Anda di halaman 1dari 27

APLIKASI STATISTIK FERMI-DIRAC

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fisika Statistik

Disusun Oleh :
1. Ajeng Rizki Rahmawati (4201412026)
2. Riana Budhi Fatmawati (4201412049)
3. Fiki Layyinatun Najwa (4201412097)
4. Purwaditya Nugraha (4211412036)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Statistik Fermi-Dirac” dengan
baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Statistik.
Makalah ini memberikan gambaran mengenai fungsi distribusi Fermi-Dirac pada
suhu 0 K, energi Fermi, distribusi fungsi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K, integral
yang mengandung fungsi Fermi-Dirac, energi rata-rata elektron, kapasitas kalor
logam, emisi termionik, dan teori bintang katai putih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya
makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran, penulis mengucapkan terima
kasih.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya untuk mengetahui aplikasi statistic Fermi-
Dirac.

Semarang, 18 Oktober 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat atau perilaku
system yang terdiri dari banyak partikel. Generalisasi perilaku partikel merupakan
cirri pokok dari pendekatan statistik. Sampai saat ini pendekatan statistik cukup
memadai untuk merepresentasikan keadaan sistem dan perilaku partikel
penyusunnya. Oleh karena itu perlu disusun cara memahami keadaan suatu
system dan perilaku partikel pada sistem partikel yang memenuhi hukum-hukum
fisika klasik maupun fisika modern.
Pada bagian awal dalam kuliah ini menerangkan tentang dasar-dasar
statistik dan fungsi distribusi partikel sebagai pengetahuan dasar dalam
memahami penerapan statistik pada sistem partikel. Sistem yang tersusun oleh
partikel-partikel tidak identik (terbedakan) dan mematuhi hukum-hukum fisika
klasik dapat didekati dengan statistik klasik Maxwell-Boltzmann. Sedangkan pada
sistem yang tersusun oleh partikel-partikel identik (tidak terbedakan), hukum-
hukum fisika klasik tidak cukup memadai untuk merepresentasikan keadaan
sistem dan hanya dapat diterangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum. Sistem
semacam ini dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik Fermi-Dirac
dan Bose-Einstein. Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk menerangkan perilaku
partikel-partikel identik yang memenuhi larangan Pauli, sedangkan statistik Bose-
Einstein sangat tepat untuk menerangkan perilaku partikel-partikel identik yang
tidak memenuhi larangan Pauli.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, statistic Fermi-dirac dirumuskan
untuk assembli fermion, yaitu system kuantum dengan spin merupakan kelipatan
ganjil dari ħ/2. System ini memiliki satu sifat khas yaitu memenuhi pinsip
eksklusi pauli. Berdasarkan prinssip ini maka tidak ada fermion yang boleh
memiliki sekumpulan bilangan kuantum yang sama. Satu keadaan energy hanya
boleh ditempati maksimum oleh dua fermion dengan syarat arah spin harus
berlawanan.
Setelah memahami bagaimana statistic Fermi-dirac, kita harus memahami
pula bagaimanakah aplikasi dari statistic yang memenuhi prinsip ekslusi pauli
ini.oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai distribusi Fermi-dirac
pada suhu 0 K, energi Fermi, distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K, energi rata-
rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac, sampai teori bintang katai putih.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu 0 K?
2. Apa yang dimaksud dengan energi Fermi?
3. Bagaimana fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K?
4. Apa saja fungsi integral yang mengandung fungsi Fermi-Dirac?
5. Bagaimana energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac?
6. Bagaimana kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac?
7. Bagaimana emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac?
8. Apa yang dimaksud dengan teori bintang katai putih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu 0 K.
2. Untuk mengetahui pengertian energi Fermi.
3. Untuk mengetahui fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K.
4. Untuk mengetahui integral yang mengandung fungsi Fermi-Dirac.
5. Untuk mengetahui energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac.
6. Untuk mengetahui kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac.
7. Untuk mengetahui emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac.
8. Untuk memahami teori bintang katai putih.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan secara umum makalah ini
dapat menambah pengetahuan mengenai aplikasi statistik Fermi-Dirac, sehingga
dapat memahami sifat-sifat fungsi distribusi Fermi-Dirac pada berbagai suhu,
penggunaan fungsi Fermi-Dirac untuk menghitung energi rata-rata electron,
kapasitas kalor logam, dan penggunaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Fungsi Distribusi Fermi Dirac pada Suhu 0 K


fungsi distribusi Fermi Dirac memiliki ciri menarik yang tidak dimiliki
oleh distribusi statistik lainnya, yaitu distribusi Maxwell-Boltzman dan Bose-
Einstein. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di bawah
energi maksimum yang kemudian disebut dengan energi Fermi dengan kerapatan
yang persis sama. Tiap keadaan energi diisi oleh dua fermion yang memiliki dua
kemungkinan nilai yang berlawanan, yaitu +1/2 dan -1/2. Fermion tidak
terdistribusi di atas energi Fermi yang merupakan energi batas maksimum, artinya
di atas energi batas, keadaan energi kosong. Hal inilah yang menyebabkan fungsi
distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas tersebut.
Fungsi distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan,
1
𝑓(𝐸) =
𝑒 −𝛼−𝛽𝐸 +1
Karena 𝛽 = −1⁄𝑘𝑇 dan 𝐸𝐹 = 𝛼𝑘𝑇 , maka
1
𝑓(𝐸) =
(𝐸 − 𝐸𝐹 )⁄
exp [ 𝑘𝑇] + 1
Dari persamaan di atas, jika 𝐸 = 𝐸𝐹 maka 𝑓(𝐸) = 1⁄2 pada berapapun suhu
assembli. 𝐸𝐹 adalah energi Fermi. Dengan demikian dapat didefnisikan bahwa
nergi Fermi sama dengan energi ketika fungsi distribusi memiliki nilai tepat
setengah.
Ketika suhu assembli 0 K, berlaku:
 Jika 𝐸 > 𝐸𝐹 , maka
(𝐸 − 𝐸𝐹 )⁄ (𝐸 − 𝐸𝐹 )
𝑘𝑇 = =∞
0
Sehingga,
1
𝑓(𝐸 > 𝐸𝐹 , 𝑇 = 0) = =0
𝑒∞ +1
 Jika 𝐸 < 𝐸𝐹 , maka
(𝐸 − 𝐸𝐹 )⁄ (𝐸 − 𝐸𝐹 )
𝑘𝑇 = = −∞
0
Sehingga,
1
𝑓(𝐸 < 𝐸𝐹 , 𝑇 = 0) = =1
𝑒 −∞ + 1
Dari dua persamaan trsebut dapat disimpulkan bahwa pada suhu T=0, fungsi
distribusi Fermi-Dirac bernilai 1 untuk semua energi di bawah energi Fermi dan
bernilai nol untuk semua energi di atas energi Fermi, seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini.

2. Energi Fermi
Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron pada
suhu 0 K. Dengan prinsip larangan pauli, fermion akan mengisi semua tingkat
energi yang tersedia. Namun pada suhu 0 K, tidak ada satupun fermion yang
menempati energi di atas energi Fermi seperti yang telah ditunjukkan oleh gambar
fungsi distribusi Fermi dirac pada suhu 0 K.
Untuk mendapatkan persamaan energi Fermi, kita dapat menghitung
terlebih dahulu jumlah total fermion, yaitu

𝑁 = 𝑉 ∫ 𝑛(𝐸)𝑑𝐸
0

𝑁 = 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸
0

Jumlah total fermion dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K karena fungsi
distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika perhitungan
dilakukan pada T=0 maka
𝐸𝐹 ∞

𝑁 = 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸 + 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸
0 𝐸𝐹
𝐸𝐹 ∞

𝑁 = 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸)𝑥 1 𝑥 𝑑𝐸 + 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸) 𝑥 0 𝑥 𝑑𝐸
0 𝐸𝐹
𝐸𝐹

𝑁 = 𝑉 ∫ 𝑔(𝐸)𝑑𝐸
0

Rumus kerapatan keadaan per satuan volume, yaitu


1 3 1
𝑔(𝐸) = 3
4𝜋√2𝑚 ⁄2 𝐸 ⁄2

Khusus untuk electron, karena satu keadaan dapat ditempati oleh dua fermion
yang spin yang berlawanan, maka jumlah total fermion dapat dihitung,
𝐸𝐹
1 3 1
𝑁 = 𝑉∫ 2𝑥 3
4𝜋√2𝑚 ⁄2 𝐸 ⁄2 𝑑𝐸

0
𝐸𝐹
𝑉 3 1
𝑁 = 3 8𝜋√2𝑚 ⁄2 ∫ 𝐸 ⁄2 𝑑𝐸

0
𝑉 3⁄ 2 3⁄
𝑁= 8𝜋√2𝑚 2𝑥 𝐸 2
ℎ3 3 𝐹
3⁄
3𝑁 2𝑚 2
= ( 2 𝐸𝐹 )
8𝜋𝑉 ℎ
2⁄
3𝑁 3 2𝑚
( ) = 𝐸
8𝜋𝑉 ℎ2 𝐹
2⁄
ℎ2 3𝑁 3
𝐸𝐹 = ( )
2𝑚 8𝜋𝑉
Persamaan tersebut di atasdisebut dengan energi Fermi. Melalui hubungan suhu
Fermi yang berbanding lurus dengan energi Fermi, maka dapat diperoleh
pernyataan mengenai suhu Fermi pada suhu 0 K sebagai berikut
𝐸𝐹
𝑇𝐹 =
𝑘
2⁄
ℎ2 3𝑁 3
𝑇𝐹 = ( )
2𝑚𝑘 8𝜋𝑉

3. Fungsi Distribusi Fermi Dirac pada Suhu T > 0 K


Pada suhu T > 0 K , maka sudah ada fermion yang menempati tingkat
energi di atas energi Fermi. Hal ini menyebabkan jumlah fermion yang
menempati tigkat energi di bawah energi Fermi menjadi berkurang. Namun, tidak
ada fermion yang memiliki energi yang jauh di atas energi Fermi dan belum ada
pula fermion yang memiliki energi yang jauh di bawah energi Fermi. Akibatnya
terjadi distorsi distribusi Fermi Dirac hanya di sekitar energi Fermi saja. Distorsi
tersebut hanya berada pada daerah yang ordenya sekitar kT di sekitar energy
Fermi. Gambar di bawah ini adalah bentuk fungsi distribusi Fermi dirac pada
berbagai suhu.
4. Integral yang Mengandung Fungsi Fermi Dirac
Kita selanjutnya akan sering berhadapan dengan integral yang
mengandung fungsi distribusi Fermi-Dirac. Misalkan saat menghitung
energy rata-rata fermion, kita mengintegralkan energy dikali kerapatan
keadaan dikali fumgsi Fermi-Dirac. Khusus untuk suhu diatas 0 K,
integral yang melibatkan fungsi Fermi-Dirac sulit dilakukan. Suatu
pendekatan perlu ditempuh untuk mendapatkan hasil integral secara
analitik. Memang, dengan menggunakan software yang sesuai, seperti
matematika, kendala tersebut dapat diatasi dengan mudah. Tetapi ketika
ingin mendapatkan ungkapan secara analitik sederhana, mau tidak mau
kita mesti memecahkan integral tersebut dengan aproksimasi yang
reasonable.
Pada bagian ini kita mencari bentuk umum integral yang berupa
perkalian fungsi Fermi-Dirac dengan fungsi sembarang. Bentuk umum
tersebut dapat diperoleh berkat beberapa kekhasan dari fungsi Fermi-
Dirac. Mari kita pecahkan integral bentuk umum berikut ini

𝐼 = ∫0 𝜑(𝐸)𝑓(𝐸)𝑑𝐸
Dimana 𝜑(𝐸) sembarang fungsi dari 𝐸. Kita selanjutnya mendefinisikan
fungsi berikut ini.
𝐸
ψ(E) = ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸
Dari definisi tersebut kita mendapatkan
dψ = 𝜑(𝐸)𝑑𝐸
sehingga,

𝐼 = ∫0 𝑓(𝐸)𝑑ψ
Selanjutnya kita menggunakan dalil rantai untuk menguraikan
integral. Dalil tersebut terbentuk ∫ 𝑢𝑑𝑣 = 𝑢𝑣 − ∫ 𝑣𝑑𝑢. Dengan dalil ini
maka persamaan menjadi
∞ 𝑑𝑓
𝐼 = [𝑓(𝐸)ψ(E)]∞
0 − ∫0 ψ 𝑑𝐸 𝑑𝐸

∞ 𝑑𝑓
= [𝑓(∞)ψ(∞) − 𝑓(0)ψ(0)] − ∫0 ψ 𝑑𝐸 𝑑𝐸

Tetapi, berdasarkan definisi fungsi Fermi-Dirac kita dapatkan 𝑓(∞) =


0 𝑑𝑎𝑛 𝑓(0) = 1. Selanjutnya berdasarkan definisi ψ pada persamaan
sebelumnya kita dapatkan
∞ 0
ψ(∞) = ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸, 𝑑𝑎𝑛 ψ(0) = ∫0 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 = 0
Dengan demikian persamaan menjadi
∞ ∞ dF
𝐼 = [0𝑥 ∫0 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸 − 1𝑥0] − ∫0 ψ dE 𝑑𝐸
∞ dF
= − ∫0 ψ dE 𝑑𝐸

Selanjutnya kita uraikan ψ(E)dalam deret Taylor di sekitar 𝐸𝐹 hingga


suku ketiga yaitu
dψ 1 𝑑2
ψ(𝐸) = ψ(𝐸𝐹 ) + dE │𝐸 (𝐸 − 𝐸𝐹 ) + 2 𝑑𝐸2 │𝐸 (𝐸 − 𝐸𝐹 )2
𝐹 𝐹

Berdasarkan definisi ψ(𝐸) dalam persamaan sebelumnya maka kita


dapatkan
𝐸
ψ(𝐸𝐹 ) = ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸
dψ 𝑑𝜑 dψ
= 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 │𝐸 = 𝜑(𝐸𝐹 )
dE 𝑑𝐸 dE 𝐹

d2 ψ 𝑑𝜑 d2 ψ d2 𝜑
dE2
= 𝑑𝐸
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 │ =
dE2 𝐸 dE2
│𝐸
𝐹 𝐹
Sehingga,
𝐸 1 𝑑𝜑
ψ(𝐸) = ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 𝜑(𝐸𝐹 )(𝐸 − 𝐸𝐹 ) + 2 𝑑𝐸 │𝐸 (𝐸 − 𝐸𝐹 )2
𝐹

kemudian,
∞ 𝐸𝐹
1 𝑑𝜑 𝑑𝑓
𝐼 = − ∫ {∫ 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸 + 𝜑(𝐸𝐹 )(𝐸 − 𝐸𝐹 ) + │𝐸 (𝐸 − 𝐸𝐹 )2 } − 𝑑𝐸
0 0 2 𝑑𝐸 𝐹 𝑑𝐸
𝐸𝐹 ∞ ∞
𝑑𝑓 𝑑𝑓
= − ∫ 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸 − ∫ 𝑑𝐸 − 𝜑(𝐸𝐹 ) ∫ (𝐸 − 𝐸𝐹 ) 𝑑𝐸
0 0 𝑑𝐸 0 𝑑𝐸
1 𝑑𝜑 𝑑𝑓
− │𝐸 (𝐸 − 𝐸𝐹 )2 𝑑𝐸
2 𝑑𝐸 𝐹 𝑑𝐸
𝐸𝐹 ∞
𝑑𝑓
= − ∫ 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸[𝑓(∞) − 𝑓(0)] − 𝜑(𝐸𝐹 ) ∫ (𝐸 − 𝐸𝐹 ) 𝑑𝐸
0 0 𝑑𝐸

1 𝑑𝜑 𝑑𝑓
− │𝐸 ∫ (𝐸 − 𝐸𝐹 )2 𝑑𝐸
2 𝑑𝐸 𝐹 0 𝑑𝐸
𝐸𝐹 ∞
𝑑𝑓
= − ∫ 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸[𝑓(0) − 𝑓(1)] − 𝜑(𝐸𝐹 ) ∫ (𝐸 − 𝐸𝐹 ) 𝑑𝐸
0 0 𝑑𝐸

1 𝑑𝜑 𝑑𝑓
− │𝐸 ∫ (𝐸 − 𝐸𝐹 )2 𝑑𝐸
2 𝑑𝐸 𝐹 0 𝑑𝐸
𝐸 ∞ 𝑑𝑓 1 𝑑𝜑 ∞
= − ∫0 𝐹 𝜑(𝐸) 𝑑𝐸 − 𝜑(𝐸𝐹 ) ∫0 (𝐸 − 𝐸𝐹 ) 𝑑𝐸 − 2 𝑑𝐸 │𝐸 ∫0 (𝐸 −
𝑑𝐸 𝐹

𝑑𝑓
𝐸𝐹 )2 𝑑𝐸 𝑑𝐸

Perhatian integral suku kedua diruas kanan persamaan di atas.


fungsi 𝑑𝑓 ⁄𝑑𝐸 merupakan fungsi genap di sekitar 𝐸𝐹 , seperti diperlihatkan
gambar 11.3. fungsi (𝐸 − 𝐸𝐹 ) sendiri merupakana fungsi ganjil di sekitar
𝐸𝐹 . Dengan demikian, perkalian (𝐸 − 𝐸𝐹 ) 𝑑𝑓 ⁄𝑑𝐸 merupakan fungsi
ganjil disekitar 𝐸𝐹 sehingga integral perkalian tersebut dalam daerah dari
𝐸 yang jauh lebih kecil dari 𝐸𝐹 sampai 𝐸 yang lebih besar dari 𝐸𝐹
hasilnya nol. Dengan demikian kita peroleh
𝐸 1 𝑑𝜑 ∞ 𝑑𝑓
𝐼 = ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 − 2 𝑑𝐸 │𝐸 ∫0 (𝐸 − 𝐸𝐹 )2 𝑑𝐸 𝑑𝐸
𝐹
Selanjutnya, dari fungsi distribusi Fermi-Dirac kita akan dapatkan
𝑑𝑓 exp[𝐸−𝐸𝐹 ]/𝑘𝑇 1
= (exp[𝐸−𝐸 2
𝑑𝐸 𝐹 ]/𝑘𝑇+1) 𝑘𝑇

Untuk menyelesaikan integral di ruas kanan persamaan sebelumnya mari


kita definisikan 𝑥 = (𝐸 − 𝐸𝐹 )/𝑘𝑇.
Dengan definisi tersebut maka
𝑑𝑓 𝑒𝑥 1
=
𝑑𝐸 (𝑒 𝑥 +1)2 𝑘𝑇

(𝐸 − 𝐸𝐹 )2 = (𝑘𝑇)2 𝑥 2
𝑑𝐸 = 𝑘𝑇 𝑑𝑥
Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk 𝑥. Jika 𝐸 = 0 maka
𝑥 = −𝐸𝐹 /𝑘𝑇 dan jika 𝐸 = ∞ 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 = ∞. Akhirnya persamaan di atas
dapat ditulis sebagai
𝐸𝐹 ∞
1 𝑑𝜑 −𝑒 𝑥 1
𝐼=∫ 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 − │𝐸 −𝐸 /𝑘𝑇 ∫ (𝑘𝑇)2 𝑥 2 𝑥 2
𝑘𝑇 𝑑𝑥
0 2 𝑑𝐸 𝐹 𝐹 0 (𝑒 + 1) 𝑘𝑇
𝐸 1 𝑑𝜑 ∞ −𝑒 𝑥
= ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + │ (𝑘𝑇)2 ∫−𝐸 𝑥2 𝑑𝑥
2 𝑑𝐸 𝐸𝐹 𝐹 /𝑘𝑇 (𝑒 𝑥 +1)2

Untuk 𝑇 sekitar suhu kamar maka berlaku 𝐸𝐹 ≫ 𝑘𝑇 sehingga → ∞.


Dengan demikian
𝐸 1 𝑑𝜑 ∞ 𝑒𝑥
𝐼 ≈ ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 2 𝑑𝐸 │𝐸 (𝑘𝑇)2 ∫−∞ 𝑥 2 𝑑𝑥
𝐹 (𝑒 𝑥 +1)2

Dengan menggunakan matematika, kita dapat menentukan dengan mudah


bahwa integral diruas kanan memiliki hasil 𝜋 2 /3. Jadi
𝐸 1 𝑑𝜑 𝜋2
𝐼 ≈ ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 2 𝑑𝐸 │𝐸 (𝑘𝑇)2
𝐹 3
𝐸 1 𝑑𝜑 𝜋2
= ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 2 𝑑𝐸 │𝐸 (𝑘𝑇)2
𝐹 6

Persamaan tersebut di atas adalah bentuk umum yang akan kita gunakan
untuk mencari integral yang melibatkan fungsi Fermi Dirac.

5. Energi Rata-Rata Elektron


Untuk mencari beberapa besaran yang dimiliki fermion, pertama kita harus
menghitung energi rata-rata elektron yang memenuhi persamaan

 Eg ( E ) f ( E )dE
E 0

 g ( E ) f ( E )dE
0

Kerapatan keadaan elektron ( karena memiliki dua arah spin) memenuhi


persamaan
3
8 2m 2 1
g (E)  3
E2
h
Pada persamaan diatas tampak bahwa pembilang persamaan dapat diamati sebagai
berikut
2
8 2m 3 1
 (E)  E2
h3
3
d 8 2m 2 1
3
 3
x E2
dE h 2
3 1
d 12 2m E 2 2

dE h3
3
E
8 2m
Es 2 f 3

  ( E )dE 
0 h3  E 2 dE
0
3
8 2m 2
Es 2 5

0  ( E )dE  h 3 x 5 E f2
Dengan demikian
3 3
8 2m 2 12 2m 2 
2 5 2 2 1
Pbl  x E  2 2
E F (kT )
F
h3 5 h3 6
Karena umumnya kT <<<𝐸𝐹 maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku
pertama sehingga kita dapat mengaproksimiasi
3
8 2m 2 2 2
5
Pbl  x EF
h3 5
Selanjutnya kita lihat penyebut persamaan diawal tadi tampak bahwa:
3
8 2m 2 2
1
 (E)  E
h3
3
d 8 2m 2 1  2
1
 x E
dE h3 2
3
d 4 2m 2  2
1
 E
dE h3
3
8 2m 2
EF EF 1

0  ( E ) dE 
h3 E
0
2
dE

3
8 2m
EF 2 3
2
  ( E )dE 
0 h 3
x E F2
3
Dengan demikian kita dapatkan
3 3
8 2m 4 2m 2 
3 2 1
2 2  2
Pnyb  x E  E F
2
( 2
kT
F )
h3 3 h3 6
Karena umumnya kT<<𝐸𝐹 maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku
pertama sehingga kita dapat mengaproksimasi
3
8 2m 2 3
3
Pnyb  3
x E F2
h 2
Dengan demikian energi rata-rata menjadi
Pbl
E
Pnyb
3
8 2m 2 2 2
5

3
x EF
E h 5
3
8 2m 2 2 2
3
x EF
h3 3
3
E  EF
5
Jika kita mengambil sampai orde kedua, maka energi rata – rata diperoleh dari
persamaan
3 3
8 2m 2 12 2m 2 
2 5 2 2 1
Pbl  x E  2 2
E F (kT )
F
h3 5 h3 6
Dan
3 3
8 2m 4 2m 2 
3 2 1
2 2  2
Pnyb  x E  E F
2 2
(
F kT )
h3 3 h3 6
Dengan persamaannya
3 3
8 2m 2 2 2 12 2m 2 2 2 
5 2 1
x E F  E F ( kT )
E h3 5 h3 6
3 3
8 2m 2 2 2 4 2m 2  2 2 
3 1 2
x E F  E F ( kT )
h3 3 h3 6
   
2
 15
1     2  kT 

3   24   E f  
E  EF  2 
5  
 3  2 kT   
1      
  24   E f  

6. Kapasitas Kalor Logam


Jika terdapat N elektron dalam asembli maka energi total semua elektron pada
sembarang suhu dapat diperoleh dari persamaan
   
2
 15
1     2  kT 

  
3
E  EF 
 24   f  
E
2 
 3  2  kT  
5 
1      
  24   E f  

U  NE
   
2
 15
1     2  kT 

3   24   E f  
U  NE F  2 
5   3  2  kT  
1      

    f  
24 E

Jika suhu sangat kecil dibandungkan dengan suhu Fermi maka kT <<𝐸𝐹 sehingga
persamaan diatas dapat diapromaksi sebagai berikut
1
      3  2  kT  
2 2
3   15  2  kT 

U  NE F 1    1      
5   24   E f     24   E F  
  

3   15   kT  2    3   kT  2 
U  NEF 1    2    1    2   
5     F     24   E F  
24 E

Dimana kita telah menggunakan aturan binomial 1  x   1  x untuk suku


1

kedua. Karena kT<<𝐸𝐹 kita dapat mempertahankan perkalian hanya sampai suku
yang mengandung T2. Dengan asumsi ini maka persamaan diatas dapat
diaproksimasi lebih lanjut menjadi

3   15   kT  2  3   kT  2 
U  NE F 1    2      2    \
5   24   E F   24   E F  

3  1  kT  2 
U  NE F 1   2   
5  2  E F  

Akhirnya kita dapatkan kapasitas panas elektronik, yaitu kapasitas panas yang
diperoleh dari sumbangan energi elektron, dengan sumbangan dari elektron adalah
dU
Ce 
dT
3 2 Nk 2
Ce  T
5E F
C e  T

Dengan   3 2 Nk 2 / 5E f tampak dari persamaan diatas bahwa kapasitas kalor

elektronik berubah secara linier terhadap suhu. Jika kita memiliki logam maka
kita memiliki sekaligus asembli fonon ( getaran atom) seta assembli fermion
(elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor logam mendapat kontribusi dari dua
macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu dibawah suhu Debye dan
dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum
C  T  AT 3
Suku pertama disumbangkan oleh elektron dansuku kedua dusimbangkan oleh
fonon. Persamaan diatas sudah dilakukan secara eksperimen. Berdasarkan
persamaan Ce  T maka nilai  kita dapat menentukan energi Fermi.
7. Emisi Termionik
Pada suhu yang cukup tinggi elektron dapat keluar dari permukaan
logam.Pada suhu tersebut sebagian elektron memilki energi yang sangat besar
yang sanggup melewati potensial penghalang di dinding logam.Filamen di dalam
tabung sinar katoda dipanaskan agar elekttron keluar dari logam filamen. Elektron
yang keluar kemudian ditarik dengan medan listrik yang cukup besar sehingga
menumbuk material luminisens pada layar yang menghasilkan spot cahaya.
Kita mulai dengan asumsi bahwa logam merupakan sumur potensial dengan
ketinggian dinding 𝐸0 . Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 11.6. elektron menempati
tingkat-tingkat energi dalam sumur potensial terson adalah ebut. pada suhu T=0,
energi maksimum yang dimiliki elektron adalah 𝐸0 (0).
Elektron yang bergerak ke arah permukaan logam akan meninggalkan logam jika
energi kinetik dalam arah tersebut melebihi Eo . Misalkan elektron sedang
bergerak ke arah x. Elektron akan lepas dari permukaan logam tersebut jika
terpenuhi

Jumlah elektron persatuan volum yang memiliki komponen kecepatan arah x


antara 𝑣𝑥 sampai 𝑣𝑥 + 𝑑𝑣𝑥 adalah


𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = {∫ ∫ 𝑛 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 ) 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥
−∞
−∞

Untuk elektron, satu tingkat energi dapat ditempati oleh dua elektron dengan arah
spin berlawanan. Sehingga kerapatan elektron dapat ditulis
2𝑑
𝑛 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 = 𝑓 (𝐸)
ℎ3
2𝑚3
= 𝑓 (𝐸) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ3
2𝑚3 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
=
ℎ3 𝑒 (𝐸 − 𝐸𝐹)𝑘𝑇 + 1
Karena kita tertarik pada elektron yang meninggalkan permukaan logam maka
fokus perhatian kita adalah pada elektron yang memiliki energi cukup jauh di atas
energi Fermi. Dengan pembatasan ini maka kita dapat mengaproksimasi (𝐸 −
𝐸𝐹 ) ≫ 𝑘𝑇 sehingga
1 1
≈ = 𝑒 𝐸𝐹 𝑘𝑇 𝑒 −𝐸/𝑘𝑇
𝑒 (𝐸 − 𝐸𝐹)𝑘𝑇 +1 𝑒 (𝐸 − 𝐸𝐹)𝑘𝑇
2𝑚3 𝐸 𝑘𝑇 −𝐸/𝑘𝑇
𝑛 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 ≈= 3 𝑒 𝐹 𝑒 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧

∞ ∞
2𝑚3 𝐸 𝑘𝑇
𝑛 (𝑣𝑥 ) 𝑑𝑣𝑥 ≈ {𝑒 𝐹 ∫ ∫ 𝑒 −𝐸/𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥
ℎ3
−∞ −∞
∞ ∞
2𝑚3 𝐸 𝑘𝑇 2 2 2
= 3
{𝑒 𝐹 ∫ ∫ 𝑒 −𝑚(𝑣𝑥 +𝑣𝑦 +𝑣𝑧 /2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥

−∞ −∞
∞ ∞
2𝑚3 2 2 2
= 3 𝑒 𝐸𝐹𝑘𝑇 { ∫ 𝑒 −𝑚𝑣𝑦 /2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 } { ∫ 𝑒 −𝑚𝑣𝑧 /2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑧 } 𝑒 −𝑚𝑣𝑥 /𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥

−∞ −∞

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hubungan umum


∫ 𝑒𝑥𝑝[−𝑥 2 ] 𝑑𝑥 = (𝜋/𝑙)1/2 . Dengan menggunakan hubungan ini maka
persamaan menjadi

2𝑚3 𝐸 𝑘𝑇 𝜋 𝜋 2
𝑛 (𝑣𝑥 ) 𝑑𝑣𝑥 = 3
𝑒 𝐹 {√ 𝑚 } {√ 𝑚 } 𝑒 −𝑚𝑣𝑥 /𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
ℎ ( ) ( )
2𝑘𝑇 2𝑘𝑇
4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 −𝑚𝑣2 /𝑘𝑇
= 𝑒 𝑥 𝑑𝑣𝑥
ℎ3
Jumlah elektron yang meninggalkan permukaan logam tiap satuan luas dengan
jangkauan kecepatan 𝑣𝑥 sampai 𝑣𝑥 + 𝑑𝑣𝑥 adalah
𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
𝑣𝑥2
Asalkan terpenuhi 𝑚 > 𝐸0 .
2

Jika 𝑞 adalah muatan elektron maka rapat arus yang dihasilkan adalah

𝐽= ∫ 𝑞 𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
𝑚𝑣𝑥2 =𝐸0

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸 𝑘𝑇 2
=𝑞 𝑒 𝐹 ∫ 𝑣𝑥 𝑒 −𝑚𝑣𝑥 /2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥
ℎ3
𝑚𝑣𝑥2 /2=𝐸0

Untuk menyelesaikan integral di atas mari kita misalkan𝑦 = 𝑚𝑣𝑥2 /2𝑘𝑇 .


Dengan pemisahan ini maka
𝑘𝑇
𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑥 = 𝑑𝑦
𝑚

Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk 𝑦. Syarat batas bawah


𝑚𝑣𝑥2 /2 = 𝐸0 ekivalen dengan 𝑦 = 𝐸0 /kT. Syarat batas 𝑣𝑥 = ∞ ekivalen
dengan 𝑦 = ∞. Dengan demikian dapat ditulis

4𝜋𝑚2 𝑘𝑇 𝐸 𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝐽= 𝑞 𝑒 𝐹 ∫ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦
ℎ3 𝑚
𝐸0 /𝑘𝑇

4𝜋𝑚𝑘 2 𝑇 2 𝐸 𝑘𝑇
= 𝑞 𝑒 𝐹 ∫ 𝑒 −𝑦 𝑑𝑦
ℎ3
𝐸0 /𝑘𝑇

4𝜋𝑚𝑘 2 𝑇 2 𝐸 𝑘𝑇 −𝐸 /𝑘𝑇
= 𝑞 𝑒 𝐹 𝑒 0
ℎ3
4𝜋𝑚𝑘 2 𝑇 2 −(𝐸 −𝐸 )/𝑘𝑇
= 𝑞 𝑒 0 𝐹
ℎ3
Dengan A konstanta dan  = 𝐸0 − 𝐸𝐹 merupakan tinggi dinding potensial. gambar
11.7 adalah contoh kebergantungan kerapatan arus termionik terhadap suhu. Pada
perhitungan digunakan  = 2,5 eV
8. Teori Bintang Katai Putih
Bintang katai putih adalah bintang yang sudah kehabisan bahan bakar
hydrogen. Tidak ada reaksi fusi lebih lanjut. Materi penyusun bintang hanyalah
helium.Sumber energi bintang semata-mata karena energi gravitasi yang berasal
dari kontraksi bintang secara perlahan-lahan. Energi yang dipancarkan sangat
sedikit sehingga bintang tampak putih remang-remang. Contoh bintang ini adalah
pengiring Sirius. Bintang ini tidak tampak oleh mata karena terlalu redup tetapi
secara periodik menutup sirius. Bintang ini dan sirius berotasi mengelilingi pusat
massa keduanya.
Perkiraan besaran-besaran fisis bintang katai putih
Kerapatan  1010 kg/m3 107
Massa  1030 kg 
Suhu pusat  107 K  TM

Suhu sebesar 107 K berkaitan dengan energi sebesar kT  1,3  10-16 J  10-3 eV.
Pada suhu ini semua atom helium terionisasi. Bintang katai putih dapat dipandang
sebagaiu kumpulan inti helium dan lektron-elektron yang bergerak bebas
Berdasarkan data kerapatan biontang kita dapat memperkirakan jumlah
atom helium persatuan volume. Massa atom helium adalah 4  (1,67  10-27 kg )
 6  10-27 kg. Jumlah atom helium per satuan volum adalah
𝜌 1
𝑁𝑁𝑒 = = × 1037 atom/𝑚3
6×10−27 6
Satu atom helium menyambung dua elektron. Dengan demikian, kerapatn
elektron adalah
1
𝑛 = 2𝑁𝑁𝑒 = × 1037 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛/𝑚3
3
Kerapatan ini melahirkan energi fermi sebesar
3⁄2 3⁄2
2𝜋ħ 3√𝜋 2𝜋ħ 3𝑛√𝜋
𝐸𝑟 = ( ) ( 4𝑣 ) =( )( ) ≈20 MeV
𝑚 𝑚 4𝑣

Tampak bahwa EF>> energi termal


Dapat dikatakan bahwa dalam bintang katai putih, elektron menempati tingkat-
tingkat energi paling dasar, jjauh di bawah energi fermi. Keadaan ini sangat mirip
dengan assembli elektron yang berada pada suhu mendekati nol.
Jadi meskipun suhu bintang katai sangat tinggi, tetapi kerapatn yang luar biasa
tinggi menyebabkan energi fermi sangat besar. Energi yang dimiliki elektron
sangat jauh di bawah energi fermi. Dari sifat ini kita dapat lakukan idealisasi sbb
a) Bintang katai putih adalah adalah assembli N elektron pada keadaan dasar
dengan kerapatan sangat tinggisehingga dinamika elektron harus
dijelaskan secara relativistik
b) Elektron bergerak dalam N/2 buah inti helium yang melakukan gaya
gravitasi sehingga seluruh sistem menyatu membentuk bintang.
Ada 3 mekanisme yang harus diperhitungkan secara bersama pada bintang katai
putih, yaitu :
a) Tekanan elektron akibat ekslusi Pauli
b) Hukum gravitasi
c) Dinamika relativistik
Perhitungan yang sedikit rumit menghasilkan tekanan yang dihasilkan gas Fermi
dalam bintang katai putih memenuhi
 untuk kasus non relativistik
̅ 5⁄3
4 𝑀
𝑃0 ≈ 𝐾 5
5 𝑅̅
 untuk kasus relativistik
̅ 4⁄3 𝑀
𝑀 ̅ 2⁄3
𝑃0 ≈ 𝐾 ( 4 − 2 )
𝑅̅ 𝑅̅
Dengan
𝑚𝑒 𝑐 2 𝑚𝑒 𝑐 3
𝐾=− ( )
12𝜋 2 ħ
9𝜋 𝑀
̅=
𝑀
8 𝑚𝑝
𝑅
𝑅̅ =
ħ⁄𝑚𝑒 𝑐

Kondisi Keseimbangan
Jika tidak ada interaksi gravitasi . kerapatan materi bintang akan homogeny dan
materi bintang tersebar dalam ruang yang tak berhingga. Gravitasi yang
menyebabkan kerapatan materi makin besar ketika menuju ke pusat bintang.
Gravitasi yang menyebabkan bintang memiliki batas terluar, yaitu tidak tersebar
dalam ruang tak terhingga. Apabila gravitasi tidak ada maka agar bintang
memiliki batas terluar yang jelas diperlukan dinding pembatas untuk menahan
materi. Kerja yang diperlukan untuk mengkompresi materi bintang ke bentuk
yang memiliki massa dan jari-jari tertentu sehingga memiliki tekanan Po adalah
𝑅

𝑊 = − ∫ 𝐹⃗ . 𝑑𝑟⃗

𝑅

𝑊 = − ∫(𝑃0 4𝜋𝑟 2 )𝑑𝑟



Jika tiba-tiba interaksi gravitasi di-on-kan, bagian-bagian bintang akan saling
tarik-menarik sehingga menghasilkan penurunan energy. Jumlah penurunan
energi tersebut disebut “gravitational self energy”. Besarnya energi tersebut dapat
diperkirakan sebagai berikut.
Energi potensial gravitasi dua massa M1 dan M2 yang terpisah sejauh R
adalah
𝑀1 𝑀2
𝐸𝑝 = −𝐺
𝑅
“gravitational self energy” diperkirakan memiliki bentuk kebergantungan pada
massa dan jarak yang sama. Sehingga dapat ditulis,
𝑀2
𝐸𝑠𝑒𝑙𝑓 = −𝛼𝐺
𝑅
dengan 𝛼 adalah sebuah bilangan positif yang nilainya sekitar satu.
Karena ukuran bintang tidak lagi berubah maka gaya yang dilakukan oleh
“gravitational self energy” harus tepat mengkompensasi gaya yang dilakukan
“oleh dinding bintang”.
Gaya oleh dinding bintang adalah
𝑅
𝑑𝑊 𝑑
𝐹𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 =− = ∫ 𝑃0 (4𝜋𝑟 2 ) 𝑑𝑟
𝑑𝑅 𝑑𝑅

𝐹𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 4𝜋𝑃0 𝑅 2
Gaya oleh “Gravitational self energy”
𝑑𝐸𝑠𝑒𝑙𝑓 𝑀2
𝐹𝑠𝑒𝑙𝑓 = − = −𝛼𝐺 2
𝑑𝑅 𝑅
Dalam keadaan seimbang kedua gaya tersebut saling meniadakan
𝐹𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝐹𝑠𝑒𝑙𝑓 = 0
𝑀2
4𝜋𝑃0 𝑅 2 − 𝛼𝐺 =0
𝑅2
atau
𝛼 𝐺𝑀2
𝑃0 =
4𝜋 𝑅 4
𝛼 8𝑚𝑝 2 𝑚𝑒 𝑐 4 𝑀̅2
𝑃0 = 𝐺( ) ( ) 4
4𝜋 9 ℎ 𝑅̅
𝑀̅2
𝑃0 = 𝐾 ′
𝑅̅ 4
Dengan


𝛼 8𝑚𝑝 2 𝑚𝑒 𝑐 4
𝐾 = 𝐺( ) ( )
4𝜋 9 ℎ
Bintang katai memiliki kerapatan sangat tinggi sehingga memenuhi persamaan
relativistik.

𝑀̅2 ̅ 4⁄3 𝑀
𝑀 ̅ 2⁄3
𝐾′ 4 = 𝐾 ( 4 − 2 )
𝑅̅ 𝑅̅ 𝑅̅
Yang akhirnya memberikan ungkapan jari-jari bintang katai putih
2⁄
̅ 3
̅ 3⁄2 √1 − (𝑀
𝑅̅ = 𝑀 ⁄̅̅̅̅ )
𝑀0

Dengan
3⁄ 3⁄
3⁄ 27𝜋 2 ħ𝑐 2
𝑀0 = (𝐾⁄𝐾 ′ )
̅̅̅̅ 2
=( ) ( )
64𝛼 𝐺𝑚𝑝 2
Dengan mengambil 𝛼 ≈ 1 maka,
8𝑚𝑝
𝑀0 ≈ ̅̅̅̅
𝑀 ≈ 1030 𝑘𝑔 ≈ 𝑀𝑀
9𝜋 0
̅ > ̅̅̅̅̅
Dari persamaan tampak bahwa tidak ada solusi jika 𝑀 𝑀0 . Hasil ini
mengindikasikan bahwa tidak mungkin bintang katai putih memiliki massa lebih
besar daripada massa matahari. Ada batas terbesar massa bintang agar menjadi
katai putih. Perhitungan lebih teliti oleh Chandrasekhar menunjukkan bahwa
massa maksimum sebuah bintang agar menjadi katai putih adalah 1,4 M M. Nilai
ini dikenal dengan limit Chandrasekhar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac dapat disimpulkan
bahwa
1. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di bawah
energi maksimum yang disebut dengan energi Fermi, sehingga fungsi
distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas tersebut.
2. Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron pada
suhu 0 K.
3. Pada suhu T > 0 K sudah ada fermion yang menempati tingkat energi di
atas energi Fermi fermion yang menempati tigkat energi di bawah
sehingga energi Fermi menjadi berkurang. Akibatnya terjadi distorsi
distribusi Fermi Dirac yang hanya berada pada daerah yang ordenya
sekitar kT di sekitar energy Fermi.
𝐸 1 𝑑𝜑 𝜋2
4. 𝐼 ≈ ∫0 𝐹 𝜑(𝐸)𝑑𝐸 + 2 𝑑𝐸 │𝐸 (𝑘𝑇)2 merupakan persamaan yang
𝐹 3

digunakan untuk mencari integral yang melibatkan fungsi Fermi Dirac.


5. Energy rata-rata electron

6. pada suhu dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka kapasitas
panas logam memenuhi persamaan umum
C  T  AT 3
7. Pada bintang katai putih, elektron menempati tingkat-tingkat energi paling
dasar, jauh di bawah energi fermi. Meskipun suhu bintang katai sangat
tinggi, tetapi kerapatn yang luar biasa tinggi menyebabkan energi fermi
sangat besar. Energi yang dimiliki elektron sangat jauh di bawah energi
fermi.
B. Saran
Sebelum mempelajari mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac, hal yang perlu
dipahami terlebih dulu adalah prinsip statistic Fermi-dirac, kerapatan keadaan
kuantum dan beberapa teknik integral
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin.2009.Pengantar Fisika Statistik.Bandung: Institut


Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai