Anda di halaman 1dari 5

Kebutuhan kelistrikan di Kota Bekasi

Kota Bekasi merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan
propinsi lain yaitu DKI Jakarta. Letaknya yang bersebelahan dengan ibukota negara ini
memberikan beberapa keuntungan di sisi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan
kelengkapan sarana dan prasarana transportasi, menjadikan Kota Bekasi sebagai salah satu
daerah penyeimbang DKI Jakarta.

Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2 dengan Kecamatan Mustika Jaya

sebagai wilayah yang terluas (24,73 km2) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah
terkecil (13,49 km2). Penduduk Kota Bekasi tahun 2015 berdasarkan data penduduk yang
dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah 2.384.413 jiwa terdiri
dari laki-laki sebanyak 1.216.260 dan perempuan 1.168.153 jiwa dengan tingkat kepadatan
mencapai 12.211 jiwa per kilometer persegi.

Pada tahun 2015 di Kota Bekasi tersedia 33 hotel bintang dan non bintang dan 20 pusat
perbelanjaan serta rencana pembangunan pada tahun 2016 sekitar 30 proyek apartemen .

Listrik dan air minum sudah merupakan komoditi pokok yang dibutuhkan baik oleh rumah
tangga maupun badan usaha terutama di daerah perkotaan. Sebagian pelanggan PT. PLN yang
bermukim di Kota Bekasi, tercatat sebagai pelanggan PT. PLN cabang Jakarta dan cabang
kabupaten Bekasi. Jumlah pelanggan listrik cenderung mengalami peningkatan selama periode
tahun 2010-2015. Daya terpasang mengalami peningkatan dari 3.428.787.357 VA di tahun
2014 menjadi 3.637.977.257 VA di tahun 2015
JENIS Banyaknya Perkembangan Energi yang
PELANGGAN Daya Terpasang terjual
(KWH)
(1) (2) (3)
SOSIAL 14.735 74.603.305
RUMAH TANGGA 1.408.659 1.429.788.885
BISNIS 58.758 614.197.374
INDUSTRI 1.701 1.680.613.515
PEMERINTAHAN 3.098 37.377.370
LAIN-LAIN 189 30.489.900
JUMLAH 1.487.148 3.867.070.349 8.579.130.694

Perbandingan Pendapatan Menurut Jenis Pelanggan


Tahun Rumah Tangga Bisnis
Sosial Industri /Industry
/Household /Bussiness
/Social
2015 103.598.762.502 2.410.219.789.136 1.151.550.339.885 5.013.312.423.866
2014 83.965.829.228 1.337.786.465.716 881.961.612.081 4.322.662.233.067
2013 73.383.440.633 1.605.508.665.667 769.194.232.467 3.325.699.943.747
2012 59.587.992.247 1.376.771.541.723 590.535.492.009 2.787.416.162.003

Sejumlah daerah di Jawa Barat belum semuanya teraliri listrik 100 persen. Berdasarkan data PT
PLN yang dikutip dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Barat rasio elektrifikasi di
sejumlah wilayah itu masih berkisar 80 persen.

Daerah-daerah tersebut antara lain Kota Bandung yang hanya 84,51 persen, Kabupaten
Bandung Barat 79,3 persen, Garut 76,54 persen, Kabupaten Tasikmalaya 73,32 persen, dan
terendah Ciamis 32,76 persen.

Namun ada pula sembilan daerah yang sudah mencatatkan rasio hingga 100 persen yaitu
Kabupaten Bogor, Purwakarta, Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Cirebon,
Kota Bekasi, Kota Tasikmalaya, serta Kota Banjar.
Untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali, PLN telah merencanakan PLTU batubara kelas 1.000 MW
dengan teknologi ultra super critical (clean coal technology) untuk memperoleh efisiensi yang
lebih baik dan emisi CO2 yang lebih rendah. Penggunaan ukuran unit sebesar ini dimotivasi
oleh manfaat economies of scale dan didorong oleh semakin sulitnya memperoleh lahan untuk
membangun pusat pembangkit skala besar di pulau Jawa. Pertimbangan lainnya adalah ukuran
sistem Jawa Bali telah cukup besar untuk mengakomodasi unit pembangkit kelas 1.000 MW
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik bagi smelter dan kawasan industri baru dimana PLN
belum mampu memenuhi kebutuhan listriknya, pengembang smelter atau kawasan industri
tersebut dapat membangun pembangkit sendiri atau memanfaatkan pembangkit yang dimiliki
oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) lain dan memanfaatkan jaringan
transmisi atau distribusi milik PLN atau pemegang IUPTL lain melalui skema power wheeling,
dengan tetap memperhatikan kemampuan transmisi atau distribusi tersebut.

Berikut ini kebijakan PLN dalam mengalokasikan kepemilikan proyek kelistrikan:

 Proyek pembangkit direncanakan sebagai proyek PLN apabila telah mendapat indikasi
pendanaan dari APLN maupun lender, telah mempunyai kontrak EPC/penunjukan pemenang
lelang EPC, atau ditugaskan oleh Pemerintahuntuk melaksanakan sebuah proyek pembangkit.

 Proyek pembangkit direncanakan sebagai proyek IPP apabila PLN telah menandatangani
PPA/Letter of Intent, PLN telah menyampaikan usulan kepada Pemerintah bahwa suatu proyek
dikerjakan oleh IPP, atau pengembang swasta telah memperoleh IUPTL dari Pemerintah.

 Rencana proyek baru yang belum ditetapkan calon pengembang maupun sumber
pendanaannya, dapat dibangun oleh PLN maupun IPP atau dalam bentuk kerja sama khusus
dimana PLN tidak menjadi off-taker sepenuhnya, dimasukkan dalam kelompok proyek
“unallocated”.

 Berdasarkan UU No. 30/2009 tentang Ketenagalistrikan menyatakan bahwa BUMN diberikan


prioritas pertama melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, namun
demikian terbuka peluang bagi BUMD, badan usaha swasta atau koperasi. Dalam RUPTL ini,
peluang tersebut terbuka untuk proyek unallocated. Dalam hal tidak ada BUMD, badan usaha
swasta atau koperasi yang dapat mengembangkan proyek unallocated tersebut, maka
Pemerintah wajib menugasi BUMN untuk melaksanakannya.

 PLTP: Sesuai dengan peraturan dan perundangan di sektor panas bumi, pengembangan PLTP
pada umumnya didorong untuk dikembangkan oleh swasta dengan proses pemenangan WKP
melalui tender sebagai total project. Sedangkan potensi panas bumi yang WKP-nya dimiliki
oleh Pertamina berdasar regulasi terdahulu, Pertamina dan PLN dapat bekerja sama
mengembangkan PLTP. Beberapa WKP PLTP di Indonesia Timur yang dimiliki PLN akan
dikembangkan sepenuhnya sebagai proyek PLN. Disamping itu, pengembangan PLTP yang
baru baik oleh PLN maupun IPP tidak boleh mengorbankan pasokan uap untuk PLTP eksisting
yang sudah berjalan.

PT PLN (Persero) terus memperkuat keandalan sistem kelistrikan, terlebih lagi program 35.000
Megawatt (MW) saat ini semakin menunjukkan kemajuannya, salah satunya adalah Gas
Insulated Substation Tegangan Ekstra Tinggi (GISTET) 500 kilo Volt (kV) Tambun dan Gardu
Induk GIS 150 kV Tambun II Phi Incomer yang memasuki tahap konstruksi, proyek GISTET
ini dibangun di area seluas 5,3 hektare yang membutuhkan waktu konstruksi selama 18-24
bulan. GISTET ini akan memiliki kapasitas trafo Interbus dari tegangan 500 kV yang dikonversi
menjadi tegangan 150 kV dengan kapasitas 2×500 MVA pada tahap awal dan dapat
dikembangkan pada tahapan berikutnya sampai pada total 4×500 MVA.

GISTET 500 kV Tambun akan mempunyai kemampuan melayani beban industri dan
masyarakat dengan total 2.000 MVA. Hal ini berarti bahwa ketersediaan pelayanan energi listrik
terjamin guna pengembangan daerah dan industri di sekitar Tambun dan Bekasi. GISTET 500
kV ini akan memperkuat sistem kelistrikan di wilayah timur Jakarta, Bekasi dan sekitarnya,
khususnya untuk pengembangan industri dan kawasan. Target penyelesaian pembangunannya
diperkirakan pertangahan tahun 2018, GISTET 500 kV Tambun ini akan memotong konfigurasi
double phi incomer dari SUTET 500 kV Muara Tawar – Bekasi – Cibinong dan juga disiapkan
koneksi ke Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500 kV Deltamas sehingga di
GISTET 500 kV Tambun terdapat total 6 (enam) diameter peralatan elektromekanik.

Sementara, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV eksisting yang menghubungkan
Gardu Induk (GI) 150 kV Tambun ke GI 150 kV Pondok Kelapa akan dipotong dengan
konfigurasi double phi incomer ke GIS (Gas Insulated Substation) 150 kV Tambun ini, yang
juga dipersiapkan untuk dihubungkan ke GI 150 kV Poncol Baru, GI 150 kV Trans TV dan GI
150 kV Tambun 3-4 sehingga terdapat 10 sirkit jalur transmisi 150 kV yang akan dipasok oleh
GISTET 500 kV Tambun. GIS 150 kV Tambun, juga dilengkapi trafo daya untuk melayani
masyarakat sekitar lokasi Gardu Induk dengan kapasitas 2×60 MVA pada tahap awal dan dapat
dikembangkan menjadi total 4×60 MVA sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat dan dunia
industri di sekitar lokasi GISTET.

Pelayanan listrik yang dipikul oleh 11 GITET yang mengelilingi daerah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK) di mana selama ini trafo interbus 500/150 kV-nya
sudah berbeban lebih dari 80%, akan dapat dikurangi bebannya dengan beroperasinya trafo
interbus 2×500 MVA di Tambun, termasuk juga GITET 500 kV Duri Kosambi kapasitas 2×500
MVA Selain itu, proyek yang sedang dibangun serta GITET 500 kV Priok 2×500 MVA,
GITET 500 kV Muara Karang 2×500 MVA dan GITET 500 kV Deltamas dengan kapasitas
2×500 MVA dan beberapa tambahan trafo IBT 4 di Gandul, Cawang dan GITET lainnya yang
masih dalam tahap perencanaan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai