Anda di halaman 1dari 28

Abab Berpakaian, Berhias , dalam

Perjalanan, bertamu dan menrima tamu

tensi :
4. Membiasakan perilaku terpuji.

Dasar :
4.1. Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau
menerima tamu
4.2. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau
menerima tamu
4.3. Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
dalam kehidupan sehari-hari.

TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan
sopan santun membaca Al Qur’an.

 Q. S. Al A’raf : 26

 Q.S. Yusuf : 58 - 60

 Q.S.An Nisa’ 83

I. ADAB BERPAKAIAN
Pakaian merupakan salah satu nikmat sangat besar yang Allah berikan kepada para
hambanya, Islam mengajarkan agar seorang muslim berpakain dengan pakaian islami dengan
tuntunan yang telah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Pakaian yang Islami adalah pakaian yang
dapat menutup aurat, bagi laki-laki harus dapat menutup bagian tubuhnya antara pusar dan
lutut, sedangkan bagi wanita harus dapat menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak
tangan.

1. Adab berpakaian bagi seorang laki-laki


Tentang adab berpakaian bagi seorang laki-laki menurut Islam terlihat dari sabda Nabi
berikut ini:
‫ع ْن‬ ِ ‫ع ِن الت َّ َخت ُّ ِم ِبا الذَّ َه‬
َ ‫ب َو‬ ْ ‫اس ْال ُم َع‬
ُ ‫صفَ ِر (رواه الطبرانى نَ َهاتِى َر‬
َ .‫م‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬ ِ َ‫ع ْن ِلب‬ ِ ‫اس ْال ِقس‬
َ ‫ِىء َو‬ ِ َ‫ِلب‬
“Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta pakaian
yang dicelup dengan asfar.” (HR. °abran³)

Adab berpakaian bagi seorang laki-laki dengan demikian, adalah:


Pertama, tidak boleh memakai pakaian sutra. Hal ini mengandung sebuah didikan moral
yang tinggi. Cincin dan sutra dua benda yang identik dengan ”kehalusan dan keindahan”
yang menjadi ciri khasnya seorang perempuan. Cincin dan pakaian sutra mengisyaratkan
kemewahan dan kelemahgemulaian. Padahal seorang laki-laki diharapkan untuk menjadi
pelindung bagi keluarganya, masyarakatnya, dan negaranya. Untuk menjadi seorang pelindung
yang baik tentulah harus mempunyai kondisi fisik dan penampilan yang menggambarkan
sebuah kekuatan sehingga orang yakin terhadap kemampuannya untuk memberikan
perlindungan.
Disisi lain, pelarangan ini juga sekaligus sebagai upaya untuk pencegahan terhadap
sikap hidup bermewah-mewahan dan pamer (riya), padahal masih banyak rakyat yang
menderita dan hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan kata lain untuk mengasah kepekaan
sosial.
Kedua, mengenai model pakaian tidak ada aturan yang jelas asalkan menutup aurat,
memenuhi unsur tuntutan kesehatan. Akan lebih baik lagi jika unsur estetikanya juga turut
diperhatikan.

Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada kaum laki-laki untuk mengenakan pakaian yang
baik, barsih, sopan, dan menutup aurat.
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini :
Artinya : Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al-A’raf : 26(.

Di ayat lain Allah Berfirman :

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, (QS. Al-‘Araf ;
31)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa tata cara berpakaian bagi pria adalah sebagai
berikut :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah niat untuk beribadah kepada Allah SWT, dan ber doa.
Do’a Berpakaian dan Membuka Pakaian : “Allahumma innii asaluka min khoirihi wa khoiri maa
huwa lahu, wa a’uudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu ”
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang disediakan
baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan sesuatu yang dibuat
untuknya.”( (HR. Ibnu Sunni(
2). Pakaian yang dipakai wajib menutup aurat, bagi laki-laki minimal menutup pusar dan lutut.
3). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan anggota
badan yang kiri ketika hendak melepas.
Dalil pokok dalam masalah ini, dari Aisyah Ummul Mukminin beliau mengatakan, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan ketika bersuci, bersisir dan
memakai sandal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4). Apabila hendak pergi ke Masjid, pakailah pakaian yang baik, bersih, dan rapi. Sebagaimana
firman Allah :

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, (QS. Al-‘Araf ;
31)
5). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih.
Warna pakaian yang dianjurkan untuk laki-laki adalah warna putih. Tentang hal ini terdapat
hadits dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kenakanlah pakaian
yang berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian dan jadikanlah kain
berwarna putih sebagai kain kafan kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dll, shahih)

Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas, oleh karena itu,
dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan barang-barang diatas, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : “sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutra) haram atas laki-laki umatku.
(HR. Abu Daud)
Dan dalam Islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan sebaliknya wanita
tidak diperkenankan memakai pakaian laki-laki

2. Tata Cara Barpakaian Bagi Wanita


1. Adab berpakaian bagi seorang perempuan
Adab berpakaian bagi seorang perempuan dalam Islam tergambar dalam firman Allah
QS. an-Nur (24): 31,
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-
anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Kemudian diperkuat lagi dengan firman Allah QS. al-Ahzab (33): 59,

Artinya :. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab ; 59)

Di dalam sebuah hadis Nabi bersabda yang artinya : “ Sesungguhnya seorang wanita
apabila sudah sampai masa baligh (puber) tidaklah boleh memperlihatkan tubuhnya,
kecualimuka dan dua tapak tangannya” ( HR. Abu Daud)

Dari kedua ayat dan hadis Nabi di atas dapat disimpulkan bahwa adab berpakaian bagi
seorang perempuan menurut Islam adalah:
Pertama, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Kedua, tidak menampakkan (memamerkan) perhiasannya, kecuali yang biasa nampak seperti
cincin atau gelang. Ketiga, menampakkan perhiasaan hanya dibolehkan bagi mahram dan
suaminya. Keempat memanjangkan kerudung sehingga menutupi dada. Kelima, tidak boleh
memakai pakaian yang terlalu tipis sehingga membuat bagian-bagian tubuhnya terlihat
membayang. Keenam, tidak boleh memakai pakaian yang terlalu ketat yang membuat lekukan-
lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas. Ketujuh, dilarang memakai pakaian yang seronok,
karena akan membuat mata orang lain terus-menerus tertuju kepadanya, karena dikhawatirkan
hal itu akan menimbulkan fitnah dan niat jahat orang lain. Banyak fakta menunjukkan bahwa
kejahatan seksual terjadi selain faktor pelaku yang memang mempunyai tabiat jahat bisa juga
dipicu oleh pihak korban yang dengan sengaja atau tidak memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat sehingga memancing perlakuan tak senonoh dari orang lain.

Dari dasar dalil diatas dapat dipahami bahwa Allah SWT menyuruh wanita-wanita
beriman agar berpakaian, dengan pakaian yang dapat menutup seluruh auratnya, terutama
sekali wanita yang sudah baligh (dwasa)
Dengan demikian tata cara berpakaian bagi wanita adalah :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah berniat yang ikhlas, hanya untuk beribadah kepada
Allah SWT dan mencari rido-Nya..
2). Berdoalah sebelum berpakaian, agar pakaian berfungsi untuk ibadah.
Do’a Berpakaian dan Membuka Pakaian : “Allahumma innii asaluka min khoirihi wa khoiri maa
huwa lahu, wa a’uudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu ”
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang disediakan
baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan sesuatu yang dibuat
untuknya.”( (HR. Ibnu Sunni(
3). Bagian anggota badan hendaklah ditutup seluruhnya kecuali muka dan telapak tangan
4). Memanjangkan kerudungnya sampai menutup dada
5). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan anggota
badan yang kiri ketika hendak melepas.
6). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih

Tentang Mendahulukan yang Kanan


Di antara sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mendahulukan yang kanan
ketika memakai pakaian dan semacamnya. Dalil pokok dalam masalah ini, dari Aisyah Ummul
Mukminin beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang
kanan ketika bersuci, bersisir dan memakai sandal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam redaksi muslim dikatakan, “Rasulullah menyukai mendahulukan yang kanan
dalam segala urusan, ketika memakai sandal, bersisir dan bersuci.”
Mengomentari hadits di atas, Imam Nawawi mengatakan, “Hadits ini mengandung
kaidah baku dalam syariat, yaitu segala sesuatu yang mulia dan bernilai maka dianjurkan untuk
mendahulukan yang kanan pada saat itu semisal memakai baju, celana panjang, sepatu,
masuk ke dalam masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, menggunting kumis, menyisir
rambut, mencabut bulu ketiak, menggundul kepala, mengucapkan salam sebagai tanda selesai
shalat, membasuh anggota wudhu, keluar dari WC, makan dan minum, berjabat tangan,
menyentuh hajar aswad dan lain-lain. Sedangkan hal-hal yang berkebalikan dari hal yang diatas
dianjurkan untuk menggunakan sisi kiri semisal masuk WC, keluar dari masjid, membuang
ingus, istinjak, mencopot baju, celana panjang dan sepatu. Ini semua dikarenakan sisi kanan itu
memiliki kelebihan dan kemuliaan.” (Syarah Muslim, 3/131)

Adab Memakai Sandal


Yang sesuai sunnah berkaitan dengan memakai sandal adalah memasukkan kaki kanan
terlebih dahulu baru kaki kiri. Ketika melepas kaki kiri dulu baru kaki kanan. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian memakai
sandal, maka hendaklah dimulai yang kanan dan bila dicopot maka hendaklah mulai yang kiri.
Sehingga kaki kanan merupakan kaki yang pertama kali diberi sandal dan kaki terakhir yang
sandal dilepas darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memilih Pakaian Warna Putih


Warna pakaian yang dianjurkan untuk laki-laki adalah warna putih. Tentang hal ini
terdapat hadits dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kenakanlah
pakaian yang berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian dan jadikanlah kain
berwarna putih sebagai kain kafan kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dll, shahih)
Dari Samurah bin Jundab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kenakanlah pakaian berwarna putih karena itu lebih bersih dan lebih baik dan gunakanlah
sebagai kain kafan kalian.” (HR . Ahmad, Nasa’I dan Ibnu Majah, shahih)
Tentang hadits di atas Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkomentar,
“Benarlah apa yang Nabi katakan karena pakaian yang berwarna putih lebih baik dari warna
selainnya dari dua aspek. Yang pertama warna putih lebih terang dan nampak bercahaya.
Sedangkan aspek yang kedua jika kain tersebut terkena sedikit kotoran saja maka orang yang
mengenakannya akan segera mencucinya. Sedangkan pakaian yang berwarna selain putih
maka boleh jadi menjadi sarang berbagai kotoran dan orang yang memakainya tidak
menyadarinya sehingga tidak segera mencucinya. Andai jika sudah dicuci orang tersebut belum
tahu secara pasti apakah kain tersebut telah benar-benar bersih ataukah tidak. Dengan
pertimbangan ini Nabi memerintahkan kita, kaum laki-laki untuk memakai kain berwarna putih.
Kain putih disini mencakup kemeja, sarung ataupun celana. Seluruhnya dianjurkan
berwarna putih karena itulah yang lebih utama. Meskipun mengenakan warna yang lainnya juga
tidak dilarang. Asalkan warna tersebut bukan warna khas pakaian perempuan. Karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan. Demikian pula
dengan syarat bukan berwarna merah polos karena nabi melarang warna merah polos sebagai
warna pakaian laki-laki.Namun jika warana merah tersebut bercampur warna putih maka
tidaklah mengapa.” (Syarah Riyadus Shalihin, 7/287, Darul Wathon)

Pakaian Berwarna Merah


Dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, Rasulullah pernah melihatku mengenakan pakaian
yang dicelup dengan ‘ushfur maka Nabi menegurku dengan mengatakan, “Ini adalah pakaian
orang-orang kafir jangan dikenakan”. Dalam lafazh yang lain, Nabi melihatku mengenakan kain
yang dicelup dengan ‘usfur maka Nabi bersabda, “Apakah ibumu memerintahkanmu memakai
ini?” Aku berkata, “Apakah kucuci saja?” Nabipun bersabda, “Bahkan bakar saja.” (HR Muslim)
Dalam hadits di atas Nabi mengatakan “Apakah ibumu memerintahkanmu untuk
memakai ini” hal ini menunjukkan pakain berwarna merah adalah pakaian khas perempuan
sehingga tidak boleh dipakai laki-laki. Sedangkan maksud dari perintah Nabi untuk
membakarnya maka menurut Imam Nawawi adalah sebagai bentuk hukuman dan pelarangan
keras terhadap palaku dan yang lainnya agar tidak melakukan hal yang sama.
Dari hadits di atas juga bisa kita simpulkan bahwa maksud pelarangan Nabi karena
warna pakaian merah adalah ciri khas warna pakaian orang kafir. Dalam hadits di atas Nabi
mengatakan “Sesungguhnya ini adalah pakaian orang-orang kafir. Jangan dikenakan”.
Jawaban untuk permasalahan ini adalah dengan kita tegaskan bahwa yang terlarang
adalah kain yang berwarna merah polos tanpa campuran warna selainnya. Sehingga jika kain
berwarna merah tersebut bercampur dengan garis-garis yang tidak berwarna merah maka
diperbolehkan.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan adanya tujuh pendapat ulama tentang
hukum memakai kain berwarna merah. Pendapat ketujuh, kain yang terlarang adalah berlaku
khusus untuk kain yang seluruhnya dicelup hanya dengan ‘ushfur. Sedangkan kain yang
mengandung warna yang selain merah semisal putih dan hitam adalah tidak mengapa. Inilah
makna yang tepat untuk hadits-hadits yang nampaknya membolehkan kain berwarna merah
karena tenunan yaman yang biasa Nabi kenakan itu umumnya memiliki garis-garis berwarna
merah dan selain merah.

Hadis-hadis Nabi SAW banyak menjelaskan tatakrama berhias diri, yaitu :

1). Anjuran untuk mmotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, dan merapikan jenggot
2). Anjuran untuk berharum-haruman dengan wewangian yang menyenangkan kati, melegakan
dada, menyegarkan jiwa, serta membangkitkan tenaga dan gairah kerja.
3). Larangan mencukur botak sebagian kepala, dan sebagian lainnya tidak dicukur/dibiarkan
tumbuh
4). Larangan berhias diri dengan mengubah apa yang telah diciptakan Allah SWT, misalnya
mengeriting rambut, memakai cemara (menyambung rambut), mencukur alis mata, membuat
tahi lalat palsu, dan larangan bertato
5). Laki-laki dilarang berhias diri hingga menyerupai perempuan dan sebaliknya.

II. Adab dalam Berhias


1. Pengertian Adab dalam Berhias
Adab dalam berhias hampir sejalan dengan adab dalam berpakaian. Berhias, asal
dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan pada dasarnya dibolehkan dalam ajaran Islam,
bahkan dianjurkan asal menaati aturan-aturan yang telah digariskan. Karena, seperti kata
Rasulullah dalam sabdanya yang juga telah disebutkan sebelumnya, Allah sendiri adalah
penyuka keindahan,

َ ‫ا َِّن هللاَ َج ِم ْي ٌل ي ُِحبُّ ُُ ْال َج َما َل ُو ي ُِحبُّ َمعَا ِل‬


َ ُ‫ى اْأل َ ْخالَق َويَ ْك َره‬
‫سفَا ِسفَ َها‬
)‫(رواه التبرانى فى كتابه معجم األوساط‬
“Sesungguhnya Allah itu Indah dan Dia mencintai keindahan, Dia mencintai akhlak yang mulia
dan membenci perilaku yang tercela.” (HR. at-°abran³ dalam kitabnya Mu’jam al-Aus±¯ dengan
sanad dari Jabir r.a.)

2. Contoh-contoh Adab dalam Berhias


Islam memberikan aturan-aturan dalam hal berhias, antara lain sebagai berikut:
1). Laki-laki dilarang memakai cincin emas, sebagaimana sabda Nabi yang telah dijelaskan
sebelumnya.
2). Dilarang bertato dan mengikir gigi.
Pada zaman Jahiliah, bertato banyak dilakukan oleh wanita-wanita Arab dalam bentuk ukiran-
ukiran dengan warna biru di hampir semua bagian tubuhnya, termasuk muka dan tangan.
Zaman sekarang, bertato lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Bagi sebagian besar laki-laki
dan dalam pandangan masyarakat pada umumnya tato adalah perlambang ke-”macho”-an.
Pertanda kehebatan bahkan kepremanan seorang laki-laki.
Sedangkan mengikir gigi maksudnya memendekkan dan merapikan gigi, dengan maksud
agar kelihatan cantik dan rapi. Rasulullah bersabda:

)‫(رواه الطبرانى‬.َ ‫ا َ ْل َوا ِش َمةَ َو ْال ُم ْست َْو ِش َمةَ َو ْال َوا ِش َرة َ َو ْال ُم ْست َْو ِش َرة‬.‫م‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬
ُ ‫لَ َعنَ َر‬
”Rasulullah SAW melaknat perempauan yang menato dan minta ditato,yang mengikir gigi dan
yang meminta dikikir.” (HR. °habran³)

3). Dilarang menyambung rambut


Selain hadi£ tentang larangan menyambung rambut yang telah disebutkan sebelumnya, dalam
riwayat lain juga Rasulullah bersabda:

‫ش ْع ُر َها َوأِنِي‬ ْ ‫صابَتْ َها ْال ِح‬


َ َ‫صيَةُ فَأ َ ْم َرق‬ َ َ ‫س ْو ُل هللاِ أ َِّن ا ْبنَتِي أ‬ َ ‫ت يَا َر‬ ْ َ‫ فَقَال‬.‫م‬.‫ي ص‬ َ ‫سأ َ ْلتُ أ ِْم َرأَة ٌ النَّ ِب‬ َ
)‫ (رواه البخارى‬.َ‫ص َلة‬ ِ ‫صت َْو‬ ْ ‫اصلَةَ َو ْال ُم‬
ِ ‫لَعَنَ هللاُ ْال َو‬:َ‫ص ُل فِ ْي ِه؟ فَقَال‬ ِ َ ‫زَ َّوجْ ت ُ َها أَفَأ‬

“Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya
tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah
boleh saya menyambung rambutnya?’ Jawab Nabi SAW: ‘Allah melaknat perempuan yang
menyambung rambutnya dan meminta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhori)

4). Jangan berhias secara berlebihan


Islam membolehkan berhias, tapi kalau dilakukan dengan berlebihan dan tidak wajar, itu
adalah perbuatan yang melampau batas (tabzir). Perbuatan melampaui batas akan menyeret
kepada sikap sombong dan suka bermegah-megahan. Padahal sikap seperti itu adalah sikap
setan la’natullah. Allah berfirman:

Artinya : “… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan sesungguhnya
setan itu sangat ingkar terhadap Rabb-nya.” (QS. al-Isra’ [17]: 26 – 27)

Akan lebih berbahaya lagi jika berhias secara mencolok dan berlebihan tersebut ditujukan
untuk menarik perhatian laki-laki lain (selain suami sendiri). Hal itu bisa menimbulkan fitnah dan
bahaya besar dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun berhias (secara wajar) yang ditujukan
untuk menarik perhatian dan kasih sayang suami adalah hal yang baik untuk dilakukan, dan
para suami pantas untuk mendapatkannya. Nabi SAW bersabda :

َّ ‫اَل ُّد ْنيَا َمت َاعٌ َو َخي ُْر َمت َا ِع َها ا َ ْل َم ْرأَة ُ ال‬
)‫صا ِل َحةُ (رواه التبرانى‬
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang ¡ali¥ah.” (HR. At
Thabroni dari Salman r.a.)

III. ADAB DALAM PERJALANAN


1. Tata Krama di Jalan Raya.
Orang yang beriman hendaknya mentaati perintah Allah dan peirntah Rasul-Nya, serta
mentaati perintah dari pemerintah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “... Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu.” (QS. An-Nisa’ ; 59)
Termasuk taat kepada pemerintah adalah mentaati aturan lalulintas jalan raya. Karena
jalan raya adalah milik umum/orang banyak maka dalam menggunakan jalan harus
memperhatika keselamatan orang lain sesama pengguna jalan.
Demi keselamatan bersama maka pemerintah membuat peraturan untuk pengguna jalan raya
yang harus ditaati, yaitu :

Bagi pejalan kaki hendaknya :


1). berjalan disebelah kiri jalan dan di trotoar
2). menyeberang di jembatan penyeberangan atau di zebracross
3). menunggu lampu hijau bagi penyeberang atau saat yang aman untuk menyeberang
4). menjaga sopan santun dan tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum

Bagi pengemudi kendaraan bermotor hendaknya :


1). memerhatikan dan mentaati rambu-rambu lalu lintas
2). melengkapi perlengkapan berkendaraan, seperti SIM, STNK, dan helm (bagi pengendara
sepeda motor)
3). mengemudi dalam batas kecepatan yang sesuai dengan keadaan jalan raya,
4). tidak membuang sampah sembarangan.

2. Tata Krama bagi Para Penumpang Kendaraan Umum


Bagi para penumpang kendaraan umum seperti Bus dan atau kereta api, hendaknya
memperhatikan dan melaksanakan tata krama antara lain :
1). bermanis muka dan bertutur kata yang baik terhadap para penumpang yang lainnya.
2). bersikap hotmat kepada penumpang yang lain, terutama kepada yang lebih tua.
3). saling tolong menolong dengan sesama penumpang yang lain.
4). jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang mengganggu dan merugikan para pemunpang
lain

IV. ADAB BERTAMU DAN MENERIMA TAMU

1. Adab Bertamu

Dalam kehidupan sehari-hari atau bermasyarakat sudah barang tentu orang yang satu
dengan yang lainnya terjadi saling mengunjungngi. Berkunjung ke rumah orang baik karena ada
kepentingan yang sangat perlu maupun sekedar silaturrahmi ini dinamakan “bertamu”.
Bertamu dengan maksud yang baik dilandasi dengan niat karena Allah SWT,
bersilaturrahmi untuk mempererat tali persaudaraan antra sesama muslim sangat dianjurkn
oleh ajaran Islam,
Rosulullah SAW bersabda :
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. bahwa ia berkata : “ saya mendengar Rosulullah SAW bersabda :
Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
melakukan silaturrahmi”. (HR. Bukhari dan Muslim); dan diriwayatkan oleh Timidzi dengan
kalimat : “sesungguhnya silaturrahmi itu menimbulkan cinta kasih di kalangan famili, merupakan
sumber kekayaan dan menyebabkan umur panjang”.

Dalam ajaran Islam orang yang bertamu itu harus memperhatikan dan melaksanakan
tatakrama, sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya. Adapun adab bertamu
itu antara lain :
!). Dalam bertamu didahului dengan niat untuk melaksanakan sunnah Rasul dan beribadah
kepada Allah. Apabila ada keperluan sampaikan dengan cara yang baik. Sebaik-baiknya tamu
adalah yang membawa kabar gembira dan menyenangkan tuan rumah yang didatangi.
2) Sebelum berkunjung sebaiknya memberitahu dahulu bahwa kita mau bersilaturrahmi, baik
melalui tepoh, SMS, surat maupun yang lainnya.
3). Menggunakan pakaian yang sopan, rapi, dan menutup aurat dan berpenampilan yang Islami.
4). Usahakan dalam bertamu itu ketika orang yang ditamuni dalam keadaan tenggang waktu.
Jangan bertamu apabila orang yang ditamuni itu dalam keadaan sibuk, sedang tidur, dan waktu
makan, karena apabila bertamu dan orang yang ditamuni itu sedang dalam keadaan tidak
memungkinkan akan dapat mengganggu yang di tamuni.
5). Ketika bertamu terlebih dahulu sebelum masuk memberi isyarat dengan salam, mengetuk pintu
atau membunyikan bel, atau yang lainnya.
Nabi bersabda :
Artinya : Apabila seseorang bertamu lalu minta izin (mengetuk pintu atau mengucap salam)
sampai tiga kalidan tidak ditemui (tidak dibukakan pintu), maka hendaklah dia pulang. (HR.
Bukhari dan Muslim)
6). Dalam bertamu, kalau memeang harus menginap,usahakan jangan sampai lebih dari tiga hari.
Karena hal itu dapat mengganggu atau memberatkan tuan rumah. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “ Bertamu itu selama tiga hari” (HR. Bukhari dan Muslim)
7) Hendaknya bersikap dan bertuturkata yang sopan, sehingga orang yang dikunjungi merasa
senang serta menaruh hormat kepada tamunya.
8). Jangan bertamu kepada orang wanita yang suaminya sedang tidak berada di rumah, karena
dapat menimbulkan fitnah.

2. Adab Menerima Tamu.

Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang pernah bertamu dan pernah pula menerima
tamu. Dalam menerima tamu hendaknya sesuai dengan tatakrama yang sudah diajarkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah memulikan
tamunya”. (HR. Bukhari dan Muslim )
Adab dalam menerima tamu adalah sebagai berikut :
1). Segaralah membukakan pintu bila ada tamu datang, menjawab salam serta segera
mempersilahkan masuk. Dengan sikap yang baik dan muka yang menyenagkan
2). Tuan rumah menyambut tamu dengan pakaian yang sopan dan menutup aurat Karena
kedatangan tamu akan membawa manfaat tersendiri.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang maka ia masuk dengan membawa
rizkinya dan jika ia keluar membawa pengampunan bagi tuan rumah dan keluarganya”.(HR. Ad-
Dailami dari Annas)
3). Tamu hendaklah dijamu, paling tidak disuguhi minuman atau makanan ringan.
Rasulullah SAW bersabda
Artinya : “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah
memuliakan tamunya. Dan bertamu itu tiga hari, adapun selebihnya adalah termasuk sedekah
“.
4). Tamu hendaklah diterima dengan rasa syukur dan rasa senang serta dengan wajah yang ceria
5). Bila tamu yang datang itu tidak kita inginkan, jangan sekali-kali menunjukkan sikap yang
membuatnya tersinggung. Jika ingin menolaknya, maka tolaklah denga cara yang bijaksana.
6). Jika tamu telah berpamitan akan pulang, antarkanlah tamu sampai pintu rumah atau (pagar),
karena hal tersebut termasuk sunnah.
Rangkuman :
 Sebagai seorang muslim dalam bergaul dan bermasyarakat dituntut untuk bersikap dan
berperilaku yang Islami, misalnya : dalam cara berpakaian dan berhias diri, juga dalam cara
bertamu dan menerima tamu
 Pakaian yang sesuai dengan tatakrama islam adalah yang dapat memenuhi fungsinya yaitu
dapat menutup aurat, menambah keindahan fisik pemakaianya, dan menunjukkan identitas
pemakainya adalah orang Islam
 Berhias diri yang sesuai dengan tatacara islam adalah yang berpedoman kepada Al-Quran dan
hadits.
 Diantara ciri orang yang beriman adalah menghormatu tamu, maka menghormati tamu
hukumnya wajib bagi orang Islam
 Bertamu yang baik adalah yang sesuai dengan tata cara Islami, yaitu diniati beribadah kepada
Allah SWT, dan berpakaian yang sopan (menutup aurat)
 Dalam bertamu jangan sampai merepotkan tuan rumah, sehingga jika akan bermalam jangan
sampai melebihi tiga hari.
 Sebagai orang Islam yang baik jika bepergian hendaklah mentaati aturan jalan raya atau
aturan lalu lintas dengan disiplin. Baik bagi pejalan kaki ataupun sebagai pengendara
kendaraan bermotor.

LATIHAN :

I. Berilah tanda silang( X ) pada jawaban yang benar !


1. Pakaian yang baik berdasarkan QS. Al-A’raf 26 adalah :
a. berwarna putih
b. tidak tembus pandang
c. indah di pandang
d. menyenangkan bagi pemakaianya
e. pakaian takwa

2. Berikut ini adalah hal-hal yang hukumnya haram, kecuali ...


a. mempertontonkan aurat
b. memakai wangi-wangian
c. mencukur rambut kepala sampai botak
d. membiarkan rambut sampai gondrong
e. tidak menyisir dan meminyaki rambut

3. Ayat yang mengandung perintah untuk berpakaian baik ketika hendak ke masjid adalah ...
a. QS. Al-Ahzab ; 59
b. QS. Al-A’raf ; 31
c. QS. Al-Anbiya 41
d. QS. Ali Imran ; 37
QS. An-Nahl ; 123

4. QS. Al-Ahzab ; 59, menjelaskan fungsi berpakaian bagi wanita adalah menutup aurat , agar ...
a. tampak lebih cantik
b. berpanampilan menarik
c. melindungi udara panas atau dingin
d. tidak diganggu kaum laki-laki
e. disenangi oleh orang banyak.

5. Pernyataan berikut ini yang mempunyai hukum wajib adalah ...


a. bertamu
b. menjamu tamu dengan makanan yang lezat
c. menghormati tamu
d. mengucapkan salam
e. memenuhi semua keinginan tamu

6. Sopan santun dalam ajaran Islam disebut ...


a. tatakrama
b. budi pekerti
c. adab
d. perilaku
e. moral

7. Aurat wanita adalah seluruh anggota badan kecuali ....


a. muak
b. tangan
c. muka dan tangan
d. muka dan bagian kaki
e. muka dan telapak tangan

8. Tujuan dan fungsi wanita berbusana adalah ....


a. menjadi terkenal
b. membuat indah
c. menambah cantik
d. menutuo aurat
e. mendapat pujian

9. Pegangan utama yang perlu diperhatikan dalam berpakaian


a. sesuai selera pribadi
b. keindahan
c. harga pakaian
d. sesuai dengan zaman
e. tidak berlebih-lebihan

10. Dalam adab bertamu, kita dibolehkan mengetuk pintu sebanyak ...
a. satu kali
b. dua kali
c. tiga kali
d. empat kali
e. lima kali
tata berpakaian,berhias,bertamu dan perjalanan dalam islam

A. ADAB BERPAKAIAN
Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat
(sempit sehingga membentuk tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi
utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun apabila pakaian
tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam.
Demikian juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat
akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian yang
terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya. Kedua cara
tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan
menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya.
Ada tiga macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan
untuk keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam
telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan bagi
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Adab berpakaian adalah sebagai berikut :

1. Pakaian harus menutupi aurat.


2. Pakaian harus bersih dan rapi
3. Untuk laki-laki, agar memakai pakaian yang panjang sampai menutupi aurat
4. Sedangkan wanita, harus menggunakan pakaian yang menutupi anggota tubuhnya keculai wajah dan
kedua telapak tangan
5. Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas. oleh karena itu, dilarang bagi lelaki
muslim untuk menggunakan barang-barang diatas.sebagaimana sabda Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki
ummatku." (H.R.Abu Daud)
6. Dalam islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan sebaliknya. karena hal ini dapat
menyebabkan "tassabuh"
7. Dalam ajaran islam, hukumnya sunat memakai pakaian dengan diawali bagian kanan
8. Tidak diperkenankan memakai pakaian yang mewah
9. Lebih mengutamakan pakaian yang berwarna putih
10. Hendaklah berpakaian yang rapi dan sopan

Firman Allah SWT dalam Surah al-A'araf, ayat 26 yang bermaksud;


“Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan- bahan
untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah
yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmat-Nya
kepada hamba-hamba-Nya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur).”
B. ADAB BERHIAS DALAM ISLAM
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada
dalam batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:

1) Laki-laki dilarang memakai cincin ema


Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
2) Jangan bertato dan mengikir gigi
Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan tangannya
dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di lingkungan masyrakat
kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka merasa mempunyai
kelebihan dari orang lain.
3) Jangan menyambung rambut
Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat sebagai
berikut:
Artinya: “Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak
saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh
saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan yang melaknat
perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR Bukhari)
4) Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-
lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam Islam.
BERHIAS DALAM ISLAM
 Berhiaslah serapi mungkin dan wahar bagi suami untuk istrinnya dan istri untuk suaminnnya, bukan untuk
yang lain. Jangan berlebihan, ingat bahwa perhiasan yang paling indah adalah wajah ceria dengan
senyum yang ramah dari hati yang tulus.
 Haram hukumnnya memasang tato, menipiskan bulu alis, memotong gigi supaya cantik dan
menyambung rambut ( bersanggul ).Rasullullah SAW bersabda, “ Allah melaknanat wanita yang
pemasang tato dan yang minta ditato, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang meminta
ditipiskan dan wanita yang meruncingkan giginya supaya kelihatan cantik, mengubah ciptaan Allah
SWT.” “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnnya.” (Muttafaq ‘alaih).
 Laki-laki, aturlah rambut, potonglah atau sisirlah, jangan menggelung maupun mengikatnnya waktu
sedang shalat.
 Panjangkan dan rapikan jenggot, potong dan rapikan kumis.
 Silakan menyemir rambut, namung jangan menggunakan warna hitam.
 Gunakan celak mata dengan bilangan ganjil untuk kesehatan saja.
 Bagi wanita gunakan bedak dan alat kosmetik lainnya yang wajar, sederhana yang sesuai dengan kaadaan
kulit. Jangan menggunkan yang mewah, tidak sesuai dengan kaadaan kulit, apa lagi yang berbagaya
kerena mengandung bahan yang merusak meskipun bentuknnya sangat menarik.
 Berceminlah dengan membaca do’a :
“ Ya Allah sebagimana telah Engkau perindah bentukku
maka perindahlah akhlakku “.
 Jangan memangjangkan kuku, bagi laki-laki maupun wanita, sebab memotong kuku tiap jummat adalah
sunnag para Nabi dan Rasul SAW.
 Begitu pula gigi dan mata jagalah selalu kebersihanya, jangan sampai tetap melekat sisa makanan atau
sesuatu lainnya.
 Ingatlah bahwa Rasullullah SAW suka besiwak di setiap berwudhu, akan sholat, masuk rumah, bangun
dari tidur, dan setiap terasa bau mulut berubah.
Di antara adab-adab mengenakan pakaian dan berhias : Wajibnya Menutup Aurat

1. Haramnya Laki-laki Menyerupai Wanita Dan Wanita Menyerupai Laki-laki


2. Haramnya Menyeret Kain Dengan Kesombongan
3. Haramnya Pakaian Syuhroh (agar menjadi terkenal karena pakaian tersebut)
4. Haramnya Emas Dan Sutra bagi Laki-laki Kecuali Ada Udzur
5. Haramnya Wanita Menampakkan Perhiasannya Kecuali Kepada Mereka Yang Allah Kecualikan
6. Haramnya Memakai Pakaian Yang Ada Padanya shalban (salib) atau gambar.
7. Sunnahnya Memakai Pakaian Putih.
8. Perhiasan Apa Saja Yang Haram Atas Wanita

C. ADAB BERTAMU
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus
tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan
bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran.. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.

Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah
SWT berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki,
dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu
hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari
dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula)
atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)

Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena
panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja
diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu.
Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak
istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.

Cara Bertamu yang Baik

a) Berpakaian yang rapi dan pantas


b) Memberi isyarat dan salam ketika dating
c) Jangan mengintip ke dalam rumah
d) Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
e) Memperkenalkan diri sebelum masuk
f) Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
g) Masuk dan duduk dengan sopan
h) Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
i) Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdallah
j) Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
k) Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
l) Segeralah pulang setelah selesai urusan

D. ADAB MENERIMA TAMU

Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima
tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya
sebagai ukuran kesempurnaan iman.

Cara Menerima Tamu yang Baik

1) Berpakaian yang pantas


2) Menerima tamu dengan sikap yang baik
3) Menjamu tamu sesuai kemampuan
4) Tidak perlu mengada-adakan
5) Lama waktu
6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang

E. ADAB PERJALAN DALAM ISLAM


Islam mengajarkan tata krama atau sopan santun dalam perjalanan
atau bebergian. Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa; " Beber
gian itu sebagian dari siksa karna dalam bebergian itu sesorang mencegah makan, minum, dan tidur
kareannya bila sudah cukup keperluanna cepat-cepat pulang bersama keluarga." (HR. Bukhari). Dari
hadis di atas terdapat pesan moral kepada kita agar kita lakukan dengan baik, lancar, dan selamat, maka
perlu persiapan, antara lain sebagai berikut :

Persiapan- Persiapan Dalam Perjalanan

 Rencana yang matang dan persiapan bekal yang cukup agar selamat. Dan selalu berdoa
memohon perlingdungan selama perjalanan kita berlangsung.
 Menjaga kesucian baik lahir maupun batin selama dalam perjalanan.
 Menjaga diri dari sifat tergesa-gesa, menjaga sopan santun, menjaga silaturahmi dan
menebarkan kebaikan.
 Meminta izin kepada orang tua terutama jika bebergian sendirian.
 Lapor kepada RT/RH, Hansip, bilamana akan bebergian jauh dan rumah di tinggal tanpa
penjagaan. dengan ini apa yang kita tinggalkan bisa terjaga.
 Apabila hendak bebergian jauh, Salatlah 2 rakaat.
 Memperhitungkan biaya dan bekal yang cukup serta periksa kendaraan yang akan di pakai.

Gimana udah tau persiapan - persiapan sebelum memulai bebergian ?? dengan sedikit tipas ini pastinya
nanti dalam perjalanan akan meminimalisir ketidak sesuaian apa yang sudah kita rencanakan. Nahh
sekarang kita liat apa aja sih .. Tata Krama Bebergian....??

Tata Krama Bebergian

1. Tata Krama ketika Menempuh Perjalanan Dengan Jalan Kaki

 Mengikuti aturan dalam berjalan kaki, seperti berjalan di sebelah kiri.


 Hindari perlilaku yang tidak terpuji, seperti berkelakar secara berlebihan.
 Tidak makan, minum, buang sampah di sembarang tempat.
 Tidak membuang air di sembarang tempat.
 Tidak bergaul secara berlebihan dengan lawan jenis.
 Menyebrang jalan dengan hati-hati.
 Tidak mengunakan barang berharga ketika berjalan.
 Bersikap Waspada selama perjalanan

2. Tata Krama Dalam Kendaraan Umum

 Naik kendaraan mencari kondisi yang baik.


 Simpan dompet dan benda berharga.
 Menyediakan tempat duduk bagi orang yang udah lanjut usia.
 Memeriksa kendaraan yang akan di tumpangi untuk menghindari masalah.
 Membawa ongkos dan membayar sesuai tarif
 Hindari berjanda, berteriak, dan menjerit.
 Menolak pemberian makanan dan minuman dari orang tak di kenal.

3. Tata krama Berkendaraan Pribadi.

 Lengkapi kendaraan dengan surat -suratnya.


 Tidak kebut-kebutan atau Ugal-ugalan dalam berkendara.
 Gunakan Helm dengan baik.
 Beristirahatlah jika dalam perjalanan kalian merasa lelah.
 Menaati rambu-rambu lalu-lintas dengan baik
 Segera memperbaiki kendaraan jika terjadi masalah.
 Perlu persediaan alat secukupnya apabila terjadi kerusakan mesin.
 Membawa persediaan uang yang cukup.

ADAB BERPAKAIAN, BERTAMU DAN BERHIAS

Fungsi Pakaian

Ada tiga macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat,


untuk menjaga kesehatan, dan untuk keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang
tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar
samapi kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak
tangan.

Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan
dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model
apapun, selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.

Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila,
memberikan perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang,
sebagai harga diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang.
Dahulu, pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak
memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk kaum wanita. Sekarang
orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu sudah dibilang kuno dan tidak mengikuti mode
zaman sekarang atau tidak modis. Timbul pakaian you can see atau sejenis tanktop, dll. Yang
uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian tersebut maka semakin
mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata sedikit mengena, “Anak jaman sekarang
bajunya kayak baju anak kecil, pantesan saya nyari baju anak rada susah, berebut ama orang
dewasa.” Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang kenyataan. Padahal
jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat tidak mungkin kita akan
mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa disebut gila. Mau
tidak anda disebut gila?

Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang belomba-lomba untuk
memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para
(maaf) PSK dan WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu, fungsi
pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin terpikat lawan jenis,
semakin banyak pula kasus tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak, elektronik, atau
mungkin kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada di mana-mana.
Tidakkah para mukminin dan mukminat telah diperintahkan oleh Allah di dalam kitab nan suci, al-
Qur’an, surat Al-A’raf ayat 26: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat. (QS Al A’raf : 26)

Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)

Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah
manusia yang paling dijaga harga dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?

Coba pikirkan, sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampai-
sampai membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita
muslimah kita demi tercapainya masa depan yang cerah.

b. Adab Berpakaian

Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk
tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun
apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian
juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh
pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah
nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

َ‫ب ْالبَقَ ِر يَض ِْربُ ْون‬ ِ ‫ط َكا االَ ْذنَا‬ ٌ ‫ار لَ ْم اَ َر ُه َما قَ ْو ٌم ِسيَا‬
ِ َّ‫ان ِم ْن اَ ْه ِل الن‬ِ َ‫ص ْنق‬ِ
‫س ُه َّن َكأ َ ْشنِ َم ِة‬
َ ‫ت َر َؤ ْو‬ ٌ َ‫ات ُم ِم ْيال‬ٌ َ‫اري‬ِ ‫ع‬َ ‫ات‬ ٌ َ‫سا ٌء َكا ِسي‬ َ ِ‫ َو ن‬. ‫اس‬ َ َّ‫بِ َها الن‬
ِ‫ت ْال َما ِئالَةِ الَ يَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َو الَ يَ ِخ ْذ نَ ِر ْي َح َها لَيُ ْو َخذُ ِم ْن َم ِسي َْرة‬ ِ ‫ْالبُ ْخ‬
)‫كذا ً (رواه مسلم‬
َ ‫َكذا ً َو‬
Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum
yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa
yang kejam, 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung kepada
perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa masuk surga dan tidak
akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan
demikian.” (HR Muslim)

Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:

A.
1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan
yang suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan
maksud agar rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya.
Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan
bagi wanita yang suka menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai
cemara dan menyanggul) termasuk perkara yang tecela dalam Islam
2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada
tubuhnya, tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena
itu, mereka dikatakan telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak
manusia (perempuan) mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya
tampak jelas dari luar. Sementara itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian
relatif tebal, namun karena sangat ketat sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas.
Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis dan ketat) termasuk perkara yang
dilarang dalam Islam.

Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:

 Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.


 Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
 Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagian-
bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
 Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
 Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
 Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu
tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
 Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
 Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau
berhias-hias.

Aurat perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan
kecuali muka dan telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh karena
itu jika nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika rukuk dan
sujud, maka batallah sholatnya.

Aurat perempuan merdeka di luar sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram

Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan batin)
dan kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan dari
pandangan laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab Syafei.

Di hadapan perempuan yang kafir Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh
badan kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak
kakinya. Demikianlah juga aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau
wataknya atau perempuan yang rosak akhlaknya.

Ketika sendirian, sesama perempuan dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya
adalah di antara pusat dan lutut Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara
dan berlakunya hal yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak menggiurkan
nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan fitnah.

Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam
kesehariannya adalah melepas dan memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur,
atau yang selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah
sebagai berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika melepas maupun memakai
pakaian. Imam An-Nawawy berkata : “Mengucapkan bismillah adalah sangat dianjurkan dalam
seluruh perbuatan”. Memulai Dengan Yang Sebelah Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian.
Berdasarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Apabila kalian memakai pakaian maka mulailah
dengan yang sebelah kanan”.

c. Kaum Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra

Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a
pernah berkata:
َ ‫اس ْالقَسِى َو‬
‫ع ْن‬ ِ ‫ع ْن ِل َب‬ ِ ‫ع ِن الت َّ َخت ُ ِم ِبالذَّ َه‬
َ ‫ب َو‬ َ ‫س ْو ُل هللاِ ص م‬ ُ ‫نَ َهاتِى َر‬
)‫ر (رواه الطبرانى‬ ْ ‫اس ْال ُم َع‬
ِ َ‫صف‬ ِ َ‫ِلب‬
Artinya: “ Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta
pakaian yang dicelup dengan ashfar.” (HR Thabrani)

Yang dimaksud dengan ashfar ialah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan
dipakai oleh wanita kafir pada zaman itu. Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:

ِ ‫ ا َِّن َه ِذ ِه ِم ْن ِث َيا‬: ‫صفَ َري ِْن فَقَا َل‬


‫ب‬ َّ ‫ع َل‬
ْ َ‫ي ثَ ْو َبي ِْن ُمع‬ َ ‫س ْو ُل هللاِ ص م‬ ُ ‫َرأَى َر‬
‫ار فَالَ ت َ ْلبَ ْس َها‬
ِ َّ‫ْال ُكف‬
Artinya: “Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengn ashfar
maka sabda beliau: Ini adalah pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu janganlah
engkau pakai.”

Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan
moral yang tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan
perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki memiliki
naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondosi fisiknya. Oleh sebab itu,
sangat tidak layak kiranya apabila lelaki meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias dan
berpakaian indaah serta suka dimanja. Dari sisi lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya
pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang
hidup dibawah garis kemiskinan.

3. Tata Krama Berhias

Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam
batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:

a. Laki-laki dilarang memakai cincin emas

Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a

a. Jangan bertato dan mengikir gigi

Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan
tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di
lingkungan masyrakat kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini,
mereka merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.

Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi.
Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi
dan cantik. Rasulullah SAW bersabda;

َ ‫س ْو ُل هللاِ ص م اَ ْل َوا ِش َمةَ َو ْال ُم ْشت َ ْو ِش َمةَ َو اْ َلوا ِش َرةَ َو اْل ُم ْشتَ ْو ِش َرة‬
ُ ‫لَ َعنَ َر‬
)‫(رواه الطبرانى‬

Artinya: “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang
mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)

a. Jangan menyambung rambut

Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula
riwayat sebagai berikut:

ْ ‫صابَتْ َها ْال ِح‬


ُ‫صيَة‬ َ َ‫س ِو ُل هللاِ ا َِّن ا ْبنَ ِتي ا‬
ُ ‫ت َيا َر‬ ْ َ‫ي ص م فَقَال‬ ْ َ‫ساَل‬
َّ ‫ت ا ِْم َراَةَ النَّ ِب‬ َ
ِ ‫ لَ َعنَ هللاِ ْال َو‬: ‫ص ُل فِ ْي ِه؟ َف َقا َل‬
‫اصلَةَ َو‬ ِ َ ‫ش ْع ُرهَا َواِنِي زَ َّو ْجت ُ َها ا َ َفأ‬ َ َ‫َفا َ ْم َرق‬
)‫صلَةَ (زواه البجارى‬ ِ ‫ْال ُم ْستَ ْو‬
Artinya: “Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak
saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin
menikahkan dia. Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah
menjawab: Allah melaknat perempuan yang melaknat perempuan yang melaknat
rambutnya.” (HR Bukhari)

a. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias

Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias
secara berlebih-lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat
tercela dalam Islam. Setipa muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal
yang dapat menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias
bentuk yang lain. Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta
menggunakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok
termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk
menarik perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah
untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila
yang dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan yang
dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap sombong, berlebih-lebihan termasuk
perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh Allah SWT. (lihat al-qur’an onlines di
google)

Artinya: “26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra
: 26-27)

Bertatakrama Dalam Bertamu dan Menerima Tamu

4. Tata Krama Bertamu

Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus
tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan
bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran.. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.

Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh.
Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu
di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)

Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena
panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja
diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang
bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan
rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya.

5. Cara Bertamu yang Baik

Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:

a. Berpakaian yang rapi dan pantas


Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan
dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan
rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Jika kamu berbua baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (QS Al Isra : 7)

a. Memberi isyarat dan salam ketika datang

Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)

Diriwayatkan bahwa:

‫ “اَ ِل ُج” فَقَا َل‬: ‫ت فَقَا َل‬ ٍ ‫على النَّ ِبي ِ ص م َو ُه َو فِى َب ْي‬ َ َ‫ا َِّن َر ُجالً اِ ْستَأْذَن‬
‫ قُ ْل‬: ُ‫ ا ُ ْخ ُرجْ اِلَى َهذَا فَعَ ِل ْمهُ ا ِال ْستِأْذَانَ فَقَ َل لَه‬: ‫ي ص م ِل َجاد ِِم ِه‬ ُّ ِ‫النَّب‬
”‫علَ ْي ُك ْم اَ اَ ْد ُخ ْل‬
َ ‫سالَ ُم‬َّ ‫الر َج ْل فَقُ ْل “ال‬
ِ ُ‫س ِمعَه‬ َ َ‫علَ ْي ُك ْم اَ اَ ْد ُخ ْل” ف‬
َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫“ال‬
َ ‫ي ص م قَ ْد دَ َخ‬
)‫ل (رواه ابو داود‬ ُّ ‫فَاَذِنَ النَّ ِب‬
Artinya: “Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW
sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda
kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu
mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alikum, bolehkah aku
masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)

a. Jangan mengintip ke dalam rumah

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki
mengintip dari sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau
sedang menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Jika aku tahu engkau
mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk meminta
izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)

a. Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali

Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan
datang pada lain kesempatan.
a. Memperkenalkan diri sebelum masuk

Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri
secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits
yang artinya: “dari Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku
mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya”
Beliau bersabda: “Saya, saya…!” seakan-akan beliau marah” (HR Bukhari)

Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan
nama dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima
kedatangannya

a. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita

Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi
izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya
seorang diri sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu
cukup ditemui diluar saja.

a. Masuk dan duduk dengan sopan

Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk
dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri,
tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama
bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai
sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang
mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.

a. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati

Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut
dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika
sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya
tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.

a. Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu
hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya,
hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” ( HR Abu Daud dan Turmudzi)
a. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili

Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan
tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara
seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana,
baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain

a. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran

Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan
tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu
lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan
manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan
tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan
makanan pada pring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi
yang melihatnya.

a. Segeralah pulang setelah selesai urusan

Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup.


Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja,
sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak ada ujung
pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka
memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan
rumah tekah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali
tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan ruamh
menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekadar pemanis
suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu
memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.

6. Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam

Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama
tiga hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu
maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan pembatasan
waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam menjamu tamuhnya.

7. Tata Krama Menerima Tamu

a. Kewajiban Menerima Tamu


Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam
menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan
iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:

)‫(رواه البخارى‬ َ ‫َم ْن َكاَنَ يُؤْ ِم ُن ِبا هللاِ َو ْاليَ ْو ِم االَ ِخ ِر فَ ْاليُ ْك ِر ْم‬
ُ‫ض ْيفَه‬
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”
(HR Bukhari)

b. Cara Menerima Tamu yang Baik

1) Berpakaian yang pantas

Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang
pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima
kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada
seorang yang berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya:
“Makan dan Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak
dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas
nikmatnya pada hambanya.” (HR Baihaqi)

2) Menerima tamu dengan sikap yang baik

Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya
dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi
memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka
atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-
jauhnya.

3) Menjamu tamu sesuai kemampuan

Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.

4) Tidak perlu mengada-adakan

Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi
tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi
yang kurang mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu
memberikan air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada,
cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah

5) Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:

)‫(متفق عليه‬ َ ُ‫صدَقَة‬


‫علَ ْي ِه‬ َ ‫لض َيافَةُ ثَالَثَةُ اَي ٍَّام فَ َما َكانَ َو َرا َء ذَا ِل َك فَ ُه َو‬
ِ َ‫ا‬
Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya,.” (HR Muttafaqu Alaihi)

6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang

Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat
karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.

c. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya
tanpa izin suaminya

Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri
wanita tersebut. Allah berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)

Artinya: ”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka)…” (QS An Nisa : 34

Rasulullah SAW bersabda;

‫(رواه احمد و البجارى‬ َ ٌ‫ي َم ْسئ ُ ْولَة‬


‫ع ْن َرا ِعيَتِ َها‬ ِ ‫اَ ْل َم ْرأَة ُ َرا ِع َيةٌ فِى َب ْي‬
َ ‫ت زَ ْو ِج َها َو ِه‬
)‫و مسلم و ابو داود و الترمدى و ابن عمر‬

Artinya: “ Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang
pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban).” (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Umar)

Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika
perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal
dia (wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya
bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin sekali
akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.

Anda mungkin juga menyukai