Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIKA NUKLIR

MODEL GAS FERMI

DISUSUN OLEH:

INDRIANI (H21116311)
WANDI JANWAR (H21116003)
NURLINA (H21116
FIRDA ERLIANI (H21116
MUHAMMAD ARKAN (H

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Gas Fermi” dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Nuklir.
Makalah ini memberikan gambaran mengenai model gas Fermi-Dirac pada suhu
0 K, energi Fermi, distribusi fungsi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K, integral yang
mengandung fungsi Fermi-Dirac, energi rata-rata elektron, kapasitas kalor logam,
emisi termionik, dan teori bintang katai putih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya
makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran, penulis mengucapkan terima
kasih.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya untuk mengetahui munculnya model gas
fermi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Generalisasi perilaku partikel merupakan cirri pokok dari pendekatan
statistik. Sampai saat ini pendekatan statistik cukup memadai untuk
merepresentasikan keadaan sistem dan perilaku partikel penyusunnya. Oleh
karena itu perlu disusun cara memahami keadaan suatu system dan perilaku
partikel pada sistem partikel yang memenuhi hukum-hukum fisika klasik maupun
fisika modern.
Pada bagian awal dalam kuliah ini menerangkan tentang dasar-dasar
statistik dan fungsi distribusi partikel sebagai pengetahuan dasar dalam
memahami penerapan statistik pada sistem partikel. Sistem yang tersusun oleh
partikel-partikel tidak identik (terbedakan) dan mematuhi hukum-hukum fisika
klasik dapat didekati dengan statistik klasik Maxwell-Boltzmann. Sedangkan pada
sistem yang tersusun oleh partikel-partikel identik (tidak terbedakan), hukum-
hukum fisika klasik tidak cukup memadai untuk merepresentasikan keadaan
sistem dan hanya dapat diterangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum. Sistem
semacam ini dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik Fermi-Dirac
dan Bose-Einstein. Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk menerangkan perilaku
partikel-partikel identik yang memenuhi larangan Pauli, sedangkan statistik Bose-
Einstein sangat tepat untuk menerangkan perilaku partikel-partikel identik yang
tidak memenuhi larangan Pauli.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, statistic Fermi-dirac dirumuskan
untuk assembli fermion, yaitu system kuantum dengan spin merupakan kelipatan
ganjil dari ħ/2. System ini memiliki satu sifat khas yaitu memenuhi pinsip
eksklusi pauli. Berdasarkan prinssip ini maka tidak ada fermion yang boleh
memiliki sekumpulan bilangan kuantum yang sama. Satu keadaan energy hanya
boleh ditempati maksimum oleh dua fermion dengan syarat arah spin harus
berlawanan.
Setelah memahami bagaimana statistic Fermi-dirac, kita harus memahami
pula bagaimanakah aplikasi dari statistic yang memenuhi prinsip ekslusi pauli
ini.oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai distribusi Fermi-dirac
pada suhu 0 K, energi Fermi, distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K, energi rata-
rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac, sampai teori bintang katai putih.
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan energi Fermi?
2. Bagaimana fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K?
3. Apa saja fungsi integral yang mengandung fungsi Fermi-Dirac?
4. Bagaimana energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac?
5. Bagaimana kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac?
6. Bagaimana emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian energi Fermi.
2. Untuk mengetahui fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K.
3. Untuk mengetahui integral yang mengandung fungsi Fermi-Dirac.
4. Untuk mengetahui energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac.
5. Untuk mengetahui kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac.
6. Untuk mengetahui emisi termionik dalam fungsi Fermi-Dirac.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Energi Fermi
Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron pada
suhu 0 K. Dengan prinsip larangan pauli, fermion akan mengisi semua tingkat
energi yang tersedia. Namun pada suhu 0 K, tidak ada satupun fermion yang
menempati energi di atas energi Fermi seperti yang telah ditunjukkan oleh gambar
fungsi distribusi Fermi dirac pada suhu 0 K.
Untuk mendapatkan persamaan energi Fermi, kita dapat menghitung
terlebih dahulu jumlah total fermion, yaitu

N=V ∫ n ( E ) dE
0


N=V ∫ g ( E ) f ( E ) dE
0

Jumlah total fermion dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K karena fungsi
distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika perhitungan
dilakukan pada T=0 maka

EF ∞
N=V ∫ g ( E ) f ( E ) dE+ V ∫ g ( E ) f ( E ) dE
0 EF

EF ∞
N=V ∫ g ( E ) x 1 x dE +V ∫ g ( E ) x 0 x dE
0 EF

EF

N=V ∫ g ( E ) dE
0

Rumus kerapatan keadaan per satuan volume, yaitu

3 1
1
g ( E )= 3 4 π √2 m 2 E 2
h

Khusus untuk electron, karena satu keadaan dapat ditempati oleh dua fermion
yang spin yang berlawanan, maka jumlah total fermion dapat dihitung,
EF 3 1
1
N=V ∫ 2 x 3
4 π √2 m 2 E 2 dE
0 h

3 EF 1
V
N= 3 8 π √ 2 m2 ∫ E 2 dE
h 0

3 3
V 2
N= 3 8 π √ 2 m2 x E F 2
h 3

( )
3
3N 2m
= 2 EF 2
8 πV h

( ) = 2mh E
2
3N 3
2 F
8 πV

h2 3 N
( )
2
3
EF=
2 m 8 πV

Persamaan tersebut di atasdisebut dengan energi Fermi. Melalui hubungan suhu


Fermi yang berbanding lurus dengan energi Fermi, maka dapat diperoleh
pernyataan mengenai suhu Fermi pada suhu 0 K sebagai berikut

EF
T F=
k

h2 3 N
( )
2
T F= 3
2mk 8 πV

2. Fungsi Distribusi Fermi Dirac pada Suhu T > 0 K


Pada suhu T > 0 K , maka sudah ada fermion yang menempati tingkat
energi di atas energi Fermi. Hal ini menyebabkan jumlah fermion yang
menempati tigkat energi di bawah energi Fermi menjadi berkurang. Namun, tidak
ada fermion yang memiliki energi yang jauh di atas energi Fermi dan belum ada
pula fermion yang memiliki energi yang jauh di bawah energi Fermi. Akibatnya
terjadi distorsi distribusi Fermi Dirac hanya di sekitar energi Fermi saja. Distorsi
tersebut hanya berada pada daerah yang ordenya sekitar kT di sekitar energy
Fermi. Gambar di bawah ini adalah bentuk fungsi distribusi Fermi dirac pada
berbagai suhu.

3. Integral Yang Mengandung Fungsi Fermi Dirac


Kita selanjutnya akan sering berhadapan dengan integral yang mengandung fungsi
distribusi Fermi-Dirac. Misalkan saat menghitung energy rata-rata fermion, kita
mengintegralkan energy dikali kerapatan keadaan dikali fumgsi Fermi-Dirac.
Khusus untuk suhu diatas 0 K, integral yang melibatkan fungsi Fermi-Dirac sulit
dilakukan. Suatu pendekatan perlu ditempuh untuk mendapatkan hasil integral
secara analitik. Memang, dengan menggunakan software yang sesuai, seperti
matematika, kendala tersebut dapat diatasi dengan mudah. Tetapi ketika ingin
mendapatkan ungkapan secara analitik sederhana, mau tidak mau kita mesti
memecahkan integral tersebut dengan aproksimasi yang reasonable.

Pada bagian ini kita mencari bentuk umum integral yang berupa perkalian
fungsi Fermi-Dirac dengan fungsi sembarang. Bentuk umum tersebut dapat
diperoleh berkat beberapa kekhasan dari fungsi Fermi-Dirac. Mari kita pecahkan
integral bentuk umum berikut ini


I=∫ φ ( E ) f ( E)dE Dimana φ ( E )
0

sembarang fungsi dari E . Kita selanjutnya mendefinisikan fungsi berikut ini.

E
ψ ( E )=∫ φ ( E ) dE
0
Dari definisi tersebut kita mendapatkan

dψ =φ ( E ) dE

sehingga,


I =∫ f ( E)d ψ
0

Selanjutnya kita menggunakan dalil rantai untuk menguraikan integral.


Dalil tersebut terbentuk ∫ udv=uv−∫ vdu . Dengan dalil ini maka persamaan
menjadi


df
I =[f (E)ψ ( E)] −∫ ψ

0 dE
0 dE


df
¿ [ f ( ∞ ) ψ ( ∞ )−f ( 0 ) ψ ( 0 ) ] −∫ ψ dE
0 dE

Tetapi, berdasarkan definisi fungsi Fermi-Dirac kita dapatkan f ( ∞ ) =0 dan f ( 0 ) =1.


Selanjutnya berdasarkan definisi ψ pada persamaan sebelumnya kita dapatkan

∞ 0
ψ ( ∞ )=∫ φ ( E ) dE , dan ψ ( 0 )=∫ φ ( E ) dE=0
0 0

Dengan demikian persamaan menjadi

[ ]
∞ ∞
dF
I = 0 x ∫ φ ( E ) dE−1 x 0 −∫ ψ dE
0 0 dE


dF
¿−∫ ψ dE
0 dE

Selanjutnya kita uraikan ψ (E)dalam deret Taylor di sekitar E F hingga suku ketiga
yaitu

dψ 1 d2 2
ψ E =ψ ( E F ) +
( ) │ E ( E−E F ) + 2 E (
│ E−E F )
dE F
2dE F

Berdasarkan definisi ψ ( E ) dalam persamaan sebelumnya maka kita dapatkan


EF

ψ ( EF )=∫ φ ( E ) dE
0

dψ dφ dψ
= sehingga │ =φ( E F )
dE dE dE E F

d 2 ψ dφ d2 ψ d2φ
= sehingga │ E = │E
dE 2 dE dE2 dE2 F F

Sehingga,

EF
1 dφ
ψ ( E )=∫ φ ( E ) dE+φ(E F ) ( E−EF ) + │ ( E−E F )2
0
2 dE E F

kemudian,

{∫ }
∞ EF
1 dφ df
I =−∫
2
φ ( E ) dE+ φ ( EF ) ( E−E F ) + │E ( E−E F ) − dE
0 0 2 dE F
dE

EF ∞ ∞
df df 1 dφ 2 df
¿−∫ φ ( E ) dE−∫ dE−¿ φ ( E F )∫ ( E−E F ) dE− │E ( E−E F ) dE ¿
0 0
dE 0
dE 2 dE dE F

EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE [ f ( ∞ ) −f ( 0 ) ] −φ ( E F ) ∫ ( E−EF ) dE− │ E ∫ ( E−E F )2 dE
0 0
dE 2 dE 0
dE F

EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE [ f ( 0 )−f ( 1 ) ] −φ ( E F )∫ ( E−E F ) dE− │ ∫ ( E−E F ) 2 dE dE
0 0
dE 2 dE E F
0

EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE−φ ( E F ) ∫ ( E−E F ) dE− │ E ∫ ( E−E F )2 dE
0 0
dE 2 dE 0
dE F

Perhatian integral suku kedua diruas kanan persamaan di atas. fungsi


df /dE merupakan fungsi genap di sekitar E F , seperti diperlihatkan gambar 11.3.
fungsi ( E−EF ) sendiri merupakana fungsi ganjil di sekitar E F . Dengan demikian,
perkalian ( E−EF )df /dE merupakan fungsi ganjil disekitar E F sehingga integral
perkalian tersebut dalam daerah dari E yang jauh lebih kecil dari E F sampai E
yang lebih besar dari E F hasilnya nol. Dengan demikian kita peroleh
EF ∞
1 dφ df
I=∫ φ ( E ) dE−
2 dE E ∫
│ (E−E F )2 dE
0
F
0
dE

Selanjutnya, dari fungsi distribusi Fermi-Dirac kita akan dapatkan

df exp [ E−EF ] /kT 1


=
dE (exp ⁡[ E−E F ]/kT + 1)2 kT

Untuk menyelesaikan integral di ruas kanan persamaan sebelumnya mari kita


definisikan x=( E−E F )/kT .

Dengan definisi tersebut maka

x
df e 1
= x
dE ( e +1) kT
2

2 2 2
( E−E F ) = ( kT ) x

dE=kT dx

Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk x . Jika E=0 maka


x=−E F /kT dan jika E=∞ maka x=∞. Akhirnya persamaan di atas dapat ditulis
sebagai

EF ∞
1 dφ
I =∫ φ ( E ) dE− │ ∫¿¿
0
2 dE E − E
F F /kT
0
EF ∞
1 dφ −e x
¿ ∫ φ ( E ) dE+ │E ( kT )2 ∫ x 2 x dx
0
2 dE F
−E /kT (e +1)
F
2

Untuk T sekitar suhu kamar maka berlaku E F ≫ kT sehingga → ∞ . Dengan


demikian

EF ∞ x
1 dφ e
I ≈ ∫ φ ( E ) dE+ │E (kT ) ∫ x x
2 2
dx
0
2 dE F
−∞ (e +1)2

Dengan menggunakan matematika, kita dapat menentukan dengan mudah bahwa


integral diruas kanan memiliki hasil π 2 /3. Jadi

EF 2
1 dφ 2 π
I ≈ ∫ φ ( E ) dE+ │E (kT )
0
2 dE F
3

EF 2
1 dφ 2 π
¿ ∫ φ ( E ) dE+ │E (kT )
0
2 dE F
6

Persamaan tersebut di atas adalah bentuk umum yang akan kita gunakan untuk
mencari integral yang melibatkan fungsi Fermi Dirac.

4. Energi Rata-Rata Elektron


Untuk mencari beberapa besaran yang dimiliki fermion, pertama kita harus
menghitung energi rata-rata elektron yang memenuhi persamaan

∫ Eg( E )f ( E )dE
0
E= ∞
∫ g( E )f ( E )dE
0

Kerapatan keadaan elektron ( karena memiliki dua arah spin) memenuhi


persamaan

3
1
8π √2m 2 2
g( E )= E
h3
Pada persamaan diatas tampak bahwa pembilang persamaan dapat diamati sebagai
berikut

2
1
8 π √2 m 2 3
ϕ ( E )= E
h3

3
1
dϕ 8 π √2 m 3 2 2
= x E
dE h3 2
3 1
dϕ 12 π √ 2 m2 E 2
=
dE h3

3
Es E 3

∫ ϕ( E )dE=8h3π √ 2 m
2 f
∫E 2
dE
0 0
3
Es 5
8π √2m 2 2 2
∫ ϕ( E )dE= 3
x Ef
5
0 h

Dengan demikian

3 3
5 1
8 π √ 2m 2 2
12 π √ 2 m E 2 ( kT )2 π 2
2
Pbl= 3
x E F2 + 3 F
h 5 h 6

Karena umumnya kT <<< E F maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku
pertama sehingga kita dapat mengaproksimiasi

3
5
8 π √2 m 2 2 2
Pbl≈ x EF
h3 5

Selanjutnya kita lihat penyebut persamaan diawal tadi tampak bahwa:

3
1
8 π √2 m 2 2
ϕ ( E )= E
h3
3
1
dϕ 8 π √ 2 m 2 1 − 2
= x E
dE h3 2
3
1
dϕ 4 π √ 2 m − 22
= E
dE h3

3
EF E 1
2 F
∫ ϕ( E )dE=8h3π √ 2m ∫E 2
dE
0 0
3
EF 3

∫ ϕ( E )dE=8h3π √2 m x 23 E2F
2

Dengan demikian kita dapatkan

3 3
3 1
8 π √2m 2 2
4π √2 m E− 2 ( kT )2 π 2
2
Pnyb= x E 2F + F
h3 3 h3 6

Karena umumnya kT<< E F maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku
pertama sehingga kita dapat mengaproksimasi

3
3
8 π √2 m 3 22
Pnyb≈ x EF
h3 2

Dengan demikian energi rata-rata menjadi

Pbl
E=
Pnyb
3
5
8 π √2 m 2 2
2
x EF
h3 5
E= 3
3
8 π √2 m 2 2
2
x EF
h3 3
3
E= E F
5

Jika kita mengambil sampai orde kedua, maka energi rata – rata diperoleh dari
persamaan
3 3
5 1
8 π √ 2m 2 2
12 π √ 2 m E 2 ( kT )2 π 2
2
Pbl= 3
x E F2 + 3 F
h 5 h 6

Dan

3 3
3 1
8 π √2m 2 2
4π √2 m E− 2 ( kT )2 π 2
2
Pnyb= x E 2F + F
h3 3 h3 6

Dengan persamaannya

3 3
5 1
8π √2m 2 2
12 π √ 2 m E2 (kT )2 π 2
2
x E2F + 3 F
h3 5 h 6
E= 3 3
3 1
8 π √ 2 m 2 2 4 π √ 2 m −2
2

2 2
x E + E (kT )
h
3 3 F h3 F
6

[ ( ) ( )
]
2
15 2 kT
1+ π
3 24 Ef
E= E F
1+ ( ) π
(E )
5 3 kT 2
2

24 f

5. Kapasitas Kalor Logam


Jika terdapat N elektron dalam asembli maka energi total semua elektron pada
sembarang suhu dapat diperoleh dari persamaan

[ ( ) ( )
]
2
15 2 kT
1+ π
3 24 Ef
E= E F
1+( ) π
(E )
5 3 kT 2
2

24 f

U=N E

[ ]( ) ( )
2
15 2 kT
1+ π
3 24 Ef
U= NE F
1+( ) π
(E )
5 3 kT 2
2

24 f
Jika suhu sangat kecil dibandungkan dengan suhu Fermi maka kT << E F sehingga
persamaan diatas dapat diapromaksi sebagai berikut

[ ( ) ( ) ][ ( ) ( ) ]
2 2 −1
3 15 2 kT 3 2 kT
U= NE F 1+ π 1+ π
5 24 Ef 24 EF

[ ( ) ( ) ][ ( ) ( ) ]
2 2
3 15 2 kT 3 2 kT
U≈ NE F 1+ π 1− π
5 24 EF 24 EF

−1
Dimana kita telah menggunakan aturan binomial ( 1+x ) ≈1−x untuk suku
kedua. Karena kT<< E F kita dapat mempertahankan perkalian hanya sampai suku
yang mengandung T2. Dengan asumsi ini maka persamaan diatas dapat
diaproksimasi lebih lanjut menjadi

[ ( ) ( ) ( ) ( )] [ ( )]
3 15 2 kT 2 3 2 kT 2 3 1 2 kT 2
U≈ NEF 1+ π − π }¿U≈ NEF 1+ π
5 24 EF 24 EF 5 2 EF
Akhirnya kita dapatkan kapasitas panas elektronik, yaitu kapasitas panas yang
diperoleh dari sumbangan energi elektron, dengan sumbangan dari elektron adalah

dU
C e=
dT
3 π 2 Nk 2
C e= T
5 EF
C e=γT

2 2
Dengan γ =3 π Nk /5 E f tampak dari persamaan diatas bahwa kapasitas kalor
elektronik berubah secara linier terhadap suhu. Jika kita memiliki logam maka
kita memiliki sekaligus asembli fonon ( getaran atom) seta assembli fermion
(elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor logam mendapat kontribusi dari dua
macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu dibawah suhu Debye dan
dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persamaan umum
3
C=γT + AT

Suku pertama disumbangkan oleh elektron dansuku kedua dusimbangkan oleh


fonon. Persamaan diatas sudah dilakukan secara eksperimen. Berdasarkan

persamaan
C e=γT maka nilai γ kita dapat menentukan energi Fermi.

6. Emisi Termionik
Pada suhu yang cukup tinggi elektron dapat keluar dari permukaan
logam.Pada suhu tersebut sebagian elektron memilki energi yang sangat besar
yang sanggup melewati potensial penghalang di dinding logam.Filamen di dalam
tabung sinar katoda dipanaskan agar elekttron keluar dari logam filamen. Elektron
yang keluar kemudian ditarik dengan medan listrik yang cukup besar sehingga
menumbuk material luminisens pada layar yang menghasilkan spot cahaya.

Kita mulai dengan asumsi bahwa logam merupakan sumur potensial dengan
ketinggian dinding E0 . Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 11.6. elektron menempati
tingkat-tingkat energi dalam sumur potensial terson adalah ebut. pada suhu T=0,
energi maksimum yang dimiliki elektron adalah E0 (0) .

Elektron yang bergerak ke arah permukaan logam akan meninggalkan logam jika
energi kinetik dalam arah tersebut melebihi Eo . Misalkan elektron sedang
bergerak ke arah x. Elektron akan lepas dari permukaan logam tersebut jika
terpenuhi
Jumlah elektron persatuan volum yang memiliki komponen kecepatan arah x
antara v x sampai v x +d v x adalah

{∫ ∫ }
∞ ∞
nx ( vx ) d v x= n ( v x , v y , v z ) ⅆ v y dv z d v x
−∞ −∞

Untuk elektron, satu tingkat energi dapat ditempati oleh dua elektron dengan arah
spin berlawanan. Sehingga kerapatan elektron dapat ditulis

2d
n ( v x , v y , v z ) ⅆ v x ⅆ v y dv z=f ( E ) 3
h

2m3
¿ f ( E ) ⅆ v x ⅆ v y dv z
h3

2m3 ⅆ v x ⅆ v y dv z
¿
h3 e ( E− E ) kT +1 F

Karena kita tertarik pada elektron yang meninggalkan permukaan logam maka
fokus perhatian kita adalah pada elektron yang memiliki energi cukup jauh di atas
energi Fermi. Dengan pembatasan ini maka kita dapat mengaproksimasi
( E−E F ) ≫ kT sehingga

1 1 EF kT −E / kT
( E −E F ) kT
≈ ( E −E F ) kT
=e e
e +1 e
2 m3 E kT −E / kT
n ( v x , v y , v z ) ⅆ v x ⅆ v y dv z ≈= 3 e F
e ⅆ v x ⅆ v y dv z
h

{ }
3 ∞ ∞
2m E
n ( vx ) ⅆ v x ≈ 3 e
h
F kT
∫ ∫ e− E /kT ⅆ v y dv z ⅆ vx
−∞ −∞

2m3
¿ ¿
h3

{ }{ }
3 ∞ ∞
2m E
∫e ∫ e−m v / 2 kT d v z
2 2 2
kT −m v y / 2kT −m v x /kT
¿ 3
e F
d vy z
e d vx
h −∞ −∞

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hubungan umum


∫ exp [−x 2 ] ⅆx = ( π /l )1/2 . Dengan menggunakan hubungan ini maka persamaan
menjadi

{√ }{√ }
3
2m E kT π π −m v / kT
2

n ( v x ) ⅆ v x= e F
e d vxx

h
3
m m
( ) ( )
2 kT 2 kT

2
4 π m kT −m v / kT 2

¿ 3
e d vx x

Jumlah elektron yang meninggalkan permukaan logam tiap satuan luas dengan
jangkauan kecepatan v x sampai v x +d v x adalah

v x nx ( v x ) d v x

v 2x
Asalkan terpenuhi m > E0.
2

Jika q adalah muatan elektron maka rapat arus yang dihasilkan adalah


J= ∫2
q v x n x ( v¿ ¿ x )d v x ¿
m v x =E 0


4 π m2 kT E 2
−m v x / 2 kT
¿q
h3
e F kT

2
vxe d vx
mv x /2=E 0

Untuk menyelesaikan integral di atas mari kita misalkan y=mv 2x / 2 kT .


Dengan pemisahan ini maka

kT
v x d v x= ⅆy
m
Selanjutnya kita tentukan syarat batas untuk y . Syarat batas bawah
2
m v x /2= E0 ekivalen dengan y=E 0 / kT . Syarat batas v x =∞ ekivalen
dengan y=∞. Dengan demikian dapat ditulis

2 ∞
4 π m kT E kT
J=q
h3
e F kT
∫ −y
e
m
dy
E0 /kT

2 2 ∞
4 πm k T E
¿q
h
3
e F kT
∫ e dy
−y

E0 /kT

2 2
4 πm k T E kT − E0 /kT
¿q 3
e F
e
h

4 πm k 2 T 2 −(E − E )/ kT
¿q 3
e 0 F

Dengan A konstanta dan  = E0 −EF merupakan tinggi dinding potensial. gambar


11.7 adalah contoh kebergantungan kerapatan arus termionik terhadap suhu. Pada
perhitungan digunakan  = 2,5 eV
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron pada
suhu 0 K.
2. Pada suhu T > 0 K sudah ada fermion yang menempati tingkat energi di
atas energi Fermi fermion yang menempati tigkat energi di bawah
sehingga energi Fermi menjadi berkurang. Akibatnya terjadi distorsi
distribusi Fermi Dirac yang hanya berada pada daerah yang ordenya
sekitar kT di sekitar energy Fermi.
EF
1 dφ π2
3. I ≈ ∫ φ ( E ) dE+ │E (kT )2 merupakan persamaan yang digunakan
0
2 dE F
3
untuk mencari integral yang melibatkan fungsi Fermi Dirac.
4. Energy rata-rata electron

5. pada suhu dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka kapasitas
panas logam memenuhi persamaan umum
3
C=γT + AT
B. Saran
Sebelum mempelajari mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac, hal yang
perlu dipahami terlebih dulu adalah prinsip statistic Fermi-dirac, kerapatan
keadaan kuantum dan beberapa teknik integral
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin.2009.Pengantar Fisika Statistik.Bandung: Institut


Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai