes present in the waste coming from the
textile/dyeing industry. One way that can be done to handle the pollution of the aquatic
environment by the presence of this dye is adsorption with activated carbon. The phosphoric
acid activated carbon made from marigold stem has been reported to be usefull in decreasing
Cu and Pb from dyeing wastewater. This study aimed to determine the adsorption capacity of
phosphoric acid (15% H3PO4) activated carbon made from marigold stems to rhodamine B
dye. The optimization of absorption conditions was done by determining the equilibrium
time, adsorption isotherm and the effect of pH in adsorpting Rhodamine B. The results
showed that the optimum adsorption conditions occurred at contact time for 90 minutes, in
which the maximum adsorbate adsorped was as much as 2.3437 mg/g, pH 3 with an
adsorption isotherm concentration of 120 mg/L, in which an amount of 2.2778 mg ansorbate
was adsorped by a gram of adsorbent. The adsorption capacity at the optimum conditions was
of 2.6320 mg/g. The adsorption process of the activated carbon in this study was classified as
chemisorpsi with an adsorption energy of 27.4113 kJ/mol and followed the isotherm
adsorption of Langmuir model with the linear coefficient (R 2) of 0.8906.

Keywords: adsorbent, activated carbon, adsorption capacity, rhodamine B

37
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

1. PENDAHULUAN dilaporkan dapat digunakan sebagai


Dewasa ini penggunaan pewarna adsorben rodamin B. Limbah bonggol
sintetik lebih diminati daripada pewarna jagung dapat digunakan sebagai adsorben
alami karena sifat zat warna sintetik lebih karena mengandung selulosa dengan gugus
murah, mudah digunakan, daya mewarnai O-H [7]. Arang aktif limbah batang gumitir
kuat, stabil, tahan terhadap lingkungan. yang teraktivasi asam fosfat (H3PO4)
Setelah terkena air, zat ini akan sulit mengandung karbon dengan gugus fungsi O-
terdegradasi dikarenakan zat warna adalah H, C-H alifatik, P=O dan P-OH [5]. Arang
senyawa sintesis yang sifatnya kompleks dan aktif ini mempunyai luas pemukaan, situs
dirancang agar kuat terhadap cahaya, reaksi aktif dan keasaman permukaan berturut-turut
kimia dan biologi. Hal ini membuat 36,4505m2/g; 37,1292x1020 molekul/gram;
konsentrasi limbah zat warna tinggi susah 6,1656 ± 0,0235 mmol/gram.Arang hasil
untuk dihilangkan. Salah satu zat warna yang aktivasi ini memiliki kondisi lebih baik
sering digunakan yaitu zat warna rhodamin apabila dibandingkan dengan arang yang
B. Masuknya rhodamin B berlebihan ke belum diaktivasi dengan luas pemukaan,
lingkungan akan mengubah pH perairan situs aktif dan keasaman permukaan
sehingga mikrooganisme dan hewan yang berturut-turut 28,2206 m2/g; 29,9920x1020
berada di lingkungan periran akan terganggu molekul/gram; 4,9804±0,0461 mmol/gram
[1]. Dalam tubuh manusia akumulasi zat [8]. Dengan demikian, arang aktif batang
warna ini akan menimbulkan dampak serius gumitir berpotensi untuk digunakan sebagai
seperti keracunan, kanker hati, iritasi saluran adsorben zat warna rhodamin B, sehingga
pernafasan, iritasi kulit, serta iritasi saluran dapat mengurangi tingkat pencemaran oleh
pencernaan [2]. zat warna rhodamin B di lingkungan dan
Salah satu cara yang dapat dilakukan mahluk hidup.
dalam menangani pencemaran lingkungan
perairan adalah adsorpsi dengan arang aktif. 2. METODE PENELITIAN
Proses aktivasi arang dilakukan untuk
membersihkan kotoran yang menempel pada 2.1 Bahan Penelitian
pori sehingga diameter pori arang lebih besar Limbah batang tanaman gumitir dari
dan penyerapan yang tejadi lebih besar [3]. Perkebunan Bali Gumitir Mayungan Baturiti
Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang Tabanan, aquades, asam fosfat (H3PO4),
mengandung karbon. Bahan baku yang indikator phenolptalin, larutan buffer pH
digunakan untuk pembuatan arang aktif 4,00 ; 7,00 dan 11,00 serta Rhodamin B.
dapat berasal dari limbah antara lain sekam
padi, bonggol jagung, ampas penggilingan 2.2 Prosedur Penelitian
tebu, sabut kelapa [4]. Arang aktif juga dapat Penyiapan arang aktif dari batang gumitir
dibuat dari limbah batang gumitir. Arang Pembuatan arang aktif mengacu pada
limbah batang gumitir hasil karbonisasi pada pembuatan arang aktif batang gumitir yang
suhu 300 ᴼC selama 90 menit [5], yang telah dikerjakan sebelumnya [8]. Sampel
selanjutnya diaktivasi asam fosfat 15% [6] batang gumitir dicuci dengan air kran, lalu
mempunyai karakteristik yang memenuhi dibilas dengan aquades. Kemudian sampel
standar SNI 06-3730-1995 sebagai arang dipotong kecil dan dijemur hingga kering.
aktif teknis. Sebanyak 600 gram batang gumitir kering
Arang aktif limbah bonggol jagung yang dikarbonisasi dalam tanur pada suhu 300 ᴼC
teraktivasi asam sulfat (H2SO4) telah selama 90 menit. Kemudian tanur

38
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

didinginkan, arang yang terbentuk diayak Ke dalam 3 labu elenmeyer 250 ml


dengan pengayak ukuran 200-100 mesh. masing-masing diisi dengan 1 gram arang
Arang hasil ayakan selanjutnya diaktivasi yang telah diaktivasi. Masing-masing gelas
asam fosfat 15% dengan dimasukkan ke kemudian ditambahkan 25,0 ml larutan
dalam gelas beker sebanyak 100 gram dan Rhodamin B 100 mg/L dengan variasi pH
ditambahkan 250 mL asam fosfat (H3PO4) larutan masing-masing 1, 2, 3, 5, 7, 9 dan 11.
dengan konsentrasi 15%. Campuran Campuran diaduk dengan pengaduk magnet
didiamkan selama 24 jam kemudian disaring selama waktu setimbang pada suhu kamar
dan dibilas dengan aquades hingga kemudian disaring dan filtratnya diukur
didapatkan pH netral. dengan spektrofotometer UV-VIS. pH
optimum adsorben dalam mengadsorpsi
Pembuatan kurva kalibrasi Rhodamin B rhodamin B diketahui dengan membuat
Sebanyak 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mL grafik antara banyaknya rhodamin yang
larutan standar Rhodamin B 1000 mg/L teradsorpsi per gram adsorben dengan variasi
masing-masing dimasukkan kedalam labu pH.
ukur 100 mL dan diencerkan sampai tanda
batas sehingga diperoleh larutan standar Penentuan isoterm dan kapasitas adsorpsi
rhodamin B sebesar 10, 20, 30, dan 40
mg/L. Selanjutnya larutan tersebut diukur Kedalam 6 gelas erlemneyer
menggunakan spektrofotometer UV-VIS. dimasukkan masing-masng 1 gram arang
Pengukuran diawali penentuan panjang aktif batang gumitir yang diaktivasi,
gelombang maksimum Rhodamin dengan kemudian ditambahkan 25 ml zat warna
mengukur adsorbansi larutan Rhodamin B Rhodamin B sesuai pH optimum dengan
konsentrasi 20 mg/L. Panjang gelombang konsentrasi rhodamin B yang bervariasi yaitu
maksimum yang didapat akan digunakan 20, 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 mg/L .
untuk mengukur adsorbansi seri larutan Campuran diaduk selama waktu setimbang
standar Rhodamin B yang sudah disiapkan. pada suhu kamar kemudian disaring dan
Absorbansi yang diperoleh diplot dengan adsorbansi filtratnya diukur dengan
konsentrasi sehingga diperoleh kurva spektrofotometer UV-VIS. Isoterm adsorpsi
kalibrasi dan persamaan garis regresi linier. diketahui dengan membuat grafik antara
banyaknya Rhodamin B yang teradsorpsi per
Penentuan waktu setimbang gram adsorben dengan variasi konsentrasi.
Waktu setimbang penyerapan arang
aktif ditentukan dengan cara sebagai berikut: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 erlenmeyer 250 mL yang diisi 1 g sampel
Pembuatan kurva kalibrasi Rhodamin B
arang aktif batang gumitir dan ditambahkan
25 mL larutan rodamin B 100 mg/L. Pembuatan kurva kalibrasi larutan
Campuran diaduk dengan pengaduk magnet rhodamin B diawali dengan penentuan
selama 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit. panjang gelombang maksimum larutan
Selanjutnya campuran disaring dan filtratnya rhodamin B. Panjang gelombang maksimum
diukur dengan spektrofotometri UV-visibel. ditentukan dengan menggunakan larutan
rhodamin B 20 mg/L. Hasil pembacaan
Penentuan pH optimum adsorbansi terhadap larutan rhodamin B 20
mg/L digambarkan pada grafik dengan

39
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

adsorbansi sebagai sumbu y dan panjang adsorbat sehingga semakin banyak adsorbat
gelombang sebagai sumbu x, sehingga dapat yang terikat dalam pori-pori partikel adsorbat
diketahui panjang gelombang maksimum [10]. Penambahan waktu interaksi tidak
dari puncak yang terbentuk yaitu 553,6 nm. mempengaruhi adsorpsi apabila telah
Panjang gelombang yang telah didapat tercapai keadaan jenuh.
digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi.
Konsentrasi larutan rhodamin B yang
digunakan dalam yaitu 0, 10, 20, 30 dan 40 2,5000
mg/L. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan
2,0000
dengan pengukuran masing-masing larutan

Wm (mg/g)
Rhodamin B dalam panjang gelombang 1,5000
maksimum (Gambar 1). Berdasar kurva di 1,0000 aktivasi
atas diketahui nilai R² sebesar 0,9982. Nilai tanpa aktivasi
0,5000
ini menunjukan hubungan yang linier antara
adsorbansi dan konsentrasi larutan yang 0,0000
diukur. Persamaan regresi linier yang 0 100 200 300
Waktu kontak (menit)
diperoleh adalah y = 0,0151x + 0,0121.
Gambar 2. Penentuan waktu kontak
3.2.Waktu setimbang optimum
Penentuan waktu setimbang bertujuan
untuk mengetahui waktu minimum yang Dari Gambar 2 dapat dilihat adanya
dibutuhkan oleh sejumlah adsorben untuk peningkatan jumlah adsorbat yang
menjerap adsorbat sampai pada keadaan teradsorpsi akibat besarnya interaksi yang
jenuh. Keadaan jenuh tercapai apabila ketika terjadi antara adsorben (teraktivasi dan tanpa
adsorben direaksikan dengan adsorbat, aktivasi) dengan adsorbat.Tetapi setelah
adsorben tidak mampu lagi menyerap menit ke 90 terjadi penurunan jumlah
adsorbat [9]. adsorbat yang teradsorpsi dan konstan pada
waktu interaksi selanjutnya yang akibat
y = 0,0151x + 0,0121 terjadinya kejenuhan pada situs aktif
0,7 R² = 0,9982 adsorben yang digunakan sehingga sehingga
0,6 tidak mampu lagi mengadsorpsi zat warna
0,5
Absorbansi

rhodamin B lagi. Kapasitas adsorpsi terbesar


0,4
pada waktu interaksi 90 menit untuk
0,3
adsorben aktivasi dan tidak aktivasi berturut-
0,2
0,1
turut 2,3437 mg/g dan 1,9868 mg/g.
0
0 20 40 60 3.3. Penentuan pH optimum
[Rhodamin B], mg/L pH merupakan suatu parameter yang
Gambar 1. Kurva kalibrasi Rhodamin B berpengaruh pada proses adsorpsi. Penentuan
pH optimum terhadap kapasitas adsorpsi
Semakin lama waktu interaksi semakin bertujuan untuk mengetahui pH larutan zat
banyak adsorbat yang teradsorpsi karena warna rhodamin B saat proses adsorpsi zat
semakin banyak kesempatan partikel-partikel warna tersebut yang maksimum. pH
adsorben yang bersinggungan dengan merupakan suatu parameter yang
berpengaruh pada proses adsorpsi. Penentuan

40
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

pH optimum terhadap kapasitas adsorpsi Hal ini karena pada kondisi asam
bertujuan untuk mengetahui pH larutan zat (pH<7) ion Cl- yang ada pada rhodamin B
warna rhodamin B saat proses adsorpsi zat terlepas sehingga bermuatan positif.
warna tersebut yang maksimum. Pemberian Sedangkan pada pH basa, pelepasan ion Cl -
perlakuan variasi pH mengubah konsentrasi akan terhambat akibat tertekan oleh ion OH-
ion H+ dan ion OH- dalam larutan. Pada pH dalam larutan sehingga interaksi antara
asam (pH<7) konsentrasi ion H+ lebih besar adsorben dengan rhodamin menjadi kecil
daripada ion OH-, sebaliknya pada pH basa [12].
(pH>7) konsentrasi ion OH- akan lebih besar Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa
daripada H+. Variasi pH yang digunakan kapasitas maksimum adsorpsi rhodamin B
dalam penelitian ini adalah 1, 2, 3, 5, 7, 9, baik oleh arang teraktivasi maupun tanpa
dan 11 dengan lama interaksi sesuai waktu aktivasi paling besar pada kondisi pH 3
setimbang. Hubungan kapasitas adsorpsi dengan kapasitas adsorpsi berturut-turut
arang aktif dalam berbagai variasi pH sebesar 2,2778 mg/g dan 2,0066 mg/g.
terhadap rhodamin B dapat dilihat pada
Gambar 3. 3.4. Isoterm dan kapasitas adsorpsi
Semakin meningkat pH larutan Perubahan konsentrasi adsorbat dalam
rhodamin B yang digunakan maka persentase proses adsorpsi sesuai dengan
penurunan kapasitas adsorpsi akan semakin mekanismenya dapat dipelajari melalui
mengingkat pula hingga tercapai pH penentuan isoterm adsorpsi. Isoterm adsorpsi
optimum pada pH 3-4 dan mengalami yang biasa digunakan adalah isoterm
penurunan kapasitas setelah pH 4 [11]. Dari adsorpsi tipe Langmuir dan
gambar 3 diketahui pada pH 1 sampai 3 Freundlich.Penentuan isoterm adsorpsi
terjadi peningkatan jumlah adsorbat yang dilakukan dengan mengalurkan persamaan
teradsorpsi, akan tetapi terjadi penurunan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich
pada pH 5, pada pH yang lebih tinggi menjadi kurva kesetimbangan garis lurus
kapasitas adsorspsi cenderung konstan dan dimana model kesetimbangan tergantung
pada pH 11 mengalami penurunan kapasitas pada hasil koefisien determinasi (R) yang
adsorpsi. paling tinggi.Penentuan isoterm adsorpsi
bertujuan untuk menentukan banyaknya
2,5000 jumlah ion Rhodamin B yang diadsorpsi oleh
adsorben yang diaktivasi maupun tanpa
2,0000 aktivasi.Tipe isoterm adsorpsi dapat
Wm (mg/g)

1,5000
digunakan untuk mengetahui mekanisme
adsorpsi adsorben terhadap
1,0000 adsorbat.Adsorpsi fase padat cair biasanya
aktivasi mengikuti tipe isoterm adsorpsi Langmuir
0,5000 dan Freundlich, dengan ikatan antara
tanpa aktivasi
0,0000 molekul adsorbat dengan permukaan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 adsorben dapat terjadi secara fisisorpsi dan
pH kemisorpsi.
Gambar 3. Hubungan kapasitas adsorpsi
dalam berbagai variasi pH

41
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

persamaan korelasi yang dapat digunakan


3,0000 dalam menentukan kapasitas adsorpsi,
2,5000 konstanta kesetimbangan dan energi
adsorpsi.Hasil penentuan persamaan isoterm
2,0000 adsorpsi dilihat seperti Tabel 1.
Wm (mg/g)

Tabel 1 menunjukkan bahwa proses


1,5000
adsorpsi arang batang gumitir yang
1,0000 aktivasi teraktivasi asam fosfat dan tanpa aktivasi
tanpa aktivasi cenderung mengikuti pola isoterm adsorpsi
0,5000
Langmuir. Persamaan isoterm adsorpsi
0,0000 Langmuir didasarkan pada terbentuknya
0 100 200 lapisan monolayer dari molekul-molekul
[Rhodamin B], mg/L adsorbat dengan permukaan adsorben yang
bersifat homogen.Ini menandakan bahwa
Gambar 4. Kapasitas adsorpsi arang pori-pori yang terbentuk pada arang batang
terhadap berbagai rhodamin B gumitir bersifat homogen sehingga pada satu
situs aktif permukaan hanya mampu
Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa menyerap satu jenis molekul adsorbat.
terjadi peningkatan jumlah adsorbat yang Kompetisi pada situs aktif adsorben akan
teradsorpsi oleh adsorben aktivasi maupun meningkat seiring dengan semakin
tanpa aktivasi. Peningkatan jumlah yang meningkatnya konsentrasi adsorbat sehinga
teradsorpsi meningkat cukup signifikan dari jumlah adsorbat yang terserap akan
konsentrasi awal 20 – 120 mg/L. Terjadinya mengalami peningkatan pula [14].
peningkatan adsorpsi diakibatkan belum
jenuhnya situs aktif pada permukaan Tabel 1. Nilai Koefisien Determinasi Tipe
adsorben sehingga semakin tinggi konsentasi Adsorpsi Langmuir dan Freundich
zat warna rhodamin B maka akan semakin Tipe Aktivasi Tanpa Aktivasi
banyak molekul zat warna yang teadsorpsi Isoterm
[13]. Pada konsentrasi >120 mg/L terjadi Adsorpsi
penurunan yang tidak signifikan. Penurunan Langmuir y = 181999x + y = 209192x +
3,0702 7,389
jumlah molekul yang teradsorpsi R² = 0,8906 R² = 0,7670
menunjukan permukaan adsorben yang Freundlich y = 0,3704x + y = 0,4158x +
digunakan telah melewati titik jenuh 1,6648 1,3006
sehingga pori-pori pada permukaan adsorben R² = 0,4002 R² = 0,3948
tidak mampu lagi mengikat molekul-molekul
zat warna yang masih tersisa pada larutan. Pada isoterm adsorpsi tipe Langmuir,
Dari Gambar 4 diketahui bahwa konsentrasi proses adsorpsi terjadi dengan mekanisme
maksimum untuk penyerapan zat warna pertukaran ion pada permukaan adsorben
rhodamin B pada konsentrasi 120 mg/L sehingga ukuran pori adsorben dan molekul
dengan kapasitas adsorpsi berturut-turut adsorbat sangat mempengaruhi. Apabila
sebesar 2,4007 mg/g dan 1,9031 mg/g baik ukuran pori adsorben lebih besar dari ukuran
oleh arang batang gumitir yang diaktivasi molekul adsorbat maka proses pertukaran ion
maupun yang tidak diaktivasi. lebih mudah terjadi, tetapi apabila ukuran
Pembuatan kurva isoterm adsorpsi pori adsorben lebih kecil dari ukuran pori
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan maka proses pertukaran ion akan sulit terjadi.

42
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

Pada permukaan adsorben terjadi pertukaran memutuskan ikatan [17]. Energi adsorpsi
ion antara H+ yang ada pada permukaan merupakan energi yang dihasilkan oleh satu
dengan N+ pada rhodamin B. Berdasar pada mol zat warna (adsorbat) pada suatu
kurva isoterm adsorpsi maka diperoleh nilai adsorben. Energi adsorpsi dapat dijadikan
kapasitas adsorpsi optimum dari zat warna acuan dalam menentukan proses adsorpsi
rhodamin B oleh arang batang gumitir yang yang terjadi apakah tergolong fisisorpsi atau
teraktivasi dan tanpa aktivasi berturut-turut kemisorpsi. Penentuan energi adsorpsi
2,6320 mg/g dan 2,2899 mg/g. dengan rumus perubahan energi Gibbs, =
Fenomena ini sejalan dengan penelitian . Hasil penentuan energi adsorpsi,
[15] bahwa pola isoterm adsorpsi arang dari adsorben arang batang gumitir yang
teraktivasi ZnCl2 dalam mengadsorpsi zat teraktivasi dan tidak diaktivasi berturut-turut
warna rhodamin B mengikuti pola isoterm sebesar 27,7338 kJ/mol dan 25,8664 kJ/mol.
adsorpsi Langmuir. [16] juga Energi adsorpsi yang didapat bernilai positif
mengungkapkan hasil sejalan bahwa atau perubahan energi Gibbs negatif. Energi
adsorpsi zat warna rhodamin pada humin adsorpsi rhodamin B dengan arang ini lebih
mengikuti pola isoterm adsorpsi Langmuir. besar dari 20 kJ/mol sehingga berdasarkan
Karbon aktif teraktivasi asam fosfat besarnya energi maka adsorpsi yang terjadi
menunjukkan bahwa terbentuk bilangan dapat digolongkan sebagai kemisorpsi.
gelombang pada rentang 900 - 1200 cm-1 Terjadinya kemisorpsi dikarenakan adanya
dikarenakan adanya penyerapan oleh OH, reaksi pembentukan ikatan kimia antara
CH, C-OH dan CH2 pada unit glikosil dalam adsorben dengan adsorbat yang bersifat
karbon aktif. Karbon aktif yang dihasilkan ireversibel dengan energi yang cukup tinggi
memiliki pola serapan dengan jenis ikatan sehingga ikatannya sulit untuk diputuskan.
OH, C=O, dan C-O [11]. Arang aktif batang
gumitir teraktivasi asam fosfat memiliki
serapan pada 1240,23 dan 1026,13 cm-1 4. SIMPULAN
yang terjadi karena penyerapan gugus P=O
Waktu setimbang adsorpsi rhodamin B
dan P-OH [14]. Adanya ikatan OH, C-O, P-
oleh arang batang gumitir teraktivasi asam
O menunjukkan bahwa karbon aktif yang
fosfat terjadi pada waktu 90 menit pada pH 3
dihasilkan cenderung bersifat lebih polar.
dengan konsentrasi isoterm adsorpsi adalah
Dengan demikian karbon aktif yang
120 mg/L, yang mengikuti pola isoterm
dihasilkan dapat digunakan sebagai adsorben
adsorpsi Langmuir. Kapasitas adsorpsi
zat yang cenderung polar seperti untuk
arang aktif batang gumitir teraktivasi asam
penjernihan air, gula, alkohol atau sebagai
fosfat terhadap zat warna rhodamin B pada
penyerap zat warna rhodamin B.
kondisi optimum yaitu 2,4007 mg/g
Adanya kecenderungan adsorpsi rhodamin B
mengikuti pola isoterm adsorpsi model 5. UCAPAN TERIMA KASIH
Langmuir juga dapat dilihat dari proses
Penulis mengucakan terima kasih kepada
adsorpsi yang dilakukan. Isoterm adsorpsi
dosen pembimbing, staff laboratorium
Langmuir memiliki energi adsorpsi ≥20
bersama FMIPA, staff Laboratorium Jurusan
kJ/mol karena molekul yang teradsorpsi
Kimia dan semua pihak yang membantu
tertahan pada permukaan oleh gaya valensi
hingga terselesainya penelitian ini.
yang kuat dalam membentuk ikatan kimia
sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk

43
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

DAFTAR PUSTAKA Larutan, Cakra Kimia (Indonesian E-


[1] Laksono, E.W., 2009, Kajian Journal of Applied Chemistry), 5 (2):
Penggunaan Adsorben Sebagai 67 – 74
Alternatif Pengolahan Limbah Zat [9] Castellan, G. W., 1982, Physical
Pewarna Tekstil, Universitas Negeri Chemistry, Third Edition, General
Yogyakarta, Yogyakarta. Graphic Servies, New York.
[2] Trestiati, M., 2003, Analisis 10] Gultom., Mulyana, E., dan Turmuzi,
Rhodamin B pada Makanan dan M., 2014, Aplikasi Karbon Aktif Dari
Minuman Jajanan Anak SD Cangkang Kelapa Sawit Dengan
(StudiKasus : Sekolah Dasar di Aktivator H3PO4 Untuk Penyerapan
Kecamatan Margaasih Kabupaten Logam Cd dan Pb, Jurnal
Bandung), Thesis, Institut Teknologi Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Bandung, Bandung. Teknik, Universitas Sumatra Utara.
[3] Manocha, S. M., 2003, Porous [11] Kurniasih, M., A. Riapanitra, dan A.
Carbon. Sadhana Press, India. Rohadi, 2014, Adsorpsi Rhodamin B
[4] Sembiring, T. M., dan Sinaga, T. S., dengan Adsorben Kitosan Serbuk dan
2003, Arang Aktif (Pengenalan dan Beads Kitosan. Jurnal Sains &
Proses Pembuatannya), Universitas Matematika ISSN 2302-7290 Vol. 2
Sumatera Utara, Medan. No. 2, Universitas Jenderal Sudirman,
[5] Siaka, I M., Ni P D. Febriyanti, E. Purwokerto.
Sahara, dan I M. S. Negara, 2016, [12] Nurmasari, R., M. D. Astuti, D.
Pembuatan Dan Karakterisasi Arang Umaningrum, dan D. A. Khusnaria.
Aktif Batang Tanaman Gumitir 2014. Kajian Adsorpsi Rhodamin B
(Tagetes Erecta Pada Berbagai Suhu Pada Humin. Jurnal Kimia FMIPA
Dan Waktu Pirolisis, Cakra Kimia Universitas Negeri Surabaya,
(Indonesian E-Journal of Applied Surabaya.
Chemistry) 4(2): 168 – 177 [13] Cool, P., and Vansant, E. F., 1998,
[6] Sahara, E., W. D. Sulihingtyas, dan Pillared Clays: Preparation,
Mahardika, I.P.A.S.,2017, Pembuatan Characterization andApplications,
Dan Karakterisasi Arang Aktif Dari Laboratory of Inorganic Chemistry,
Batang Tanaman Gumitir (Tagetes University of Antwerp, USA.
Erecta) Yang Diaktivasi Dengan [14] Bhattcharyya, KG and Gupta, S.S.,
H3PO4, Jurnal Kimia, 11 (1): 1 – 9 2007, Adsorptive Accumulation of
[7] Munawaroh, I., 2012, Pemanfaatan Cd(II), Cu(II), Pb(II) and Ni(II) from
Bonggol Jagung Sebagai Adsorben Water On Montmorillonite, Influence
Rhodamin B Dan Metanil Yellow, of Acid Activation. Journal Of
Skripsi, Universitas Islam Negeri Colloidand Interface Science, 310:
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 411-424.
[8] Sahara, E., Kartini, N. P. W., [15] Bhadusha N., And Ananthabaskaran,
Sibarani, J., 2017, Pemanfaatan T., 2012, Kinetic, Thermodynamic
Arang Aktif Dari Limbah Tanaman And Equilibrium Studies On Uptake
Gumitir (Tagetes erecta) Teraktivasi Of Rhodamine B Onto ZnCl2
Asam Fosfat (H3PO4) Sebagai Activated Low Cost Carbon, E-
Adsorben Ion Pb2+ Dan Cu2+ Dalam

44
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 6, Nomor 1, Mei 2018

Journal Of Chemistry 9(1): 137-144,


India. [17] Atmoko, R. D., 2012, Pemanfaatan
[16] Mohideen, M. Faizal, M. Faiz, H. Karbon Aktif Batu Bara
Salleh, H. Zakaria, and R. V. Termodifikasi TiO2 pada Proses
Raghavan, Drying of Oil Palm Frond Reduksi Gas Karbon Monoksida
via Swirling Fluidization Technique. (CO) dan Penjernihan Asap
Proceedings of the World Congress Kebakaran, Skripsi, Fakultas Teknik,
on Engineering, (2011) Vol III.ISSN Universitas Indonesia.
: 2078-0966.

45

Anda mungkin juga menyukai