A. Model Atom
Kata atom relatif akrab dalam kehidupan sehari-hari, bahkan boleh jadi kacang atom
merupakan salah satu cara orang awam mendeskripsikan atom yang bersifat abstrak
sebagai komponen penyusun semua materi di alam semesta. Hal yang sama dilakukan
oleh kimiawan dalam usaha mengaplikasikan data-data hasil eksperimen tentang atom
yang abstrak dalam visualisasi model-model atom.
1 x Ar C
berat C=
Mr C O 2
12
berat C= =0,27=3
44
2 x Ar O
berat O=
MrC O2
32
berat O= =0,72=8
44
C ( s ) +O2 ( g ) → C O2 (g)
4 gram+8 gram→ 11 gram
3 gram+ 8 gram →11 gram( sesuai Hukum Lovoisier dan Hukum Proust )
1 gram−gram →11 gram
Menurut Dalton, atom adalah partikel terkecil berbentuk bulat yang dapat melakukan
reaksi kimia melalui penyusunan ulang atom-atom (karena massa reaktan dan produk
sama sehingga tidak ada atom yang dimusnahkan dan tercipta dalam reaksi kimia)
menghasilkan suatu senyawa yang memiliki perbandingan atom yang tetap sesuai
perbandingan massa unsur yang tetap.
v e
=
Hr m
eV
=H e v
d
V
=v
Hd
V e
=
Hd m
Hr
V e
=
H dr m
2
dimana
e = muatan elektron
m = massa elektron
r = jari-jari
d = jarak antar kedua pelat P
H = kuat medan magnet
V = beda potensial listrik
Angka e/m sebuah elektron yang didapatkan Thomson melalui percobaan dan
perhitungan diatas sebesar:
Menurut Thomson, atom adalah partikel berbentuk bulat dengan bagian dalam
memiliki sebaran muatan positif yang dinetralkan oleh elektron-elektron bermuatan
negatif yang berada diantara muatan positif dan terletak di permukaan bola.
Berdasarkan data jari-jari inti atom dan jari-jari atom, perbandingan ukuran inti atom
dengan ukuran atom sebesar:
Menurut Rutherford, atom adalah partikel berbentuk bulat dengan inti atom berukuran
sangat kecil yang bermuatan positif dan memiliki massa yang massif, sedangkan
elektron-elektron beredar mengelilingi inti atom pada sebagian besar volume atom
yang kosong.
Postulat kedua teori atom Bohr menyatakan momentum sudut elektron, mvr = nћ
terkuantisasi.
nħ
v=
mr
1 e2 mv 2
=
4 πε 0 r
2
r
( 1 e2
4 πε 0 r)2
mn 2 ħ2
= 2 2
rm r
atau
4 πε 0 ħ2 n2 2
r → r n= 2
=a0 n
me
2
4 πε 0 ħ
dengan a 0= 2
=0,53 Å
me
Postulat pertama teori atom Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron berada pada
orbit masing-masing yang bersifat stasioner, tidak ada penyerapan atau pelepasan
energi, selama mengelilingi inti atom.
Gaya Coulomb antara proton dan elektron (F) diimbangi oleh gaya sentrifugal (v)
yang mengarahkan elektron menjauhi proton sebagai pusat lingkaran.
1 e2 mv 2
=
4 πε 0 r 2 r
Kuantitas lainnya, energi total elektron tidak lain adalah energi kinetik dan energi
potensial,
mv2 1 e2
E=Ek + E p = −
2 4 π ε0 r
2 2
1e 1e
¿ −
8 π ε 0 r 4 π ε0 r
2
1e
¿−
8 π ε0 r
Dengan adanya kuantisasi jari-jari elektron (kuadrat bilangan bulat kali jari-jari Bohr),
maka energi elektron dalam suatu orbit pun terkuantisasi.
2
−1 e
E=En=
8 π ε0 r
1 e2
¿−
4 πε 0 ħ2 n 2
8 πε 0
me 2
[ ]
4
me 1
¿− 2 2 2 2
32 π ε 0 ħ n
Perpindahan elektron antar orbit melibatkan sejumlah energi sebesar selisih energi
kedua orbit tersebut.
¿−
me 4
2 2 2
1
2
[ ]
−
−me 4
2 2 2 2
1
32 π ε 0 ħ nakhir 32 π ε 0 ħ n awal [ ]
[ ]
4
me 1 1
¿ 2 2 2 2
− 2
32 π ε 0 ħ nawal nakhir
¿
me4
32 π 2 ε 20
[ h n
2
2
1
2
awal
−
n
1
2
akhir
]
4π
ΔE=
me4
2 2
1
2
1
− 2
[
8 ε 0 h nawal nakhir ]
Menurut efek fotolistrik Einstein, setiap foton harus memiliki energi sebesar ΔE = hv
sehingga,
[ ]
4
me 1 1
v= 2 2 2
− 2
8 ε 0 h n awal n akhir
h
[ ]
4
me 1 1
v= 2 3 2
− 2
8 ε 0 h nawal n akhir
Menurut Bohr, atom adalah partikel berbentuk bulat dengan inti atom berukuran
sangat kecil yang bermuatan positif dan memiliki massa yang massif, sedangkan
elektron-elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbit-orbit dengan jari-jari
elektron yang terkuantisasi (kuadrat bilangan bulat kali jari-jari Bohr) dan energi yang
terkuantisasi.
E=hv
2
E=mc
mc 2=hv
2 c
mc =h
λ
h
λ=
mv
Elektron yang berperilaku seperti gelombang berdiri yang meruah sampai batas tak
terhingga tidak dapat ditentukan posisinya secara pasti. Hal ini diungkapkan oleh
Heisenberg berupa prinsip ketidakpastian yakni tidak mungkin mengetahui atau
memperoleh posisi dan momentum suatu partikel dengan tepat secara serempak atau
bersamaan.
hd
∆ p pt sin α
2 λy
Posisi elektron juga tidak tentu disebabkan difraksi cahaya ketika menembus
obyektif. Ketidakpastian posisi elektron sama dengan diameter pola difraksi yaitu
2y sin θ dengan sin θ ~ λ/d, karena itu
2yλ
Δ x 2 y sin θ
d
maka Δ x Δ p = ( 2hλyd )( 2dyλ )
∆ x ∆ p=h
ћ
∆ x ∆ p≥
2
Sifat gelombang berdiri elektron ini dirumuskan oleh Erwin Schrodinger dalam
bentuk persamaan gelombang sebagai berikut.
Massa proton jauh lebih besar dibandingkan massa elektron, m p = 1836 me. Dengan
alasan ini, diasumsikan bahwa proton diam di pusat koordinat dan elektron bergerak
mengelilinginya dibawah pengaruh medan atau gaya Coulomb. Karena proton
dianggap diam, maka kontribusi energi sistem hanya diberikan oleh elektron yaitu
energi kinetik,
2 2 2
1 2 m v p
Ek = mv = =
2 2m 2m
2
−e 1
V ( r )=
4 π ε0 r
2 2
p e 1
sehingga E ≡ H = −
2 m 4 π ε0 r
{ }
2 2
−ћ 2 e 1
∇− ψ ( r ) =Eψ
2m 4 πε 0 r
mengingat sistem atom hidrogen mempunyai simetri bola, analisis menjadi lebih
sederhana bila operator ∇ 2 diungkapkan dalam koordinat bola. Di dalam koordinat
bola (r, θ, φ), persamaan diatas menjadi,
{ ( ) ( ) }( )
2 2 2
−ћ 1 ∂ 2 ∂ψ 1 ∂ ∂ψ 1 ∂ ψ e 1
2
r + sin θ + 2 2
− ψ =E ψ
2m r ∂ r ∂r sin θ ∂ θ ∂ θ sin θ ∂ φ 4 πε 0 r
Menurut mekanika kuantum, atom adalah partikel berbentuk bulat dengan inti atom
berukuran sangat kecil yang bermuatan positif dan memiliki massa yang massif,
sedangkan elektron-elektron beredar mengelilingi inti atom pada orbital-orbital atom
dengan energi yang terkuantisasi sebagai kuadrat fungsi gelombang yang
menunjukkan kerapatan probabilitas menemukan elektron pada daerah tertentu di
sekitar inti atom.
2. Hitung panjang gelombang foton yang dipancarkan oleh atom hidrogen bila
elektronnya loncat dari tingkat n = 5 ke tingkat n = 2.
5. Satu elektron di dalam medan Coulomb dari suatu proton mempunyai keadaan yang
dinyatakan oleh fungsi gelombang:
1
ψ ( r )=
6
{4 ψ 100 ( r⃗ )+ 3ψ 211 ( r⃗ )−ψ 210 ( r⃗ ) + √ 10 ψ 21−1 ( ⃗r ) }
{( ) }( )
1 /2
( )
3 l
2 n−l−1 2 r −r /na 2l +1 2 r m
ψ nlm ( r , θ , φ )= e 0
Ln−l−1 Y (θ , φ)
na0 2 n ( n+l ) ! na0 n1 l
dengan
n = 1, 2, 3,….
l = 0, 1, 2,…., n-1
m = 0, ±1, ±2,…., ±l
L ( ρ )=L2n−l=1
l+1
(2 ρ)
Bilangan kuantum utama dan bilangan kuantum momentum sudut yang sama
disebut subkulit. Lebih dari itu, kedua bilangan kuantum ini juga menentukan
energi yang dimiliki suatu orbital.
Energi elektron dalam orbital 1s paling rendah dengan nilai paling negatif yang
stabil dalam keadaan dasar disebabkan kuatnya tarikan elektrostatik inti atom
terhadap elektron tanpa adanya efek perisai elektron bagian dalam. Energi
elektron dalam orbital 2s dan seterusnya yang disebut keadaan tereksitasi lebih
besar karena lemahnya tarikan elektrostatik inti atom terhadap elektron
disebabkan adanya efek perisai elektron bagian dalam, tolakan elektrostatik antar
elektron dalam suatu orbital, dan orientasi orbital yang ditempati elektron.
d2 Φ 2
2
=−m Φ
dφ
dengan m = 0, ±1, ±2, ±3,….
Orbital s
Bilangan kuantum momentum sudut (l) bernilai 0 mencirikan suatu orbital s
dengan orientasi kerapatan elektron meruah ke segala arah sehingga
digambarkan sebagai bulatan berbentuk bola.
Orbital p
Bilangan kuantum momentum sudut (l) bernilai 1 mencirikan suatu orbital p
dengan bilangan kuantum magnetik bernilai -1, 0, +1 yang menandakan
orientasi kerapatan elektron mengarah ke tiga sumbu berbeda yang dituliskan
dengan px, py, dan pz yang digambarkan sebagai dua cuping pada sisi
berlawanan.
Orbital f
Bilangan kuantum momentum sudut (l) bernilai 3 mencirikan suatu orbital f
dengan bilangan kuantum magnetik bernilai -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 yang
menandakan orientasi kerapatan elektron mengarah ke tujuh sumbu berbeda
yang dituliskan dengan f x , f y , f z , f xyz , f x ( z − y ) , f y ( z −x ) , f z ( x − y ) .
3 3 3 2 2 2 2 2 2
2. Konfigurasi Elektron
Keempat bilangan kuantum menunjukkan posisi elektron dalam suatu orbital
sekaligus membedakan satu elektron dengan elektron lainnya. Eksperimen Otto Stern
dan Walther Gerlach yang menunjukkan bahwa suatu elektron mempunyai
berperilaku seperti magnet dengan spin searah jarum jam (s = +1/2) dan berlawanan
arah jarum jam (s = -1/2), mendorong Pauling mencetuskan prinsip larangan Pauling
yaitu tidak ada elektron dalam satu atom yang mempunyai keempat bilangan kuantum
yang sama.
Bilangan kuantum
n l m s
2He = 1s 2
1 0 0 +1/2 -1/2
Berdasarkan alasan ini, satu orbital hanya dapat menampung dua elektron dengan spin
elektron yang berlawanan.
Contoh:
Tuliskan konfigurasi elektron dalam atom unsur-unsur berikut.
a. 17Cl
b. 48Cd
c. 98Cf
Jawab:
a. 17Cl
Konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Konfigurasi elektron dipersingkat dengan inti gas mulia: [Ne] 3s2 3p5
↑↓ ↑↓ ↑ ↓ ↑
Diagram orbital: [ Ne ]
3 s 3 pz 3 px 3 py
b. Cd
48
Konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10
Konfigurasi elektron dipersingkat dengan inti gas mulia: [Kr] 5s2 4d10
↑ ↓ ↑↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑↓
Diagram orbital: [ Kr ] 5 s 4 d 4 d 4 d 4 d 4 d
xy xz yz z 2
(x − y ) 2 2
c. Cf
98
Konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6
7s2 5f10
Konfigurasi elektron dipersingkat dengan inti gas mulia: [Rn] 7s2 5f10
↑↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑
Diagram orbital: [ Rn ] 7 s 5 f 5 f 5 f 5 f 5 f 5 f 5 f
xyz xz yz2
z 2 3
x( x −3 y ) 2 2
y(3 x − y ) 2 2 2 2
z( x − y )
↑↓ ↑↓ ↑ ↓ ❑ ❑
a. Karbon:
❑ ❑ ❑ ❑❑
↑↓ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ❑ ❑
b. Besi:
❑ ❑❑❑❑❑❑❑❑
↑↓ ↑↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑↓ ↑ ↓ ↑ ↑ ↑
c. Bromin:
❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑❑❑
5. Tentukan harga bilangan kuantum n, l, m, dan s untuk elektron terakhir dari atom
atau ion berikut.
a. 48Cd2+
b. 90Th
c. 52Te2-
Sistem periodik unsur disusun berdasarkan hasil percobaan Moseley yang menunjukkan
panjang gelombang (λ) sinar X yang dihasilkan berkurang menurut naiknya jumlah
muatan positif inti atom dari unsur-unsur logam yang digunakan sebagai anoda target.
Fenomena ini terjadi karena sinar katoda berenergi tinggi yang ditembakkan mampu
mementalkan sebuah elektron yang terikat kuat-kuat oleh inti atom dari suatu atom yang
dibom. Kekosongan yang ditinggalkan oleh sebuah elektron tersebut segera diisi oleh
suatu elektron pengganti dan bersamaan dengan itu dipancarkan sinar X. Atom dengan
muatan positif yang tinggi akan lebih kuat menarik elektron pengganti dan memancarkan
sinar X berenergi tinggi dengan panjang gelombang yang semakin pendek. Dengan alasan
ini, sistem periodik unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom unsur-unsur.
Semua unsur logam alkali memiliki harga potensial reduksi bernilai negatif sebagai
pertanda bersifat reduktor kuat yang mudah mengalami reaksi oksidasi. Sifat reduktor
kuat logam alkali terlihat dengan langsung bereaksinya dengan air.
Semua logam alkali akan bereaksi dengan gas oksigen, tetapi oksida yang dihasilkan
berlainan tergantung ukuran unsur logam alkali. Litium bereaksi dengan gas oksigen
hanya membentuk oksida litium.
Natrium bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan oksida natrium dan peroksida
natrium.
Unsur-unsur golongan utama dapat seragam berupa golongan unsur logam yang
mempunyai elektron valensi yang sama dalam subkulit ns. Semua unsur logam alkali
tanah mempunyai elektron valensi ns2, sehingga memiliki sifat fisika dan sifat kimia
yang mirip antara lain sifat reduktor cukup kuat.
Tabel 1.2 Harga Potensial Reduksi Standar Golongan Logam Alkali Tanah
3Be 12Mg 20Ca 38Sr 56Ba
Elektron valensi 2s2 3s2 4s2 5s2 6s2
Potensial elektroda standar (volt) -1,70 -2,34 -2,87 -2,89 -2,90
Semua unsur logam alkali tanah memiliki harga potensial reduksi bernilai negatif
sebagai pertanda bersifat reduktor cukup kuat yang mengalami reaksi oksidasi.
Logam alkali tanah (disimbolkan dengan M) tidak semuanya akan bereaksi dengan air
menghasilkan larutan basa kuat dan gas hidrogen. Berilium tidak bereaksi dengan uap
air atau air. Magnesium bereaksi hanya dengan air panas (artinya harus ada bantuan
energi termal). Hanya kalsium, stronsium, dan barium yang bereaksi dengan air
dingin.
Unsur-unsur golongan utama dapat beragam berupa golongan unsur logam dan unsur
nonlogam yang mempunyai elektron valensi yang sama dalam subkulit ns np. Semua
golongan unsur tersebut memiliki kecenderungan yang sama yakni dalam satu periode
dari kiri ke kanan dalam tabel periodik unsur berupa unsur logam yang bersifat
reduktor dan semakin ke kanan berupa unsur nonlogam yang bersifat oksidator.
Sifat reduktor terkuat logam natrium terlihat dengan kehilangan kilap logamnya
karena bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan natrium oksida dan natrium
peroksida.
Sifat reduktor logam magnesium lebih lemah sehingga hanya dapat bereaksi dengan
gas oksigen pada suhu tinggi.
Aluminium hanya bereaksi dengan gas oksigen pada atom Al di permukaan logamnya
membentuk lapisan aluminium oksida, Al2O3 yang melindungi oksidasi lebih lanjut
terhadap atom-atom Al di bagian bawah. Oleh sebab itu, logam aluminium tidak
pernah habis terkorosi.
Sifat oksidator fosfor masih sangat lemah, sehingga tidak bereaksi dengan air.
Molekul P4 dapat berada dalam bentuk fosfor putih dan fosfor merah. Kedua fosfor ini
sangat reaktif dan ketika dibakar dapat membentuk dua oksida fosfor, yaitu P 4O6 dan
P4O10.
Belerang mulai menunjukkan sifat oksidator yang lebih kuat dibandingkan fosfor, hal
ini terlihat reaksinya dengan air (meski reaksi berlangsung lambat) di mana belerang
tereduksi anion sulfida, S2-, dan air akan dioksidasi menjadi gas oksigen.
Gas klorin (Cl2) merupakan oksidator terkuat di antara unsur-unsur di periode ketiga.
Hal ini terlihat dari nilai E0 yang positif sendiri. Gas klorin (Cl2) bereaksi cukup kuat
dengan air menghasilkan asam klorida dan gas oksigen.
Selain itu, dalam satu golongan dari atas ke bawah dalam tabel periodik unsur berupa
unsur nonlogam yang bersifat oksidator dan semakin ke bawah berupa unsur logam
yang bersifat reduktor.
Hampir semua unsur logam transisi periode keempat mempunyai E0 negatif, sehingga
bersifat reduktor sebagaimana lazimnya unsur logam. Hanya logam tembaga (Cu)
yang mempunyai E0 positif, sehingga lebih cenderung untuk tereduksi dan bersifat
oksidator. Hal ini disebabkan oleh sangat stabilnya konfigurasi elektron Cu (4s1 3d10),
sehingga tidak mungkin teroksidasi dengan melepaskan elektron (karena
membutuhkan energi ionisasi yang sangat besar) dan lebih memilih bersifat oksidator.
…………………….
4 VA …………………….
.
…………………….
…………………….. ……………………. 42Mo
.
…………………….
7 IIIB …………………….
.
…………………….
…………………….. ……………………. 101 Md
.
E
B A
C
D
D. Sifat-sifat Periodik
Kesamaan elektron valensi yang membuat unsur-unsur berada dalam golongan yang sama
dengan kecenderungan yang hampir mirip dalam sifat fisika dan reaksi kimia.
1. Jari-jari Atom
Jari-jari atom adalah setengah dari jarak inti atom satu dengan inti atom lain yang
saling berikatan.
Data jari-jari Na Mg Al Si P S Cl Ar
atom unsur se-
0,186 0,160 0,143 0,117 0,110 0,104 0,099 0,094
periode
Dalam satu periode, muatan inti atom (jumlah proton) dan jumlah elektron
bertambah. Namun, penambahan jumlah elektron dalam satu periode tidak
memberikan efek perisai karena elektron-elektron ditambahkan pada kulit
yang sama dan berjarak sama dari inti atom. Hasilnya adalah muatan inti
efektif meningkat sehingga menarik awan elektron dengan kuat dan jari-jari
atom makin kecil.
Dalam satu golongan, jumlah proton dan jumlah elektron bertambah sehingga
muatan inti atom dan efek perisai sama-sama bertambah. Namun, kenaikan
jumlah kulit elektron bagian dalam menyeimbangkan kenaikan muatan inti
atom. Hasilnya muatan inti efektif tidak berubah. Kenaikan jumlah kulit
elektron bagian dalam menyebabkan jarak elektron terluar semakin jauh,
dengan tarikan muatan inti efektif yang sama, sehingga jari-jari atom semakin
besar.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron
terluar dari atom atau ion dalam fasa gas (fasa gas dipilih karena atom atau ion dalam
fasa gas tidak dipengaruhi atom-atom atau ion-ion lain).
M(g) + EI → M+(g) + e-
Data energi Na Mg Al Si P S Cl Ar
ionisasi unsur
496 738 578 798 1012 1000 1251 1521
se-periode
Dalam satu periode, jari-jari atom menurun dikarenakan muatan inti efektif
meningkat. Kedua faktor ini menyebabkan tarikan muatan inti efektif sangat kuat
dirasakan elektron terluar sehingga energi yang diperlukan untuk mengeluarkan
elektron terluar tersebut (energi ionisasi) dalam satu periode semakin bertambah
besar.
catatan: unsur Mg dengan Al, dan unsur P dengan S merupakan kekecualian dari
kecenderungan bertambahnya energi ionisasi dalam satu periode. Masing-masing
pasangan tersebut terlihat peningkatan nilai EI lalu diikuti dengan penurunan EI. Hal
ini disebabkan, unsur Al mempunyai elektron valensi ns2 np1 (dimana n = 3 untuk Al),
sehingga satu elektron di subkulit np1 diperisai oleh elektron di kulit dalam dan oleh
ns2. Akibatnya, lebih mudah melepaskan satu elektron (energi ionisasi yang lebih
rendah) dari np1 dibandingkan dari ns2 yang dimiliki unsur Mg. Adapun alasan unsur
S memiliki energi ionisasi lebih rendah disebabkan ada salah satu pasangan elektron
di satu orbital p sehingga mengakibatkan tolakan antar pasangan elektron yang
akhirnya memudahkan untuk melepaskan salah satu elektron tersebut (energi ionisasi
lebih rendah) dibandingkan P yang berkesesuaian dengan aturan Hund.
Tabel 1.8 Data energi ionisasi unsur-unsur segolongan
Data energi Be 900
ionisasi unsur Mg 740
se-golongan Ca 590
Sr 555
Ba 500
Dalam satu golongan, jari-jari atom kian bertambah dimana muatan inti efektif
bernilai konstan. Karena muatan inti efektif yang sama, sedangkan jarak elektron
terluar yang ditarik oleh muatan inti efektif tersebut semakin jauh (jari-jari makin
besar), hasilnya adalah tarikan muatan inti efektif yang makin lemah terhadap
elektron valensi. Akibatnya, energi ionisasi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron valensi tersebut semakin kecil.
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang terlibat jika suatu atom atau ion dalam fasa gas
menerima satu elektron membentuk ion negatif (anion). Energi yang terlibat dapat
berupa penyerapan energi (AE positif) atau pelepasan energi (AE negatif). Pelepasan
energi berarti ion negatif (anion) yang terbentuk akan mempunyai energi lebih rendah
sehingga bersifat lebih stabil. Sebaliknya, penyerapan energi berarti ion negatif
(anion) yang terbentuk akan memiliki energi yang lebih tinggi sehingga bersifat
kurang stabil (penyerapan energi bernilai positif menandakan untuk menambahkan
satu elektron ke dalam kulit terluar ternyata mendapat tolakan dari elektron-elektron
yang sudah ada sehingga perlu suplai energi agar satu elektron tambahan tadi dipaksa
berada di kulit terluar tersebut).
Semakin negatif nilai AE dari atom suatu unsur, maka semakin mudah atom tersebut
menerima elektron dan membentuk ion negatif (pelepasan energi bernilai negatif
menandakan bahwa satu elektron tambahan pada kulit terluar diterima dengan terbuka
dan mendapat tarikan kuat dari muatan inti efektif. Tarikan elektrostatik ini
menyebabkan energi sistem turun dan berdasar hukum kekekalan energi, maka energi
tersebut dilepaskan ke lingkungan).
Data afinitas Na Mg Al Si P S Cl Ar
unsur se-
-52,9 (+230) -42,5 -134 -72 -200 -349 (+34)
periode
Dalam satu periode, afinitas elektron cenderung bertambah karena muatan inti efektif
bertambah dan jari-jari atom berkurang. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik
elektrostatik inti terhadap elektron yang ditambahkan akan semakin kuat. Akibatnya,
afinitas elektron semakin besar.
Dalam satu golongan, afinitas elektron cenderung berkurang karena meski muatan inti
bertambah positif, namun jumlah elektron di kulit dalam semakin banyak. Keadaan
ini menyebabkan muatan inti efektif relatif konstan, sedangkan jarak kulit terluar
dengan inti semakin jauh. Elektron tambahan di kulit terluar tersebut ditarik oleh inti
yang jauh dan disaat bersamaan mendapat tolakan dari elektron-elektron penghuni
lama kulit terluar tersebut. Hasilnya afinitas elektron semakin kecil dan ion negatif
yang terbentuk kurang stabil.
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah suatu ukuran kemampuan atom untuk menarik elektron
dalam suatu ikatan kovalen. Keelektronegatifan kadang disebut juga kemampuan
menarik elektron. Keelektronegatifan bergantung pada ukuran atom dan muatan inti
atom.
Data Li Be B C N O F
keelektronegatifa
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0
n unsur se-periode
Dalam satu periode, jari-jari atom makin kecil tetapi muatan inti semakin bertambah.
Karena kecilnya jari-jari atom dan besarnya muatan inti, maka ketika atom tersebut
berikatan akan memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik elektron dalam ikatan
kovalen. Hasilnya nilai keelektronegatifan makin besar.
I 2,5
Dalam satu golongan, jari-jari atom bertambah besar dimana muatan inti efektif
bernilai konstan. Muatan inti efektif yang kecil dan konstan ditambah dengan jari-jari
atom yang bertambah besar menyebabkan muatan inti efektif tersebut jauh dari
elektron dalam ikatan kovalen sehingga tarik elektrostatiknya lemah. Akibatnya
keelektronegatifan semakin kecil.