Anda di halaman 1dari 12

Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih di antara obat-obatan dan menimbulkan

ketidakcocokan atau ketidaksesuaian.

Macam-macam inkompatibilitas
 Inkompatibilitas Fisik
 Inkompatibilitas Kimia
 Inkompatibilitas Farmasetik
 Inkompatibilitas Terapetik
Inkompatibilitas Fisika

Perubahan-perubahan yg tidak diinginkan yangg timbul pada waktu obat satu dicampur dengan obat yang lain
dan tidak terjadi perubahan kimia.

Contoh Inkom Fisika:


1. Immiscibility / tidak bercampur
2. Insolubility / tidak larut
3. Precipitation / pengendapan
4. Liquefaction of solid materials / pencairan bahan obat solid
5. Solidification or formation of gel (gelation) / pengerasan atau pembentukan polimer gel
Inkompatibilitas Kimia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh berlangsungnya reaksi
kimia/interaksi.
Hal ini berhubungan dengan aktivitas senyawa / gugus fungsi dari struktur kimia suatu senyawa.

Umumnya ada 4 tipe dari Inkom Kimia :


1. Acids or acid salts
2. Alkalies or alkaline salts
3. Reducing agents
4. Oxidizing agents
Kejadian Inkom Kimia:
1. Pengendapan
2. Effervescence (pelepasan CO2)
3. Pelepasan gas lain
4. Bentuk produk lain
5. Perubahan warna
6. Ledakan

Inkompatibilitas Farmasetik

Kondisi dimana bahan-bahan obat (bahan aktif maupun bahan tambahan) tidak dapat dicampurkan untuk
menghasilkan “pharmaceutically elegant dosage form” karena adanya inkompatibilitas fisika atau / maupun kimia.

Inkompatibilitas Terapetik

Bila obat yg satu dicampur atau dikombinasikan dengan obat lain akan mengalami perubahan-perubahan
sedemikian rupa sehingga sifat kerjanya dalam tubuh berlainan dari yg diharapkan.

Kondisi ini bisa dilihat dari resep obat seperti :


1. Obat salah / kontraindikasi
2. Dosis tidak sesuai
3. Interaksi obat :
1. meningkatkan effect dari kombinasi obat
2. mengurangi effect dari kombinasi obat
SINGKATAN DALAM RESEP
Sup suspositoria
Tab vag tablet vaginal
S.n.s si necesse sit=jika perlu
S.u.n signa usus notus=tahu pakai
S.u.c signa usus cognitus=tahu pakai
p.r.n pro renatera=jika perlu
Cito cito=segera
Col.or collutio oris=kumur-kumur
Lit.or litus oris=tutul mulut
s.m signa mane=tandai pagi
s.v. signa vespere=tandai sore
s.n. signa nocte=tandai malam
a.c. ante coenam=sebelum mekan
p.c. poce coenam=sesudah makan
ad adde=tambahkan
haust haustus=sekali minum
ungt. Unguentum=salep
cr cream=krim
Lot kum lotio kumerfeldi
Bic.na bicarbonaas natricus, natrium bikarbonat
Ol.m.p oleum menthae pipentae=minyakpermen
Nedet ne detur=belum di berikan
Gut aur guttae auricularis=tetes telinga
Gut nas guttae nesales=tetes hidung
Gutt. Ophth guttae ophthalmicae=tetes mata
Sap.vir s apo virdis=sabun hijau
Corrigens dapat dibedakan menjadi :
1. Corrigens Action
Untuk digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama
Contoh :
Ø Pulvis Doveri
terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis. Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus
memperbaiki kerja opii pulvis tsb.
2. Corrigens odoris
Digunakan untuk memperbaiki bau dari obat
Contoh :
Ø Oleum cinamomum
Bahan ini di gunakan ketika membuat emulsi dalam minyak ikan
3. Corrigens sapporis
Digunakan untuk memperbaiki rasa obat
Contoh :
Ø Sirupus simplex
Bahan ini dibuat ketika membuat obat-obat yang pahit rasanya
4. Corrigens Coloris
Digunakan untuk memperbaiki warna obat
Contoh :
Ø Rasa Anggur
obat untuk anak diberi warna Biru agar menarik untuk diminum.
5. Corrigen solubis
Digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama
Contoh :
Ø Iodium
Dapat mudah larut dalam larutan pekat KI / NaI
UNGUENTA (SALEP)

A. Pengertian Salep
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikalpada kulit
atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %.
B. Penggolongan Salep
(1) Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
(a) Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.

(b) Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

(c) Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diberi.

(d) Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.

(e) Gelones Spumae adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
: (Jelly) mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari
campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang
rendah.

(2) Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas :


§ Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek
lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk
meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
§ Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk
melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
§ Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena
diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae.
Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.
(3) Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas :
(a) Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya:
campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak
tercuci dengan air.

(b) Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w
atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih
lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol
dan petrolatum.

C. Dasar Salep

Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar
salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut
dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

1). Dasar Salep Hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya
sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah
dalam waktu lama.

2). Dasar Salep Serap


Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan
kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

3). Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.


Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep ini
dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga
lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan
dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
4). Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep
ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat
yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu
menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-
obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.

Beberapa contoh – contoh dasar salep :


1 Dasar salep hidrokarbon Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft paraffin), vaselin
kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin), campuran vaselin
dengan cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.

2 Dasar salep serap Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami =
30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl
(dasar salep absorbsi) alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )

3 Dasar salep dapat Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream), emulsifying
ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment.
dicuci dengan air

4 Dasar salep larut air Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth, gummi
arabicum

Kualitas dasar salep yang baik adalah:


1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.
2. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus
lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai
4. Dasar salep yang cocok
5. Dapat terdistribusi merata
D. Ketentuan Umum cara Pembuatan Salep

(1) Peraturan Salep Pertama


Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

(2) Peraturan Salep Kedua


Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu
dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai
dikurangi dari basis.

(3) Peraturan Salep Ketiga.


Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu
kemudian diayak dengan pengayak B40.

(4) Peraturan Salep Keempat


Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.
E. Bahan Yang Ditambahkan Terakhir Pada Suatu Massa Salep

§ Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada masa salep yang panas atau digilas terlalu lama dapat terjadi
pemisahan.
§ Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika
digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.
§ Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
§ Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bias campur dengan bahan
dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bias diserap dengan mudah
oleh dasar salep.
Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau
memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan
absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.

Nilai HLB Tipe system


3–6 A/M emulgator
7–9 Zat pembasah (wetting agent)
8 – 18 M/A emulgator
13 – 15 Zat pembersih (detergent)
15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)
Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut, sedang makin tinggi
nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil. (Anief, M., 2005).
2.4.1 Nitrat

Senyawa nitrat berguna dalam pengobatan angina. Walaupun, senyawa nitrat merupakan vasodilator
koroner yang poten, manfaat utamanya adalah mengurangi alir balik vena sehingga mengurangi beban
ventrikel kiri. Efek samping senyawa nitrat seperti sakit kepala, muka merah, dan hipotensi postural, dapat
membatasi pelaksanaan terapi, terutama pada angina yang berat atau pada pasien yang sangat sensitif
terhadap efek nitrat.

Gliseril trinitrat sublingual merupakan salah satu obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala angina
dengan cepat. Namun, efeknya hanya 20-30 menit. Pada pemberian pertama, biasanya diberikan tablet 300
mcg. Bentuk semprot aerosol merupakan cara lain untuk mengurangi gejala-gejala angina dengan cepat
bagi pasien yang kesulitan untuk melarutkan sediaan sublingual. Lama kerja dapat diperpanjang dengan
modifikasi pelepasan obat dan sediaan transdermal.

Isosorbid dinitrat secara sublingual aktif dan merupakan sediaan yang lebih stabil bagi pasien yang hanya
kadang-kadang memerlukan nitrat. Senyawa ini juga efektif secara oral untuk profilaksis. Walaupun mula
kerjanya lebih lambat, tetapi efeknya dapat bertahan beberapa jam. Aktivitas isosorbid dinitrat mungkin
bergantung pada produksi metabolit aktifnya, terutama isosorbid mononitrat. Metabolit aktif ini juga
tersedia untuk profilaksis angina, namun keuntungannya dibanding isosorbid dinitrat masih belum jelas.

Gliseril trinitrat atau isosorbid dinitrat dapat diberikan secara intravena, bila bentuk sublingualnya tidak
efektif pada pasien nyeri dada akibat infark miokard atau iskemia yang berat. Pemberian intravena juga
bermanfaat dalam pengobatan gagal ventrikel kiri akut.

Toleransi. Beberapa pasien yang diberi senyawa nitrat kerja panjang atau transdermal dengan cepat
mengalami toleransi (efek terapi berkurang). Jika toleransi diperkirakan dapat terjadi setelah penggunaan
sediaan transdermal, sediaan tersebut harus dihentikan selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun
waktu 24 jam. Jika menggunakan sediaan isosorbid dinitrat lepas lambat (atau formulasi konvensional
isosorbid mononitrat), tablet kedua dapat diberikan 8 jam setelah tablet pertama, tidak perlu sampai 12 jam.
Sediaan konvensional isosorbid mononitrat tidak boleh diberikan lebih dari 2 kali sehari (kecuali bila
digunakan dosis kecil), sedangkan bentuk retard hanya boleh sekali sehari.

2.4.2 Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif.
Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi
kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus
vaskuler sistemik atau koroner. Pemilihan obat-obat golongan antagonis kalsium berbeda-beda berdasarkan
perbedaan lokasi kerja, sehingga efek terapetiknya tidak sama, dengan variasi yang lebih luas daripada
golongan beta bloker. Terdapat beberapa perbedaan penting di antara obat-obat golongan antagonis kalsium
verapamil, diltiazem, dan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, isradipin, lasidipin, lerkanidipin, nikardipin,
nifedipin, nimodipin, dan nisoldipin). Verapamil dan diltiazem biasanya harus dihindari pada gagal jantung
karena dapat menekan fungsi jantung sehingga mengakibatkan perburukan klinis.

Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan aritmia. Obat ini merupakan antagonis
kalsium dengan kerja inotropik negatif yang poten, mengurangi curah jantung, memperlambat denyut
jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan demikian verapamil dapat mencetuskan gagal jantung,
memperburuk gangguan konduksi, dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak
boleh digunakan bersama dengan beta bloker. Efek samping utamanya berupa konstipasi.

Nifedipin merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan perifer. Obat ini lebih
berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada miokardium dari pada verapamil. Tidak
seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai aktivitas antiaritmia. Nifedipin jarang menimbulkan gagal
jantung, karena efek inotropik negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan
nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan
variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia.

Nikardipin memiliki efek serupa dengan nifedipin, dengan menghasilkan sedikit pengurangan kontraktilitas
miokard.

Amlodipin dan felodipin menunjukkan efek yang serupa dengan nifedipin dan nikardipin, tidak mengurangi
kontraktilitas miokard dan tidak menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Obat ini mempunyai masa
kerja yang lebih panjang, dan dapat diberikan sekali sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin
digunakan untuk pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada angina yang disertai
dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat efek vasodilatasinya adalah muka merah dan sakit
kepala, dan edema pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons parsial terhadap diuretika).

Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga digunakan untuk
terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang karena sesuatu sebab tidak dapat
diberikan beta bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi
miokardium yang bermakna.

Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap diperlukan kehati-hatian bila digunakan bersama
beta bloker.

Angina tidak stabil. Antagonis kalsium tidak mengurangi risiko infark miokard pada angina tidak stabil.
Penggunaan diltiazem atau verapamil dicadangkan bagi pasien yang resisten terhadap beta bloker.

Putus obat. Terdapat bukti bahwa penghentian antagonis kalsium yang mendadak dapat menyebabkan
memburuknya angina.
2.5.1 Tiazid
Tiazid dan senyawa-senyawa terkait merupakan diuretika dengan potensi sedang, yang bekerja dengan cara
menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal tubulus distal. Mula kerja diuretika golongan ini setelah
pemberian per oral antara 1-2 jam, sedangkan masa kerjanya 12-24 jam. Lazimnya tiazid diberikan pada
pagi hari agar diuresis tidak mengganggu tidur pasien.
Dalam tatalaksana hipertensi, tiazid dengan dosis rendah misalnya bendroflumetiazid (bendrofluazid) 2,5
mg sehari, menimbulkan efek penurunan tekanan darah yang maksimal atau hampir maksimal, dengan
gangguan biokimia yang sangat kecil. Dosis yang lebih tinggi menyebabkan perubahan yang tajam atas
kadar kalium, natrium, asam urat, glukosa, dan lipid plasma, tanpa meningkatkan pengendalian tekanan
darah.
Bendrofluazid banyak digunakan untuk gagal jantung ringan atau sedang dan digunakan untuk hipertensi
dalam bentuk tunggal untuk pengobatan hipertensi ringan atau dikombinasi dengan obat lain untuk
hipertensi yang lebih berat. Digunakan juga untuk anak-anak.
Klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih panjang daripada tiazid, dan dapat diberikan dua hari sekali
untuk mengendalikan edema. Obat ini juga bermanfaat bila retensi yang akut dapat dicetuskan oleh diuresis
yang lebih cepat, atau jika pasien tidak suka pola berkemihnya berubah oleh diuretika.
Tiazid dan diuretika terkait lainnya (termasuk benztiazid, klopamid, siklopentiazid, hidroklorotiazid dan
hidroflumetiazid) tidak memberikan manfaat apapun yang melebihi bendrofluazid dan klortalidon.
Metolazon terutama efektif bila dikombinasikan dengan suatu diuretika kuat (bahkan pada gagal ginjal)
tetapi diuresis hebat dapat terjadi, sehingga pasien harus dipantau dengan seksama. Sipamid dan indapamid
strukturnya mirip dengan klortalidon.
Indapamid dapat menurunkan tekanan darah dan sedikit memperburuk diabetes melitus.
2.5.4 Diuretika Osmotik
Diuretika golongan ini jarang digunakan pada gagal jantung karena dapat meningkatkan volume darah
secara akut. Manitol digunakan pada edema serebral, dengan dosis 1 g/kg sebagai larutan 20% yang
diberikan lewat infus intravena dengan kecepatan yang cepat. Manitol juga digunakan untuk mengurangi
meningkatnya tekanan intra okuler.
Monografi:
MANITOL
Indikasi:
edema serebral.

Peringatan:
gagal jantung kongestif, edema paru.
Efek Samping:
menggigil, demam.
Dosis:
infus intravena, diuresis, 50 - 200 mg selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200 mg/kg bb injeksi intravena
yang lambat. Serebral edema, lihat keterangan diatas.
2.5.5 Penghambat Karbonik Anhidrase
Penghambat enzim karbonik anhidrase (asetazolamid) merupakan diuretika yang lemah dan jarang
digunakan untuk efek diuretikanya. Asetazolamid dan tetes mata dorzolamid menghambat pembentukan
cairan bola mata dan digunakan untuk glaukoma (lihat 11.4). Pada anak-anak, asetazolamid juga digunakan
untuk pengobatan epilepsi dan meningkatkan tekanan intrakranial.
2.5.6 Diuretika Kombinasi
Ada pasien yang dalam pengobatan dengan diuretika tidak memerlukan suplementasi kalium. Pada pasien
yang memerlukan suplementasi kalium, jumlah kalium pada sediaan kombinasi mungkin tidak mencukupi,
karena itu penggunaannya tidak terlalu dianjurkan.
Diuretika dengan suplemen kalium dan diuretika hemat kalium tidak boleh diberikan bersamaan.
Diuretika dan suplemen kalium harus diberikan secara terpisah pada anak-anak.
KONSELING. Tablet kalium dengan formulasi lepas lambat harus ditelan utuh dengan banyak minum,
diberikan saat makan dapat sambil duduk atau berdiri.

Anda mungkin juga menyukai