Anda di halaman 1dari 30

Penjelasan Slide 3 dan 4

I.

PENDAHULUAN
Ditinjau secara Kuantum, statistika dibagi menjadi dua yaitu Statistika Fermi-Dirac

dan Bose-Einstein, salah satu perbedaan dari keduanya adalah pemenuhan Larangan Pauli,
dimana Bose-Einstein tidak memenuhi kaidah larangan pauli, sedangkan Fermi-Dirac
memenuhi Larangan Pauli. Kita perkenalkan fungsi distribusi Fermi-Dirac dan Bose-Einsten
yaitu,
f

exp

1

1
kT

(F-D)

dan

1

exp
1
kT

(B-E)

dimana k adalah konstanta Boltzmann, T adalah temperatur, adalah energi, dan adalah
potensial kimia.
I.1 Statistika Fermi-Dirac (F-D)
Statistik Fermi-Dirac memenuhi prinsip Larangan Pauli hal ini berhubungan dengan
teori spin-statistik yang menyatakan bahwa partikel fermion mempunyai spin separuh
bilangan bulat. Contoh-contoh partikel fermion antara lain: elektron, proton, dan neutron.
Karena masing-masing keadaan kuantum hanya dapat ditempati paling banyak satu elektron.
Dari pernyataan ini maka diperoleh peluang termodinamikanya yaitu

gi !
i 1 N ! g N !
i
i
i
s

WF D

(1)

dimana,

N i=Jumlah partikel yang mengisi pada tingkat ke i


W F D=Peluang Keadaan Makrountuk FermiDirac
S=Banyaknya tingkat keadaan

Selanjutnya untuk memperoleh Entropi, kita ambil nilai

gi dan N i 1

. Dengan

menggunakan pendekatan Stirling, kita peroleh Entropi dari Fermion yaitu,


S=k ln W k =k .

(2)

Karena kita anggap sistem terjadi fluktuasi jumlah partikel maka untuk memperoleh Fungsi
Penjelasan Slide 5 dan 6

Partisi Grand Kanonik perlu ditambahkan zN, maka dapat ditulis

Q z ,V , T z N N V , T
N 0

N V , T g n e

(3)

i ni
i

dengan

, maka

Q z , V , T z N g n e
N 0

i ni
i

N ni
i

untuk Fermi-Dirac, gn = 1 dan mendefinisikan

, maka diperoleh

Q z, V , T ze i
i

N 0 ni

dimana z adalah Fungsi Fugasi yaitu

ze

n1

ni

kT

. Jika diekspansikan dapat dituliskan,

Q z ,V , T ze 0
n0

ze
n0

1 n1

Penjelasan Slide 8

Sehingga diperoleh

ze

Q z ,V , T
i

(4a)
Karena statistik Fermi-Dirac memenuhi Ekslusi Pauli, dimana n hanya bernilai 0 dan 1.
Sehingga diperoleh

Q z , V , T 1 ze i
i

(4b)

Jika ditulis dalam logaritmik

ln Q ln 1 ze i
i

(4c)
Penjelasan Slide 7

I.2 Statistik Bose-Einstein (B-E)


Penamaan Statistik Bose-Einstein berhubungan dengan kenyataan bahwa partikel
yang ditinjau adalah partikel boson, yaitu yang memiliki momen magnetik intrinsik (spin)
bulat. Partikel jenis ini tidak diatur oleh Larangan Pauli, sehingga setiap partikel dapat berada
pada tingkat energi yang sama. Contoh dari partikel Boson adalah foton dan fonon. Karena
Statistik Bose-Einstein tidak memenuhi Larangan Pauli maka peluang termodinamikanya
dapat ditulis,

g i N i 1!
i 1 N ! g 1!
i
i
s

WB E

(5)
dengan Ni = jumlah partikel yang mengisi pada tingkat ke-i
WB-E = peluang keadaan makro untuk statistik Bose-Einstein
S = banyaknya tingkat keadaan
Sebagaimana pada Statistik F-D, dalam Statistik B-E juga mengambil nilai gi , Ni >> 1 dan
menggunakan aproksimasi Stirling, diperoleh Entropi untuk Statistik B-E yaitu,

N
S k N i ln i 1 g i ln 1 i
gi
i
Ni

(6)

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 4a dapat diperoleh fungsi partisi grand kanonik
untuk B-E. Karena statistik B-E tidak memenuhi Larangan Pauli, maka nilai n dapat bernilai
0, 1, 2, 3, ...dst. Sehingga persamaan 4a dapat ditulis,

Q z, V , T 1 ze i
i

ze ze
1

i 2

i 3

(7)

dimana

ze

kT

. Selanjutnya dengan menggunakan deret Polinomial yang berbentuk,

1
1 x x 2 x3
1 x
Maka fungsi partisi untuk Bose-Einstein dapat dituliskan,

Q z , V , T 1 ze i
i

(8a)
Jika ditulis dalam bentuk logaritmik

ln Q ln 1 ze i
i

(8b)

Terlihat bahwa statistik B-E dan F-D memiliki bentuk fungsi partisi yang berbeda.
Perbedaan ini timbul karena adanya kaedah Larangan Pauli. Larangan Pauli menyebutkan
bahwa tidak boleh ada dua atau lebih partikel yang menempati tingkat energi yang sama. Dari
kedua statistik ini yaitu B-E dan F-D, statistik F-D memenuhi larangan Pauli sedangkan
statistik B-E tidak memenuhi larangan Pauli.
II. PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL FERMI

Penjelasan Slide ???

Untuk melihat salah satu aplikasi mekanika statistik maka akan dibahas gas ideal
fermi. Gas ideal fermi adalah kumpulan fermion bebas. Adapun ungkapan dari persamaan
keadaan dari fermion adalah sebagai berikut,
Ungkapan fungsi grand partisi untuk fermion, yaitu

Q z , V , T 1 ze i
i

(1)

fungsi grand partisi dapat juga ditulis dalam bentuk


Z G Q e PV / kT

(2)
sehingga,

(3)

Untuk menentukan secara eksplisi fungsi grand partisi pada persamaan (3) kita
mengganti tanda penjumlahan dengan integral terhadap variable momentum. Untuk maksud
tersebut, terlebih dahulu kita ubah ungkapan diskrit menjadi kontinu sebagai berikut,

(4)
Dengan menggunakan (4) maka (3) menjadi,

(5)

Jumlah rata-rata sistem

(6)
kita dapat menulis,

(7)
Dengan demikian, jumlah rata-rata system dapat ditulis sebagai,

(8)
Dari semua penjelasan di atas dapat dituliskan dua persamaan utama, yaitu

(9)

Agar lebih sederhana, didefinisikan panjang gelombang termal sebagai berikut,

(10)
Dengan definisi (10) maka persamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana
sebagai berikut,

(11)
di mana,

(12)

(13)
Untuk z yang sangat kecil maka

f 3 / 2( z )

pada persamaan (13) dapat diuraikan dalam deret

taylor disekitar z = 0, Uraian tersebut adalah,

(14)
Sebaliknya, pendekatan untuk z yang besar dilakukan proses berikut,di definisikan
= /kT , karena

( NA )

V ,T

maka,

(15)
Dengan demikian f 3 / 2( z ) dapat ditulis sebagai,

(16)
Selanjutnya dengan mengganti variabel

x =y

sehingga

dengan demikian persamaan (16) mengambi bentuk,

x= y

dan

1 1/ 2
x= y dy
2

(17)
Untuk menyelesaikan integral pada persamaan (17) secara parsial dan diperoleh,

(18)
Suku pertama di ruas kanan persamaan (18) adalah nol sehingga,

(19)
Selanjutnya kita uraikan

y 3/ 2 dalam deret taylor disekitar

dan didapat,

(20)
Dengan demikian

(21)

(22)

a. Suhu tinggi dan kerapatan fermion rendah


Pada suhu tinggi laju partikel sangat besar sehingga panjang gelombang de Broglie
sangat kecil. Pada kerapatan rendah jarak antar partikel sangat besar sehingga volum yang

ditempati per partikel besar. Akibatnya pada kondisi suhu tinggi dan kerapatan fermion
rendah terpenuhi,

(23)
3

=f 3 / 2(z )

Tetapi

sehingga pada kondisi ini

f 3 / 2(z )

menuju 0 yang menandakan z

menuju 0. Dengan demikian, berdasarkan persamaan (22), dapat dilakukan aproksimasi


f 3 / 2(z ) menuju pada z menuju 0, yaitu

(24)
atau

(25)
Untuk mencari z dilakukan operasi rekursif sebagai berikut. Dari persamaan di atas,

(26)
Pendekatan pertama untuk z adalah hanya mengambil suku pertama saja, yaitu

Nilai

z1

disubstitusikan pada z dalam persamaan (26) untuk mendapatakan

pendekatan yang lebih teliti untuk z, yaitu

(27)
Selanjutnya kita mendapat kan jumlah rata-rata system pada keadaan energi ke-i , yaitu

(28)
Mengingat

=1/kT

dan ketika T terjadi

ze 1 , maka

(29)
yang merupakan distribusi Maxwell-Boltmann (partikel klasik). Ini berarti pada suhu tinggi
dan kerapatan rendah fermion berperilaku sebagai partikel klasik. Ketika membahas fermion
pada suhu tinggi dan kerapatan rendah sebenarnya kita dapat langsung menggunakan statsitik
klasik, yaitu Maxwell -Boltzmann, untuk menghindari kerumitan statistik Fermi-dirac.
Persamaan keadaan dapat diperoleh sebagai berikut,

(30)
Atau

(31)
Suku kedua di sebalah kanan sangat kecil sehingga praktis
persamaan keadaan gas ideal klasik.

PV
1
yang merupakan
kT

b. Suhu rendah dan kerapatan fermion tinggi


Untuk kondisi ini berlaku

3 / 1 sehingga dapat digunakan aproksimasi

(32)
Ambil satu suku diruas kanan sebagai aproksimasi dan samakan dengan

/ sehingga,

atau

(33)
z e

Mengingat

maka,

(34)
Tetapi

2
mkT

1/2

( )

sehingga,

atau

(35)
Jumlah sistem yang menempati keadaan energy ke-i adalah

(36)

Jika
i > F

i < F

maka ketika

T 0

maka ketika T 0 atau

atau

terjadi

n i 1

, sebaliknya jika

terjadi n i 0 .

II.1 APLIKASI SISTEM GAS IDEAL FERMI PADA BINTANG KATAI PUTIH
Bintang katai putih adalah bintang yang sudah kehabisan bahan bakar hydrogen .
Tidak ada reaksi fusi lebih lanjut. Materi penyusun bintang hanyalah helium. Sumber energi
bintang semata-mata karena energi gravitasi yang berasal dari kontraksi bintang secara
perlahan -lahan. Energi yang dipancarkan sangat sedikit sehingga bintang tampak putih
remang -remang. Contoh bintang ini adalah pengiring Sirius. Binatng ini tidak tampak oleh
mata karena terlalu redup tetapi secara periodik menutup Sirius. Bintang ini dan Sirius
berotasi mengelilingi pusat massa keduanya.
Perkiraan besaran-besaran fisis bintang katai putih adalah
10
10
Kerapatan 10
kg/m3 10 M

30
MM
Massa 10
kg

7
TM
Suhu pusat 10 K

Suhu sebesar

107 K berkaitan dengan energi sebesar

kT 1,3 x 1016 J 103 eV .

Pada suhu ini semua atom helium terionisasi. Bintang katai putih dapat dipandang sebagai
kumpulan inti helium dan electron-elektron yang berberak bebas.
Berdasarkan data kerapatan bintang kita dapat memperkirakan jumlah atom helium
per satuan volum. Massa atom helium adalah

4 x ( 1,67 x 1027 kg ) 6 x 1027 kg .

Jumlah

atom helium per satuan volum adalah

Satu atom helium menyumbang dua electron. Dengan demikian, kerapatan electron adalah

Kerapatan ini melahirkan energi fermi sebesar

Tampak bahwa

energi termal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam

bintang katai putih, electron menempati tingkat-tingkat energi paling dasar, jauh di bawah
energi fermi. Keadaan ini sangat mirip dengan assembli electron yang berada pada suhu
mendekati nol. Jadi meskipun suhu bintang katai putih sangat tinggi, tetapi kerapatan yang
luar biasa tinggi menyebabkan energi fermi sangat besar. Energi yang dimiliki electron
sangat jauh di bawah energi fermi. Dari sifat ini kita dapat lakukan idealisasi sebagai berikut,
a. Bintang katai putih adalah assembli N elektron pada keadaan dasar dengan kerapatan
sangat tinggi sehingga dinamika electron harus dijelaskan secara relativistic.
b. Elektron bergerak dalam background N/2 buah inti helium yang melakukan gaya
gravitasi sehingga seluruh system menyatu membentuk binatng.
Ada tiga mekanisme yang harus diperhitungkan secara bersama pada bintang katai putih,
yaitu,
a. Tekanan electron akibat ekslusi Pauli
b. Hukum gravitasi
c. Dinamika relativistic
Energi total relativistic yang dimiliki electron adalah

Energi assembli gas fermi pada keadaan dasar adalah

Faktor 2 dimasukkan karena tiap tingkat energi ditepati dua electron dengan arah spin
berlawanan. Penjumlahan dia atas dapat diganti dengan integral dengan terlebih dahulu
melakukan transformasi sebagai berikut

Jadi,

Untuk menyelesaikan integral diatas dimisalkan

Dengan pemisalan diatas maka persamaan menjadi,

Energi rata-rata yang dimiliki tiap electron adalah

dengan

Dengan,

Misalkan massa total bintang M dan jari-jarinya R maka

Karena

mn m p

dan

me mp

maka

Atau

Dengan

Tekanan yang dilakukan oleh gas Fermi adalah

Dengan

Jadi didapatkan,

Untuk kasus nonrelativistic

Untuk kasus relativistic

X F 1

X F 1

Dengan

Plot Po sebagai fungsi R untuk kondisi nonrelativistk dan relatvisitik tampak pada gambar
berikut,

Gambar 1. Kebergantungan tekanan pada jari -jari bintang untuk kasus relativistik dan
nonrelativistik

III.

STATISTIK BOSE-EINSTEIN (B-E)

Penjelasan Slide 11 dan 33-35

III.1 Persamaan Keadaan Gas Ideal B-E


Fungsi partisi grand kanonik mempunyai hubungan dengan tekanan P, volume V, dan
temperatur T. Hubungan ini dapat dituliskan dalam ungkapan berikut,
Q e PV / kT
(1)
maka diperoleh persamaan berikut,
PV

ln 1 ze p
kT
p

(2)

dan

ze p
N z ln Q
p
z
p 1 ze

dengan =

1
kT

(3)

, k adalah konstanta Blotzmann dan p adalah energi setiap partikel yang

memiliki momentum p. Untuk gas ideal B-E, persamaan 2 dan 3 berbeda saat z 1, hal
ini berkaitan dengan p = 0. Dengan mengganti bentuk penjumlahan menjadi bentuk
integral diperoleh persamaan keadaan untuk gas ideal B-E yaitu,

2
P
4
1
3 p 2 ln 1 ze p / 2 m dp ln 1 z
kT
V
h 0

(4a)

1 4

h3

z
0

p 2 dp
1 p 2 / 2 m

1 z
1 V 1 z

(4b)
dimana = V/N. Di sini diperkenalkan fungsi B-E yaitu,

4
zl
2
x2
g5 / 2 z
x
ln
1

ze
dx

5/ 2
0
l 1 l

(5a)
g3/ 2 z z

z
g5/ 2 z 3/ 2
z
l 1 l

(5b)
dengan memanfaatkan fungsi B-E ini, persamaan keadaan di atas dapat dituliskan
menjadi

g z 1
P
5 / 23 ln 1 z
kT
V

1 g3/ 2 z 1 z

V 1 z
3

dimana =

(6a)

(6b)

h / 2mkT

. Untuk z << 1 persamaan keadaan gas ideal B-E dapat ditulis


g z
P
5 / 23
kT

(7a)
1 g3/ 2 z

3
.
(7b)
Energi internal dari gas ideal B-E dituliskan
ln Q
U kT 2
T
(8)
dimana
PV
ln Q
kT
.
(9)
Sehingga diperoleh energi internal gas ideal B-E yaitu
3 VkT
3
U
g 5 / 2 z PV
3
2
2
(10)
3
U PV
2
Dari persamaan energi internal yang dituliskan pada persamaan 10, selanjutnya akan
dicari kapasitas kalor untuk gas ideal B-E. Sebelum diperoleh kapasitas kalor, terlebih
dahulu dibahas hubungan antara persamaan 7a dan 7b. Dari kombinasi kedua persamaan
tersebut diperoleh persamaan berikut,


N3
PV

al
NkT l 1 V

l 1

.
(11)
Bagian kanan dari persamaan 11 disebut sebagai ekspansi virial dengan nilai al ada-lah

Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai


CV 3 PV

Nk 2 T Nk

(12)

Sehingga diperoleh kapasitas kalor

CV 3 5 3l N3


al
Nk 2 l 1 2
V
atau dapat dituliskan dalam bentuk deret
N 3
N 3
CV 3
0,0066

1 0,0884
Nk 2
V
V

dimana =

CV
yaitu

h / 2mkT

3
Nk
2

l 1

N3

0,0004
V

(13)

, untuk T kapasitas kalor pada persamaan 12 akan menjadi

. Kapasitas kalor untuk tinjauan kuantum akan menjadi klasik saat


Penjelasan Slide 36-38

temperatur sistem sangat besar.


III.2 Kondensasi B-E
Untuk mempelajari lebih detail tentang sifat-sifat persamaan keadaan B-E, kita harus
mencari fungsi Fugasi sebagai fungsi dari temperatur dan volume spesifik. Dengan
menggunakan persamaan 6b. Untuk menyelesaikan persamaan 6b terlebih dahulu kita
pelajari sifat-sifat dari persamaan B-E secara umum,

zl
gn z n
l 1 l

(14)

Tampak bahwa untuk nilai z dari 0 sampai 1, memberikan nilai gn(z) yang meningkat
secara positif. Grafik untuk gn(z) dengan nilai z dari 0 sampai 1 ditunjukkan pada gambar

1. Nilai aproksimasi persamaan B-E saat z = 1 adalah gn(1) = 2,612. Selanjutnya dengan
mendefinisikan rata-rata bilangan okupasi untuk level partikel tunggal dengan
momentum p = 0 yaitu
n 0 z / 1 z

(15)
persamaan 6b dapat ditulis menjadi

3 n 0
V

nilai

3 n0
V

3
g3/ 2 z

(16)

harus bernilai positif maka

3
g 3 / 2 1

(17)

persamaan 17 menunjukkan bahwa nilai harus berhingga. Fenomena ini disebut


sebagai Kondensasi Bose-Einstein.

Gambar 1. Grafik antara gn (z) dengan z.


Selanjutnya kita akan melihat bahwa pada daerah ini, sistem dapat dinyatakan sebagai
gabungan dari dua fase termodinamika, fase pertama terdiri dari partikel-partikel yang
memiliki momentum p = 0, fase yang kedua yaitu partikel-partikel yang memiliki
momentum p 0. Saat z = 1 atau nilai gn(1) = 2,612 menunjukkan temperatur kritis Tc,
sehingga dapat didefinisikan

3c g 3 / 2 1
(18)
atau

Tc

2 2
mk g 3 / 2 1

(19)
dimana = volume spesifik, m = massa partikel dan k = konstanta Boltzmann. Dari
persamaan 18 dapat diperoleh volume kritis c saat temperaturnya T yaitu

g 3 / 2 1
(20)

dalam fungsi Tc dan c daerah yang terjadi kondensasi adalah daerah dimana T < Tc atau
< c. Berikut ini grafik solusi untuk persamaan 6b,

Gambar 2. Grafik hubungan antara 3/ dengan z


dan grafik antara fungsi Fugasi z dengan /3 ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik fungsi Fugasi untuk gas ideal B-E

Grafik pada gambar 2 dan 3 dipenuhi untuk volume V yang berhingga. Untuk kasus V
kita peroleh,

1,

g 3 / 2 1

3
3
akar akar g z , g 1
3/ 2
3/ 2

/ g 3 / 2 1

(21)

Untuk
, nilai z hanya dapat diperoleh dengan numerik.
Fungsi termodinamika yang lain untuk gas ideal Bose-Einstein ditunjukkan pada
persamaan 22, 23, 24, 25, dan 26. Dengan mempertimbangkan temperatur kritis Tc dan
volume kritis c terhadap temperatur mutlak T dan volume spesifik diperoleh
persamaan-persamaan termodinamika berikut,
3 kT
g z , T Tc atau c
U 2 3 5 / 2

N 3 kT
g 1 , T Tc atau c
2 3 5 / 2

3 g 5 / 2 z ln z, T Tc atau c
A

NkT
g 1 ,
T Tc atau c
3 5 / 2
ln z , T Tc atau c
G

T Tc atau c
NkT 0,

5
2 3 g 5 / 2 z ln z, T Tc atau c
S

Nk 5
g 1 ,
T Tc atau c
2 3 5 / 2
9 g3/ 2 z
15
g5/ 2 z
, T Tc atau c
3

CV 4
4 g1 / 2 z

Nk 15
g 5 / 2 1 ,
T Tc atau c
4 3

(22)

(23)

(24)

(25)

.
(26)
Persamaan 22 adalah persamaan Energi Internal gas ideal B-E, persamaan 23 merupakan
Fungsi Helmholtz untuk gas ideal B-E, persamaan 24 merupakan Fungsi Gibbs untuk gas
ideal B-E, persamaan 25 adalah Entropi gas ideal B-E, dan persamaan 26 adalah
Kapasitas Kalor untuk gas ideal B-E.
Penjelasan Slide 39-43

III.3 Foton
Cahaya merupakan salah satu contoh dari gelombang elektromagnetik. Dalam teori
kuantum foton dihasilkan dari medan elektromagnetik. Setiap foton memiliki energi
yaitu dan momentum , dimana = || = /c. Sesuai dengan konsekuensi
transversalitas gelombang yang merupakan salah satu sifat dari gelombang
elektromagnetik, foton hanya memiliki dua vektor polarisasi . Dengan mengambil kasus
gelombang elektromagnetik yang berada pada kubus dengan volume V = L3, didapatkan
nilai untuk yaitu,

2
L

=
n.
(27)
dimana n adalah komponen vektor yang bernilai 0, 1, 2, 3,... . Dari nilai pada
persamaan 26, maka dapat jumlah momentum yang dibolehkan antara dan + d dapat
dirumuskan sebagai berikut,
f d

4V

2 d

.
(28)
Selama atom dapat mengemisi dan mengabsorbsi foton, maka jumlah kuantitas foton
tidak tetap.
Energi total untuk foton sejumlah n, dengan momentum propagasi dan polarisasi
adalah

E n , n ,
,

,
(29)
dimana = c || dan n, = 0, 1, 2, 3,... . Dalam ruang vakum, foton tidak tampak, hal ini
akan mengakibatkan nilai potensial kimia dari foton adalah 0. Sehingga fungsi partisi
dari foton dapat dituliskan,


1 e

Q
,

,
dengan = 1/kT dan = c || , jika persamaan 29 ditulis dalam logaritmik menjadi
ln Q 2 ln 1 e

(30)

.
(31)
Sedangkan rata-rata bilangan okupasi untuk foton adalah
1 ln Q
2
n

e
1
,
(32)
faktor 2 menunjukkan dua kemungkinan polarisasi dari foton. Energi internal foton U
didefinisikan sebagai,

ln Q

,
maka diperoleh

(33)

U n

.
(34)
Tekanan dapat diperoleh dengan mengubah terlebih dahulu fungsi Q(,T) menjadi
Q(V,T), sehingga fungsi partisinya dapat ditulis,
1 / 3
ln Q 2 ln 1 e c 2 nV
n

dengan definisi tekanan


P

(35)

1 ln Q
V

(36)

diperoleh
1
n
3V
1
PV U
3
P

(37)
Sekarang kita menghitung energi internal U untuk seluruh ruang, dengan
memanfaatkan persamaan 28 dan mengganti bentuk penjumlahan menjadi integral pada
persamaan 34, maka
U

8cV
2 3

3 d
V
3 d

0 e c 1 2c3 0 e 1
.

Sehingga diperoleh energi internal per satuan volume yaitu

U
u , T d
V 0
,
dimana u(,T) adalah fungsi radiasi Planck dengan bentuk
3
u , T 2 3
c e 1
,
dengan menghitung bentuk integral pada persamaan 39, diperoleh hasil
4
U 2 kT

V 15 c 3
.
Selanjutnya diperoleh kapasitas kalor per satuan volume yaitu
4 2 k 4T 3
cV
3
15 c
.
3
Dari hasil ini terlihat bahwa kapasitas kalor CV ~ T .

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

Intensitas foton adalah jumlah energi foton yang menembus suatu permukaan per
satuan waktu. Intensitas foton dapat dirumuskan sebagai berikut,
c u, T
3
I , T

4
4 2 c 2 e 1
,
(43)
jika kita plotkan intensitas foton sebagai fungsi dari frekuensi dengan temperatur yang

berbeda-beda maka diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Grafik hukum Radiasi Planck


Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa bila temperatur benda berbeda-beda maka
akan menghasilkan frekuensi intensitas maksimum yang berbeda-beda pula. Selanjutnya
dengan mengintegralkan persamaan 43 untuk seluruh nilai frekuensi, maka diperoleh
intensitas foton sebagai fungsi dari temperatur.

I T I , T d
0

2c 2

e 1 d

diperoleh

2k 4 4
T
3

60

I T

k

3
60 c

dimana

(44)

, konstanta disebut sebagai konstanta Stefan-Boltzmann.

III.4 Fonon

Penjelasan Slide 44-49

Fonon merupakan kuantitas gelombang bunyi dalam bentuk makroskopis. Bahasan


tentang fonon biasanya pada zat padat. Dalam zat padat kecepatan fonon c tidak
bergantung pada vektor polarisasi. Sehingga kita dapat mengabaikan faktor polarisasi
pada fonon. Jika suatu zat padat memiliki N buah atom, maka fonon akan memiliki 3N
mode normal. Jumlah mode normal pada fonon dengan frekuensi antara dan + d
dapat dituliskan

f d

3 2
d
2 2 c 3

(45)

Jika persamaan 44 kita integralkan sampai nilai frekuensi maksimum m maka diperoleh
m

f d 3 N
0

(46)

Nilai 3N ini merupakan jumlah maksimum mode gelombang fonon. Sehingga energi
total dari fonon dapat ditulis
3N

E ni ni
i 1

(47)

(48)

Sehingga fungsi partisinya menjadi


Q 1 e
3N

i 1

jika ditulis dalam logaritmik

3N

ln Q ln 1 e i
i 1

(49)

(50)

Sedangkan energi internal fonon adalah


U

ln Q 3 N i
i

1
i 1 e

Selanjutnya dengan memanfaatkan persamaan 45, kita hitung energi internal fonon
untuk seluruh ruang
U

3V
2 2 c 3

3 d
0 e 1
,

t
dengan memisalkan

maka persamaan 51 menjadi

(51)

U 9 kT

N 3

t 3 dt
et 1

(52)

1 / kT
dimana

. Persamaan 52 mirip dengan fungsi Debye seperti berikut


D x

3
x 3

t 3 dt
et 1

(53)

jika ditulis dalam bentuk deret

3
x2
1

8
20
D x 4
e x ,
5 x 3

x 1
x 1
.

(54)

Dari sini kita perkenalkan temperatur Debye. Temperatur Debye didefinisikan sebagai
berikut

TD

m
k

(55)

Sehingga persamaan 51 dapat ditulis

3T
1 T
3kT 1 D D

8 T 20 T

U
3kTD
N

4 T 3
TTD

3kT 5 T e
D

dimana

TD
T

T TD
T TD
,

(56)

. Sedangkan kapasitas kalor untuk fonon adalah

CV dU / dT
,
diperoleh

(57)

CV
dD
3

3D 3T
3 4 D

Nk
dT
e 1

(58)

atau dalam bentuk deret


2

1 T
3 1 D ,

20 T

CV

Nk 12 4 T 3
TTD
e

5
D

T TD

T TD
.

(59)

Jika persamaan 59 diplotkan akan diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada gambar
5 berikut ini

Gambar 5. Grafik kapasitas kalor fonon terhadap temperatur.


Grafik pada gambar 5 menunjukkan bahwa kapasitas kalor fonon sebanding dengan T3
jika T < TD, hal ini akan memberikan konsekuensi untuk T << TD , kapasitas kalor fonon
akan menuju nol. Sedangkan untuk T >> TD, kapasitas kalor fonon akan 3Nk, hal ini
menunjukkan bahwa untuk temperatur fonon yang sangat tinggi maka nilai kapasitas
kalornya akan menuju statistik klasik.
IV.

KESIMPULAN

Dari penjelasan tentang Statistik Fermi-Dirac dan Bose-Einstein di atas , diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:

Statistik Fermi-Dirac memenuhi Larangan Pauli, sedangkan statistik Bose-

Einstein tidak memenuhi Larangan Pauli.


Persamaan keadaan gas ideal Fermi-Dirac berbeda dengan persamaan keadaan gas
ideal Bose-Einstein.

Nilai energi internal untuk Fermi-Dirac dan Bose-Einstein sama yaitu


3
U= PV
2

Referensi :
Huang, K. (1987). Statistical Mechanics, 2nd ed. (John Wiley, New York)
Pathria, R.K. & Beale, P.D. (2011). Statistical Mechanics, 3rd ed. (Butterworth
Heinemann)

Anda mungkin juga menyukai