ing Utari
Mengenal
Sifat-Sifat
Material (1)
h 2 ∂ 2 ψ ∂ 2 ψ ∂ 2 ψ Ze 2
+ + + E+ ψ=0 (4.2)
2m ∂x 2 ∂y 2 ∂z 2 4πε 0 r
Dalam persoalan gaya sentral ini, kita akan bekerja dalam koordinat
bola, dengan memposisikan inti atom pada titik asal seperti terlihat
pada Gb.4.1.
elektron
z
θ r
y
inti atom
x ϕ
4-1
Fungsi gelombang dinyatakan dalam r, θ, dan ϕ, menjadi ψ (r , θ, ϕ) .
Energi potensial elektron, yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari
inti atom, hanya merupakan fungsi r.
Dalam koordinat bola, persamaan (4.2) menjadi
h 2 ∂ 2ψ 2 ∂Ψ 1 ∂ 2ψ cot θ ∂Ψ 1 ∂ 2ψ Ze2
+ + + + + E + ψ=0
2m ∂r 2 r dr r 2 ∂θ2 r 2 ∂θ r 2 sin 2 θ ∂ϕ2 4πε0r
(4.3)
Seperti apa yang kita lakukan pada tinjauan sumur tiga dimensi xyz,
kita tuliskan fungsi gelombang dalam koordinat bola sebagai
ψ (r , θ, ϕ) = R (r )Θ(θ)Φ (ϕ) (4.4)
h 2 r 2 ∂ 2 R 2r ∂R 1 ∂ 2 Θ cot θ ∂Θ 1 ∂ 2 Φ
+ + + +
2m R ∂r 2 R dr Θ ∂θ 2 Θ ∂θ Φ sin 2 θ ∂ϕ 2
(4.5)
e 2 2
+E + r =0
4πε 0 r
Ruas kiri (4.5) dapat kita kelompokkan dalam suku-suku yang
mengandung peubah r dan yang tidak, sehingga (4.5) dapat dituliskan
menjadi
h 2 r 2 ∂ 2 R 2r ∂R 2
+ + E + e r 2
2m R ∂r 2 R dr 4πε 0 r
(4.6)
h 2 1 ∂ 2 Θ cot θ ∂Θ 1 ∂ 2 Φ
+ + + =0
2m Θ ∂θ 2 Θ ∂θ Φ sin 2 θ ∂ϕ 2
h 2 ∂ 2 R 2 ∂R Ze 2
+ + E+ R =0 (4.8)
2m ∂r 2 r ∂r 4πε 0 r
Jika kedua ruas (4.8) kita kalikan dengan 2mr / h 2 dan kita
kelompokkan suku-suku yang berkoefisien konstan akan kita peroleh
∂R mZe 2 ∂ 2 R 2mE
2 + R + r + R = 0 (4.9)
∂r 4πε h 2 ∂r 2 h2
0
Salah satu keadaan agar persamaan (4.9) terpenuhi untuk semua nilai r
adalah
∂R mZe 2
+ R =0 (4.10.a)
∂r 4πε0 h 2
∂ 2R 2mE
dan + R=0 (4.10.b)
2
∂r h2
Masing-masing persamaan pada (4.10) dapat diselesaikan secara
terpisah tetapi dengan ketentuan bahwa solusi dari persamaan pertama
harus pula merupakan solusi dari persamaan kedua. Bentuk solusi
4-3
mZe 2
adalah R 1 = A1e sr dengan s = − , yang juga harus memenuhi
4πε0 h 2
2mE
s2 + = 0 . Dari sini kita peroleh formulasi untuk E
h2
2
h 2 mZe 2
= − mZ e
2 4
E=− − (4.11)
2m 4πε 0 h 2
32π 2 ε 02 h 2
Inilah nilai E yang harus dipenuhi agar bentuk fungsi gelombang yang
merupakan solusi persamaan (4.10.a) juga merupakan solusi
persamaan (4.10.b).
Pe1
0.500
R1
r0
0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 r [Å]
Fungsi gelombang ini mempunyai satu titik simpul yaitu titik di mana
R1 bernilai nol; titik simpul ini terletak di r = ∞ , dan gelombang ini
memberikan tingkat energi yang pertama yaitu E0.
Kita ingat bahwa dalam tinjauan satu dimensi, aplikasi persamaan
Schrödinger untuk elektron di dalamn sumur potensial menunjukkan
bahwa ada keterkaitan antara tingkat energi dengan jumlah simpul
fungsi gelombang yaitu jumlah titik di mana fungsi gelombang bernilai
4-5
nol. Dalam tinjauan tiga dimensi, pengertian mengenai titik simpul
gelombang tentulah berubah menjadi bidang di mana fungsi gelombang
bernilai nol. Fungsi gelombang (4.15) memiliki satu titik simpul yang
terkait dengan tingkat energi E0. Solusi lain dari (4.7) berupa fungsi
gelombang yang memiliki dua simpul, satu di r = ∞ dan satu lagi
misalnya di r = A2/B2 dengan R2 berbentuk
R 2 = ( A2 − B2 r ) e s2 r (4.16)
Solusi yang lain lagi adalah fungsi gelombang yang memiliki tiga
simpul, dengan bentuk R3
(
R 3 = A3 − B3 r + C 3 r 2 e s3r) (4.17)
R n = Ln (r ) e sn r (4.18)
R1
R2
R3
1 Pe1
0,8
Pe2
0,6
Pe3
0,4
0,2
r p
Gb.4.5. Vektor Momentum Sudut
4-7
Dalam mekanika klasik, vektor momentum sudut elektron yang
beredar mengelilingi inti atom dapat kita tuliskan sebagai (Lihat
Gb.4.5).
L = r×p
Dalam mekanika kuantum, kita memiliki operator momentum sudut,
yaitu L = − jhr × ∇ . Operator ini dapat kita tuliskan sebagai
ux uy uz
L = − jhr × ∇ = − jh x y z (4.21)
∂ / ∂x ∂ / ∂y ∂ / ∂z
∂ ∂ ∂ ∂
L x = − jh y − z ; L y = − jh x − z ;
∂z ∂y ∂z ∂x
∂ ∂
L z = − jh x − y (4.22)
∂y ∂x
L
dengan ml = z . Pada persamaan (4.25) turunan suatu fungsi sama
h
dengan suatu nilai konstan kali fungsi itu sendiri; solusi dari (4.25)
dapat kita duga berbentuk fungsi eksponensial
4-9
1
Φ (ϕ) = e jml ϕ dengan ml = 0, ± 1, ± 2 .....dst (4.28)
2π
dan nilai proper
L z = ml h (4.29)
L2 = l (l + 1)h 2 (4.30)
dengan l = 0, 1, 2, 3, .... bilangan bulat positif
Dengan demikian maka momentum sudut ditentukan oleh dua macam
bilangan bulat, yaitu l yang menentukan besar momentum sudut, dan
ml yang menentukan komponen z momentum sudut yang bermakna
arah momentum sudut. Nilai ml tidak akan melebihi nilai l sebab jika
hal itu terjadi Lz akan lebih besar dari L, suatu hal yang tak dapat
diterima. Nilai l dan ml yang mungkin adalah sebagai berikut:
l = 0 ⇒ ml = 0 ;
l = 1 ⇒ ml = 0, ± 1 ; (4.31)
l = 2 ⇒ ml = 0, ± 1, ± 2 ; dst.
4-11
sampai l = (n – 1). Status momentum ini dinyatakan sebagai ns untuk
l = 0, np untuk l =1, nd untuk l =2 dst.
Nilai l = 0 memberikan kondisi simetri bola yang disebutkan pada
awal pembahasan energi elektron, atau dengan kata lain status s
memberikan simetri bola. Pada status p (l = 1) ada tiga fungsi sudut
yang menyatakan tiga kemungkinan arah momentum sudut yang
terkait dengan ml = 0, +1, dan −1. Untuk status d (l = 2) ada lima
fungsi sudut yang menyatakan lima kemungkinan arah momentum
sudut, terkait dengan ml = 0, ±1, ±2 dan seterusnya. Untuk n yang
sama, semua elektron dengan status momentum sudut yang berbeda
memiliki energi yang sama. Akan tetapi dalam teori yang lebih cermat
yang memperhitungkan pengaruh lain seperti relativitas, status
momentum sudut yang berbeda pada n yang sama memiliki energi
yang berbeda walaupun perbedaan energi antara status momentum di
n yang sama ini sangat kecil.
Gb.4.7. menjelaskan perbedaan pernyataan tingkat energi atom
hidrogen menurut model atom Bohr dan pernyataan tingkat energi
pada perhitungan yang lebih cermat.
1 2 3 4 5
−3,4
1 2s, 2p
−13,6 1s
-16
Bohr lebih cermat
4-13
- dari status 2p ke 1s, dari 3s ke 2p tetapi tidak dari 3s ke 2s
- dari 3p ke 2s tetapi tidak dari 3p ke 2p
- dari 4d ke 3p, dari 4d ke 2p
- dari 4p ke 1s , dari 3p ke 1s dst.
Status 1s adalah satu-satunya status yang berada di bawah status 2s,
namun transisi dari 2s ke 1s tidak diperkenankan. Oleh karena itu
status 2s disebut status metastabil.
Telah disebutkan bahwa status s (l = 0) tidak terpengaruh oleh medan
magnet, sedangkan status p, dibawah pengaruh medan magnet yang
kuat terpecah menjadi tiga status sesuai dengan ml = +1, 0, dan −1.
Oleh karena itu transisi p ke s merupakan transisi dengan tiga
kemungkinan, yaitu transisi dari ml = 0 ke ml = 0 yang terjadi dengan
frekuensi aslinya, dan dua kemungkinan lain yaitu transisi dari ml = ±1
ke ml = 0 yang terjadi dengan perbedaan frekuensi
µB × B
∆f = ± = 1,40 × 1010 B Hz (4.34)
h
eh
dengan µ B = adalah magneton Bohr.
2m e