Macam-macam inkompatibilitas
Inkompatibilitas Fisik
Inkompatibilitas Kimia
Inkompatibilitas Farmasetik
Inkompatibilitas Terapetik
Inkompatibilitas Fisika
Perubahan-perubahan yg tidak diinginkan yangg timbul pada waktu obat satu dicampur dengan obat yang lain
dan tidak terjadi perubahan kimia.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh berlangsungnya reaksi
kimia/interaksi.
Hal ini berhubungan dengan aktivitas senyawa / gugus fungsi dari struktur kimia suatu senyawa.
Inkompatibilitas Farmasetik
Kondisi dimana bahan-bahan obat (bahan aktif maupun bahan tambahan) tidak dapat dicampurkan untuk
menghasilkan “pharmaceutically elegant dosage form” karena adanya inkompatibilitas fisika atau / maupun kimia.
Inkompatibilitas Terapetik
Bila obat yg satu dicampur atau dikombinasikan dengan obat lain akan mengalami perubahan-perubahan
sedemikian rupa sehingga sifat kerjanya dalam tubuh berlainan dari yg diharapkan.
A. Pengertian Salep
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikalpada kulit
atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %.
B. Penggolongan Salep
(1) Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
(a) Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
(b) Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
(c) Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diberi.
(d) Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
(e) Gelones Spumae adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
: (Jelly) mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari
campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang
rendah.
(b) Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w
atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih
lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol
dan petrolatum.
C. Dasar Salep
Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut
dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat
yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu
menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-
obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
2 Dasar salep serap Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami =
30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl
(dasar salep absorbsi) alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )
3 Dasar salep dapat Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment.
dicuci dengan air
4 Dasar salep larut air Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth, gummi
arabicum
§ Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi
pemisahan.
§ Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika
digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.
§ Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
§ Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan bahan
dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bias diserap dengan mudah
oleh dasar salep.
Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau
memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan
absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.
Senyawa nitrat berguna dalam pengobatan angina. Walaupun, senyawa nitrat merupakan vasodilator
koroner yang poten, manfaat utamanya adalah mengurangi alir balik vena sehingga mengurangi beban
ventrikel kiri. Efek samping senyawa nitrat seperti sakit kepala, muka merah, dan hipotensi postural, dapat
membatasi pelaksanaan terapi, terutama pada angina yang berat atau pada pasien yang sangat sensitif
terhadap efek nitrat.
Gliseril trinitrat sublingual merupakan salah satu obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala angina
dengan cepat. Namun, efeknya hanya 20-30 menit. Pada pemberian pertama, biasanya diberikan tablet 300
mcg. Bentuk semprot aerosol merupakan cara lain untuk mengurangi gejala-gejala angina dengan cepat
bagi pasien yang kesulitan untuk melarutkan sediaan sublingual. Lama kerja dapat diperpanjang dengan
modifikasi pelepasan obat dan sediaan transdermal.
Isosorbid dinitrat secara sublingual aktif dan merupakan sediaan yang lebih stabil bagi pasien yang hanya
kadang-kadang memerlukan nitrat. Senyawa ini juga efektif secara oral untuk profilaksis. Walaupun mula
kerjanya lebih lambat, tetapi efeknya dapat bertahan beberapa jam. Aktivitas isosorbid dinitrat mungkin
bergantung pada produksi metabolit aktifnya, terutama isosorbid mononitrat. Metabolit aktif ini juga
tersedia untuk profilaksis angina, namun keuntungannya dibanding isosorbid dinitrat masih belum jelas.
Gliseril trinitrat atau isosorbid dinitrat dapat diberikan secara intravena, bila bentuk sublingualnya tidak
efektif pada pasien nyeri dada akibat infark miokard atau iskemia yang berat. Pemberian intravena juga
bermanfaat dalam pengobatan gagal ventrikel kiri akut.
Toleransi. Beberapa pasien yang diberi senyawa nitrat kerja panjang atau transdermal dengan cepat
mengalami toleransi (efek terapi berkurang). Jika toleransi diperkirakan dapat terjadi setelah penggunaan
sediaan transdermal, sediaan tersebut harus dihentikan selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun
waktu 24 jam. Jika menggunakan sediaan isosorbid dinitrat lepas lambat (atau formulasi konvensional
isosorbid mononitrat), tablet kedua dapat diberikan 8 jam setelah tablet pertama, tidak perlu sampai 12 jam.
Sediaan konvensional isosorbid mononitrat tidak boleh diberikan lebih dari 2 kali sehari (kecuali bila
digunakan dosis kecil), sedangkan bentuk retard hanya boleh sekali sehari.
Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif.
Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi
kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus
vaskuler sistemik atau koroner. Pemilihan obat-obat golongan antagonis kalsium berbeda-beda berdasarkan
perbedaan lokasi kerja, sehingga efek terapetiknya tidak sama, dengan variasi yang lebih luas daripada
golongan beta bloker. Terdapat beberapa perbedaan penting di antara obat-obat golongan antagonis kalsium
verapamil, diltiazem, dan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, isradipin, lasidipin, lerkanidipin, nikardipin,
nifedipin, nimodipin, dan nisoldipin). Verapamil dan diltiazem biasanya harus dihindari pada gagal jantung
karena dapat menekan fungsi jantung sehingga mengakibatkan perburukan klinis.
Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan aritmia. Obat ini merupakan antagonis
kalsium dengan kerja inotropik negatif yang poten, mengurangi curah jantung, memperlambat denyut
jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan demikian verapamil dapat mencetuskan gagal jantung,
memperburuk gangguan konduksi, dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak
boleh digunakan bersama dengan beta bloker. Efek samping utamanya berupa konstipasi.
Nifedipin merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan perifer. Obat ini lebih
berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada miokardium dari pada verapamil. Tidak
seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai aktivitas antiaritmia. Nifedipin jarang menimbulkan gagal
jantung, karena efek inotropik negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan
nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan
variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia.
Nikardipin memiliki efek serupa dengan nifedipin, dengan menghasilkan sedikit pengurangan kontraktilitas
miokard.
Amlodipin dan felodipin menunjukkan efek yang serupa dengan nifedipin dan nikardipin, tidak mengurangi
kontraktilitas miokard dan tidak menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Obat ini mempunyai masa
kerja yang lebih panjang, dan dapat diberikan sekali sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin
digunakan untuk pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada angina yang disertai
dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat efek vasodilatasinya adalah muka merah dan sakit
kepala, dan edema pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons parsial terhadap diuretika).
Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga digunakan untuk
terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang karena sesuatu sebab tidak dapat
diberikan beta bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi
miokardium yang bermakna.
Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap diperlukan kehati-hatian bila digunakan bersama
beta bloker.
Angina tidak stabil. Antagonis kalsium tidak mengurangi risiko infark miokard pada angina tidak stabil.
Penggunaan diltiazem atau verapamil dicadangkan bagi pasien yang resisten terhadap beta bloker.
Putus obat. Terdapat bukti bahwa penghentian antagonis kalsium yang mendadak dapat menyebabkan
memburuknya angina.
2.5.1 Tiazid
Tiazid dan senyawa-senyawa terkait merupakan diuretika dengan potensi sedang, yang bekerja dengan cara
menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal tubulus distal. Mula kerja diuretika golongan ini setelah
pemberian per oral antara 1-2 jam, sedangkan masa kerjanya 12-24 jam. Lazimnya tiazid diberikan pada
pagi hari agar diuresis tidak mengganggu tidur pasien.
Dalam tatalaksana hipertensi, tiazid dengan dosis rendah misalnya bendroflumetiazid (bendrofluazid) 2,5
mg sehari, menimbulkan efek penurunan tekanan darah yang maksimal atau hampir maksimal, dengan
gangguan biokimia yang sangat kecil. Dosis yang lebih tinggi menyebabkan perubahan yang tajam atas
kadar kalium, natrium, asam urat, glukosa, dan lipid plasma, tanpa meningkatkan pengendalian tekanan
darah.
Bendrofluazid banyak digunakan untuk gagal jantung ringan atau sedang dan digunakan untuk hipertensi
dalam bentuk tunggal untuk pengobatan hipertensi ringan atau dikombinasi dengan obat lain untuk
hipertensi yang lebih berat. Digunakan juga untuk anak-anak.
Klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih panjang daripada tiazid, dan dapat diberikan dua hari sekali
untuk mengendalikan edema. Obat ini juga bermanfaat bila retensi yang akut dapat dicetuskan oleh diuresis
yang lebih cepat, atau jika pasien tidak suka pola berkemihnya berubah oleh diuretika.
Tiazid dan diuretika terkait lainnya (termasuk benztiazid, klopamid, siklopentiazid, hidroklorotiazid dan
hidroflumetiazid) tidak memberikan manfaat apapun yang melebihi bendrofluazid dan klortalidon.
Metolazon terutama efektif bila dikombinasikan dengan suatu diuretika kuat (bahkan pada gagal ginjal)
tetapi diuresis hebat dapat terjadi, sehingga pasien harus dipantau dengan seksama. Sipamid dan indapamid
strukturnya mirip dengan klortalidon.
Indapamid dapat menurunkan tekanan darah dan sedikit memperburuk diabetes melitus.
2.5.4 Diuretika Osmotik
Diuretika golongan ini jarang digunakan pada gagal jantung karena dapat meningkatkan volume darah
secara akut. Manitol digunakan pada edema serebral, dengan dosis 1 g/kg sebagai larutan 20% yang
diberikan lewat infus intravena dengan kecepatan yang cepat. Manitol juga digunakan untuk mengurangi
meningkatnya tekanan intra okuler.
Monografi:
MANITOL
Indikasi:
edema serebral.
Peringatan:
gagal jantung kongestif, edema paru.
Efek Samping:
menggigil, demam.
Dosis:
infus intravena, diuresis, 50 - 200 mg selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200 mg/kg bb injeksi intravena
yang lambat. Serebral edema, lihat keterangan diatas.
2.5.5 Penghambat Karbonik Anhidrase
Penghambat enzim karbonik anhidrase (asetazolamid) merupakan diuretika yang lemah dan jarang
digunakan untuk efek diuretikanya. Asetazolamid dan tetes mata dorzolamid menghambat pembentukan
cairan bola mata dan digunakan untuk glaukoma (lihat 11.4). Pada anak-anak, asetazolamid juga digunakan
untuk pengobatan epilepsi dan meningkatkan tekanan intrakranial.
2.5.6 Diuretika Kombinasi
Ada pasien yang dalam pengobatan dengan diuretika tidak memerlukan suplementasi kalium. Pada pasien
yang memerlukan suplementasi kalium, jumlah kalium pada sediaan kombinasi mungkin tidak mencukupi,
karena itu penggunaannya tidak terlalu dianjurkan.
Diuretika dengan suplemen kalium dan diuretika hemat kalium tidak boleh diberikan bersamaan.
Diuretika dan suplemen kalium harus diberikan secara terpisah pada anak-anak.
KONSELING. Tablet kalium dengan formulasi lepas lambat harus ditelan utuh dengan banyak minum,
diberikan saat makan dapat sambil duduk atau berdiri.