I.
PENDAHULUAN
Ditinjau secara Kuantum, statistika dibagi menjadi dua yaitu Statistika Fermi-Dirac
dan Bose-Einstein, salah satu perbedaan dari keduanya adalah pemenuhan Larangan Pauli,
dimana Bose-Einstein tidak memenuhi kaidah larangan pauli, sedangkan Fermi-Dirac
memenuhi Larangan Pauli. Kita perkenalkan fungsi distribusi Fermi-Dirac dan Bose-Einsten
yaitu,
f
exp
1
1
kT
(F-D)
dan
1
exp
1
kT
(B-E)
dimana k adalah konstanta Boltzmann, T adalah temperatur, adalah energi, dan adalah
potensial kimia.
I.1 Statistika Fermi-Dirac (F-D)
Statistik Fermi-Dirac memenuhi prinsip Larangan Pauli hal ini berhubungan dengan
teori spin-statistik yang menyatakan bahwa partikel fermion mempunyai spin separuh
bilangan bulat. Contoh-contoh partikel fermion antara lain: elektron, proton, dan neutron.
Karena masing-masing keadaan kuantum hanya dapat ditempati paling banyak satu elektron.
Dari pernyataan ini maka diperoleh peluang termodinamikanya yaitu
gi !
i 1 N ! g N !
i
i
i
s
WF D
(1)
dimana,
gi dan N i 1
. Dengan
(2)
Karena kita anggap sistem terjadi fluktuasi jumlah partikel maka untuk memperoleh Fungsi
Penjelasan Slide 5 dan 6
Q z ,V , T z N N V , T
N 0
N V , T g n e
(3)
i ni
i
dengan
, maka
Q z , V , T z N g n e
N 0
i ni
i
N ni
i
, maka diperoleh
Q z, V , T ze i
i
N 0 ni
ze
n1
ni
kT
Q z ,V , T ze 0
n0
ze
n0
1 n1
Penjelasan Slide 8
Sehingga diperoleh
ze
Q z ,V , T
i
(4a)
Karena statistik Fermi-Dirac memenuhi Ekslusi Pauli, dimana n hanya bernilai 0 dan 1.
Sehingga diperoleh
Q z , V , T 1 ze i
i
(4b)
ln Q ln 1 ze i
i
(4c)
Penjelasan Slide 7
g i N i 1!
i 1 N ! g 1!
i
i
s
WB E
(5)
dengan Ni = jumlah partikel yang mengisi pada tingkat ke-i
WB-E = peluang keadaan makro untuk statistik Bose-Einstein
S = banyaknya tingkat keadaan
Sebagaimana pada Statistik F-D, dalam Statistik B-E juga mengambil nilai gi , Ni >> 1 dan
menggunakan aproksimasi Stirling, diperoleh Entropi untuk Statistik B-E yaitu,
N
S k N i ln i 1 g i ln 1 i
gi
i
Ni
(6)
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 4a dapat diperoleh fungsi partisi grand kanonik
untuk B-E. Karena statistik B-E tidak memenuhi Larangan Pauli, maka nilai n dapat bernilai
0, 1, 2, 3, ...dst. Sehingga persamaan 4a dapat ditulis,
Q z, V , T 1 ze i
i
ze ze
1
i 2
i 3
(7)
dimana
ze
kT
1
1 x x 2 x3
1 x
Maka fungsi partisi untuk Bose-Einstein dapat dituliskan,
Q z , V , T 1 ze i
i
(8a)
Jika ditulis dalam bentuk logaritmik
ln Q ln 1 ze i
i
(8b)
Terlihat bahwa statistik B-E dan F-D memiliki bentuk fungsi partisi yang berbeda.
Perbedaan ini timbul karena adanya kaedah Larangan Pauli. Larangan Pauli menyebutkan
bahwa tidak boleh ada dua atau lebih partikel yang menempati tingkat energi yang sama. Dari
kedua statistik ini yaitu B-E dan F-D, statistik F-D memenuhi larangan Pauli sedangkan
statistik B-E tidak memenuhi larangan Pauli.
II. PERSAMAAN KEADAAN GAS IDEAL FERMI
Untuk melihat salah satu aplikasi mekanika statistik maka akan dibahas gas ideal
fermi. Gas ideal fermi adalah kumpulan fermion bebas. Adapun ungkapan dari persamaan
keadaan dari fermion adalah sebagai berikut,
Ungkapan fungsi grand partisi untuk fermion, yaitu
Q z , V , T 1 ze i
i
(1)
(2)
sehingga,
(3)
Untuk menentukan secara eksplisi fungsi grand partisi pada persamaan (3) kita
mengganti tanda penjumlahan dengan integral terhadap variable momentum. Untuk maksud
tersebut, terlebih dahulu kita ubah ungkapan diskrit menjadi kontinu sebagai berikut,
(4)
Dengan menggunakan (4) maka (3) menjadi,
(5)
(6)
kita dapat menulis,
(7)
Dengan demikian, jumlah rata-rata system dapat ditulis sebagai,
(8)
Dari semua penjelasan di atas dapat dituliskan dua persamaan utama, yaitu
(9)
(10)
Dengan definisi (10) maka persamaan (9) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana
sebagai berikut,
(11)
di mana,
(12)
(13)
Untuk z yang sangat kecil maka
f 3 / 2( z )
(14)
Sebaliknya, pendekatan untuk z yang besar dilakukan proses berikut,di definisikan
= /kT , karena
( NA )
V ,T
maka,
(15)
Dengan demikian f 3 / 2( z ) dapat ditulis sebagai,
(16)
Selanjutnya dengan mengganti variabel
x =y
sehingga
x= y
dan
1 1/ 2
x= y dy
2
(17)
Untuk menyelesaikan integral pada persamaan (17) secara parsial dan diperoleh,
(18)
Suku pertama di ruas kanan persamaan (18) adalah nol sehingga,
(19)
Selanjutnya kita uraikan
dan didapat,
(20)
Dengan demikian
(21)
(22)
ditempati per partikel besar. Akibatnya pada kondisi suhu tinggi dan kerapatan fermion
rendah terpenuhi,
(23)
3
=f 3 / 2(z )
Tetapi
f 3 / 2(z )
(24)
atau
(25)
Untuk mencari z dilakukan operasi rekursif sebagai berikut. Dari persamaan di atas,
(26)
Pendekatan pertama untuk z adalah hanya mengambil suku pertama saja, yaitu
Nilai
z1
(27)
Selanjutnya kita mendapat kan jumlah rata-rata system pada keadaan energi ke-i , yaitu
(28)
Mengingat
=1/kT
ze 1 , maka
(29)
yang merupakan distribusi Maxwell-Boltmann (partikel klasik). Ini berarti pada suhu tinggi
dan kerapatan rendah fermion berperilaku sebagai partikel klasik. Ketika membahas fermion
pada suhu tinggi dan kerapatan rendah sebenarnya kita dapat langsung menggunakan statsitik
klasik, yaitu Maxwell -Boltzmann, untuk menghindari kerumitan statistik Fermi-dirac.
Persamaan keadaan dapat diperoleh sebagai berikut,
(30)
Atau
(31)
Suku kedua di sebalah kanan sangat kecil sehingga praktis
persamaan keadaan gas ideal klasik.
PV
1
yang merupakan
kT
(32)
Ambil satu suku diruas kanan sebagai aproksimasi dan samakan dengan
/ sehingga,
atau
(33)
z e
Mengingat
maka,
(34)
Tetapi
2
mkT
1/2
( )
sehingga,
atau
(35)
Jumlah sistem yang menempati keadaan energy ke-i adalah
(36)
Jika
i > F
i < F
maka ketika
T 0
atau
terjadi
n i 1
, sebaliknya jika
terjadi n i 0 .
II.1 APLIKASI SISTEM GAS IDEAL FERMI PADA BINTANG KATAI PUTIH
Bintang katai putih adalah bintang yang sudah kehabisan bahan bakar hydrogen .
Tidak ada reaksi fusi lebih lanjut. Materi penyusun bintang hanyalah helium. Sumber energi
bintang semata-mata karena energi gravitasi yang berasal dari kontraksi bintang secara
perlahan -lahan. Energi yang dipancarkan sangat sedikit sehingga bintang tampak putih
remang -remang. Contoh bintang ini adalah pengiring Sirius. Binatng ini tidak tampak oleh
mata karena terlalu redup tetapi secara periodik menutup Sirius. Bintang ini dan Sirius
berotasi mengelilingi pusat massa keduanya.
Perkiraan besaran-besaran fisis bintang katai putih adalah
10
10
Kerapatan 10
kg/m3 10 M
30
MM
Massa 10
kg
7
TM
Suhu pusat 10 K
Suhu sebesar
Pada suhu ini semua atom helium terionisasi. Bintang katai putih dapat dipandang sebagai
kumpulan inti helium dan electron-elektron yang berberak bebas.
Berdasarkan data kerapatan bintang kita dapat memperkirakan jumlah atom helium
per satuan volum. Massa atom helium adalah
Jumlah
Satu atom helium menyumbang dua electron. Dengan demikian, kerapatan electron adalah
Tampak bahwa
bintang katai putih, electron menempati tingkat-tingkat energi paling dasar, jauh di bawah
energi fermi. Keadaan ini sangat mirip dengan assembli electron yang berada pada suhu
mendekati nol. Jadi meskipun suhu bintang katai putih sangat tinggi, tetapi kerapatan yang
luar biasa tinggi menyebabkan energi fermi sangat besar. Energi yang dimiliki electron
sangat jauh di bawah energi fermi. Dari sifat ini kita dapat lakukan idealisasi sebagai berikut,
a. Bintang katai putih adalah assembli N elektron pada keadaan dasar dengan kerapatan
sangat tinggi sehingga dinamika electron harus dijelaskan secara relativistic.
b. Elektron bergerak dalam background N/2 buah inti helium yang melakukan gaya
gravitasi sehingga seluruh system menyatu membentuk binatng.
Ada tiga mekanisme yang harus diperhitungkan secara bersama pada bintang katai putih,
yaitu,
a. Tekanan electron akibat ekslusi Pauli
b. Hukum gravitasi
c. Dinamika relativistic
Energi total relativistic yang dimiliki electron adalah
Faktor 2 dimasukkan karena tiap tingkat energi ditepati dua electron dengan arah spin
berlawanan. Penjumlahan dia atas dapat diganti dengan integral dengan terlebih dahulu
melakukan transformasi sebagai berikut
Jadi,
dengan
Dengan,
Karena
mn m p
dan
me mp
maka
Atau
Dengan
Dengan
Jadi didapatkan,
X F 1
X F 1
Dengan
Plot Po sebagai fungsi R untuk kondisi nonrelativistk dan relatvisitik tampak pada gambar
berikut,
Gambar 1. Kebergantungan tekanan pada jari -jari bintang untuk kasus relativistik dan
nonrelativistik
III.
(2)
dan
ze p
N z ln Q
p
z
p 1 ze
dengan =
1
kT
(3)
memiliki momentum p. Untuk gas ideal B-E, persamaan 2 dan 3 berbeda saat z 1, hal
ini berkaitan dengan p = 0. Dengan mengganti bentuk penjumlahan menjadi bentuk
integral diperoleh persamaan keadaan untuk gas ideal B-E yaitu,
2
P
4
1
3 p 2 ln 1 ze p / 2 m dp ln 1 z
kT
V
h 0
(4a)
1 4
h3
z
0
p 2 dp
1 p 2 / 2 m
1 z
1 V 1 z
(4b)
dimana = V/N. Di sini diperkenalkan fungsi B-E yaitu,
4
zl
2
x2
g5 / 2 z
x
ln
1
ze
dx
5/ 2
0
l 1 l
(5a)
g3/ 2 z z
z
g5/ 2 z 3/ 2
z
l 1 l
(5b)
dengan memanfaatkan fungsi B-E ini, persamaan keadaan di atas dapat dituliskan
menjadi
g z 1
P
5 / 23 ln 1 z
kT
V
1 g3/ 2 z 1 z
V 1 z
3
dimana =
(6a)
(6b)
h / 2mkT
(7a)
1 g3/ 2 z
3
.
(7b)
Energi internal dari gas ideal B-E dituliskan
ln Q
U kT 2
T
(8)
dimana
PV
ln Q
kT
.
(9)
Sehingga diperoleh energi internal gas ideal B-E yaitu
3 VkT
3
U
g 5 / 2 z PV
3
2
2
(10)
3
U PV
2
Dari persamaan energi internal yang dituliskan pada persamaan 10, selanjutnya akan
dicari kapasitas kalor untuk gas ideal B-E. Sebelum diperoleh kapasitas kalor, terlebih
dahulu dibahas hubungan antara persamaan 7a dan 7b. Dari kombinasi kedua persamaan
tersebut diperoleh persamaan berikut,
N3
PV
al
NkT l 1 V
l 1
.
(11)
Bagian kanan dari persamaan 11 disebut sebagai ekspansi virial dengan nilai al ada-lah
Nk 2 T Nk
(12)
CV 3 5 3l N3
al
Nk 2 l 1 2
V
atau dapat dituliskan dalam bentuk deret
N 3
N 3
CV 3
0,0066
1 0,0884
Nk 2
V
V
dimana =
CV
yaitu
h / 2mkT
3
Nk
2
l 1
N3
0,0004
V
(13)
zl
gn z n
l 1 l
(14)
Tampak bahwa untuk nilai z dari 0 sampai 1, memberikan nilai gn(z) yang meningkat
secara positif. Grafik untuk gn(z) dengan nilai z dari 0 sampai 1 ditunjukkan pada gambar
1. Nilai aproksimasi persamaan B-E saat z = 1 adalah gn(1) = 2,612. Selanjutnya dengan
mendefinisikan rata-rata bilangan okupasi untuk level partikel tunggal dengan
momentum p = 0 yaitu
n 0 z / 1 z
(15)
persamaan 6b dapat ditulis menjadi
3 n 0
V
nilai
3 n0
V
3
g3/ 2 z
(16)
3
g 3 / 2 1
(17)
3c g 3 / 2 1
(18)
atau
Tc
2 2
mk g 3 / 2 1
(19)
dimana = volume spesifik, m = massa partikel dan k = konstanta Boltzmann. Dari
persamaan 18 dapat diperoleh volume kritis c saat temperaturnya T yaitu
g 3 / 2 1
(20)
dalam fungsi Tc dan c daerah yang terjadi kondensasi adalah daerah dimana T < Tc atau
< c. Berikut ini grafik solusi untuk persamaan 6b,
Grafik pada gambar 2 dan 3 dipenuhi untuk volume V yang berhingga. Untuk kasus V
kita peroleh,
1,
g 3 / 2 1
3
3
akar akar g z , g 1
3/ 2
3/ 2
/ g 3 / 2 1
(21)
Untuk
, nilai z hanya dapat diperoleh dengan numerik.
Fungsi termodinamika yang lain untuk gas ideal Bose-Einstein ditunjukkan pada
persamaan 22, 23, 24, 25, dan 26. Dengan mempertimbangkan temperatur kritis Tc dan
volume kritis c terhadap temperatur mutlak T dan volume spesifik diperoleh
persamaan-persamaan termodinamika berikut,
3 kT
g z , T Tc atau c
U 2 3 5 / 2
N 3 kT
g 1 , T Tc atau c
2 3 5 / 2
3 g 5 / 2 z ln z, T Tc atau c
A
NkT
g 1 ,
T Tc atau c
3 5 / 2
ln z , T Tc atau c
G
T Tc atau c
NkT 0,
5
2 3 g 5 / 2 z ln z, T Tc atau c
S
Nk 5
g 1 ,
T Tc atau c
2 3 5 / 2
9 g3/ 2 z
15
g5/ 2 z
, T Tc atau c
3
CV 4
4 g1 / 2 z
Nk 15
g 5 / 2 1 ,
T Tc atau c
4 3
(22)
(23)
(24)
(25)
.
(26)
Persamaan 22 adalah persamaan Energi Internal gas ideal B-E, persamaan 23 merupakan
Fungsi Helmholtz untuk gas ideal B-E, persamaan 24 merupakan Fungsi Gibbs untuk gas
ideal B-E, persamaan 25 adalah Entropi gas ideal B-E, dan persamaan 26 adalah
Kapasitas Kalor untuk gas ideal B-E.
Penjelasan Slide 39-43
III.3 Foton
Cahaya merupakan salah satu contoh dari gelombang elektromagnetik. Dalam teori
kuantum foton dihasilkan dari medan elektromagnetik. Setiap foton memiliki energi
yaitu dan momentum , dimana = || = /c. Sesuai dengan konsekuensi
transversalitas gelombang yang merupakan salah satu sifat dari gelombang
elektromagnetik, foton hanya memiliki dua vektor polarisasi . Dengan mengambil kasus
gelombang elektromagnetik yang berada pada kubus dengan volume V = L3, didapatkan
nilai untuk yaitu,
2
L
=
n.
(27)
dimana n adalah komponen vektor yang bernilai 0, 1, 2, 3,... . Dari nilai pada
persamaan 26, maka dapat jumlah momentum yang dibolehkan antara dan + d dapat
dirumuskan sebagai berikut,
f d
4V
2 d
.
(28)
Selama atom dapat mengemisi dan mengabsorbsi foton, maka jumlah kuantitas foton
tidak tetap.
Energi total untuk foton sejumlah n, dengan momentum propagasi dan polarisasi
adalah
E n , n ,
,
,
(29)
dimana = c || dan n, = 0, 1, 2, 3,... . Dalam ruang vakum, foton tidak tampak, hal ini
akan mengakibatkan nilai potensial kimia dari foton adalah 0. Sehingga fungsi partisi
dari foton dapat dituliskan,
1 e
Q
,
,
dengan = 1/kT dan = c || , jika persamaan 29 ditulis dalam logaritmik menjadi
ln Q 2 ln 1 e
(30)
.
(31)
Sedangkan rata-rata bilangan okupasi untuk foton adalah
1 ln Q
2
n
e
1
,
(32)
faktor 2 menunjukkan dua kemungkinan polarisasi dari foton. Energi internal foton U
didefinisikan sebagai,
ln Q
,
maka diperoleh
(33)
U n
.
(34)
Tekanan dapat diperoleh dengan mengubah terlebih dahulu fungsi Q(,T) menjadi
Q(V,T), sehingga fungsi partisinya dapat ditulis,
1 / 3
ln Q 2 ln 1 e c 2 nV
n
(35)
1 ln Q
V
(36)
diperoleh
1
n
3V
1
PV U
3
P
(37)
Sekarang kita menghitung energi internal U untuk seluruh ruang, dengan
memanfaatkan persamaan 28 dan mengganti bentuk penjumlahan menjadi integral pada
persamaan 34, maka
U
8cV
2 3
3 d
V
3 d
0 e c 1 2c3 0 e 1
.
U
u , T d
V 0
,
dimana u(,T) adalah fungsi radiasi Planck dengan bentuk
3
u , T 2 3
c e 1
,
dengan menghitung bentuk integral pada persamaan 39, diperoleh hasil
4
U 2 kT
V 15 c 3
.
Selanjutnya diperoleh kapasitas kalor per satuan volume yaitu
4 2 k 4T 3
cV
3
15 c
.
3
Dari hasil ini terlihat bahwa kapasitas kalor CV ~ T .
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
Intensitas foton adalah jumlah energi foton yang menembus suatu permukaan per
satuan waktu. Intensitas foton dapat dirumuskan sebagai berikut,
c u, T
3
I , T
4
4 2 c 2 e 1
,
(43)
jika kita plotkan intensitas foton sebagai fungsi dari frekuensi dengan temperatur yang
I T I , T d
0
2c 2
e 1 d
diperoleh
2k 4 4
T
3
60
I T
k
3
60 c
dimana
(44)
III.4 Fonon
f d
3 2
d
2 2 c 3
(45)
Jika persamaan 44 kita integralkan sampai nilai frekuensi maksimum m maka diperoleh
m
f d 3 N
0
(46)
Nilai 3N ini merupakan jumlah maksimum mode gelombang fonon. Sehingga energi
total dari fonon dapat ditulis
3N
E ni ni
i 1
(47)
(48)
i 1
3N
ln Q ln 1 e i
i 1
(49)
(50)
ln Q 3 N i
i
1
i 1 e
Selanjutnya dengan memanfaatkan persamaan 45, kita hitung energi internal fonon
untuk seluruh ruang
U
3V
2 2 c 3
3 d
0 e 1
,
t
dengan memisalkan
(51)
U 9 kT
N 3
t 3 dt
et 1
(52)
1 / kT
dimana
3
x 3
t 3 dt
et 1
(53)
3
x2
1
8
20
D x 4
e x ,
5 x 3
x 1
x 1
.
(54)
Dari sini kita perkenalkan temperatur Debye. Temperatur Debye didefinisikan sebagai
berikut
TD
m
k
(55)
3T
1 T
3kT 1 D D
8 T 20 T
U
3kTD
N
4 T 3
TTD
3kT 5 T e
D
dimana
TD
T
T TD
T TD
,
(56)
CV dU / dT
,
diperoleh
(57)
CV
dD
3
3D 3T
3 4 D
Nk
dT
e 1
(58)
1 T
3 1 D ,
20 T
CV
Nk 12 4 T 3
TTD
e
5
D
T TD
T TD
.
(59)
Jika persamaan 59 diplotkan akan diperoleh grafik seperti yang ditunjukkan pada gambar
5 berikut ini
KESIMPULAN
Referensi :
Huang, K. (1987). Statistical Mechanics, 2nd ed. (John Wiley, New York)
Pathria, R.K. & Beale, P.D. (2011). Statistical Mechanics, 3rd ed. (Butterworth
Heinemann)