Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Kulit Sebagai

Sistem Pertahanan Tubuh

Disusun oleh:
Anggara Haidi A (03)
Cut Salsabila Putriansyah (10)
Nurul Lantika Mataho (25)
Razi Naufal Kanasa (29)
Zakaria Fakhrudin (36)
XI IPA 2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kulit Sebagai
Sistem Pertahanan Tubuh ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Ibu Pipih Priyatna selaku Guru mata pelajaran Biologi SMAN 38
Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sistem pertahanan tubuh. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Jakarta, 22 Mei 2017

Penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan suatu organ pada tubuh manusia yang membatasi dengan
lingkungan luar. Salah satu fungsi dari kulit adalah sebagai sistem imun yang memproteksi
tubuh dari serangan benda asing. kulit dapat melakukan fungsinya sebagai sistem
pertahanan tubuh dengan beberapa proses. Dalam kulit itu sendiri, sudah terdapat suatu sel
menjaga kulit dari serangan benda asing. Sel itu dikenal dengan nama sel langerhans yang
terdapat di lapisan epidermis. Selain itu, terdapat juga suatu substansi antijamur, yaitu
unsatturated transferin dan alfa2 makroglobulin keratinase inhibitor yang mencegah invasi
jamur dermatofita dan mencegah pertumbuhan organisme pada lapisan yang lebih dalam.
Jika sel langerhans dan keratinisasi ini gagal dalam menghadapi mikroorganisme patogen,
maka selanjutnya akan datang banntuan dari mediator inflamasi seperti netrofil, limfosit,
komplemen, PMN, dan aktivasi faktor penghambat serum (serum inhibitory factor) yang
disebut proliferasi epidermis. Proliferasi epidermis inilah yang termasuk sistem imun non
spesifik dari kelompok selular.
Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari
luar, seperti bakteri. Sel-sel langerhans yang terdapat dalam lapisan kulit epidermis kulit
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Kulit memiliki tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan subkuntan. Epidermis
merupakan lapisan paling luar dan berfungsi sebagai lapisan proteksi. Lapisan ini masih
terbagi menjadi 5 bagian. Lapisan ini selalu tergantikan. Lapisan atas akan mati dan lepas.
Waktu yang diperlukan untuk regenerasi dari lapisan bawah menuju lapisan yang paling
atas (stratum corneum / kulit ari) sekitar 3 hingga 4 minggu. Pada beberapa penyakit,
seperti psoriasis, regenerasi kulit berlangsung sangat cepat sehingga lapisan kulit cepat
menebal. Pada lapisan epidermis, kadar protein lebih banyak dibanding dermis atau
subkutan. Kulit mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan unsur-unsur mineral.

1.2 Rumusan Masalah


1. Benarkah kulit sebagai sistem pertahanan tubuh?
2. Bagaimana mekanisme kulit sebagai sistem pertahanan tubuh?

1.3 Tujuan
1. Untuk membuktikan bahwa kulit merupakan sistem pertahanan tubuh.
2. Untuk mengetahui mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa
antigen dan bibit penyakit.
BAB II
Metodologi Praktikum
2.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari / Tanggal : Selasa, 16 Mei 2017
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
Tempat : Rumah Razi Naufal Kanasa

2.2 Alat dan Bahan


1. 4 buah kantong 4lastic tertutup.
2. 4 buah apel utuh.
3. 1 apel busuk.
4. Tusuk gigi.
5. Spidol.
6. Tissue.
7. Kapas.
8. Alcohol.

2.3 Cara Kerja


1. Cuci semua apel hingga bersih. Masukkan apel pertama dalam kantong plastik.
Kemudian, plastik ditutup. Beri label nomor 1 pada plastik dengan spidol.
2. Ambil sebatang tusuk gigi. Korek bagian daging potongan apel yang busuk dengan
tusuk gigi tersebut. Oleskan perlahan pada permukaan kulit apel kedua, tetapi jangan
smpai melukai kulit apel. Ulangi hal tersebut sampai tiga kali pada permukaan kulit
pada permukaan kulit yang lain. Kemudian masukkan apel kedua dalam kantong plastic
tertutup dan beri label nomor 2.
3. Ulangi langkah 2 untuk apel ketiga. Tetapi pada apel ketiga, setelah mengorek
potongan apel busuk, lukai kulit apel ketiga dengan menusukkan tusuk gigi kuat-kuat,
dan buat goresan yang vertikal. Ulangi tiga kali untuk permukaan kulit lainnya.
Bungkus apel ketiga dalam kantong plastik dan beri nomor 3.
4. Ulangi langkah 3 pada apel keempat. Namun setelah dilukai, oleskan bagian yang
tergores tadi dengan kapas yang dicelup dalam alkohol. Ulangi beberapa kali, jika perlu
bagian yang dilukai benar-benar terbilas dengan alkohol. Masukkan apel keempat
dalam plastik, tutup rapat dan beri nomor 4. Gunakan jas laboratorium pada saat
melakukan langkah kerja agar zat kimia tidak mengenai langsung pada tubuh.
5. Periksalah kondisi masing-masing apel tanpa membuka plastiknya selama lima hari,
dan pada pertemuan praktikum berikutnya potonglah seluruh apel.
6. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
7. Susunlah laporan hasil pengamatan.
BAB III
Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai