Anda di halaman 1dari 16

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI PULAU BAWEAN

BIDANG KEGIATAN

PKM – M PENGABDIAN MASYARAKAT

Diusulkan Oleh :

Abdul Latif ( NIM 5201417006 / Angkatan 2017 )

Agung Nuril Hijas ( NIM 5201417002 / Angkatan 2017 )

Muhammad Ifan ( NIM 5201417002 / Angkatan 2017 )

Rofi Nasrul Hidayat ( NIM 5201417002 / Angkatan 2017 )

Siti Muzaro‟ah ( NIM 5201417017 / Angkatan 2017 )

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2017

i
PENGESAHAN PKM-GAGASAN TERTULIS
1. Judul Kegiatan :Peningkatan Mutu Pendidikan
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Rofi Nasrul Hidayat
b. NIM : 5201417002
c. Jurusan : Teknik Mesin
d. Universitas : Universitas Negeri Semarang
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Asem RT 04 / 06 Maos Lor,
Kec. Maos, Kab. Cilacap dan
087803705411
f. Alamat email : rofinasrul@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :

Semarang, 31 Agustus 2017


Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Negeri Semarang Ketua Pelaksana Kegiatan

Rusyanto SP,d MT Rofi Nasrul Hidayat


NIP. 132240461 NIM . 5201417002

Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Dr. Bambang Budi Raharjo, M. Si.


NIP. 131571554 NIDN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................…………………….. i

PENGESAHAN PKM-PENGABDIAN MASYARAKAT……………….. ii

DAFTAR ISI................................................................…………………….. iii

RINGKASAN.............................................................……………………… iv

BAB I PENDAHULUAN...........................................……………………… 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1


1.2 Tujuan................................................................................................. 3
1.3 Manfaat………………....................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT.......................………… 4

2.1 Kondisi kekinian pencetus gagasan………… .......................................... 4

2.2 Solusi yang pernah ditawarkan…………………………………….......... 5

2.3Gagasan baru yang ditawarkan…………………………………... ............ 6

2.4 Pihak-pihak yang dapat membantu…………………………………..... ... 7

BAB III KESIMPULAN……………........................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 10

LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 11

iii
RINGKASAN

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 45 pasal 31: (1) Setiap


warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. (4)
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Makna dari Pasal 31 UUD 1945 tersebut adalah setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan tanpa kecuali. Pada kenyataannya, dengan kondisi
negara Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau, mulai Sabang
sampai Merauke, kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan pelayanan
pendidikan bagi masyarakat. Padahal pendidikan merupakan faktor utama dalam
menentukan kemajuan sebuah bangsa. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi,
maka akan semakin baik sumber daya manusia yang ada, dan pada akhirnya akan
semakin tinggi pula daya kreatifitas pemuda Indonesia dalam mengisi
pembangunan sebuah bangsa. Namun di Indonesia, untuk mewujudkan
pendidikan yang baik dan berkualitas sesuai dengan standar nasional saja masih
sangat sulit.

Berbagai permasalahan seringkali menghambat peningkatkan mutu pendidikan


nasional, khususnya di daerah tertinggal atau terpencil, yang pada akhirnya
mewarnai perjalanan pendidikan di Indoensia. Di suatu daerah terpencil masih
banyak dijumpai kondisi di mana anak-anak belum terlayani pendidikannya.
Angka putus sekolah yang masih tinggi. Juga masalah kekurangan guru, walaupun
pada sebagain daerah, khususnya daerah perkotaan persediaan guru berlebih.
Sarana dan prasarana yang belum memadai. Itulah sederat fakta-fakta yang
menghiasai wajah pendidikan kita di daerah terpencil.

Karya tulis ini bertujuan untuk membantu mengembangkan sistem


pendidikan dipulau-pulau terpencil.Untuk mencari solusidalam menangani
permasalahan pendidikan diIndonesia

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang Bawean adalah satu komunitas yang berdiam di pulau Bawean. Pulau yang
luas 188.66 kilometer persegi ini terletak di laut Jawa, sekitar 80 mil sebelah utara kota
Gresik. Wilayah pulau ini terbagi atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan
Kecamatan Tambak, yang termasuk bagian dari wilayah administratif Kabupaten Gresik,
Provinsi Jawa Timur.

Keadaan alam pulau ini berbukit-bukit dengan puncak tertinggi hanya 655 meter di
atas permukaan laut. Angin laut yang berhembus ke pulau itu dapat mengakibatkan curah
hujan cukup tinggi dan mengakibatkan kelembaban yang cukup tinggi pula. Iklim yang
terwujud terasa cukup segar dibandingkan dengan iklim di pesisir utara pulau Jawa.
Sebagian besar tanah di sekitar pantai merupakan lumpur dan pasir yang mengendap.
Secara umum pulau ini tidak terlalu cocok untuk pertanian.

Kekhasan pulau Bawean ini memiliki suaka margasatwa rusa Bawean (Axix
hyelaphax kuhihi), satu jenis rusa yang langka di dunia. Berdasarkan surat keputusan
Menteri Pertanian tahun 1970 rusa Bawean ini dilindungi dan tidak boleh diusik dari
habitat aslinya di pulau Bawean ini. Rusa ini termasuk berukuran kecil. Rusa jantan
berukuran panjang total 1.400 mm, tinggi sampai bahu 650 mm dan berat badan 45
kilogram. Tinggi bahu lebih rendah dari pada pantat sehingga menunjukkan sikap
merunduk. Masing-masing tanduk mempunyai tiga cabang, yang satu pendek dan dua
cabang lain panjang seperti garpu. Bulunya berwarna coklat kecuali di bagian leher dan
sering di sekitar matanya berwarna putih. Perlindungan dan pelestarian rusa ini diawasi
oleh delapan orang petugas.

5
Pada mulanya, pulau ini dihuni oleh penduduk yang berasal dari Madura. Sementara
pendapat menyatakan proses masuknya orang Madura kesini adalah sekitar tahun 1.350.
Namun sekarang penduduk pulau ini tidak mau disebut orang Madura atau turunan orang
Madura. Mereka ini memang merupakan hasil pembauran dengan para pendatang dari
Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera, sehingga lahirlah satu masyarakat yang
menamakan dirinya orang Bawean. Orang dari Sulawesi itu adalah orang-orang Bugis,
dan yang dari Sumatera adalah orang Palembang yang di Bawean disebut "Kemas".

Beberapa data penduduk pulau ini, misalnya data sensuk penduduk tahun 1930
menunjukkan jumlah 29.860 jiwa. Sekitar 30 tahun kemudian, yaitu dalam sensus
penduduk tahun 1961 telah menjadi 52.472 jiwa, dan pada sekitar 30 tahun berikutnya
lagi menjadi 61.802 jiwa. Perlu dicatat bahwa apabila dibandingkan antara tahun 1987
yang jumlah penduduknya 66.231 jiwa, maka jumlah penduduk pulau ini menjadi turun
dibandingkan tahun 1990 tersebut di atas. Gejala lain yang juga menarik bahwa bila
dilihat jumlah menurut jenis kelamin pada setiap sensus itu, jumlah jenis kelamin
perempuan selalu lebih besar dari pada laki-laki. Itulah sebabnya pulau ini biasa pula
dijuluki dengan nama "Pulau Wanita".

Sebagian besar orang Bawean hidup dari pertanian sawah dan menangkap ikan
(nelayan). Pertanian sawah ada yang dilaksanakan dengan setengah teknis dengan
menggunakan irigasi, sedangkan sebagian lain merupakan sawah tadah hujan. Pada masa
terakhir ini para nelayannya telah sering menggunakan perahu motor sehingga hasilnya
bisa langsung dibawa ke Jawa atau ke pulau Madura. Ikan yang ditangkap adalah ikan
tuna dan ikan bingkul. Selain itu penduduknya ada yang membuat tikar sebagai hasil
kerajinan.

Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan dalam bidang ekonomi, orang Bawean


dikenal dengan budaya "merantau"nya, yang sudah berlangsung sejak sekitar 150 tahun
yang lalu. Mereka merantau antara lain ke Singapura dan Malaysia, dan tentunya ke
daerah lain di Indonesia. Di Singapura mereka disebut orang Boyan. Waktu merantau itu
ada yang dalam jangka lama, sehingga Bawean sebagai kampung halaman hanya seolah-
olah hanya untuk tempat lahir dan untuk mati saja. Bagaimanapun selama di rantau
selama puluhan tahun mereka ingin tetap kembali ke Bawean. Namun sebagian dari
mereka merantau itu untuk sekedar mencari uang dan setelah dapat mereka kembali lagi
ke kampung.

Kisah merantau sudah merupakan bahan obrolan sehari-hari di langgar atau di


masjid. Bagi orang Bawean keinginan merantau itu telah ditanamkan sejak kecil dan
telah menjadi bagian dari budaya mereka. Mengalirnya orang Bawean ini ke Singapura
misalnya bukan lagi sebagai hal yang unik. Sebagai contoh saja jumlah mereka di
Singapura tahun 1901 sebanyak 2.712 orang, tahun 1921 sebanyak 6.589 orang, tahun
1931 sebanyak 9.413 orang, tahun 1947 sebanyak 15.434 orang, tahun 1957 sebanyak
22.167 orang, dan yang terakhir tahun 1992 telah menjadi sekitar 70.000 orang. Data di
atas menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah orang Bawean di Singapuran semakin

6
meningkat, yang juga ditunjukkan bahwa jumlah mereka di pulau Bawean menjadi lebih
sedikit dari pada di perantauan itu.

Pada awalnya orang Bawean ini menganut kepercayaan yang animistis. Kemudian
masuk pengaruh Hindu dan Buddha sesuai dengan peninggalan yang terdapat di desa
Sidogedong Batu. Kini mereka adalah pemeluk agama Islam, yang diperkirakan setidak-
tidaknya sejak sekitar tahun 1601. Pengalaman agama terbilang cukup kuat yang terlihat
dari banyaknya tempat-tempat ibadah, seperti masjid, langgar dan madrasah. Anak-anak
laki-laki yang berusia enam atau tujuan tahun mendapat pelajaran Agama atau mengaji di
langgar. Anak perempuan mendapat pelajaran mengaji dan menginap di rumah kiyai
perempuan.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis ini sebagai berikut:

1. Membatu mengembangakan sistem pendidikan di pulau-pulau terpencil.

2. Untuk mencari solusi dalam menangani permasalahan pendidikna di Indonesia


khususnya di pulau bawean.
3. Untuk mencari solusi dalam kesenjangan pengajar di indonesia khususnya di pulau
bawean.
4. Untuk memberikan kenyamanan pelayanan pendidikan masyarakat sekitar.

1.3 Manfaat

Karya tulis ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemerintah dan
masyarakat diantaranya :
1. Membantu program pemerintah dalam menangani permasalahan pendidikan di
indonesia.
2. Membantu program pemerintah dalam mencari solusi pengangguran guru (sarjana
pendidikan) di indonesia.
3. Sebagai inovasi baru dalam menyelesaikan permasalahan tempat pelatihan guru
(sarjana pendidikan).
4. Melatih diri mahasiswa untuk berfikir kreatif melalui tulisan karya ilmiah,dan dapat
dikembangkan di masa yang akan datang.

7
BAB II

GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan

Pulau bawean

Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120
kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif sejak tahun 1974, pulau ini termasuk
dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur di mana tahun sebelumnya sejak
pemerintahan kolonial pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya.
Belanda (VOC) masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1743.

Bawean memiliki dua kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah


penduduknya sekitar 70.000 jiwa yang merupakan akulturasi dari beberapa etnis yang
berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya
dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan atau petani selain juga menjadi pekerja di Malaysia dan Singapura, sebagian
besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara tersebut, selain
di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia dan Vietnam. Mayoritas
penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lainnya.

Tokoh yang berasal dari Pulau Bawean yaitu Pahlawan Nasional Harun Thohir,
Yahya Zaini, Syekh Zainuddin Bawean Al Makki, Syekh Muhammad Hasan Asyari
Albaweani, dan keturunan bawean seperti Datuk Aziz Sattar dan masih banyak lainnya.

Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut
legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai
di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Dalam
kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun sedangkan dalam
catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya penduduk Bawean bermula pada tahun 8
Saka di mana sebelumnya pulau ini tidak berpenghuni, Pemerintah Koloni Belanda dan
Eropa pada abad 18 menamakan pulau ini dengan sebutan
Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok, Awal abad ke-16 tepatnya pada tahun 1501 agama Islam
masuk ke Bawean yang dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad Sidik atau yang dikenal
dengan nama Maulana Umar Mas'ud atau Pangeran Perigi sekaligus menjalankan tata
pemerintahan di Pulau Bawean selanjutnya Pulau Bawean di pimpin oleh keturunan
Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo dan seterusnya hingga yang terakhir
Raden Ahmad Pashai. Pada tahun 1870-1879 Pulau Bawean menjadi Asistent Resident
Afdeeling dibawah Resident Soerabaya pada masa inilah Pulau Bawean di bagi menjadi
dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak yang di pimpin
oleh seorang Wedana dengan Wedana terakhir bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-
1903).

8
Penduduk bawean

Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk non-Muslim


biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis batu
marmer. Batu ini dijadikan hiasan dan juga lantai. Selain itu juga ada "buah merah". Ini
berbeda dengan buah merah asli papua. Bentuknya bulat seperti apel. Namun ada yang
seperti ini di Magetan tetapi warnanya agak kuning. Buah Merah di Bawean terbagi
dalam 2 jenis, satu warna merah dan yang kedua berwarna kuning, yang berwarna
kuning di bawean dikenal dengan jenis Buah Merah Mentega, buah jenis ini (buah
merah) juga tumbuh di daerah lain seperti juga di magetan, tetapi buahnya cenderung
kecil bila dibandingkan di bawean, dan di daerah lain lebih dikenal dengan nama buah
mentega.

Kondisi Pendidikan di Pulau Bawean

Masyarakat Pulau Bawean mempunyai gairah yang tinggi dalam


persoalan pendidikan. Ini ditunjukkan dengan maraknya lembaga pendidikan yang ada.
Disamping itu masih banyak yang melanjutkan pendidikannya ke dunia Pesantren.
walupaun dari pengamatan sebenarnya agak menurun tingkat keinginan putra putri
bawean untuk mondok di pesantren.Di Pulau Bawean banyak berdiri lembaga
pendidikan tingkat MTs dan MA. Hampir disetiap desa memiliki lembaga pendidikan
yang berdiri sendiri, yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga dengan banyaknya
lembaga pendidikan, maka murid yang diterima jumlahnya cukup sedikit.

Sementara kendala umum, yaitu sumber daya guru yang masih kurang. Tenaga
mengajar yang direkrut sebagai guru tidak sesuai bidangnya, umumnya rata-rata sarjana
pendidikan agama atau S.Ag. Padahal untuk bidang studi seperti matematika, fisika dan
bahasa inggris yang diujikan dalam ujian nasional mutlak dipelukan guru sesuai
bidangnya.

Kendala SDM guru di Pulau Bawean, umumnya disebabkan gaji guru yang sangat
rendah. Gaji guru umumnya 1 jam rata-rata Rp. 10.000. Contohnya, Pak Yanto mengajar
di MTs. Bawean dengan 10 jam selama 1 minggu x Rp.10.000 sama dengan Rp.100.000.

Jadi penghasilan Pak Yanto mengajar selama 1 bulan adalah Rp. 100.000. Sebab
minggu ke 2, 3 dan 4 tidak masuk hitungan. Itulah rumus umum penghasilan guru di
Pulau Bawean.Jadi dengan minimnya gaji yang diberikan oleh pihak sekolah, terkadang
guru lebih banyak mencari penghasilan lain diluar sekolah. Seperti ikut nelayan, jadi
petani dan lainnya, akibatnya seringkali kita melihat kondisi sekolah di kelas tanpa ada
gurunya. Sampah merupakan salah satu permasalahan terbesar di negara ini. Di sungai,
di jalan, bahkan di dalam rumah kitapun bisa kita temui sampah. Sampah ini biasanya
berasal dari hasil buangan atau limbah pabrik dan limbah rumah tangga. Lalu,
bagauimana cara menanggulangi permasalahan sampah di negeri tercinta ini?

9
2.2 Solusi yang pernah ditawarkan

Ada banyak cara untuk mengurangi sampah. Misalnya di daerah tertentu, ada suatu
organisasi yang bernama bank sampah. Bank sampah ini bertujuan untuk mengurangi
sampah dengan cara menabung sampah. Jika kita menabung sampah di sana, sampah
yang kita berikan akan berubah menjadi uang. Sampah yang ditabung akan dijual lagi ke
tukang sampah dengan harga yang agak mahal dari harga aslinya. Sisanya akan diberikan
kepada orang yang menabung sampah di bank sampah.

Tapi, ada juga beberapa cara yang paling mudah untuk mengurangi sampah,
diantaranya melakukan 4R.

Replace ( Mengganti )

Yaitu mengganti barang-barang yang tidak tahan lama dan bisa menghasilkan banyak
sampah dengan bahan yang awet dan menghasilkan hanya sedikit sampah. Misalnya
gelas kaca. Untuk mengurangi sampah dan barang menjadi tahan lama, Gelas kaca bisa
kita ganti dengan gelas plastik yang tidak mudah pecah.

Reuse ( Memakai Kembali )

Yaitu memanfaatkan kembali barang yang telah terpakai untuk membuat barang lain
yang bermanfaat. Misalnya kerajinan tangan, dan mainan.

Reduce ( Mengurangi )

Yaitu dengan mengurangi pemakaian barang agar sampah yang dihasilkan akan
berkurang juga.

Reycle ( Mendaur Ulang )

Yaitu mengolah sampah menjadi barang baru yang bermanfaat.

Namun, selain cara mengatasi masalah sampah dengan 4R, ada beberapa cara lagi
untuk menangani sampah yang berserakan dimana-mana. Yaitu.

1. Penimbunan Sampah

Yaitu penanganan sampah dengan cara menimbun sampah di bawah tanah. Menimbun
sampah ini bertujuan agar bisa mempercepat penguraian dan mencegah timbulnya bau.

2. Pembakaran Sampah

Yaitu penanganan sampah dengan cara membakar habis sampah agar musnah

3. Pengelompokan Sampah

Yaitu dengan mengelompokan/memisahkan jenis sampah Organik dan Anorganik


agar mudah di daur ulang.

10
Orang sebaiknya menyadari apa akibat-akibat dalam membuang sampah
sembarangan. Jadikanlah lingkungan tempat tinggalmu menjadi lingkungan yang sehat,
nyaman, dan asri dengan membuang sampah pada tempatnya.

2.3 Solusi yang diberikan

Terdapat enam solusi yang sudah dihasilkan, yakni

1. Komposter

Sistem pengolahan sampah dapur (45%-53%) dari rumah tangga, untuk


menghasilkan kompos dengan lama pengomposan 4-6 bulan, dengan mengandalkan
mikroorganisme dari sampah yang berada di dalam tanah. Dengan kapasitas 60-100 liter
(200 kg sampah), dapat dioperasikan untuk penampungan sampah antara 7-12 bulan per
KK (5-6 orang). Bahan yang diperlukan cukup berupa tong plastik belas berdiameter
50X80 cm, pipa PVC D.4, dan kerikil.

2. Model Pemilahan Sampah Rumah Tangga

Menggunakan model komposter putar, dengan menggunakan bahan antara lain


drum, baja L dan baja U, Besi beton, rantai sepeda. Metode ini memerlukan pemilahan
sampah kering dan sampah basah.

3. Tungku Sanira (Tungku Pembakaran Sampah Nir Racun)

Keunggulan Tungku Sanira adalah menggunakan teknologi Zero Waste, mampu


beroperasi 24 jam, menggunakan bahan tungku produk lokal, hemat energi, bisa untuk
jenis sampah organik dan anorganik dengan ukuran 10-20 cm, kecuali logam kaca.
Memerlukan biaya operasional, lahan seluas 10x15 m, dengan jarak ke permukiman
kurang dari 10 meter.

4. TPA Semi Aerobik

TPA yang dapat dikembangkan sebagai reusable landfill dan mining landfill.
Kompos hasil penambangan dapat digunakan sebagai bahan penutup timbunan sampah,
sehingga keberadaan TPA dapat berkelanjutan. Penimbunan sampah sistem Semi
Aerobik dengan menggunakan pipa manifold berdiameter besar (80cm). Sudah
diujicobakan di TPA Cikundul, Kota Sukabumi.

5. Teknologi Revitalisasi TPA Open Dumping

Teknologi yang pernah diujicobakan pada TPA Cikundul Kota Sukabumi dan
TPA Kota Banjar, dengan konsep revitalisasi TPA ini, memiliki keuntungan menguran gi
dampak yang ditimbulkan, mendapatkan tanah penutup dan kompos dari hasil
penambangan, dan lahan bekas penambangan yang masih dapat dimanfaatkan kembali
sebagai TPA.

11
6. Model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis 3 R

Metode pengurangan sampah sejak dari sumbernya hingga ke tempat


pembuangan akhir (TPA), dan telah diterapkan di Kota Banjar. Dengan pengelolaan 3 R,
tercipta efisiensi pengelolaan sampah kota, menyelesaikan permasalahan sampah organik
rumah tangga secara langsung, dan menciptakan peluang usaha serta penghasilan
masyarakat.

Menyimak enam produk litbang PUPR yang telah dihasilkan ini, sebenarnya
sudah merupakan bentuk teknologi dan inovasi sederhana yang dapat diterapkan di
masyarakat. Khususnya, model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle). Pengelolaan sampah yang dimulai dengan mencegah timbulnya sampah,
menggunakan kembali sampah, dan melakukan daur ulang sampah.

Saat ini umumnya masyarakat Indonesia juga telah mengenal tiga jenis sampah
yang ada, yakni sampah organik (sampah basah dan bahan mudah membusuk), sampah
anorganik (sampah kering dan sulit terurai), serta sampah B3 (bahan beracun dan
berbahaya).

Masyarakat, terutama di kota besar pun sudah sering melihat adanya dua atau tiga
jenis tempat sampah yang diletakkan di pinggir jalan ataupun di dalam taman. Sejumlah
perkantoran pun juga menyediakan tempat sampah organik dan anorganik.

Namun demikian, kenyataannya di sisi yang sama saat ini, jika kita melebarkan
pandangan mata, di jalan-jalan masih banyak sampah yang bertebaran, bertumpuk di
sudut-sudut jalan yang menimbulkan bau tidak sedap dan memancing untuk menutup
hidup saat melintasinya. Kenapa hal ini terjadi?

Mengelola sampah belumlah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Tidak


jarang kita melihat masih banyak yang melakukan pembuangan sampah secara
sembarangan tidak pada tempatnya. Tidak risih langsung melempar sampah ke pinggir
jalan ataupun ke dalam sungai. Padahal sudah disediakan tempat sampah. Sampah hanya
dianggap sekedar „sampah‟ yang tidak lagi memiliki guna dan hanya menimbulkan
masalah lingkungan. Tingkat pemahaman, dan rasa kepedulian masyarakat terhadap
sampah masih rendah. Sampah masih dinilai menjadi tugas dari petugas kebersihan dan
negara.

2.4 Pihak yang dapat membantu


Kebersihan lingkungan dimulai dari lingkungan rumah dan tempat kita bekerja.
Mari biasakan diri dengan pola hidup bersih. Salah satunya dengan mengelola sampah
dengan baik. Sampah yang dihasilkan rumah tangga selanjutnya bisa kita pilah menjadi
sampah organik, maupun sampah nonorganik, yang tentunya nantinya juga akan
bermanfaat bagi kita.“Terhadap kebersihan lingkungan perlu kesadaran semua pihak.
Untuk itu edukasi kebesihan lingkungan perlu terus disampaikan kepada masyarakat,”
pesan Helmi. Di sanalah letak kesadaran bersama-sama. Pemeirntah akan selalu menjadi
garda terdepan untuk kebersihan lingkungan. Minimal dalam melakukan sosialisasi dan
informasi-informasi tentang lingkungan.

12
Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan

Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam suatu Negara berwenang untuk


mengatur ataupun mengendalikan apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia, dan dalam Undang-undang Dasar 1945 Amandemen I-IV
dalam pasal 33 yang mengatur tentang sumber-sumber Negara yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Dan untuk mengimplementasikan hal tersebut maka pemerintah
melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan


hidup
2. mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan
pememfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber genetika.
3. mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang lain dan/atau subyek
hukum lainya serta pembuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya
buatan, termasuk sumber daya genetika
4. mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak social
5. mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setiap orang adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat memiliki hak,
kewajiban dan peran yang sama dalam pengelolaan lingkungan, tanpa terkecuali
masyarakat desa, pelosok maupun kota, karena ruang lingkup lingkungan bukan hanya
ditempat-tempat tertentu saja namun seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Keberadaan masyarakat akan efektif sekali jika peranya dalam mengontrol
pengelolaan lingkungan yang ada.

Adapun implementasi dari peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan


hidup yang meliputi beberapa bentuk implementasinya :

1. Meningkatkan kemandiran, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.


2. Menumbuhkembaangkan kemandirian dan kepeloporan masyarakat
3. Menumbuhkembangkan masyarakat untuk melakukan pengawasan social
4. Memberikan saran pendapat
5. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

13
BAB III

KESIMPULAN

Pembuatan pupuk kompos tersistem ( pukposem ) adalah konsep untuk


mengurangi jumlah sampah organik dengan cara memanfaatkannya menjadi
pupuk. Konsep ini akan mendukung program pertanian bebas bahan kimia atau
pertanian organik.

Supaya program pembuatan pupuk kompos ( pukposem ) dalam rangka


pemanfaatan sampah organik terimplementasikan maka diperlukan kerja sama
dari semua pihak terkait, yakni pemerintah, mahasiswa sebagai penggagas, dan
masyarakat sebagai subyek utama. Dengan kerjasama yang baik pasti gagasan ini
akan terlaksana.

Dengan terealisasikannya program pembuatan pupuk kompos maka akan


mendapat manfaat diantaranya berkurangnya sampah organik, meningkatnya
pertanian organik, pencemaran lingkungan dapat ditekan. Keberhasilan dari
gagasan ini sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait. Jagalah
lingkunganmu niscaya lingkunganmu akan menjagamu.

1
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyorini, Lilis. 2005. Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya


Kompos. Surabaya: Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol2, No. 1:77-84

Firmansyah, M. 2010. Teknik Pembuata kompos. Sukamara. BPTP.

Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan


Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.

www.bandung_PD Kebersihan go.id


www.walhi.com/Nur Rahayati/Pengelolaan Persampahan Manuju Indonesia
Bebas Sampah (Zero Waste).

2
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Identitas Diri


1 Nama Lengkap Rofi Nasrul Hidayat
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
4 NIM 5201417002
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kebumen, 15 Mei 1999
6 E-mail rofinasrul@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 087803705411
A. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Maos SMPNegeri 2 SMK Negeri 2
Lor 05 Maos Cilacap
Jurusan - - Teknik Mesin
Tahun Masuk – Lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017
B. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Nama Pertemuan Ilmiah Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
/ Seminar Tempat
1 - - -
C. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapatdipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaiandengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan Hibah Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa yang
berjudul
Semarang, 31 Agustus 2017
Pengusul,

Rofi Nasrul Hidayat


NIM. 5201417002

Anda mungkin juga menyukai