ABSTRAK - Terak timah (tin slag) adalah sisa dari pengolahan timah yang mengandung
radioaktif dan cenderung menjadi limbah karena pemanfaatannya yang belum maksimal.
Studi ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah terak timah sebagai sumber sekunder unsur
skandium sehingga pemanfaatannya dapat meminimalkan risiko paparan radioaktif terhadap
lingkungan. Skandium banyak digunakan sebagai solid oxide fuel cells (SOFC’s) dapat
menyebabkan reaksi terjadi pada temperatur yang lebih rendah, dalam bidang metalurgi
sebagai paduan kekuatan tinggi aluminium, dalam bidang keramik penambahan skandium
karbida akan meningkatkan kekerasan, lampu metal halida dengan intensitas tinggi,
elektronik, dan penelitian laser. Penelitian ini menggunakan sampel terak timah 2 Bangka
(TTB). Pada tahap awal TTB dipanaskan sampai suhu 900⁰C, lalu dicelupkan ke dalam air,
dikeringkan dan di ayak (terak timah 2 Bangka yang dipanaskan, dicelup ke dalam air dan
diayak, disebut TTB-PCA). Studi pertama, TTB-PCA yang dilarutkan ke dalam asam florida
(disebut kode sampel F) dan studi kedua, TTB-PCA dilarutkan ke dalam HCl kemudian
dilarutkan ke dalam NaOH (disebut kode sampel AB). TTB, TTB-PCA, kode sampel F dan
AB dilakukan karakterisasi dengan X-Ray Fluorescence (XRF). Hasil karakterisasi
memperlihatkan kadar skandium di dalam TTB sebesar 319 ppm dan kadar skandium
tertinggi pada TTB-PCA dengan ukuran butir 200 mesh sebesar 804 ppm. Pada penelitian
digunakan software HSC Chemistry 6 sebagai pendukung diskusi termodinamika.
Kata Kunci: terak timah Bangka, software hsc chemistry 6, limbah padat, skandium,
pelarutan
ABSTRACT - Tin slag is the waste of tin processing that contains radioactive and tends to
become waste due to its not maximal utilization. This study aims to utilize waste tin slag as a
secondary source of scandium element so that its utilization can minimize the risk of
radioactive exposure to the environment. Scandium widely used as solid oxide fuel cells
(SOFC's) can cause reactions to occur at lower temperatures, in the field of metallurgy as
high-strength aluminum alloys, in the field of ceramic addition of scandium carbide will
increase hardness, metal halide lamps with high intensity, electronics, and laser research.
This research used Bangka tin slag 2 (TTB), the initial stage of TTB was roasted to 900°C,
then water quenched, dried and sieved (TTB roasted, water quenched and sieved, called TTB
-PCA). The first study, TTB-PCA dissolved into fluoride acid (called code sample F) and a
second study, TTB-PCA dissolved into HCl and then dissolved into NaOH (called AB code
sample). TTB, TTB-PCA, sample code F and AB are characterized by X-Ray Fluorescence
(XRF). The characterization results show scandium content in TTB of 319 ppm and the
highest scandium content in TTB-PCA with grain size of 200 mesh of 804 ppm. In the study
used HSC Chemistry 6 software as a supporter of thermodynamic discussion.
Keywords: bangka tin slag, hsc chemistry 6 software, solid waste, scandium, dissolution
Mineral Kementerian Energi dan Sumber jarang telah dilakukan pelindian pada TTB
Daya Mineral Republik Indonesia, 2013) dengan fusi alkali (Trinopiawan, Mubarok,
maka akan dihasilkan TTB sekitar 3.500 Mellawati, & Ani, 2016). Studi TTB sebagai
ton/tahun. Karakterisasi terak timah dari sumber sekunder Ta2O5 dan Nb2O5 telah
Butterworth dengan energy dispersive X-ray berhasil meningkatkan kadar (Ta,Nb)2O5 dari
fluorescence (EDXRF), memperlihatkan 0.97 % menjadi 2.00 % (Permana et al.,
kadar uranium 60 ppm dan thorium 160 ppm 2016).
(Meor Yusoff M.S. & Muslimin, 2007). Tujuan umum penelitian ini adalah
Di dalam TTB terdapat juga kandungan memanfaatkan TTB sebagai sumber sekunder
uranium dan thorium, sehingga proses skandium sehingga dapat mengurangi
peningkatan kadar suatu unsur pada TTB paparan radioktifnya, sedangkan tujuan
akan menyebabkan peningkatan kadar khusus penelitian ini adalah
uranium dan thorium. Hal ini tentu akan mengkarakterisasi kadar skandium pada :
meningkatkan resiko penanganan, eksposur TTB, TTB-PCA, sampel kode F dan sampel
dan bahaya pengolahan proses unsur kode AB, menetapkan perlakuan yang
radioaktif tersebut. IAEA safety standards memiliki hasil skandium yang tinggi.
menetapkan keselamatan transportasi dari
material radioktif jika konsentrasinya LANDASAN TEORI
melebihi 0,5 Bq/g (IAEA, 2012). Regulasi Metalurgi ekstraksi banyak melibatkan
yang dikeluarkan oleh kepala BAPETEN proses-proses kimia seperti pelindian yang
No.16 tahun 2013 tentang nilai konsentrasi menggunakan temperatur rendah maupun
aktivitas radio-nuklida deret uranium dan proses peleburan yang menggunakan
thorium diizinkan di bawah 1 Bq/g atau temperatur tinggi utuk menghasilkan logam
setara dengan 3 ppm uranium dan 10 ppm dengan kemurnian tertentu. Proses tersebut
thorium (Anggraini, 2016). dinamakan juga metalurgi kimia.
Beberapa penelitian sebelumnya Proses-proses dari metalurgi ekstraksi
memperlihatkan potensi TTB sebagai sumber terdiri dari (1) pyrometallurgy, proses
sekunder logam kritis. Proses pemisahan ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
unsur radioaktif dan unsur logam tanah tinggi (2) hydrometallurgy, proses ekstraksi
jarang dalam TTB menunjukkan bahwa yang dilakukan pada temperatur yang relatif
unsur-unsur tersebut dapat dipisahkan rendah dengan cara pelindian dengan media
melalui tiga tahap proses: tahap pertama cairan dan (3) electrometallurgy, proses
adalah peleburan basa pada 700°C dengan ekstraksi yang melibatkan penerapan prinsip
NaOH, tahap kedua leaching dengan H2SO4 elektrokimia, baik pada temperatur rendah
dan tahap akhir adalah pengendapan dengan maupun pada temperatur tinggi.
H2C2O4 disertai dengan penambahan Pada proses hydrometallurgy diterapkan
NH4OH. Hasil analisis Inductively Coupled termodinamika untuk memprediksikan
Plasma-Optical Emission Spectrophotometer ketahanan korosi material. Dia menentukan
(ICP-OES) menunjukkan bahwa pemisahan hubungan stabilitas fasa pada variasi nilai pH
optimal dari uranium dan thorium terjadi dan Eh untuk sistem interaksi dari logam dan
pada kondisi reaksi uranium-thorium sulfat pelarut air atau larutan encer (dilute aqueous
dengan penambahan 2,4 mmol H2C2O4 dan solution). Memaparkan area stabilitas logam
32,15 mmol NH4OH (Anggraini, 2016). dan fasa sekunder (misalnya logam
Limbah dari hasil pencucian bijih timah dan oksida/hidroksida) pada diagram pH-Eh yang
terak dari hasil peleburan timah di propinsi dikenal dengan pourbaix diagram.
Bangka dan Belitung–Indonesia telah Diagram pourbaix adalah jenis diagram
dilakukan karakterisasi dan berpotensi fasa yang menunjukan batas-batas stabilitas
sebagai sumber logam kritis (Konopka, untuk sistem interaksi logam-air (aqueous).
Zglinicki, & Marciniak-maliszewska, 2013). Batas-batas fase diperlihatkan sebagai fungsi
Untuk meningkatkan kadar logam tanah dari pH (keasaman) dan Eh (hidrogen
potensial elektronik standar). Fase larutan yang ada pada sistem dan dihubungkan
selalu hadir dalam sistem tersebut. Pada pH berdasarkan data termokimia yang tersedia
tertentu dan Eh, logam mungkin kehilangan pada kondisi yang diinginkan [5,6].
stabilitas pada larutan atau larutan korosif Sedangkan koleksi diagram pourbaix untuk
(corrosive aqueous solution), atau berada sistem M-H2O standar, suhu, dan tekanan
dalam kesetimbangan dengan salah satu (298, 15 K,1 atm) dipublikasikan pada Atlas
larutan aqueous (larut/kebal) atau dengan fasa of Electrochemical Equilibria in aqueous
sekunder yang telah terbentuk (terdiri dari solutions (Science, 2005).
oksida, hidroksida, sulfida atau padatan
lainnya). Konsep pH dan pOH
Spesifikasi dan bagian dari larutan Derajat keasaman (pH) digunakan
encer (aqueous solution) dan interaksi fasa untuk menyatakan tingkat keasaman atau
tidak hanya tergantung pada pH dan Eh, kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
tetapi juga beberapa faktor lain misalanya Keasaman disini adalah konsentrasi ion
bulk composition, suhu, dan tekanan pada hidrogen dalam pelarut air. Nilai pH berkisar
sistem. Interaksi fasa memungkinkan dari 0 hingga 14. Derajat atau tingkat
campuran gas, stoichiometric solids atau keasaman larutan bergantung pada
solid solutions (Stockholm, 2014). konsentrasi H+ dalam larutan. Semakin besar
Pada Gambar 1 diagram pourbaix konsentrasi ion H+ makin asam larutan.
terdiri dari tiga area yaitu kekebalan, korosi, Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada
dan pasif yang memberikan informasi air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut
stabilitas logam atau paduan pada lingkungan (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah
elektrokimia di bawah kondisi pH, Eh, yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan.
tekanan dan suhu. (1) Area imun adalah area Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari
yang tidak terdapat logam larut (2) Area suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke
korosif adalah area yang terdapat kelarutan kiri (ion OH– akan diikat oleh H+ membentuk
logam aktif, dan (3) Area pasif adalah area air), akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen
yang terlindungi oleh lapisan logam-oksida dan meningkatkan konsentrasinya.
dari kelarutan logam. Sorensen (1868–1939), seorang ahli
kimia dari Denmark mengusulkan konsep pH
untuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu
sama dengan negatif logaritma konsentrasi
ion H+. Secara sistematis diungkapkan
dengan persamaan sebagai berikut :
pH = – log [H+] (1)
14
Gambar 4. (A) Grafik Eh-pH pelarutan TTB-PCA IAEA. (2012). Regulations for the Safe
pada ke dalam asam florida pH -1,43 ~ -0,48 dan Transport of Radioactive Materials.
tegangan 0 Volt (B) Grafik Eh-pH pelarutan https://doi.org/10.2105/AJPH.58.5.989-
TTB-PCA pada ke dalam asam klorida b
dilanjutkan ke dalam sodium hidroksida pH -1,08 Konopka, G., Zglinicki, K., & Marciniak-
~ 15,08 dan tegangan 0 Volt
maliszewska, B. (2013). New potential
source of rare earth elements.
PENUTUP
https://doi.org/10.2478/gospo-2013-
Terak timah 2 Bangka dapat dijadikan
0041
potensi alternatif sumber sekunder
Melita, & Gunawan, I. (2015). Pengaruh
skandium.
Penggunaan Limbah Pengolahan Timah
Pemanggangan terak timah 2 Bangka
(Tin Slag) Sebagai Substansi Parsial
dengan suhu 900⁰C dan pencelupan ke dalam
Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan
air dapat menurunkan kadar unsur dan oksida
dan Kuat Tarik Belah Beton. Jurnal
lain minor, dan kadar tertinggi skandium
Profil, 3(1), 41–51.
diperoleh pada ukuran butir -200 mesh
Meor Yusoff M.S., & Muslimin, M. (2007).
dengan kadar 804 ppm.
Uranium and Thorium Analysis In Tin
Pelarutan terak timah 2 Bangka yang
Slag by EDXRF. Journal of Nuclear
telah mengalami pemanggangan pada suhu
and Related Technology, 4, 177–180.
900⁰C dan pencelupan ke dalam air (TTB Merchant Research & Consulting ltd. (2016).
PCA) dilanjutkan ke dalam asam florida 8% Scandium: 2016 World Market Review
diperoleh kadar tertinggi skandium sebesar and Forecast. Retrieved from
653 ppm, sedangkan pada pelarutan TTB- http://mcgroup.co.uk/researches/telluriu
PCA ke dalam asam klorida 6M dilanjutkan m
dengan NaOH 6M diperoleh kadar tertinggi Permana, S., Soedarsono, J. W., Rustandi, A.,
skandium sebesar 662 ppm. & et.al. (2016). Other Oxides Pre-
removed from Bangka Tin Slag to
DAFTAR PUSTAKA Produce a High Grade Tantalum and
Niobium Oxides Concentrate. In IOP
Anggraini, M. (2016). Separation Process of Conference Series : Materials Science
Radioactive and Rare Earth Elements and Engineering (Vol. 12006, p. 10).
From Slag II of Tin Roasting. Master https://doi.org/10.1088/1757-
Thesis, Institut Teknologi Sepuluh 899X/131/1/012006
Nopember. Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi
Butt, C. R. M., & Cluzel, D. (2013). Nickel dan Sumber Mineral Kementerian
Laterite Ore Deposits: Weathered Energi dan Sumber Daya Mineral
Serpentinites. Elements, 9(2), 123–128. Republik Indonesia. (2013). Kajian
https://doi.org/10.2113/gselements.9.2.1 Supply Demand Mineral. Kementerian
23 Energi dan Sumber Daya Mineral
Cha, K.-W., Jung, E.-S., And, & Kim, K.-H. Republik Indonesia.
(1990). Study on the Recovery and Roine, A., Kotiranta, T., & et.al. (2006). HSC
Determination of Scandium from Tin Chemistry, Version 6.0. Outokumpu
Slag. Journal Ot the Korean Chemical Research Oy.
Society, 34(1), 4. Shaoquan, X., & Suqing, L. (1996). Review
Duyvesteyn, W., & Putman, G. (2014). of the Extractive Metallurgy of
Scandium. Scandium in China (1978-1991).
Harris, B., White, C., Jansen, M., & Pursell, Hydrometallurgy, 42(3), 337–343.
D. (2006). A New Approach To the https://doi.org/10.1016/0304-
High Concentration Chloride Leaching 386X(95)00086-V
of Nickel Laterites. Sulaiman, M. Y. (1993). Simultaneous
determination of thorium and uranium in Wang, W., Pranolo, Y., & Cheng, C. Y.
tin slag. The Science of the Total (2011). Metallurgical Processes for
Environment, 131, 187–195. Scandium Recovery from Various
Trinopiawan, K., Mubarok, M. Z., Mellawati, Resources: A Review. Hydrometallurgy,
J., & Ani, B. Y. (2016). Rare Earth 108(1–2), 100–108.
Elements Leaching from Tin Slag Using https://doi.org/10.1016/j.hydromet.2011.
Acid Chloride After Alkaline Fusion 03.001
Process. Eksplorium, 37(1), 41–50. Wang, W., Pranolo, Y., & Cheng, C. Y.
Wang, W., & Cheng, C. Y. (2011). (2013). Recovery of Scandium from
Separation and Purification of Scandium Synthetic Red Mud Leach Solutions by
by Solvent Extraction and Related Solvent Extraction with D2EHPA.
Technologies: A Review. Journal of Separation and Purification Technology,
Chemical Technology and 108, 96–102.
Biotechnology, 86(10), 1237–1246. https://doi.org/10.1016/j.seppur.2013.02.
https://doi.org/10.1002/jctb.2655 001