Abab Berpakaian
Abab Berpakaian
tensi :
4. Membiasakan perilaku terpuji.
Dasar :
4.1. Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau
menerima tamu
4.2. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau
menerima tamu
4.3. Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
dalam kehidupan sehari-hari.
TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan
sopan santun membaca Al Qur’an.
Q. S. Al A’raf : 26
Q.S. Yusuf : 58 - 60
Q.S.An Nisa’ 83
I. ADAB BERPAKAIAN
Pakaian merupakan salah satu nikmat sangat besar yang Allah berikan kepada para
hambanya, Islam mengajarkan agar seorang muslim berpakain dengan pakaian islami dengan
tuntunan yang telah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Pakaian yang Islami adalah pakaian yang
dapat menutup aurat, bagi laki-laki harus dapat menutup bagian tubuhnya antara pusar dan
lutut, sedangkan bagi wanita harus dapat menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak
tangan.
Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada kaum laki-laki untuk mengenakan pakaian yang
baik, barsih, sopan, dan menutup aurat.
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini :
Artinya : Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
Mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al-A’raf : 26(.
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, (QS. Al-‘Araf ;
31)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa tata cara berpakaian bagi pria adalah sebagai
berikut :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah niat untuk beribadah kepada Allah SWT, dan ber doa.
Do’a Berpakaian dan Membuka Pakaian : “Allahumma innii asaluka min khoirihi wa khoiri maa
huwa lahu, wa a’uudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu ”
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang disediakan
baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan sesuatu yang dibuat
untuknya.”( (HR. Ibnu Sunni(
2). Pakaian yang dipakai wajib menutup aurat, bagi laki-laki minimal menutup pusar dan lutut.
3). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan anggota
badan yang kiri ketika hendak melepas.
Dalil pokok dalam masalah ini, dari Aisyah Ummul Mukminin beliau mengatakan, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan ketika bersuci, bersisir dan
memakai sandal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4). Apabila hendak pergi ke Masjid, pakailah pakaian yang baik, bersih, dan rapi. Sebagaimana
firman Allah :
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, (QS. Al-‘Araf ;
31)
5). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih.
Warna pakaian yang dianjurkan untuk laki-laki adalah warna putih. Tentang hal ini terdapat
hadits dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kenakanlah pakaian
yang berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian dan jadikanlah kain
berwarna putih sebagai kain kafan kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dll, shahih)
Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas, oleh karena itu,
dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan barang-barang diatas, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW : “sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutra) haram atas laki-laki umatku.
(HR. Abu Daud)
Dan dalam Islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan sebaliknya wanita
tidak diperkenankan memakai pakaian laki-laki
Kemudian diperkuat lagi dengan firman Allah QS. al-Ahzab (33): 59,
Artinya :. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab ; 59)
Di dalam sebuah hadis Nabi bersabda yang artinya : “ Sesungguhnya seorang wanita
apabila sudah sampai masa baligh (puber) tidaklah boleh memperlihatkan tubuhnya,
kecualimuka dan dua tapak tangannya” ( HR. Abu Daud)
Dari kedua ayat dan hadis Nabi di atas dapat disimpulkan bahwa adab berpakaian bagi
seorang perempuan menurut Islam adalah:
Pertama, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Kedua, tidak menampakkan (memamerkan) perhiasannya, kecuali yang biasa nampak seperti
cincin atau gelang. Ketiga, menampakkan perhiasaan hanya dibolehkan bagi mahram dan
suaminya. Keempat memanjangkan kerudung sehingga menutupi dada. Kelima, tidak boleh
memakai pakaian yang terlalu tipis sehingga membuat bagian-bagian tubuhnya terlihat
membayang. Keenam, tidak boleh memakai pakaian yang terlalu ketat yang membuat lekukan-
lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas. Ketujuh, dilarang memakai pakaian yang seronok,
karena akan membuat mata orang lain terus-menerus tertuju kepadanya, karena dikhawatirkan
hal itu akan menimbulkan fitnah dan niat jahat orang lain. Banyak fakta menunjukkan bahwa
kejahatan seksual terjadi selain faktor pelaku yang memang mempunyai tabiat jahat bisa juga
dipicu oleh pihak korban yang dengan sengaja atau tidak memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat sehingga memancing perlakuan tak senonoh dari orang lain.
Dari dasar dalil diatas dapat dipahami bahwa Allah SWT menyuruh wanita-wanita
beriman agar berpakaian, dengan pakaian yang dapat menutup seluruh auratnya, terutama
sekali wanita yang sudah baligh (dwasa)
Dengan demikian tata cara berpakaian bagi wanita adalah :
1). Ketika mengenakan pakaian hendaklah berniat yang ikhlas, hanya untuk beribadah kepada
Allah SWT dan mencari rido-Nya..
2). Berdoalah sebelum berpakaian, agar pakaian berfungsi untuk ibadah.
Do’a Berpakaian dan Membuka Pakaian : “Allahumma innii asaluka min khoirihi wa khoiri maa
huwa lahu, wa a’uudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu ”
(wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang disediakan
baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan sesuatu yang dibuat
untuknya.”( (HR. Ibnu Sunni(
3). Bagian anggota badan hendaklah ditutup seluruhnya kecuali muka dan telapak tangan
4). Memanjangkan kerudungnya sampai menutup dada
5). Mendahulukan anggota badan yang kanan ketika hendak memakai pakaian, dan anggota
badan yang kiri ketika hendak melepas.
6). Warna pakaian yang akan dipakai hendaklah berwarna putih
1). Anjuran untuk mmotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, dan merapikan jenggot
2). Anjuran untuk berharum-haruman dengan wewangian yang menyenangkan kati, melegakan
dada, menyegarkan jiwa, serta membangkitkan tenaga dan gairah kerja.
3). Larangan mencukur botak sebagian kepala, dan sebagian lainnya tidak dicukur/dibiarkan
tumbuh
4). Larangan berhias diri dengan mengubah apa yang telah diciptakan Allah SWT, misalnya
mengeriting rambut, memakai cemara (menyambung rambut), mencukur alis mata, membuat
tahi lalat palsu, dan larangan bertato
5). Laki-laki dilarang berhias diri hingga menyerupai perempuan dan sebaliknya.
)(رواه الطبرانى.َ ا َ ْل َوا ِش َمةَ َو ْال ُم ْست َْو ِش َمةَ َو ْال َوا ِش َرة َ َو ْال ُم ْست َْو ِش َرة.م.س ْو ُل هللاِ ص
ُ لَ َعنَ َر
”Rasulullah SAW melaknat perempauan yang menato dan minta ditato,yang mengikir gigi dan
yang meminta dikikir.” (HR. °habran³)
“Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya
tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah
boleh saya menyambung rambutnya?’ Jawab Nabi SAW: ‘Allah melaknat perempuan yang
menyambung rambutnya dan meminta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhori)
Akan lebih berbahaya lagi jika berhias secara mencolok dan berlebihan tersebut ditujukan
untuk menarik perhatian laki-laki lain (selain suami sendiri). Hal itu bisa menimbulkan fitnah dan
bahaya besar dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun berhias (secara wajar) yang ditujukan
untuk menarik perhatian dan kasih sayang suami adalah hal yang baik untuk dilakukan, dan
para suami pantas untuk mendapatkannya. Nabi SAW bersabda :
َّ اَل ُّد ْنيَا َمت َاعٌ َو َخي ُْر َمت َا ِع َها ا َ ْل َم ْرأَة ُ ال
)صا ِل َحةُ (رواه التبرانى
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang ¡ali¥ah.” (HR. At
Thabroni dari Salman r.a.)
Artinya : “... Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu.” (QS. An-Nisa’ ; 59)
Termasuk taat kepada pemerintah adalah mentaati aturan lalulintas jalan raya. Karena
jalan raya adalah milik umum/orang banyak maka dalam menggunakan jalan harus
memperhatika keselamatan orang lain sesama pengguna jalan.
Demi keselamatan bersama maka pemerintah membuat peraturan untuk pengguna jalan raya
yang harus ditaati, yaitu :
1. Adab Bertamu
Dalam kehidupan sehari-hari atau bermasyarakat sudah barang tentu orang yang satu
dengan yang lainnya terjadi saling mengunjungngi. Berkunjung ke rumah orang baik karena ada
kepentingan yang sangat perlu maupun sekedar silaturrahmi ini dinamakan “bertamu”.
Bertamu dengan maksud yang baik dilandasi dengan niat karena Allah SWT,
bersilaturrahmi untuk mempererat tali persaudaraan antra sesama muslim sangat dianjurkn
oleh ajaran Islam,
Rosulullah SAW bersabda :
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. bahwa ia berkata : “ saya mendengar Rosulullah SAW bersabda :
Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia
melakukan silaturrahmi”. (HR. Bukhari dan Muslim); dan diriwayatkan oleh Timidzi dengan
kalimat : “sesungguhnya silaturrahmi itu menimbulkan cinta kasih di kalangan famili, merupakan
sumber kekayaan dan menyebabkan umur panjang”.
Dalam ajaran Islam orang yang bertamu itu harus memperhatikan dan melaksanakan
tatakrama, sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya. Adapun adab bertamu
itu antara lain :
!). Dalam bertamu didahului dengan niat untuk melaksanakan sunnah Rasul dan beribadah
kepada Allah. Apabila ada keperluan sampaikan dengan cara yang baik. Sebaik-baiknya tamu
adalah yang membawa kabar gembira dan menyenangkan tuan rumah yang didatangi.
2) Sebelum berkunjung sebaiknya memberitahu dahulu bahwa kita mau bersilaturrahmi, baik
melalui tepoh, SMS, surat maupun yang lainnya.
3). Menggunakan pakaian yang sopan, rapi, dan menutup aurat dan berpenampilan yang Islami.
4). Usahakan dalam bertamu itu ketika orang yang ditamuni dalam keadaan tenggang waktu.
Jangan bertamu apabila orang yang ditamuni itu dalam keadaan sibuk, sedang tidur, dan waktu
makan, karena apabila bertamu dan orang yang ditamuni itu sedang dalam keadaan tidak
memungkinkan akan dapat mengganggu yang di tamuni.
5). Ketika bertamu terlebih dahulu sebelum masuk memberi isyarat dengan salam, mengetuk pintu
atau membunyikan bel, atau yang lainnya.
Nabi bersabda :
Artinya : Apabila seseorang bertamu lalu minta izin (mengetuk pintu atau mengucap salam)
sampai tiga kalidan tidak ditemui (tidak dibukakan pintu), maka hendaklah dia pulang. (HR.
Bukhari dan Muslim)
6). Dalam bertamu, kalau memeang harus menginap,usahakan jangan sampai lebih dari tiga hari.
Karena hal itu dapat mengganggu atau memberatkan tuan rumah. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “ Bertamu itu selama tiga hari” (HR. Bukhari dan Muslim)
7) Hendaknya bersikap dan bertuturkata yang sopan, sehingga orang yang dikunjungi merasa
senang serta menaruh hormat kepada tamunya.
8). Jangan bertamu kepada orang wanita yang suaminya sedang tidak berada di rumah, karena
dapat menimbulkan fitnah.
Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang pernah bertamu dan pernah pula menerima
tamu. Dalam menerima tamu hendaknya sesuai dengan tatakrama yang sudah diajarkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah memulikan
tamunya”. (HR. Bukhari dan Muslim )
Adab dalam menerima tamu adalah sebagai berikut :
1). Segaralah membukakan pintu bila ada tamu datang, menjawab salam serta segera
mempersilahkan masuk. Dengan sikap yang baik dan muka yang menyenagkan
2). Tuan rumah menyambut tamu dengan pakaian yang sopan dan menutup aurat Karena
kedatangan tamu akan membawa manfaat tersendiri.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “apabila tamu telah masuk ke rumah seseorang maka ia masuk dengan membawa
rizkinya dan jika ia keluar membawa pengampunan bagi tuan rumah dan keluarganya”.(HR. Ad-
Dailami dari Annas)
3). Tamu hendaklah dijamu, paling tidak disuguhi minuman atau makanan ringan.
Rasulullah SAW bersabda
Artinya : “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah
memuliakan tamunya. Dan bertamu itu tiga hari, adapun selebihnya adalah termasuk sedekah
“.
4). Tamu hendaklah diterima dengan rasa syukur dan rasa senang serta dengan wajah yang ceria
5). Bila tamu yang datang itu tidak kita inginkan, jangan sekali-kali menunjukkan sikap yang
membuatnya tersinggung. Jika ingin menolaknya, maka tolaklah denga cara yang bijaksana.
6). Jika tamu telah berpamitan akan pulang, antarkanlah tamu sampai pintu rumah atau (pagar),
karena hal tersebut termasuk sunnah.
Rangkuman :
Sebagai seorang muslim dalam bergaul dan bermasyarakat dituntut untuk bersikap dan
berperilaku yang Islami, misalnya : dalam cara berpakaian dan berhias diri, juga dalam cara
bertamu dan menerima tamu
Pakaian yang sesuai dengan tatakrama islam adalah yang dapat memenuhi fungsinya yaitu
dapat menutup aurat, menambah keindahan fisik pemakaianya, dan menunjukkan identitas
pemakainya adalah orang Islam
Berhias diri yang sesuai dengan tatacara islam adalah yang berpedoman kepada Al-Quran dan
hadits.
Diantara ciri orang yang beriman adalah menghormatu tamu, maka menghormati tamu
hukumnya wajib bagi orang Islam
Bertamu yang baik adalah yang sesuai dengan tata cara Islami, yaitu diniati beribadah kepada
Allah SWT, dan berpakaian yang sopan (menutup aurat)
Dalam bertamu jangan sampai merepotkan tuan rumah, sehingga jika akan bermalam jangan
sampai melebihi tiga hari.
Sebagai orang Islam yang baik jika bepergian hendaklah mentaati aturan jalan raya atau
aturan lalu lintas dengan disiplin. Baik bagi pejalan kaki ataupun sebagai pengendara
kendaraan bermotor.
LATIHAN :
3. Ayat yang mengandung perintah untuk berpakaian baik ketika hendak ke masjid adalah ...
a. QS. Al-Ahzab ; 59
b. QS. Al-A’raf ; 31
c. QS. Al-Anbiya 41
d. QS. Ali Imran ; 37
QS. An-Nahl ; 123
4. QS. Al-Ahzab ; 59, menjelaskan fungsi berpakaian bagi wanita adalah menutup aurat , agar ...
a. tampak lebih cantik
b. berpanampilan menarik
c. melindungi udara panas atau dingin
d. tidak diganggu kaum laki-laki
e. disenangi oleh orang banyak.
10. Dalam adab bertamu, kita dibolehkan mengetuk pintu sebanyak ...
a. satu kali
b. dua kali
c. tiga kali
d. empat kali
e. lima kali
tata berpakaian,berhias,bertamu dan perjalanan dalam islam
A. ADAB BERPAKAIAN
Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat
(sempit sehingga membentuk tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi
utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun apabila pakaian
tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam.
Demikian juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat
akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian yang
terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya. Kedua cara
tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan
menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya.
Ada tiga macam fungsi pakaian, yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan
untuk keindahan. Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam
telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan bagi
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Adab berpakaian adalah sebagai berikut :
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:
C. ADAB BERTAMU
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus
tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan
bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran.. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah
SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki,
dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu
hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari
dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula)
atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena
panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja
diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu.
Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak
istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima
tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya
sebagai ukuran kesempurnaan iman.
Rencana yang matang dan persiapan bekal yang cukup agar selamat. Dan selalu berdoa
memohon perlingdungan selama perjalanan kita berlangsung.
Menjaga kesucian baik lahir maupun batin selama dalam perjalanan.
Menjaga diri dari sifat tergesa-gesa, menjaga sopan santun, menjaga silaturahmi dan
menebarkan kebaikan.
Meminta izin kepada orang tua terutama jika bebergian sendirian.
Lapor kepada RT/RH, Hansip, bilamana akan bebergian jauh dan rumah di tinggal tanpa
penjagaan. dengan ini apa yang kita tinggalkan bisa terjaga.
Apabila hendak bebergian jauh, Salatlah 2 rakaat.
Memperhitungkan biaya dan bekal yang cukup serta periksa kendaraan yang akan di pakai.
Gimana udah tau persiapan - persiapan sebelum memulai bebergian ?? dengan sedikit tipas ini pastinya
nanti dalam perjalanan akan meminimalisir ketidak sesuaian apa yang sudah kita rencanakan. Nahh
sekarang kita liat apa aja sih .. Tata Krama Bebergian....??
Fungsi Pakaian
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan
dengan budaya setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model
apapun, selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.
Pakaian merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila,
memberikan perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang,
sebagai harga diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang.
Dahulu, pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak
memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk kaum wanita. Sekarang
orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu sudah dibilang kuno dan tidak mengikuti mode
zaman sekarang atau tidak modis. Timbul pakaian you can see atau sejenis tanktop, dll. Yang
uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian tersebut maka semakin
mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata sedikit mengena, “Anak jaman sekarang
bajunya kayak baju anak kecil, pantesan saya nyari baju anak rada susah, berebut ama orang
dewasa.” Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang kenyataan. Padahal
jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat tidak mungkin kita akan
mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa disebut gila. Mau
tidak anda disebut gila?
Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama muslimah yang belomba-lomba untuk
memakai pakaian yang katanya modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para
(maaf) PSK dan WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu, fungsi
pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin terpikat lawan jenis,
semakin banyak pula kasus tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak, elektronik, atau
mungkin kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada di mana-mana.
Tidakkah para mukminin dan mukminat telah diperintahkan oleh Allah di dalam kitab nan suci, al-
Qur’an, surat Al-A’raf ayat 26: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat. (QS Al A’raf : 26)
Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)
Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah
manusia yang paling dijaga harga dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?
Coba pikirkan, sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampai-
sampai membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita
muslimah kita demi tercapainya masa depan yang cerah.
b. Adab Berpakaian
Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk
tubuhnya yang asli). Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun
apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam. Demikian
juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh
pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah
nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
َب ْالبَقَ ِر يَض ِْربُ ْون ِ ط َكا االَ ْذنَا ٌ ار لَ ْم اَ َر ُه َما قَ ْو ٌم ِسيَا
ِ َّان ِم ْن اَ ْه ِل النِ َص ْنقِ
س ُه َّن َكأ َ ْشنِ َم ِة
َ ت َر َؤ ْو ٌ َات ُم ِم ْيالٌ َاريِ عَ ات ٌ َسا ٌء َكا ِسي َ ِ َو ن. اس َ َّبِ َها الن
ِت ْال َما ِئالَةِ الَ يَ ْد ُخ ْلنَ ْال َجنَّةَ َو الَ يَ ِخ ْذ نَ ِر ْي َح َها لَيُ ْو َخذُ ِم ْن َم ِسي َْرة ِ ْالبُ ْخ
)كذا ً (رواه مسلم
َ َكذا ً َو
Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum
yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa
yang kejam, 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung kepada
perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa masuk surga dan tidak
akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan
demikian.” (HR Muslim)
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:
A.
1. Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan
yang suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan
maksud agar rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya.
Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan
bagi wanita yang suka menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai
cemara dan menyanggul) termasuk perkara yang tecela dalam Islam
2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada
tubuhnya, tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena
itu, mereka dikatakan telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak
manusia (perempuan) mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya
tampak jelas dari luar. Sementara itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian
relatif tebal, namun karena sangat ketat sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas.
Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis dan ketat) termasuk perkara yang
dilarang dalam Islam.
Aurat perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan
kecuali muka dan telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh karena
itu jika nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika rukuk dan
sujud, maka batallah sholatnya.
Aurat perempuan merdeka di luar sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram
Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan batin)
dan kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan dari
pandangan laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab Syafei.
Di hadapan perempuan yang kafir Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh
badan kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak
kakinya. Demikianlah juga aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau
wataknya atau perempuan yang rosak akhlaknya.
Ketika sendirian, sesama perempuan dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya
adalah di antara pusat dan lutut Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara
dan berlakunya hal yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak menggiurkan
nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan fitnah.
Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam
kesehariannya adalah melepas dan memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur,
atau yang selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah
sebagai berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika melepas maupun memakai
pakaian. Imam An-Nawawy berkata : “Mengucapkan bismillah adalah sangat dianjurkan dalam
seluruh perbuatan”. Memulai Dengan Yang Sebelah Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian.
Berdasarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Apabila kalian memakai pakaian maka mulailah
dengan yang sebelah kanan”.
Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a
pernah berkata:
َ اس ْالقَسِى َو
ع ْن ِ ع ْن ِل َب ِ ع ِن الت َّ َخت ُ ِم ِبالذَّ َه
َ ب َو َ س ْو ُل هللاِ ص م ُ نَ َهاتِى َر
)ر (رواه الطبرانى ْ اس ْال ُم َع
ِ َصف ِ َِلب
Artinya: “ Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta
pakaian yang dicelup dengan ashfar.” (HR Thabrani)
Yang dimaksud dengan ashfar ialah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan
dipakai oleh wanita kafir pada zaman itu. Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:
Larangan bagi laki-laki memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan
moral yang tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan
perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki memiliki
naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondosi fisiknya. Oleh sebab itu,
sangat tidak layak kiranya apabila lelaki meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias dan
berpakaian indaah serta suka dimanja. Dari sisi lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya
pencegahan terhadap sikap hidup bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang
hidup dibawah garis kemiskinan.
Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam
batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:
Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
Pada zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan
tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di
lingkungan masyrakat kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini,
mereka merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi.
Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi
dan cantik. Rasulullah SAW bersabda;
َ س ْو ُل هللاِ ص م اَ ْل َوا ِش َمةَ َو ْال ُم ْشت َ ْو ِش َمةَ َو اْ َلوا ِش َرةَ َو اْل ُم ْشتَ ْو ِش َرة
ُ لَ َعنَ َر
)(رواه الطبرانى
Artinya: “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang
mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)
Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula
riwayat sebagai berikut:
Berlebih lebihan ialah melewati datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias
secara berlebih-lebiha cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat
tercela dalam Islam. Setipa muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal
yang dapat menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias
bentuk yang lain. Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta
menggunakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok
termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk
menarik perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah
untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila
yang dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan yang
dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap sombong, berlebih-lebihan termasuk
perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang oleh Allah SWT. (lihat al-qur’an onlines di
google)
Artinya: “26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra
: 26-27)
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh
Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus
tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan
bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaran.. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh.
Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu
di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu,
sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena
panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja
diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang
bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan
rumah yang hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya.
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
Artinya: “Jika kamu berbua baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (QS Al Isra : 7)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)
Diriwayatkan bahwa:
“اَ ِل ُج” فَقَا َل: ت فَقَا َل ٍ على النَّ ِبي ِ ص م َو ُه َو فِى َب ْي َ َا َِّن َر ُجالً اِ ْستَأْذَن
قُ ْل: ُ ا ُ ْخ ُرجْ اِلَى َهذَا فَعَ ِل ْمهُ ا ِال ْستِأْذَانَ فَقَ َل لَه: ي ص م ِل َجاد ِِم ِه ُّ ِالنَّب
”علَ ْي ُك ْم اَ اَ ْد ُخ ْل
َ سالَ ُمَّ الر َج ْل فَقُ ْل “ال
ِ ُس ِمعَه َ َعلَ ْي ُك ْم اَ اَ ْد ُخ ْل” ف
َ سالَ ُم َّ “ال
َ ي ص م قَ ْد دَ َخ
)ل (رواه ابو داود ُّ فَاَذِنَ النَّ ِب
Artinya: “Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW
sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda
kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu
mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alikum, bolehkah aku
masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki
mengintip dari sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau
sedang menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Jika aku tahu engkau
mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk meminta
izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan
datang pada lain kesempatan.
a. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri
secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits
yang artinya: “dari Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku
mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya”
Beliau bersabda: “Saya, saya…!” seakan-akan beliau marah” (HR Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan
nama dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima
kedatangannya
a. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi
izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya
seorang diri sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu
cukup ditemui diluar saja.
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk
dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri,
tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama
bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai
sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang
mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut
dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika
sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya
tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
a. Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu
hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya,
hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” ( HR Abu Daud dan Turmudzi)
a. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan
tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara
seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana,
baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan
tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu
lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan
manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan
tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan
makanan pada pring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi
yang melihatnya.
Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama
tiga hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu
maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan pembatasan
waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam menjamu tamuhnya.
)(رواه البخارى َ َم ْن َكاَنَ يُؤْ ِم ُن ِبا هللاِ َو ْاليَ ْو ِم االَ ِخ ِر فَ ْاليُ ْك ِر ْم
ُض ْيفَه
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”
(HR Bukhari)
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang
pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima
kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada
seorang yang berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya:
“Makan dan Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak
dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas
nikmatnya pada hambanya.” (HR Baihaqi)
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya
dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi
memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka
atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-
jauhnya.
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi
tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi
yang kurang mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu
memberikan air putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada,
cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
5) Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat
karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
c. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya
tanpa izin suaminya
Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri
wanita tersebut. Allah berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: ”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka)…” (QS An Nisa : 34
Artinya: “ Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang
pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban).” (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Umar)
Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika
perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal
dia (wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya
bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan mungkin sekali
akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.