TUMOR PAROTIS
Disusun oleh :
dr. Andre Kurniawan Nur Huda
Pembimbing :
Dr.dr. Bambang Arianto, Sp.B. FINACS
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan
prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang
didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya
jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan
bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan
usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan
satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah
ganas. 1,2,3,4
2
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkanpada
keganasan dengan derajat tertinggi. 2,3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustikus eksternus diantara
saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensen’s duct yang akan
bermuara di mulut dekat gigi molar 2, lokasi biasanya ditandai oleh papilla
kecil.11,12
Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk
segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis
3
berikut: permukaan superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan
bagian tulang rawan dari meatus akustikus eksternus dan bagian posterior dari
parotis. Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang
4
stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian anterior
lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus. Jaringan ikat
dan jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar
fasialis.11
Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-
cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna
5
Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri.
Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan
dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar parotis
cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otikus
profunda). Nervus ini keluar dari skull base melalui foramen stylomastoid.
6
dua: temporal dan zigomaticus) dan cervicofasialis (bawah, bercabang tiga:
juga berperan dalam penyebaran tumor parotis ganas ke basis crania dan
karsinoma (cylindroma).11
eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. Nodul kelenjar limfe
ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis (kelenjar preaurikuler)
dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang
terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian superficial
7
dari kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar
limfe yang berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus
servikal atas.11
BAB 3
TUMOR PAROTIS
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3%
dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur
berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian
besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari
8
seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma
pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).11,13,14
3.3 Presentasi
Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pembesaran menyeluruh atau berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat
kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar air liur global yang jarang dapat
dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, myxoedema, sindroma
Cushing, dan peminum alcohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat dilihat pada
anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat
menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.4
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan
dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat
diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari
keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan
prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area
retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati
ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah
dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat
melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal,
dan sendi temporomandibular. Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe
melalui ruangan parapharyngeal dan ke rangkaian jugular bagian dalam, dan ke pre-
post facial nodes. 6
3.4 Pemeriksaan
9
diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan, karena obat-obat
ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.6
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan
apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan
selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-
kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan langsung
tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang, untuk dapat
melihat asimetrisitas yangmungkin lolos dari perhatian kita.6
3. HIV infection
4. Sarcoidosis
5. Masseteric hypertrophy
6. Chronic parotitis
7. Lymphangioma (paediatric)
8. Haemangioma.
10
Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam diagnostic
pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada
umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis
dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan
pencitraan. 14
Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang, atau mungkin penting juga untuk diagnostic diferensial (batu
kelenjar ludah; kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks diperlukan
untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan ekografi atau CT,
tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran mengenai sifat
pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi, letaknya di dalam atau
di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorf dapat dibedakan dari tumor kelenjar ludah
yang lain dengan MRI. Metode ini tidak dapat membedakan antara tumor benigna
dan maligna. Pemeriksaan dengan rontgen kontras glandula parotidea dan glandula
submandibularis (sialografi) diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi
(kronik) atau kalsifikasi dan dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.4
A. Pada Anak-Anak
Tumor kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah hemangioma
kelenjar parotis. Kulit terletak di bawah massa mempunyai perubahan warna kebiru-
biruan, dan kemungkinan terdapat fluktuasi dalam ukuran dari massa bila anak
menangis. Tumor ini akan menunjukkan peningkatan ukuran yang sedikit demi
sedikit selama empat sampai enam bulan pertama kehidupan, tetapi mulai tampak
resolusinya pada usia dua tahun. Yang mirip dengan hemangioma adalah
limfangioma, yang juga timbul pada daerah kelenjar parotis. Adenoma pleomorfik
merupakan tumor ketiga terbanyak yang ditemui, dan paling sering tumor padat,
ditemukan pada anak-anak. Tumor jinak lain termasuk neurofibroma dan lipoma.4
11
B. Pada Dewasa
12
Tumor dapat berkembang pertama kali pada lobus profunda dan meluas ke
daerah retromandibula. Pada keadaan ini saraf fasialis dilindugi secara hati-hati dan
di retraksi dengan lembut sehingga tumor dapat diangkat dari lokasinya yang dalam
ke ruang parafaringeal. Kadang-kadang adenoma pleomorfik lobus profunda tampak
di dalam mulut. Hal ini dapat kita sadari dengan adanya deviasi palatum mole dan
arkus tonsilaris ke garis tengah oleh massa lateral dari daerah tonsil. Reseksi
sebaiknya dilakukan melalui leher daripada melalui dalam mulut. Ketika mengangkat
tumor parotis, seluruh lobus superficial, atau bagian kelenjar lateral dari saraf fasialis,
diangkat sekaligus untuk keperluan biopsy, dipotong dengan mempertahankan saraf
fasialis. Pemeriksaan patologis dari pemotongan beku tidak dapat memberikan asal
tumor yang sebenarnya dan operasi radikal mungkin dibutuhkan jika hasil
http://www.surgical-tutor.org.uk/default-home.htm?
specialities/ent/salivary_neoplasia.htm~right
13
Adenoma pleomorfik
Secara histologi, adenoma pleomorfik berasal dari bagian distal saluran liur,
termasuk saluran intercalated dan asini. Campuran dari epitel, mioepitel dan bagian
stroma diwakilkan dengan namanya: tumor campur jinak. Dari ketiga jenis diatas
dapat lebih mendominasi dibandingkan jenis lain namun ketiga jenis tersebut harus
ada untuk mengkonfirmasi diagnosis.1,4
Meskipun tumor ini dianggap jinak, terdapat kasus kekambuhan yang berkali-
kali dengan pertumbuhan yang berlebihan di mana tumor meluas dan mengenai
daerah kanalis eksterna dan dapat meluas ke rongga mulut dan ruang parafaringeal.
Tumor yang kambuh dapat mengalami degenerasi maligna, tetapi insidens ini kurang
dari 6 persen. Terapi radiasi dapat diberikan terhadap tumor yang kambuh berulang
kali dan tidak dapat direseksi diberikan pengobatan paliatif.1,13. Prognosis adenoma
pleomorfik adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai 96 %.2
Tumor jinak kelenjar liur lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering
terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok.
Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini
dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari
lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi
limfostik yang matang.12
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan
suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial
parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat peningkatan
aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari
mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histology.4
Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis. Tumor ini
berkapsul dan tidak mungkin kambuh.
14
Tumor jinak kelenjar liur lain yaitu:2,4
Ruang parafaringeus merupakan daerah asal primer untuk tumor jinak. Paling
sering adalah tumor kelenjar liur yang timbul dari lobus profunda kelenjar parotis dan
meluas ke dalam ruang parafaringeal. Tumor yang berasal neurogenik seperti
schwanoma mungkin berasal pada daerah ini dari saraf vagus atau jaras simpatetik
servikalis. Tumor ini nampak sebagai massa lunak yang menekan dinding faring
lateral ke arah medial. Tumor ini sebaiknya dilakukan pendekatan melalui leher
daripada dalam mulut karena adanya pembuluh darah yang besar dan saraf kranialis
yang penting pada ruang ini. Arteriogram pendahuluan tidak hanya menunjukkan
efek tumor pada lokasi dari arteri karotis interna tapi juga berguna dalam mendeteksi
tumor kemodektoma atau tumor neurogenik dalam ruangan ini.4
Gambar. Histologi Warthin tumor (kiri), bentuk klinis dari Whartin tumor (kanan).12
http://www.pathologyoutlines.com/topic/salivaryglandswarthin.html
15
schwanoma dan neuroma. Beberapa tumor dari ruangan parafaringeal sebaiknya
ditangani, melalui pendekatan trans-servikal eksternal. Tindakan ini akan
memberikan control yang lebih baik terhadap pembuluh darah utama pada daerah ini.
Juga mencegah metastasis tumor, yang dapat terjadi pada pendekatan melalui
transoral. Karena edema pasca operasi yang luas dapat terjadi, sering dibutuhkan
trakeostomi.4
Tumor ganas parotis pada anak terjadinya jarang. Tumor paling sering terjadi
pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Tumor ini
merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar liur yang diakibatkan oleh radiasi.
Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 3-4. Hampir 75%
pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit,
16
dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel
epithelial interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan
metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %. Penentuan derajat keganasan
berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah, dan tinggi.1,4
A.2 Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini
terdapat pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor.
Sebagian besar pasien tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada
jaringan diatas atau dibawahnya, 30 % pasien berkembang metastasis ke nodus
servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis, dan 15 % merasa sakit pada
wajahnya. 25,26,27 Tumor ini berasal dari tubulus terminal
dan intercalated atau strained sel duktus.
Jenis jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi yang
secara keseluruhan mempunyai angka harapan hidup yang buruk. Kanker sel asini
dan karsinoma adenokistik pada awalnya hampir mempunyai perjalanan penyakit
yang jinak, dengan harapan hidup yang lama, hanya menunjukkan kekambuhan
17
terakhir pada daerah yang pertama kali timbul atau distal dari daerah tersebut atau
metastasis paru. Terapi tetap reseksi adekuat,total, regional. 6,7,8
Berdasarkan derajat keganasannya, tumor kelenjar liur dapat dibagi menjadi derajat
tinggi, sedang, dan rendah.4
Terdapat 3 pola pertumbuhan yaitu: cribriform, solid, dan tubular. Tumor ini
berbeda dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang
panjang ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi
setelah 15 tahun. Penderita dengan karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan
18
hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan hidup yang secara keseluruhan
sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen.5,6
Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer,
jika perlu struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan
tulang temporalis. Agar eksisi yang sempurna pada tumor-tumor ganas ini, bagian
saraf fasialis yang berdekatan dengan tumor harus dieksisi. Pencangkokan saraf untuk
mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat
mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf
fasialis, maka prognosisnya buruk.4
Yang termasuk jenis tumor derajat ini adalah karsinoma mukoepidermoid dan
karsinoma sel asini. Jika tumor-tumor ini terjadi pada daerah kelenjar
parotis,dilakukan parotidektomi total dan saraf fasialis dilindingi jika perlindingan ini
tidak membahayakan reseksi total dari keganasan. Invasi langsung pada saraf akan
menghalangi perlindungan bagian saraf tersebut. Potongan beku harus dilakukan
untuk menyingkirkan adanya invasi saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian
kranial. Jika memungkinkan dilakukan cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.4
Pembedahan leher radikal bukan merupakan bagian rutin dari reseksi awal
untuk keganasan parotis tetapi dibutuhkan jika teraba adanya metastasis servikal atau
jika terdapat kekambuhan tumor ganas pada daerah parotis. Pembedahan leher radikal
digabung dengan reseksi parotis radikal yang luas. Jika pada waktu operasi
ditemukan bahwa salah satunya berhubungan dengan tumor ganas parotis, prosedur
yang lebih disukai adalah parotidektomi total dengan pengangkatan sekitarnya,
jaringan lunak yang berdekatan. Saraf fasialis dilindungi jika tidak membahayakan
reseksi tumor. Cangkok saraf fasialis dilakukan jika mungkin, khususnya jika jaras
saraf harus direseksi. Jika mungkin, bagian dari mata dilindungi, karena ini akan
menyebabkan sejumlah masalah yang besar pasca-operasi. Nodus digastrikus bagian
atas dan nodus-nodus di daerah kelenjar parotis diangkat pada waktu prosedur operasi
19
awal. Jika nodus-nodus ini menunjukkan keganasa, dianjurkan pembedahan leher
radikal komplit atau pengobatan radiasi pasca-operasi. 4
Paralisis saraf fasialis merupakan tanda prognosis buruk, hal ini juga
merupakan indikasi dari kemungkinan terbesar adanya metastasis servikal dan
merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan leher radikal.4
Untuk terapi pasca-operasi dianjurkan terapi radiasi untuk kebanyakan tumor parotis
ganas. Terapi radiasi tambahan dapat menurunkan angka kekambuhan total. Terapi
radiasi bukan merupakan terapi pengganti untuk reseksi bedah yang adekuat dan
tidak menurunkan angka kekambuhan jika batas tumor positif. 4
Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas tergantung dari stadium
dan ukuran tumor pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf fasialis, dan
menunjukkan metastasis servikal. Patologi spesifik dari tumor penting dalam
memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas diperlukan. Keluhan awal
dari nyeri dalam beberapa penelitian menunukkan tanda prognosis yang buruk.4,13
Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih
banyak wanita dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat
metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya
20
amiloid. Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus
intercalated.2,3,4
Tumor ini jarang, menyerupai kanker duktus mammae. Duktus Stensen lebih
sering terkena dibandingkan dengan duktus Wharton. Tumor ini memiliki
kecenderungan untuk terjadi berulang pada tempat yang sama (35%) dan dapat
berkembang ke metastasis jauh (62%), dengan hanya 23 % pasien yang dapat hidup
selama 3 tahun.3,4
Tumor ini jarang. Tumor ini unik karena terdapat diferensiasi mioepitel
dengan struktur immunohisto-kimia dan struktur ultra yang unik. Diobati dengan
radiasi pasca operasi dan kemoterapi jika diindikasikan.4
Tumor ini jarang, ditandai dengan adanya area jinak dan ganas pada satu
tumor. Bagian maligna mewakili kanker anaplastik yang berasal dari
duktal. Metastasis ke nodus limfatikus telah berulang kali ditemukan.4
Limfoma maligna primer dari kelenjar saliva jarang, pada umumnya di dapat
pada lelaki usia tua. Hal ini juga diamati pada sekitar 5-10% pasien dengan tumor
Warthin kelenjar parotis. Terapi optimal adalah biopsy dengan terapi radiasi pada
21
daerah itu. Prognosis lebih baik untuk limfoma kelenjar saliva daripada limfoma
nodus dengan penampilan histology yang mirip. 4
Kelenjar parotis dapat menjadi tempat metastasis dari keganasan yang berasal
dari kulit, ginjal, paru, payudara, prostat, dan saluran pencernaan.10
Tumor invades skull base and/or pterygoid plates and/or encases carotid artery.
a
Reprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular,
and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.
b
Extraparenchymal extension is clinical or macroscopic evidence of invasion of soft
tissues. Microscopic evidence alone does not constitute extraparenchymal extension for
classification purposes.
22
a
Reprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular,
and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.
a
Reprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular,
and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.
M0 No distant metastasis.
M1 Distant metastasis.
Stage T N M
a
Reprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and
23
Stage T N M
sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed.
New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
Any T N3 M0
24
2. Stadium II :
a. Derajat rendah, standar terapi :
Pembedahan saja atau dengan terapi radiasi setelah operasi.
Kemoterapi dapat dipertimbangkan, saat terapi radiasi tidak
dapat dilakukan.
b. Derajat tinggi, standar terapi :
Pembedahan.
Terapi radiasi postoperative dapat meningkatkan lokal control
dan meningkatkan angka harapan hidup.
3. Stadium III :
a. Derajat rendah, standar terapi :
Pembedahan saja atau dengan terapi radiasi setelah operasi.
Kemoterapi dapat dipertimbangkan, saat terapi radiasi tidak
dapat dilakukan, tumor residif atau tidak berespon dengan
radiasi.
b. Derajat tinggi, standar terapi :
Pembedahan.
Terapi radiasi postoperative dapat meningkatkan lokal control
dan meningkatkan angka harapan hidup.
4. Stadium IV :
Pasien dengan kanker kelenjar ludah stadium IV harus
dipertimbangkan calon untuk uji klinis. Kanker mungkin responsif
terhadap kombinasi terapi kemoterapi dan radiasi. Pasien dengan lesi
metastasis dapat dipertimbangkan untuk uji klinis. Kemoterapi yaitu
menggunakan doxorubicin, cisplatin, siklofosfamid, dan fluorouracil
sebagai agen tunggal atau dalam berbagai kombinasi dikaitkan dengan
tingkat respon tumor terhadap kemoterapi.10
25
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada ini relatif jarang terjadi,
persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher.
Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor
genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi
pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan
80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic
adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf
fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan, walaupun gejala ini
hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat,
dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan
keganasan pada kelenjar parotisnya.Rasa nyeri yang bersifat episodik
mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan
itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi
menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.Pencitraan
menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan
pada keganasan dengan derajat tertinggi.
26
maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan
sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Untuk prognosis
sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari 1% kasus.
Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul residif lokal.
DAFTAR PUSTAKA
1. John M. Lore, Jesus E. Medina. An Atlas of Head & Neck Surgery, Fourth
Edition. Philadelphia: Elsevier Inc. 2005. 277-295.
2. Shah, Jatin. Patel, Snehal. Singh, Bhuvanesh. Head and Neck Surgery and
Oncology, Fourth edition. Philadelphia: Elsevier Inc. 2012. 268-292.
3. D’Cruz. Anil, Chaturvedi. Pankaj, Bhattacharyya. Abir, Head & Neck
Oncology – Laryngology. India: Mc Graw Hill. 2010. 385-402.
27
4. Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA:
Kluwer Academic Publishers,2003: 158-161
5. Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical
Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518
6. Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head
& Neck Surgery. USA:Mc Graw Hill,2004
7. Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head
& Neck Surgery. USA:Mc Graw Hill,2004
8. K.J.Lee. Essential Otolaryngology-Head & Neck surgery ed.8 .
Connecticut: McGraw-Hill2003
9. Bardia Amirlak. Dalam Parotid Tumors, Malignant:
http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC372.HTM#ref12. Sited at 26th
November 2014. 8:50 PM.
10. Salivary Gland cancer treatment. National Cancer Institute at National
Institutes of Health
www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatments/salivarygland/healthprofessional
/page8
11. Ear. Nose. Throat. Allergy & sinus center Caring for you and the ones you
love. http://entallergyandsinus.com/articles/the-throat/salivary-glands/. Sited
at 26th November 2014. 8:40 PM.
12. Salivary glands Epithelial / myoepithelial tumors Warthin’s tumor.
http://www.pathologyoutlines.com/topic/salivaryglandswarthin.html. Sited at
26th November 2014. 8:34 PM.
13. Neoplastic salivary gland swellings . Free online resource , http://
www.surgical-tutor.org.uk/default-home.htm?
specialities/ent/salivary_neoplasia.htm~right. Sited at 26th November 2014,
8:31 PM.
14. Frank H. Netter, MD. Atlas of Human Anatomy. 5th edition. Elsevier.
Philadelpia. 2009. Head and Neck. 130-137.
28