Anda di halaman 1dari 104

Draf tanggal 25 Juli 2014

LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : ...... TAHUN ……
TANGGAL : ......

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL


TAHUN 2015-2035

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan industri ke depan ditujukan agar sektor industri dapat


tumbuh lebih cepat sehingga dapat berperan lebih besar dalam
penciptaan nilai tambah yang berujung pada peran sektor industri pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Peningkatan pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut akan
dapat dicapai apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini
dapat diatasi, yaitu:

1. masih lemahnya daya saing industri nasional;


2. belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional;
3. masih terkonsentrasinya kegiatan industri di Pulau Jawa; dan
4. belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan
sektor industri.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian disusun


dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Undang-undang
tersebut memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dalam
mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut
diperlukan sebagai jawaban terhadap gagalnya mekanisme pasar dalam
mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan
mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.

Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang


Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor
industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara
sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan
tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi
panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pembangunan industri nasional.
1
B. Tujuan

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) disusun sebagai


pelaksanaan amanat pasal 8 ayat 1, Undang-Undang No. 3 tahun 2014,
dan menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku Industri dalam
perencanaan dan pembangunan Industri sehingga tercapai tujuan
penyelenggaraan Perindustrian, yaitu:
1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok
atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.

RIPIN memiliki masa berlaku untuk jangka waktu 20 tahun, dan bila
diperlukan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

C. Perkembangan Lingkungan Strategis

1. Dinamika Terkait Sektor lndustri

Sektor industri bersifat dinamis seiring dengan perubahan yang terjadi


di dalam sektor industri itu sendiri maupun di luar lingkungan
industri. Sifat dinamis ini penting agar sektor industri dapat selalu
beradaptasi. Beberapa faktor telah terbukti dan diakui memiliki
pengaruh penting terhadap perkembangan sektor industri nasional di
masa depan antara lain:

a. Peningkatan jumlah, perubahan komposisi, dan peningkatan


kesejahteraan penduduk

Saat ini, Indonesia adalah negara keempat dalam daftar


berpenduduk terbesar di dunia, dan diperkirakan akan terus
bertambah menjadi 280 juta pada tahun 2025 dan 313 juta pada

2
tahun 2035. Besarnya jumlah penduduk merupakan pasar
potensial bagi industri barang konsumsi dan industri
pendukungnya, termasuk industri komponen. Selain itu, komposisi
struktur demografi penduduk berusia produktif yang lebih besar
merupakan peluang bagi peningkatan produktivitas industri
nasional. Peningkatan potensi pasar dan produktivitas akan
berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan penduduk melalui
peningkatan pendapatan per kapita.

b. Perkembangan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan


akan difokuskan pada nanotechnology, biotechnology, information
technology dan cognitive science, dengan fokus aplikasi pada bidang
energi, pangan, dan lingkungan. Teknologi telah menjadi komoditi
yang memudahkan tata cara penguasaannya oleh industri.
Perkembangan teknologi tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan sektor industri nasional sehingga perlu disiapkan
sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang
sesuai, diantaranya peningkatan pembiayaan kegiatan penelitian
dan pengembangan (R&D), termasuk sinergi antara pemerintah,
industri, lembaga penelitian dan pengembangan, serta perguruan
tinggi.

c. Globalisasi proses produksi

Globalisasi perdagangan dan investasi berdampak pada pelibatan


industri nasional dalam rantai pasok global dimana penciptaan
nilai tambah melalui proses produksi tersebar di banyak lokasi atau
negara. Globalisasi proses produksi meningkatkan keterlibatan
industri nasional, investasi asing, dan alih teknologi. Perdagangan
komponen diprediksi akan semakin mendominasi struktur
perdagangan antar negara. Keterlibatan industri nasional dalam
rantai pasok global juga berpotensi pada kerentanan terhadap
gejolak perekonomian dunia. Oleh karena itu, kebijakan
kemandirian dan ketahanan industri nasional menjadi sangat
penting di masa depan.

d. Kelangkaan energi

Sejalan dengan pertumbuhan industri dan ekonomi, akan terjadi


kelangkaan energi seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi

3
pada 20 tahun kedepan. Untuk menjamin keberlangsungan
pembangunan industri diperlukan kebijakan penghematan dan
diversifikasi energi serta perhatian yang lebih besar terhadap
pengembangan sumber energi terbarukan.

e. Kelangkaan Bahan Baku Tidak Terbarukan

Eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan yang terus menerus


akan mengakibatkan berkurangnya sumber daya tersebut yang
akan berakibat pada kelangkaan bahan baku bagi industri, yang
dikenal dengan resources displacement. Kondisi ini harus
diantisipasi oleh industri hulu yang mengolah sumber daya alam
tidak terbarukan, yaitu industri-industri yang berbasis migas-
batubara dan mineral. Kelangkaan bahan baku tidak terbarukan
dapat mengakibatkan industri tersebut tidak dapat beroperasi lagi
atau akan mengakibatkan industri beroperasi dengan biaya yang
tinggi sehingga tidak kompetitif.

f. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup

Peningkatan pertumbuhan sektor industri perlu diikuti dengan


peningkatan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan
untuk menjamin keberlanjutan sektor industri di masa depan.
Pembangunan industri hijau (green industry) perlu lebih
diprioritaskan melalui penyediaan produk industri dan penggunaan
teknologi proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Instrumen
terkait industri hijau (seperti eco product, energi terbarukan dan
ramah lingkungan, serta bahan-bahan berbahaya dan beracun)
akan semakin berperan dalam regulasi perdagangan global di masa
depan yang tentunya perlu diantisipasi oleh sektor industri.

g. Peningkatan kebutuhan pangan

Industri pangan berkembang dalam kapasitas, diversifikasi dan


mutu produknya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,
serta daya beli dan tingkat pendidikan konsumen. Peningkatan
pendapatan penduduk Indonesia yang merupakan konsekuensi
logis dari pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen per tahun telah
menghasilkan pertumbuhan kelas menengah yang cukup cepat.
Kelompok kelas menengah ini juga menjadi salah satu pendorong
dari perkembangan kebutuhan pangan, tidak hanya dari sisi
kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas produk pangan, penyajian

4
yang menarik, cepat dan praktis, serta standar higienisme yang
lebih tinggi dan harga yang kompetitif dan terjangkau. Kebutuhan
akan produk pangan yang sehat, aman, dan halal semakin tinggi.
Industri pangan fungsional dan pangan untuk kebutuhan khusus
juga akan semakin meningkat di masa datang.

h. Paradigma manufaktur

Perubahan paradigma industri yang mengikuti tumbuhnya


perhatian pada faktor daya saing terutama faktor kualitas dan
fleksibilitas adalah perubahan sistem manufaktur dari mass
production menjadi mass customization. Pada sistem manufaktur
mass customization, dikenal strategi price minus dimana perhatian
pertama diberikan pada perancangan untuk menghasilkan kualitas
produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang dilanjutkan
dengan pertimbangan pasar agar dapat digunakan untuk
menetapkan harga, selanjutnya aspek investasi menjadi penentu
untuk menetapkan biaya produksi. Dengan karakteristik ini,
perhatian diberikan pada tahap perencanaan yang mencakup
kualitas produk dan penerimaan di pasar (market acceptability).

i. Alih daya produksi dan kolaborasi

Strategi price minus berdampak pada kelayakan produksi karena


biaya produksi untuk menghasilkan produk dengan tingkat
kualitas tertentu telah ditetapkan, sehingga industri harus mencari
cara bagaimana agar proses produksi dapat dilakukan dengan
benar. Pada kondisi ini, sebuah industri belum tentu mampu
mengerjakan seluruh proses produksi, sehingga industri mulai
mencari mitra yang memungkinkan melaksanakan proses yang
direncanakan. Aktivitas process outsourcing merupakan suatu
alternatif yang berkembang, bahkan banyak industri di negara
maju yang melaksanakan seluruh proses produksinya di negara
berkembang, atau dikenal sebagai relokasi industri, artinya
outsourcing tidak hanya pada seluruh proses tetapi juga termasuk
penggunaan sumberdaya manusia (people outsourcing).

2. Perjanjian Kerjasama Perdagangan Internasional

Perjanjian kerjasama perdagangan internasional antar negara baik


secara bilateral, regional maupun multilateral yang terus meningkat,
telah dan akan mempengaruhi situasi dan kondisi lingkungan
5
strategis, termasuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di sektor
industri di masa yang akan datang. Beberapa perjanjian kerjasama
perdagangan yang melibatkan Indonesia antara lain:
a. perjanjian kerjasama perdagangan multilateral (WTO);
b. perjanjian kerjasama perdagangan regional (ASEAN, Regional
Comprehensive Economic Partnership - RCEP dan Trans Pacific
Partnership - TPP); dan
c. perjanjian kerjasama perdagangan bilateral (Indonesia-Japan
Economic Partnership Agreement - IJEPA, Indonesia-EFTA
Comprehensive Partnership Agreement - IE-CEPA, Indonesia-
Australia CEPA, Indonesia-India CECA, Indonesia-Korea CEPA, dan
Indonesia-EU CEPA).
Adanya perjanjian kerjasama perdagangan tersebut berdampak pada
beberapa hal berikut:
a. semakin meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) karena daya
tarik potensi pasar Indonesia (dengan populasi mendekati 350 juta
jiwa dalam 20 tahun ke depan) atau karena daya tarik potensi
sumber daya alam atau bahan baku yang dimiliki Indonesia;
b. semakin meningkatnya transaksi perdagangan global oleh Trans
National Corporation (TNC) yang menjadikan industri di Indonesia
sebagai bagian dari Rantai Nilai Global (Global Value Chains –
GVCs). Melalui sistem GVCs kegiatan perdagangan (ekspor dan
impor) lintas negara semakin meningkat (GVCs oleh TNCs mewakili
80% perdagangan global 2013);
c. semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat
tarif maupun non-tarif, bagi pengembangan, ketahanan maupun
daya saing industri di dalam negeri;
d. semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang
berpotensi mengancam kondisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran; dan
e. semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dan pekerja
domestik sebagai akibat pergerakan pekerja terampil secara lebih
bebas.

3. Kebijakan Otonomi Daerah

Berlakunya UU No 22 dan 25 tahun 1999 menandai perubahan


paradigma pembangunan termasuk dalam hal hubungan antar tingkat
pemerintahan. Penyempurnaan kedua undang-undang tersebut

6
menjadi UU No 32 dan 33 tahun 2004 yang menegaskan tata kelola
hubungan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Secara prinsip pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi di
Indonesia diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat.
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 diatur
pembagian urusan pemerintahan menjadi urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang dibagi menjadi
urusan wajib dan pilihan. Dalam kaitannya dengan sektor industri,
dengan adanya pembagian urusan pemerintahan tersebut ada banyak
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah provinsi, kabupaten
dan kota. Pemanfaatan peluang akan mempercepat pertumbuhan dan
pengembangan industri di daerah serta meminimalkan
ketidakmerataan penyebaran industri di wilayah Indonesia.

7
II. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Visi Pembangunan Industri Nasional pada tahun 2035 adalah Menjadi


Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

Dalam rangka mewujudkan visi tahun 2035 tersebut di atas, pembangunan


industri nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta
mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok
atau perseorangan yang merugikan masyarakat;
5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;
dan
7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.

8
III. SASARAN, STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

A. Sasaran Pembangunan Industri

Sasaran Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai berikut:


1. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat
mencapai pertumbuhan 2 digit pada tahun 2035 sehingga share
industri terhadap PDB mencapai 30 persen.
2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan
mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, penolong
dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri.
3. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke
seluruh wilayah Indonesia.
4. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi.
5. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor
industri.
6. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan
antara yang berbasis sumber daya alam.

Sasaran pembangunan sektor industri yang akan dicapai pada tahun


2015 sampai dengan tahun 2035 seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)

Indikator Pembangunan
NO Satuan 2014 2015 2020 2025 2035
Industri
Pertumbuhan sektor Industri
1 % 6,18 6,83 8,51 9,11 10,46
Non Migas
a. Makanan, Minuman dan
5,35 5,64 6,99 7,26 7,68
Tembakau
b. Tekstil, Brg. kulit & Alas
5,60 5,86 7,10 7,37 8,20
kaki
c. Brg. kayu & Hasil hutan
6,06 6,12 6,04 6,45 6,81
lainnya.
d. Kertas dan Barang cetakan 3,69 4,07 4,67 5,65 6,33
e. Pupuk, Kimia & Barang
2,07 3,23 7,98 8,29 10,22
dari karet
f. Semen & Brg. Galian
3,19 4,66 6,83 8,30 9,55
bukan logam
g. Logam Dasar Besi & Baja 5,69 6,78 5,60 6,82 7,15
h. Alat Angk., Mesin &
9,07 9,80 10,73 11,16 12,24
Peralatannya
i. Barang lainnya 3,24 2,69 3,12 4,05 5,44

Share Industri non migas


2 % 21,06 21,22 24,88 27,44 30,00
terhadap PDB
9
Indikator Pembangunan
NO Satuan 2014 2015 2020 2025 2035
Industri
Share ekspor produk industri
3 % 62,86 66,26 69,85 73,46 78,39
terhadap total ekspor
Jumlah tenaga kerja di sektor Juta
4 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19
industri orang
Rasio impor bahan baku
5 sektor industri terhadap PDB % 43,52 43,08 26,98 23,00 20,00
sektor industri non migas
Rp
6 Nilai Investasi sektor industri 210 270 510 1.000 1.930
Trilyun
a. Investasi di P Jawa
terhadap total investasi % 72 69 62 55 40
sektor industri
b. Investasi di luar P Jawa
terhadap total investasi % 28 31 38 45 60
sektor industri
Persentase nilai tambah
7 sektor industri yang % 29,00 30,00 32,00 35,00 40,00
diciptakan di luar Pulau Jawa

B. Strategi Pembangunan Industri

Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan industri


nasional adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya
alam
2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi
3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri.
4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah
Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan
Sentra Industri Kecil dan Menengah.
5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan
kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian
fasilitas
6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri
7. Pembangunan industri hijau
8. Pembangunan industri strategis
9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
10. Kerjasama internasional bidang industri

C. Pentahapan Pembangunan Industri

10
Pentahapan pembangunan industri prioritas dilakukan dalam jangka
menengah (sesuai periode perencanaan pemerintah) dan jangka panjang
(sesuai dengan periode berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perindustrian). Sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan dan arah rencana
pembangunan industri nasional diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap I (2015-2020)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan untuk "meningkatkan nilai tambah sumber daya alam
pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti
dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara
selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang
industri, serta meningkatkan penguasaan teknologi."

2. Tahap II (2020-2025)
Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan untuk "mencapai keunggulan kompetitif dan
berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan
penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas."

3. Tahap III (2025-2035)


Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini
dimaksudkan untuk "menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri
Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan
dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi
dan teknologi."

Tahapan pembangunan industri secara ringkas dapat digambarkan


sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional.

11
IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL

Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri


pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut
memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya
manusia, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. Pembangunan industri di
masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan
infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh
kebijakan dan regulasi yang efektif.

A. Karakteristik Industri Nasional Di Masa Depan

Industri Nasional pada tahun 2035 memiliki karakteristik sebagai


berikut:
1. Industri Manufaktur Kelas Dunia (World Class Manufacturing), yang
memiliki basis industri yang kuat dengan kondisi:
a. Tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan
berbasis sumber daya nasional;
b. Terbangunnya modal dasar dan prasyarat pembangunan
industri;
c. Terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional.
2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime
mover) perekonomian dengan ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub
sektor industri dan dengan berbagai sektor ekonomi lainnya;
b. Memiliki kandungan lokal yang tinggi;
c. Menguasai pasar domestik;
d. Memiliki produk unggulan industri masa depan;
e. Dapat tumbuh secara berkelanjutan;
f. Mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak
perekonomian dunia.
3. Sinergitas yang kuat antara industri kecil, menengah, dan besar yang
menjalankan perannya sebagai sebuah rantai pasok (supply chain).
Sinergitas tersebut harus dibangun melalui hubungan yang saling
menguntungkan dan saling membutuhkan antar skala usaha sektor
industri secara nasional.
4. Pentingnya peran dan kontribusi industri manufaktur terhadap
Ekonomi Nasional sebagai tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja,
penciptaan nilai tambah, penguasaan pasar domestik, pendukung
pembangunan berkelanjutan, serta menghasilkan devisa.
12
B. Kerangka Pikir Pembangunan Industri Nasional

Bangun Industri Nasional berisikan industri-industri prioritas yang


terdiri dari industri andalan yang diinginkan di masa depan, industri
pendukung dan industri hulu yang perlu dikembangkan. Bangun
Industri Nasional juga memerlukan modal dasar berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia, serta teknologi inovasi dan kreativitas.
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan industri nasional juga
dibutuhkan prasyarat berupa infrastruktur yang memadai, kebijakan
dan regulasi yang kondusif, serta tersedianya dukungan dan akses
pembiayaan.
Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup:
1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang akan berperan besar
sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang
akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam
sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut
memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan sumber daya
manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang akan berperan
sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri
andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.
3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis
industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat
disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk
industri hilirnya.
4. Modal Dasar, yaitu faktor-faktor sumber daya yang digunakan
dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam
penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi. Modal dasar yang
diperlukan dan digunakan dalam kegiatan industri adalah:
a. Sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara
efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan
baku maupun sumber energi bagi kegiatan industri;
b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja
(pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang sesuai di bidang
industri;
c. Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi
industri, kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi,

13
produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian sektor
industri nasional.
5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar
tujuan pembangunan industri dapat tercapai. Prasyarat yang
dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan, pendukung dan
hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan
datang adalah:
a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan
industri dan/atau di dalam kawasan peruntukan Industri;
b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha
yang kondusif bagi sektor industri;
c. Penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang
kompetitif untuk pembangunan industri nasional.

C. Penetapan Industri Prioritas

Penetapan industri prioritas dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. Kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri


diantaranya adalah:
a. peningkatan kemandirian ekonomi dan mengurangi
ketergantungan ekonomi dari negara lain;
b. keamanan, kesatuan, dan konektivitas wilayah Indonesia secara
strategis; dan
c. persebaran kegiatan ekonomi dan industri secara lebih merata ke
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi yang dihadapi
diantaranya adalah:
a. penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja
melalui penciptaan lapangan kerja produktif; dan
b. struktur industri yang lemah yang ditandai dengan kurangnya
keterkaitan antara satu sektor industri dengan industri lainnya,
tingginya kandungan impor bahan baku dan komponen, dan
lemahnya daya saing di pasar global.
3. Keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju
dilakukan melalui peningkatan produktivitas yang dapat dicapai
melalui pemanfaatan teknologi yang sesuai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirumuskan kriteria
penentuan industri prioritas sebagai berikut :

14
1. Kriteria secara kuantitatif terdiri dari :
a. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor, atau
memiliki potensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri;
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja,
atau berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja
produktif;
c. Memiliki daya saing internasional, atau memiliki potensi untuk
tumbuh dan bersaing di pasar global;
d. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri,
atau memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian;
e. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri.
f. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan
teknologi.

2. Kriteria secara kualitatif terdiri dari:


a. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional;
b. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi;
c. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
Indikator untuk kriteria kuantitatif tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Indikator Kriteria Pemilihan Industri Prioritas

No. Kriteria Indikator Kuantitatif


1 Memenuhi kebutuhan dalam 1. Pertumbuhan nilai impor
negeri dan substitusi impor 2. Pertumbuhan volume impor
3. Rasio impor terhadap total
perdagangan
4. Pertumbuhan output
5. Proporsi bahan baku impor
2 Meningkatkan kuantitas dan 1. Tenaga kerja per perusahaan
kualitas penyerapan tenaga 2. Peran dalam penyerapan tenaga kerja
kerja 3. Intensitas penggunaan tenaga kerja
4. Output per tenaga kerja
5. Nilai tambah per tenaga kerja
6. Balas jasa tenaga kerja
3 Memiliki daya saing 1. Pertumbuhan ekspor
internasional 2. Regional Competitive Advantage (RCA)
3. Acceleration ratio (AR)
4. Share ekspor terhadap total ekspor
dunia
4 Memiliki nilai tambah yang 1. Pertumbuhan nilai tambah
berkelanjutan di dalam 2. Pertumbuhan pasar dunia
negeri (pertumbuhan total impor dunia)
3. Persentase nilai tambah dari FDI
15
No. Kriteria Indikator Kuantitatif
4. Tingkat penggunaan bahan baku
impor
5 Memperkuat, memperdalam 1. Forward linkage
dan menyehatkan struktur 2. Backward linkage
industri 3. Nilai tambah per output
4. Persentase skala industri besar
5. Concentration Ratio (CR4)
6. Proporsi bahan baku impor
7. Rata-rata nilai tambah per
perusahaan
6 Memiliki keunggulan -
komparatif, penguasaan
bahan baku, dan teknologi

Berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantatif tersebut, ditentukan 10


industri prioritas yang dikelompokkan kedalam industri andalan,
industri pendukung dan industri hulu sebagai berikut :

1. Industri Pangan
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat
Kesehatan
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Andalan
4. Industri Alat Transportasi
5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT)
6. Industri Pembangkit Energi
7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Industri
Penolong Pendukung
8. Industri Hulu Agro
9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian
Industri Hulu
Bukan Logam
10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)

D. Bangun Industri Nasional

Berdasarkan penetapan industri prioritas tersebut, maka ditetapkan


Bangun Industri Nasional sebagaimana tercantum pada Gambar 2.

16
VISI dan MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

IndustriAndalan
Industri Pangan

Industri Industri Farmasi, Industri Tekstil, Industri Alat Industri Industri


Pangan Kosmetik dan Kulit, Alas Kaki Transportasi Elektronika dan Pembangkit
Alat Kesehatan dan Aneka Telematika (ICT) Energi

Industri Pendukung

Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong

Industri Hulu

Industri Hulu Agro Industri Hulu Industri Hulu Migas dan


Mineral Tambang Batubara

Modal Dasar

Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia Teknologi, Inovasi dan Kreativitas

Prasyarat
Infrastruktur Kebijakan dan Regulasi Pembiayaan

Gambar 2. Bangun Industri Nasional

E. Pentahapan Pembangunan Industri Prioritas

Berdasarkan pentahapan pembangunan industri dan penetapan


industri prioritas ditetapkan tahapan pembangunan industri prioritas
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis industri dalam tahapan pembangunan industri prioritas.

Industri Jenis Industri


No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
1. INDUSTRI Industri Pengolahan Ikan
PANGAN Ikan awet, aneka Minyak omega-3, Pangan fungsional
olahan ikan, pangan fungsional dan suplemen,
rumput laut dan berbasis limbah pure carrageenan.
hasil laut industri hasil laut

Industri Pengolahan Susu


Susu bubuk, susu Susu formula, Pangan
cair (kental manis, aneka keju, fungsional, pro &
pasteurisasi, UHT), mentega, prebiotic, susu
yogurt, keju, probiotic, pangan formula khusus
mentega, ice fungsional.
cream,
confectionary

17
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Industri Pengolahan Minyak Nabati
Minyak goreng Minyak sawit Fortified cooking
(kelapa, kelapa merah (kaya beta oil, pangan
sawit), VCO, karoten), tepung fungsional
tepung kepala santan.
kering, santan pangan fungsional
dalam kemasan

Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran


Manisan Buah/sayuran Mixed
buah/sayuran, dalam kaleng, fruit/vegetable
Buah/sayuran fruit/vegetable layer, pangan
dalam kaleng, sari, layer, pangan fungsional,
tepung, kripik dan fungsional suplemen
dodol berbasis limbah
buah/sayuran industri
pengolahan buah

Industri Minuman
Minuman ringan, Minuman Minuman energi
AMDK kesehatan

IndustriTepung
Tapioka, pati Tepung gandum Granulated
lainnya (jagung, tropika, pati dari composit flour.
sorghum, sagu), biomasa limbah
mocaf, tepung pertanian, pangan
kedele, gula cair darurat
(glokusa, maltosa,
fruktosa)

Industri Gula BerbasisTebu


Gula pasir, gula Gula pasir, serta Asam organik
cair, makanan, MSG dan asam
minuman. organik dari
limbah industri
gula.

18
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Industri Bahan Penyegar
1. Bubuk coklat, 1. Makanan dan 1. Suplemen
lemak coklat, minuman dari berbasis kakao
makanan dan coklat, pangan 2. Suplemen
minuman dari fungsional berbasis kopi
coklat, ice cream 2. Aneka pangan 3. High value tea,
2. Kopi bubuk, olahan suplemen
kopi instan, kopi berbasis kopi berbasis teh
dekafeinasi, kopi organik,
mix, minuman pangan
kopi dalam fungsional
kemasan 3. Aneka olahan
3. Teh bubuk, teh teh, teh herbal,
celup, minuman high value tea,
teh dalam pangan
kemasan (Ready fungsional
to drink/RTD)

2. INDUSTRI
2 Industri Farmasi dan Kosmetik
FARMASI, 1. Sediaan herbal 1. Amoxicillin, 1. Sediaan herbal
KOSMETIK DAN 2. Garam industri 2. Golongan 2. Amoxicillin,
ALAT dan farmasi, Cefalosporin, 3. Azitrimycin,
KESEHATAN 3. Parasetamol, 3. Atorvastatin, 4. Vitamin B12,
4. Stevioside 4. Amlodipine, 5. Omeprazol,
(pemanis 5. Glimepiride, 6. Cardiovascular
buatan), 6. Lanzoprazole (mabendazole),
5. Vitamin C, 7. Radio farmasi 7. Insulin,
6. Glukosa 8. Produk 8. Radio farmasi,
(Pharmaceutical Kosmetik 9. Produk
grade for Kosmetik
infusion),
7. Beta-carotene
(Vitamin A)
8. Produk Kosmetik

Industri Alat Uji dan Kedokteran


Peralatan bio- Peralatan bio- Peralatan bio-
medika mekanis medika medika
mekatronika mekatronika

19
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
3. INDUSTRI Industri Tekstil
TEKSTIL, 1. Serat tekstil 1. Serat tekstil 1. Serat tekstil
KULIT, ALAS (Serat poliester, (Serat Nilon, (Serat Nilon,
KAKI DAN Serat Akrilik) Rayon) serat poliester,
ANEKA 2. Garmen 2. Tekstil Serat Akrilik
3. Tekstil Khusus: Khusus: dan rayon)
Otomotive Medical textile, 2. Tekstil Khusus:
textile, Medical Geotextile, Geotextile,
textile, dan Construction Construction
Industrial textile textile, dan textile, Ecotech
Ecotech textile textile, dan
Protective textile

Industri Kulit dan Alas Kaki


1. Alas kaki 1. Alas kaki 1. Produk kulit
2. Produk kulit 2. Produk kulit khusus
khusus khusus 2. Kulit sintetis
3. Kulit sintetis 3. Kulit sintetis

Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu


Kerajinan, ukir- High tech High value
ukiran dari kayu, furniture kayu kerajinan dan
Furniture kayu dan rotan furniture.
dan rotan bersertifikat
industri hijau,
kerajinan dengan
bahan baku
limbah industri
pengolahan kayu

Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet


1. Plastik : Barang- 1. Plastik : 1. Plastik :
barang plastik, Barang-barang Barang-barang
Produk plastik plastik, Produk plastik, Produk
rumah tangga, plastik rumah plastik rumah
2. barang dari tangga (high tangga (high
karet untuk quality), quality)
keperluan 2. barang dari 2. barang dari
rumah tangga karet untuk karet untuk
3. Kulit sintetis keperluan keperluan
rumah tangga rumah tangga
(high quality) (high quality)
3. Kulit sintetis 3. Kulit sintetis

20
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
4. INDUSTRI ALAT Industri Kendaraan Bermotor
TRANSPORTASI 1. Komponen Penggerak mula Penggerak mula
otomotif listrik dan fuel cell listrik dan fuel cell
2. Penggerak mula
BBM/gas dan
Listrik
3. Alat berat

Industri Kereta Api


Kereta diesel dan Kereta listrik dan Kereta listrik dan
listrik maglev maglev
Industri Kapal
Kapal laut Kapal laut dan Kapal laut dan
kapal selam kapal selam

Industri Pesawat Terbang


Pesawat terbang 1. Pesawat 1. Pesawat
terbang terbang
2. Roket peluncur 2. Roket peluncur

5. INDUSTRI Industri Elektronika


ELEKTRONIKA 1. Smart home Komponen 1. Komponen
DAN appliances elektronika tanpa elektronika
TELEMATIKA 2. Komponen komponen 2. Fabrikasi
(ICT) elektronika fabrikasi (fabless) (foundry)
tanpa komponen semiconductor
fabrikasi volume kecil
(fabless)

Industri Komputer
Komputer

Industri Peralatan Komunikasi


1. Transmisi Transmisi Transmisi
telekomunikasi telekomunikasi telekomunikasi
2. Mobile phone (radar dan satelit) (satelit)

6. INDUSTRI Industri Alat Kelistrikan


PEMBANGKIT 1. Motor/generator 1. Motor/generator 1. Motor/generator
ENERGI listrik listrik listrik
2. Baterai 2. Baterai 2. Baterai
3. Solar cell 3. Solar cell 3. Solar cell
4. Pembangkit 4. Pembangkit
Listrik Tenaga Listrik Tenaga
Nuklir Nuklir

21
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
7. INDUSTRI Industri Mesin dan Perlengkapan
BARANG
1. Mesin CNC 1. Industrial tools 1. CNC controller
MODAL,
2. Industrial tools 2. CNC controller 2. Flexible
KOMPONEN,
3. Otomasi proses 3. Flexible Machining
DAN BAHAN
produksi untuk Machining center
PENOLONG
elektronika dan center 3. Otomasi proses
pengolahan 4. Otomasi proses produksi untuk
pangan produksi elektronika dan
untuk pengolahan
elektronika pangan
dan
pengolahan
pangan

Industri Komponen
1. Packaging (basis 1. Packaging 1. Packaging high
karton dan high quality quality (basis
plastik), (basis karton karton dan
2. Pengolahan dan plastik), plastik),
karet dan 2. Barang- 2. Plastik dan
barang dari barang karet karet
karet : Ban dan plastik engineering,
pnumatic, Ban engineering Produk plastik
luar dan ban 3. Zat Additive, dan karet
dalam, 4. Zat pewarna untuk
3. Zat Additive, tekstil (Dye kesehatan,
4. Zat pewarna stuff), elektrik,
tekstil (Dye elektronik dan
stuff), permesinan,
Produk plastik
dan karet
advance
material’
3. Zat Additive,
4. zat pewarna
tekstil (Dye
stuff)

Industri Bahan Penolong


1. Katalis 1. Katalis 1. katalis
2. Solvent 2. solvent 2. solvent

22
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
8. INDUSTRI
1 Industri Oleofood
HULU AGRO Minyak nabati Specialty fats Specialty fats
kasar (CPO, PKO, (coco butter aditif/penolong
CNO), olein, substitute, pengolahan
stearin, gliserol, shortening, pangan
PFID, coco butter margarine), dan
susbtitute, tocopherol,
margarin, betacaroten, asam
shortening, other organik dan
specialty fats. alkohol dari
limbah PKS,
arang aktif, serat
nabati.
Industri Oleokimia
Fatty acids, fatty Fatty acids, fatty Fatty acids, fatty
alcohols, fatty alcohols, fatty alcohols, fatty
amine, methyl ester amine, methyl amines, methyl
sulfonat esters dan esters, dan
(biosurfactant), bioplastic (PHB, polymers turunan
biolube (rolling oils), PHV, polylactate) minyak sawit.
glycerine based berbasis limbah
chemicals PKS, arang aktif
dan serat nabati.

Industri Kemurgi
Biodiesel (Fatty Biodiesel, Biodiesel (Fatty
Acid Methyl Ester/ Bioethanol, Acid Methyl
FAME), Bioavtur Bioavtur (Bio jet EsteME), Bioavtur
(Bio jet fuel). fuel), Biogas dari (Bio jet fuel).
POME
Biomaterial untuk Nano-cellulose
peralatan medis, derivatives, bio-
aromatic building based fiber &
blocks berbasis polymers (carbon
lignin untuk fiber, vicous), new
sintesis generation of
obat/farmasi, biobased composit.
Bioetanol Secondary biofuel
berbahan baku (bioetanol
lignoselulosa dan Bioetanol
limbah biomasa (berbahan baku
lignoselulosa),
secondary biofuel
(biomass
pyrolysis-
gasification)
23
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Industri Pakan
Ransum pakan Ransum pakan Ransum dan
ternak/ ikan/ berbasis limbah suplemen pakan
udang agro industri

Industri Barang dari Kayu


Komponen Serat bambu Komponen
berbasis kayu untuk tekstil, berbasis kayu
(wood working: MDF (Medium- (wood working)
kusen, daun pintu, density dan limbah
jendela, floring, fibreboard), wood industri kayu
laminated & finger composite, arang
joint, dll.), kayu bricket, dan
lapis. aneka produk
berbasis limbah
industri kayu

Industri Pulp dan Kertas


Pulp (long fiber, Pulp dan aneka Pulp dan aneka
short fiber), kertas barang kertas barang kertas.
budaya, kertas diproduksi secara
berharga, kertas ramah
tissue, kertas lingkungan.
khusus, kertas
bergelombang,
papan kertas,
kertas lainnya.

9. INDUSTRI
Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar
LOGAM DASAR
DAN BAHAN 1. Iron ore pellet 1. Sponge iron 1. Pig iron dan
GALIAN BUKAN 2. Crude Steel 2. Slab, Billet, besi cor
LOGAM 3. Nickel Pig Iron Bloom 2. Seamless pipe,
4. Ferronickel 3. Paduan besi profile bar, wire
5. Paduan besi (ferro alloy) 3. Paduan besi
(ferro alloy) 4. Baja tahan (ferro alloy)
6. Baja tahan karat long 4. Baja tahan
karat (stainless product karat dekoratif
steel) 5. Baja untuk 5. Baja untuk
keperluan keperluan
khusus (special khusus (special
steel) steel)

24
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Industri pengolahan dan pemurnian Logam dasar bukan
besi
1. Alumina 1. Alumina dan 1. Alumunium
2. Nickel matte alumunium dan alumunium
3. Tembaga katoda 2. Mixed alloy
Hydroxide 2. Nickel
Precipitate Electrolytic,
(MHP), Mixed Nickel Sulfate,
Sulfide Nickel Chloride
Precipitate 3. Kawat tembaga
(MSP), dan electronic
3. Paduan component
tembaga
(copper alloy)

Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan


bakar nuklir
1. Logam mulia 1. Logam mulia 1. Logam mulia
2. Konsentrat untuk dekorasi untuk
logam tanah dan perhiasan komponen
jarang 2. Logam tanah elektronik
jarang 2. Logam tanah
jarang untuk
komponen
elektronik
3. Logam tanah
Bahan bakar
nuklir

Industri bahan galian non logam


1. Semen 1. Keramik 1. Keramik maju
2. Keramik 2. Kaca/gelas (advanced
3. Kaca/gelas ceramic)
2. Kaca/gelas
dekorasi/
kualitas tinggi
10. INDUSTRI Industri Petrokimia Hulu
KIMIA DASAR Etilena, Propilena, Asam formiat, Etilena, Propilena,
(HULU DAN Butadiene, O-Xylena, Butadiene,
ANTARA) P-xylena, Metanol, Benzena, Toluena, P-Xylena, Metanol,
Ammonia, Ammonia,
Benzena, Toluena,
Asam formiat
(Peningkatan
kapasitas dan
kualitas)

25
Industri Jenis Industri
No
Prioritas 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Industri Kimia Organik
Carbon black, Kaprolaktam, Kaprolaktam,
Asam Tereftalat, Cumene, Propilen Carbon black,
Asam Asetat, Glikol, Etilen Metil Metakrilat,
Akrilonitril, Bis Glikol, Fenol, Asam Tereftalat,
Fenol A Asam Fumarat, Asam Asetat
Ptalic Anhidrat (Peningkatan
kapasitas dan
kualitas)

Industri Pupuk
pupuk tunggal pupuk tunggal pupuk tunggal
(basis nitrogen), (basis fosfat), (basis nitrogen),
pupuk majemuk pupuk tunggal pupuk tunggal
(basis kalium), (basis fosfat),
pupuk majemuk pupuk tunggal
(basis kalium),
pupuk majemuk

Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik


LDPE, HDPE, PP, Metil Metakrilat, LDPE, HDPE, PP,
Nilon, PET, Akrilik Polikarbonat, Nilon, PET, Akrilik
Polivinil Alkohol (Peningkatan
kapasitas dan
pembangunan
pabrik baru)
Industri Karet Alam dan Sintetik
BR, SBR, IR, ABR, EPDM, BR, SBR, IR, ABR,
engineering natural engineering EPDM, engineering
rubber compound natural rubber natural rubber
compound compound
(Peningkatan
kapasitas)
Industri Barang Kimia Lainnya
1. Propelan, 1. Propelan, 1. Propelan,
2. Bahan peledak, 2. Bahan peledak,

F. Rencana Pembangunan Industri Prioritas

Untuk mewujudkan bangun industri nasional yang dilaksanakan


melalui pentahapan pengembangan industri prioritas, disusun rencana
pembangunan industri prioritas sebagai berikut:

26
1. Industri Pangan
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035

1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 194 335 1.945

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 306 416 943


3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 40 74 462

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Menjamin ketersediaan bahan 1. Memantapkan zonasi/
baku (kualitas, kuantitas dan kawasan industri industri
kontinuitas) melalui koordinasi pangan
dengan instansi terkait dan 2. Meningkatkan kualifikasi,
kemitraan serta integrasi antara kapasitas dan kemampuan
sisi hulu dan sisi hilir didukung laboratorium uji mutu
oleh infrastruktur yang produk pangan
memadai. 3. Meningkatkan kemampuan
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan inovasi dan penguasaan
berkompeten di bidang industri teknologi proses/rekayasa
pangan melalui diklat industri produk industri pangan
dan pendampingan melalui sinergi kegiatan
3. Meningkatkan kemampuan litbang dan diklat industri
penguasaan dan pengembangan pangan
inovasi teknologi industri 4. Memantapkan kebijakan
pangan melalui penelitian dan terkait infrastruktur dan
pengembangan yang terintegrasi pembiayaan industri
4. Meningkatkan efisiensi proses meliputi akses lahan, sarana
pengolahan dan penjaminan logistik, ketersediaan utilitas
mutu produk melalui penerapan dan energi untuk
GHP, GMP dan HACCP, meningkatkan daya saing
sertifikasi SNI dan halal, serta industri pangan nasional
bantuan mesin/peralatan 5. Meningkatkan nilai tambah
pengolahan produk pangan dan limbah industri pangan dan
peningkatan kapasitas penerapan sistem produksi
laboratorium uji mutu; bersih (reduce, reuse,
5. Mengkoordinasikan recycle) berbasis inovasi dan
pengembangan sistem logistik teknologi ramah lingkungan
untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan distribusi produk
pangan.
6. Memfasilitasi pembebasan PPN
atas proses pengolahan pangan
dengan nilai tambah kecil.
7. Menfasilitasi akses terhadap
pembiayaan yang kompetitif
bagi industri pangan skala kecil
dan menengah.
8. Meningkatkan kerjasama

27
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
industri internasional untuk
alih teknologi, peningkatan
investasi dan penguasaan pasar
ekspor.
9. Promosi dan perluasan pasar
produk industri pangan di
dalam dan luar negeri.

28
2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 36 73 626
2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 850 1.050 1.556

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 2 5 44

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
Industri Farmasi dan Kosmetik Industri Farmasi dan Kosmetik
1. Meningkatkan penguasaan 1. Mengembangkan teknologi
teknologi proses dan rekayasa nasional untuk memproduksi
produk industri farmasi dan bahan farmasi dan kosmetik.
kosmetik melalui penelitian dan 2. Memfasilitasi pembangunan
pengembangan yang terintegrasi Industri Farmasi dan Kosmetik
2. Memfasilitasi pembangunan skala besar dengan orientasi
industri bahan baku farmasi dan ekspor
kosmetik untuk substitusi impor.
3. Mendorong peningkatan
penggunaan produk dalam
negeri, termasuk meningkatkan
keterkaitan antara industri besar
dan industri kecil dan menengah.
4. Memperkuat infrastruktur dalam
rangka pemberlakuan SNI wajib
bagi industri farmasi
5. Pengembangan sektor petrokimia
hulu untuk mengurangi
ketergantungan bahan baku
Industri Alat Kesehatan Industri Alat Kesehatan
1. Pengembangan kebijakan yang 1. Pengembangan lanjut untuk
mengkaitkan industri alat penguatan kemampuan,
kesehatan masal dengan kualitas, dan efiseinsi industri
pembiayaan layanan kesehatan alat kesehatan;
sebagai bentuk subsidi silang; 2. Pengembangan teknologi dan
2. Pengembangan kebijakan SDM untuk perancangan
penggunaan produk alat aplikasi produk alat kesehatan
kesehatan produk dalam negeri dan bionik (organ buatan) yang
pada fasilitas dan layanan menggabungkan aspek
kesehatan yang didanai APBN; kesehatan, biologi, material,
3. Fasilitasi promosi penggunaan kognitif, dan mikro/nano
alat kesehatan buatan dalam elektronika;
negeri termasuk pelatihan dan 3. Pengembangan center of
jaminan suku excellent yang mencakup
cadang/pemeliharaan; litbang dan produksi alat
4. Pengembangan road map industri kesehatan dasar masal untuk
alat kesehatan dan teknologi keperluan dalam negeri;
terkait secara terintegrasi 4. Pengembangan lanjut untuk

29
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
termasuk komponen, bahan standardisasi dan dukungan
baku, dan bahan penolong; Hak atas kekayaan intelektual
5. Pendirian center of excellent yang atas produk alat kesehatan di
mencakup litbang dan produksi dalam negeri;
alat kesehatan dasar masal 5. Pengembangan lanjut untuk
untuk keperluan dalam negeri; penguatan IKM modern
6. Pengembangan SDM dengan penghasil komponen alat
kompetensi tinggi pada design kesehatan
engineering produk alat
kesehatan, termasuk pengukuran
dan pengujian;
7. Fasilitasi pembiyaan untuk
peningkatan kapasitas industri
alat kesehatan dasar masal
melalui revitalisasi pemesinan
dan alat pengukuran;
8. Pengembangan Standardisasi
dan dukungan Hak atas
kekayaan intelektual atas produk
alat kesehatan di dalam negeri;
9. Pengembangan dan penguatan
IKM modern penghasil komponen
alat kesehatan melalui bantuan
teknis dan peralatan uji.

30
3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan Aneka
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 125 210 1.080

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 4.191 4.731 6.137

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 19 34 124

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
Industri Tekstil Industri Tekstil
1. Pendirian pabrik serat sintetik 1. Melanjutkan pemberian
yang berorientasi pasar insentif bagi investor industri
domestik; tekstil khusus berteknologi
2. Pengembangan industri pewarna tinggi;
tekstil dan aksesoris; 2. Peningkatan kualitas produk
3. Perumusan kebijakan serat sintetik dari sumber
Pemerintah untuk industri bahan baku terbarukan
garmen agar dipersyaratkan untuk mendukung industri
menggunakan kain dalam negeri tekstil khusus;
secara bertahap; 3. Peningkatan kualitas produk
4. Pengembangan kompetensi kerja industri pewarna tekstil dan
SDM industri tekstil sesuai aksesoris berbasis bahan
Standar Kompetensi Kerja baku dalam negeri;
Nasional Indonesia (SKKNI) 4. Mempersiapkan sektor
5. Penguatan tempat uji industri pulp kayu agar
kompetensi (TUK) dan lembaga dapat memproduksi
sertifikasi SDM industri tekstil; dissolving pulp untuk
6. Peningkatan kemampuan, memenuhi kebutuhan bahan
kualitas & efisiensi industri TPT baku industri rayon
termasuk IKM melalui pelatihan (substitusi impor);
desain dan teknologi proses 5. Pengembangan produk serat
termasuk untuk mewujudkan khusus (high tenacity, micro
industri hijau; fiber dan lain-lain);
7. Pendirian pusat desain dan 6. Diversifikasi produk benang
pusat inovasi teknologi untuk untuk benang-benang
meningkatkan daya saing khusus;
industri tekstil; 7. Pengembangan lanjut pusat
8. Melanjutkan Program desain dan pusat inovasi
Restrukturisasi Mesin/Peralatan teknologi untuk
ITPT untuk meningkatkan meningkatkan daya saing
kualitas dan efisiensi; industri tekstil;
9. Pemberian insentif bagi investor 8. Pengembangan lanjut
industri tekstil khusus standardisasi & perlindungan
berteknologi tinggi; terhadap Hak atas kekayaan
10. Harmonisasi sistem perpajakan intelektual design produk
antara pajak keluaran dan pajak tekstil;
masukan dikaitkan dengan 9. Peningkatan kemampuan,

31
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
jangka waktu restitusi; kualitas & efisiensi industri
11. Pengembangan kebijakan sistem TPT termasuk IKM melalui
agunan mesin tekstil untuk pelatihan desain dan
pembiayaan industri; teknologi proses termasuk
12. Pengembangan kebijakan untuk mewujudkan industri
pengamanan industri dalam hijau;
negeri melalui safeguards dan
tindakan pengamanan lainnya;
13. Pengembangan standardisasi &
perlindungan terhadap Hak atas
kekayaan intelektual design
produk tekstil;
14. Peningkatan peran asosiasi
untuk memperkuat kolaborasi
antar pelaku industri sepanjang
rantai pasok industri tekstil dan
produk tekstil.
Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Kulit dan Alas Kaki
1. Pengembangan industri bahan 1. Pengembangan kemampuan
baku kulit sintetis dalam negeri; industri alas kaki dalam
2. Standarisasi bahan baku untuk negeri agar menjadi merek
industri kulit dan alas kaki kelas dunia;
untuk mencegah barang impor 2. Pengembangan bahan baku
berkualitas rendah; dari alam dan sintetis yang
3. Pemetaan potensi industri kulit berkualitas tinggi;
dan alas kaki nasional; 3. Peningkatan kemampuan
4. Penguatan sentra IKM melalui produksi industri kulit
penguatan kelembagaan dan khusus untuk penggunaan di
teknologi; industri;
5. Peningkatan kemampuan 4. Standarisasi bahan baku
(terutama ergonomical design) untuk industri kulit dan alas
industri alas kaki yang telah kaki untuk mencegah barang
memiliki pangsa pasar tinggi impor berkualitas rendah;
untuk bersaing secara global; 5. Penguatan sentra IKM
6. Perlindungan hak atas kekayaan melalui penguatan
intelektual design produk alas kelembagaan dan teknologi;
kaki yang dihasilkan di dalam 6. Peningkatan kemampuan
negeri; (terutama ergonomical design)
7. Peningkatan promosi industri industri alas kaki untuk
alas kaki customized secara perluasan pasar global;
ekslusif pada forum resmi 7. Perlindungan hak atas
nasional dan internasional untuk kekayaan intelektual design
memunculkan industri kelas produk alas kaki yang
dunia; dihasilkan di dalam negeri;
8. Peninjauan kebijakan ekspor 8. Pengembangan lanjut
bahan baku kulit mentah (wet teknologi pengolahan limbah
blue); penyamakan kulit;
9. Koordinasi dengan sektor 9. Pengembangan lanjut pusat
peternakan untuk mengatasi desain dan pusat inovasi
hambatan kualitas bahan baku teknologi untuk meningkatkan
terkait persyaratan kesehatan daya saing industri kulit dan
hewan; alas kaki.

32
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
10. Pengembangan teknologi
pengolahan limbah penyamakan
kulit;
11. Penyebaran industri kulit dan
alas kaki dengan memperhatikan
potensi sumber daya wilayah
termasuk kewajiban pemenuhan
UMR;
12. Pendirian pusat desain dan pusat
inovasi teknologi untuk
meningkatkan daya saing
industri kulit dan alas kaki;
13. Melanjutkan Program
Restrukturisasi Mesin/Peralatan
IAK dan IPK untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi;
14. Harmonisasi sistem perpajakan
antara pajak keluaran dan pajak
masukan dikaitkan dengan
jangka waktu restitusi;
15. Peningkatan kemampuan
penelitian dan pengembangan
industri kulit khusus untuk
penggunaan di sektor industri
lainnya.
Industri Furnitur dan Barang Industri Furnitur dan Barang
Lainnya Dari Kayu Lainnya Dari Kayu
1. Melakukan pendampingan dan 1. Menjamin ketersediaan
mentoring terhadap IKM dalam pasokan bahan baku (kayu
rangka mendapatkan sertifikat dan rotan) melalui
legalitas kayu (SVLK) pengembangan sistem rantai
2. Menjamin ketersediaan bahan pasok yang ramah
baku (kualitas, kuantitas dan lingkungan, didukung
kontinuitas) melalui koordinasi dengan infrastruktur
dengan instansi terkait dan (transportasi dan pelabuhan)
kemitraan serta integrasi antara yang memadai.
sisi hulu dan sisi hilir. 2. Meningkatkan kegiatan
3. Meningkatkan kemampuan SDM penelitian dan
dalam penguasaan teknik pengembangan disain
produksi dan desain untuk produk furniture, didukung
meningkatkan daya saing dan dengan advokasi dan
kualitas produk regulasi terkait perlindungan
4. Pembangunan pendidikan HKI (paten, hak cipta)
kejuruan dan vokasi bidang 3. Meningkatkan ketrampilan
pengolahan kayu, rotan dan dan kreatifitas SDM dalam
furniture. memproduksi kerajinan
5. Penerapan teknologi pemanfaatan kayu/rotan
bahan baku alternatif dari (kayu 4. Mengembangkan
sawit, kayu karet, dsb) standarisasi kualitas produk
6. Fasilitas akses terhadap sumber dan fasilitasi untuk
pembiayaan yang kompetitif peningkatan daya saing
untuk meningkatkan kinerja industri furniture.

33
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
ekspor furnitur
7. Meningkatkan promosi dan
perluasan pasar guna mendorong
tumbuhnya industri furniture
rotan dalam negeri
Industri Plastik, Pengolahan Karet Industri Plastik, Pengolahan
dan barang dari karet Karet dan barang dari karet
1. Memfasilitasi pengembangan 1. Mengembangkan teknologi
industri plastik, pengolahan karet nasional untuk
dan barang dari karet untuk memproduksi bahan dasar
produk kebutuhan rumah tangga. plastik dan karet.
2. Memfasilitasi penelitian dan 2. Memperkuat industri
pengembangan terintegrasi pembuat kompon plastik dan
sebagai upaya penguasaan karet.
teknologi proses dan rekayasa 3. Memperkuat kemampuan
produk industri plastik, nasional untuk
pengolahan karet dan barang dari memproduksi mesin dan
karet peralatan produksi dari
3. Mendorong peningkatan industri plastik dan karet
penggunaan produk dalam negeri, hilir.
termasuk meningkatkan 4. Pembangunan Industri
keterkaitan antara industri besar Plastik, Pengolahan Karet
dan industri kecil dan menengah. dan barang dari karet skala
4. Memperkuat infrastruktur dalam besar dengan orientasi
rangka pemberlakuan SNI wajib ekspor.
5. Pengembangan sektor plastik
hulu untuk mengurangi
ketergantungan bahan baku
6. Peningkatan kompetensi SDM.

34
4. Industri Alat Transportasi
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 195 326 1.729

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 507 853 1.683

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 30 59 314

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Pengembangan road map 1. Penguatan sub sektor
industri alat tarnsportasi secara industri pemesinan melalui
komprehensif yang bersifat modernisasi mesin dan
antar moda dengan peralatan presisi pada
memperhatikan kapasitas, industri perkapalan, kereta
kualitas, teknologi, dan api, pesawat terbang, dan
karakteristik kebutuhan roket peluncur ;
transportasi/ konektivitas di 2. Penelitian dan
dalam negeri, serta kaitannya pengembangan material maju
dengan jaringan transportasi (komposit, keramik, plastik,
global yang memperhatikan karet dan propelan) dengan
posisi geostrategis Indonesia; spesifikasi yang sesuai bagi
2. Penguatan sub sektor industri industri alat transportasi ;
pemesinan melalui revitalisasi 3. Pengembangan pasar
mesin dan peralatan presisi domestik melalui
pada industri perkapalan, pengembangan infrastruktur
kereta api dan pesawat terbang; prasarana transportasi yang
3. Penyediaan bahan baja dan non terintegrasi dengan
baja serta paduannya, dan pengembangan perwilayahan
bahan pendukung (komposit, industri
keramik plastik dan karet) yang 4. Penelitian dan
memenuhi kebutuhan spesifik pengembangan teknologi bagi
bagi industri alat transportasi; industri alat transportasi
4. Pengembangan regulasi melalui masal modern
koordinasi dengan instansi
terkait tentang ijin transportasi
darat, laut dan udara;
5. Pengembangan kebijakan
penggunaan produk dalam
negeri yang memiliki daya saing
melalui perjanjian secara
bertahap dengan pihak
principal;
6. Pengembangan sistem untuk
status legal kepemilikan mesin
yang diperlukan bagi
penjaminan pinjaman ;
7. Pengembangan kebijakan
tahapan penguasaan teknologi
35
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
pada bahan bakar (fosil & non
fosil) untuk penggerak mula ;
8. Pengembangan standardisasi
produk, proses, manajemen
(ISO9000, ISO14000, dan
ISO26000), dan industri hijau,
serta spesifikasi teknis, dan
pedoman tata cara di industri
transportasi;
9. Pengembangan pasar domestik
melalui pengembangan
infrastruktur transportasi yang
terintegrasi dengan
pengembangan perwilayahan
industri (penyebaran dan
konektivitas);
10. Pengembangan kawasan
industri dan sentra IKM khusus
industri alat transportasi;
11. Penguatan sentra IKM modern
(logam, karet, plastik, kulit)
pendukung industri
transportasi secara umum yang
dilengkapi dengan UPT proses
dan pengukuran presisi;
12. Pengembangan kapasitas
industri pemesinan melalui
upaya efisiensi produksi
termasuk penghematan
penggunaan energi;
13. Pengembangan komponen
logam terstandar untuk efisiensi
industri alat transportasi;
14. Penyediaan dan peningkatan
kemampuan SDM dengan
kompetensi pada design
engineering, proses presisi,
pengukuran presisi, dan
mekatronika/robotika melalui
pelatihan, dan bimbingan
teknis;
15. Pengembangan regulasi alih
daya yang memadai untuk
pembentukan iklim usaha agar
dapat memberikan jaminan
pasokan melalui kegiatan alih
daya (outsourcing) proses,
produk dan SDM;
16. Pengembangan jumlah dan
kompetensi konsultan IKM pada
sentra khusus IKM industri alat
transportasi;

36
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
17. Penguasaan teknologi sistem
manufaktur bagi industri alat
transportasi yang efisien ;
18. Penguatan balai melalui
kerjasama penelitian tentang
paduan logam bernilai tambah
tinggi, serta kolaborasi
penelitian dan pengembangan
teknologi dan aplikasinya,
termasuk untuk alat
transportasi hemat energi, serta
pengembangan infrastruktur lab
uji kendaraan bermotor.

37
5. Industri Elektronika dan Telematika
a. Sasaran

TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 34 62 432

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 190 328 897

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 4 14 42

b. Program Pengembangan

Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):


1. Membangun sistem monitoring 1. Pengembangan desain dan
secara kritis perkembangan industri produk dan
kebutuhan dan teknologi terkait komponen nano-bio
dengan kegiatan competitive elektronika untuk berbagai
intelligence di negara maju; aplikasi kehidupan,
2. Pengembangan program kesehatan, dan hankam;
penyediaan bahan baku logam, 2. Pendirian pabrik foundry
paduan logam, plastik dan penghasil material
komposit untuk industri semiconductor dengan
komponen ICT; volume kecil untuk
3. Pengembangan standardisasi keperluan khusus;
produk ICT untuk mengurangi 3. Pengembangan center of
variasi sehingga diperoleh excellent industri ICT (nano-
volume total yang semakin bio-cogno-info) miliki
besar dan efisien; pemerintah dan swasta
4. Pengembangan riset untuk (perusahaan dan kawasan);
perancangan produk ICT yang 4. Penguasaan teknologi dan
efisien, tepat guna (sesuai user), produksi melalui akuisisi
cerdas (smart) dan yang industri alat uji dan
mengintegrasikan berbagai pengukuran maju;
fungsi kehidupan; 5. Pengembangan rare earth
5. Pengembangan center of material yang berpotensi
excellent industri ICT milik untuk dikembangkan
pemerintah termasuk untuk menjadi material unggul
kebutuhan hankam; pada nano-bio ICT.
6. Pengembangan riset material
untuk baterai ukuran kecil dan
berdaya tinggi;
7. Fasilitasi alih teknologi industri
baterai untuk keperluan
elektronika melalui akuisisi
industri baterai yang memiliki
teknologi maju;
8. Mengkoordinasikan penelitian
dan pengembangan sistem
(konten) elektronika dan
telematika untuk keperluan
komersial dan pertahanan;
38
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
9. Pengembangan industri radar
dan satelit, termasuk stasiun
relay;
10. Fasilitasi pendirian pabrik
komponen mikro-nano
elektronika (tidak termasuk
foundry);
11. Pengembangan kawasan
industri dan/atau sentra
khusus (techno-park) mikro-
elektronika dan telematika yang
diisi oleh industri ICT;
12. Peningkatan kemampuan dan
peran IKM penghasil komponen
untuk industri elektronika
melalui pengembangan sentra
khusus dengan UPT yang
dilengkapi alat ukur dan alat uji
mekanis dan kelistrikan yang
presisi;
13. Fasilitasi untuk penguasaan
teknologi dan produksi melalui
akuisisi industri alat uji dan
pengukuran maju;
14. Pemetaan dan pengembangan
potensi rare earth material yang
berpotensi untuk dikembangkan
menjadi material nano-bio ICT.

39
6. Industri Pembangkit Energi
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 25 48 345

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 96 262 897

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 2 4 25

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Pengembangan kebijakan 1. Mendorong penerapan
pemetaan kebutuhan dan manajemen energi dan efisien,
penggunaan sumber energi dari serta penggunaan energy
migas dan batubara (energy melalui penerapan teknologi
balance); penghemat listrik;
2. Pemetaan proses dan teknologi 2. Pengembangan produksi
industri yang lahap energi hidrodgen secara masal untuk
untuk implementasi pembangkit fuel cell;
manajemen energi dan 3. Pendirian pabrik/ pusat
penyusunan kebijakan industri pengolahan lanjut REE produk
yang hemat energi; bahan baku nuklir sebagai
3. Pengembangan roadmap secara bahan bakar pembangkit
komprehensif melalui analisis listrik atau bahan penolong
keekonomian sumber energi beradiasi di industri;
terbarukan serta penyusunan 4. Pendirian pabrik material
jadwal konversi energi secara untuk solar cell ;
terencana dalam jangka 5. Penelitian dan pengembangan
panjang; lanjut energi terbarukan untuk
4. Pengembangan kebijakan implementasi di industri dan
energi terbarukan termasuk masyarakat ;
insentif, penyediaan 6. Pengembangan fasilitas
infrastruktur dan pembangkit listrik tenaga
pelestarian/keseimbangan nuklir efisien dengan teknologi
sumber; keselamatan yang tinggi.
5. Penelitian dan pengembangan
potensi rare earth elements
(REE) sebagai bahan paduan
dan bahan baku nuklir;
6. Fasilitasi pendirian pabrik yang
mengolah material menjadi
komponen pembangkit listrik
tenaga surya;
7. Fasilitasi alih teknologi industri
sel surya melalui pendirian
atau akuisisi;
8. Falisitasi Penelitian dan
pengembangan produk solar
cell untuk implementasi di
industri dan masyarakat;
40
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
9. Pengembangan kebijakan
pemanfaatan listrik perumahan
dari solar cell untuk
menambah kapasitas daya
listrik nasional;
10. Fasilitasi pendirian
pabrik/pusat pengolahan
lanjut REE produk bahan baku
nuklir sebagai bahan bakar
pembangkit listrik atau bahan
penolong beradiasi di industri;
11. Pengembangan rancang
bangun fasilitas pembangkit
listrik tenaga nuklir efisien
dengan tingkat keselamatan
yang tinggi;
12. Pengembangan riset
manajemen energi dan
pengembangan metoda atau
komponen untuk penghematan
energi;
13. Pengembangan riset kabel
konduktor khusus dan logam
magnet berdaya tinggi untuk
menghasilkan motor/generator
listrik yang efisien;
14. Pengembangan dan
penguasaan teknologi design
dan engineering untuk
pembangkit listrik yang efisien
termasuk penguasaan HKI dan
penjaminan resiko teknologi;
15. Penguasaan teknologi dan
produksi melalui akuisisi
industri alat uji dan
pengukuran yang sudah maju;
16. Pengembangan teknologi
produksi hidrogen dan fuel cell
untuk penggerak mula di
produk alat transportasi.

41
7. Industri Barang Modal, Komponen, Dan Bahan Penolong
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 135 253 1.909

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 130 386 1.229

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 92 173 1.307

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
Industri Mesin dan Perlengkapan Industri Mesin dan Perlengkapan
1. Kajian menyeluruh (integrated 1. Pengembangan kawasan
supply chain mulai dari bahan khusus (sub kawasan)
baku sampai penguasaan industri pemesinan di
teknologi) terhadap industri wilayah pusat
pemesinan sebagai industri pertumbuhan industri yang
yang berperan vital dan difokuskan pada industri
menjadi tulang punggung manufaktur presisi (alat
pembangunan industri pada transportasi, elektronika,
banyak sektor; kelistrikan, energi, dan alat
2. Penguatan sub sektor industri kesehatan)
pembuat mesin, komponen 2. Pengembangan sentra IKM
pendukung dan bahan baku modern khusus
(baja, dan paduan) bagi memproduksi komponen
industri pemesinan melalui presisi terstandarisasi
revitalisasi mesin dan untuk menunjang kawasan
peralatan presisi, termasuk industri khusus pemesinan
pada sentra IKM logam secara 3. Pengembangan teknologi
terintegrasi; dan kapasitas industri
3. Pengembangan kapasitas pemesinan melalui upaya
industri pemesinan melalui efisiensi produksi termasuk
upaya efisiensi produksi penghematan penggunaan
termasuk penghematan energi
penggunaan energi; 4. Pengembangan teknologi
4. Penyediaan bahan baja dan dan penyediaan bahan baja
non baja serta paduannya dan non baja serta
yang memenuhi kebutuhan paduannya yang memenuhi
spesifik bagi industri kebutuhan spesifik bagi
pemesinan; industri pemesinan
5. Pengembangan dan 5. Pengembangan teknologi
penyediaan bahan pendukung dan penyediaan bahan
(komposit dan keramik) pendukung (komposit,
dengan spesifikasi yang sesuai keramik) dengan spesifikasi
bagi industri tools; yang sesuai bagi industri
6. Penyediaan dan peningkatan pemesinan
kemampuan SDM dengan 6. Meningkatkan penguasaan
kompetensi pada design teknologi proses dan
engineering, proses presisi, rekayasa produk industri
pengukuran presisi, dan penunjang industri

42
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
mekatronika/robotika; unggulan melalui penelitian
7. Peningkatan peran industri dan pengembangan yang
kecil dan menengah (IKM) terintegrasi
dalam rantai pasok komponen 7. Mendorong penggunaan
industri pemesinan melalui teknologi dan produk dalam
pengembangan sentra industri negeri serta pengurangan
pembuatan tools dan impor.
komponen presisi yang
dilengkapi dengan UPT proses
dan pengukuran presisi;
8. Pengembangan komponen
logam terstandar untuk
efisiensi industri pemesinan
dan industri lainnya;
9. Pengembangan sistem untuk
status legal kepemilikan mesin
yang diperlukan bagi
penjaminan pinjaman
dan/atau pemberian leasing
Industri Komponen dan Bahan Industri Komponen dan Bahan
Penolong Penolong
1. Memfasilitasi R&D untuk 1. Meningkatkan penguasaan
pembuatan produk plastik & teknologi proses dan
karet engineering, katalis, zat rekayasa produk industri
aditive dan pewarna tekstil. penunjang industri plastik
2. Peningkatan kerjasama & karet engineering, katalis,
penelitian dan pengembangan zat aditive dan pewarna
antara balai, perguruan tinggi, tekstil melalui penelitian
dan industri tekstil untuk dan pengembangan yang
pengembangan produk plastik terintegrasi
& karet engineering, katalis, zat 2. Mendorong pemakaian
aditive dan pewarna tekstil; teknologi dan produk dalam
3. Memfasilitasi pendirian pabrik negeri serta pengurangan
industri Packaging (berbasis impor
karton dan plastik), plastik & 3. Mendorong tumbuhnya
karet engineering, zat additive, industri turunan dan
dye stuff, katalis dan solvent. keterkaitan dengan IKM
4. Menyiapkan SDM lokal yang 4. Pengembangan dan
berkompeten di bidang industri penerapan standardisasi
komponen dan bahan penolong serta penguatan
infrastruktur standardisasi.
5. Mendorong industri plastik
& karet engineering, katalis,
zat aditive dan pewarna
tekstil untuk dapat
mengekspor produknya

43
8. Industri Hulu Agro
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 183 336 2.377

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 309 400 803

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 37 73 537

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Menjamin ketersediaan bahan 1. Menjamin ketersediaan
baku (kualitas, kuantitas dan bahan baku dengan
kontinuitas) melalui koordinasi menerapkan sistem rantai
dengan instansi terkait pasok yang efisien.
didukung oleh infrastruktur 2. Meningkatkan efektivitas
yang memadai. kegiatan penelitian dan
2. Menyiapkan SDM yang ahli dan pengembangan untuk
berkompeten di bidang industri optimasi sistem produksi
hulu agro melalui diklat biorefinery yang efisien (low
industri. cost technology) melalui
3. Meningkatkan kemampuan inovasi teknologi dan
penguasaan dan pengembangan manajemen, serta
inovasi teknologi industri hulu implementasinya dalam
agro melalui penelitian dan skala besar
pengembangan yang terintegrasi 3. Meningkatkan kegiatan
4. Pembangunan pendidikan penelitian dan
kejuruan dan vokasi bidang pengembangan disain
pengolahan kayu, rotan dan produk furniture, didukung
furniture, serta perlindungan dengan advokasi dan
HKI. regulasi terkait
5. Meningkatkan efisiensi proses perlindungan HKI (paten,
pengolahan dan penjaminan hak cipta)
mutu produk melalui penerapan 4. Mengembangkan kerangka
GHP, GMP, sertifikasi SNI dan kebijakan untuk
industri hijau dan peningkatan meningkatkan pemasaran
kapasitas laboratorium uji mutu produk oleofood, oleokima
6. Mengkoordinasikan dan kemurgi
pengembangan sistem logistik 5. Mengembangkan kawasan
untuk meningkatkan efisiensi terintegrasi didukung
produksi dan distribusi produk. dengan infrastruktur yang
7. Memfasilitasi penerapan harga memadai
keekonomian produk bioenergi. 6. Memfasilitasi peningkatan
8. Memberikan insentif khusus investasi industri biodiesel
untuk industri bioenergi dan bioetanol yang lebih
9. Promosi dan perluasan pasar ramah lingkungan.
produk industri hulu agro 7. Menerapan standar produk
berwawasan lingkungan di biodisel.
dalam dan luar negeri. 8. Memfasilitasi advokasi
10. Meningkatkan kapastas untuk memasukkan
44
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
produksi pengolahan POME industri kelapa sawit ke
(Palm Oil Mill Effluent) dalam green industry
terintegrasi dengan Pabrik melalui penerapan ISPO
Kelapa Sawit untuk mengurangi 9. Meningkatkan efektifitas
emisi GRK (Gas Rumah Kaca), kegiatan penelitian dan
dan mendorong penerapan pengembangan untuk
industri hijau pada industri menghasilkan inovasi
pulp dan kertas. teknologi dan formulasi
produk pakan berbasis
sumberdaya lokal, dan
suplemen pakan
10. Memberikan fasilitas
pembangunan industri
bioenergi berbasis pirolisis-
gasifikasi biomassa
(termasuk limbah industri),
dan biokonversi bahan
lignoselulosa, serta
biomaterial (building block)
dari lignin.

45
9. Industri Logam Dasar
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 81 21 2.233

2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 552 760 1.416

3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 98 163 179

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Memfasilitasi pembangunan 1. Memfasilitasi pembangunan
pabrik iron ore pellet pabrik baja untuk keperluan
2. Meningkatkan kapasitas produksi khsusus
(termasuk pembuatan pabrik 2. Memfasilitasi pembangunan
baru) kapur bakar dan cooking pabrik stainless steel
coal serta briket semi kokas 3. Memfasilitasi
3. Meningkatkan jumlah atau pembenagunan Smelter
kapasitas blast furnace aluminium tambahan dari
4. Meningkatkan kapasitas produksi yang sudah ada
bijih/pasir besi dalam negeri 4. Memfasilitasi
sebagai bahan baku direct pembenagunan pabrik
reduction furnace dan blast Stainless steel
furnace 5. Memfasilitasi pembangunan
5. Revitalisasi industri baja untuk Smelter tembaga tambahan
efisiensi konsumsi energi dan dari yang sudah ada
ramah lingkungan 6. Memfasilitasi pembangunan
6. Memfasilitasi pembangunan pabrik logam untuk
smelter pengolahan bauksit mendukung industri pangan
menjadi alumina fungsional
7. Memfasilitasi pembangunan 7. Memfasilitasi pembangunan
pabrik pengolahan bijih nikel pabrik logam untuk
menjadi nikel pig iron, ferronikel mendukung industri
atau nikel matte, bioenergy dan kemurgi
8. Memfasilitasi peningkatan 8. Memfasilitasi pembangunan
kapasitas produksi smelter pabrik logam untuk
tembaga dan smelter aluminium. mendukung industri magnet
9. Memfasilitasi pembangunan 9. Memfasilitasi pembangunan
smelter tembaga tambahan dari pabrik logam untuk
yang sudah ada mendukung industri
10. Meningkatkan kapasitas produksi komponen otomotif, dan
semen atau mendirikan pabrik telekomunikasi
baru dengan memanfaatkan terak 10. Memfasilitasi peningkatkan
tembaga yang dihasilkan smelter kapasitas pabrik konsentrasi
tembaga logam tanah jarang
11. Meningkatkan kapasitas produksi 11. Memfasilitasi peningkatan
industri steel making (slab, billet, kapasitas pabrik penghasil
HRC, CRC, besi beton, wire rod) logam mulia dari lumpur
12. Peningkatan kapasitas produksi anoda maupun bahan baku
46
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
Pengecoran (casting) , Ekstrusi lainnya
(extrusion), Penempaan (forging), 12. Memfasilitasi pembangunan
Penarikan (wire drawing), pabrik bahan bakar nuklir
Penggilingan (rolling) besi dan dari uranium atau unsur
paduannya serta bukan besi dan lainnya
paduannya 13. Memfasilitasi pembangunan
13. Memfasilitasi pembangunan pabrik dan meningkatkan
industri baja untuk keperluan kapasitas pabrik keramik,
khusus (special steel) termasuk kaca dan semen
baja paduan untuk industri 14. Memfasilitasi pembangunan
permesinan, otomotif dan alat pabrik keramik maju
berat (advanced ceramics).
14. Memfasilitasi pembangunan
pabrik besi/baja dan bukan
besi/baja untuk mendukung
agroindustri
15. Memfasilitasi pembangunan
pabrik besi/baja dan bukan
besi/baja untuk mendukung
industri petrokimia
16. Meningkatkan penerapan dan
pengawasan SNI wajib, serta
penguatan infrastruktur
standardisasi.
17. Penerapan industri hijau
18. Peningkatan penggunaan
produksi dalam negeri
19. Penguatan balai melalui
kerjasama penelitian tentang
paduan logam bernilai tambah
tinggi
20. Memfasilitasi pembangunan
pabrik konsentrasi logam tanah
jarang
21. Memfasilitasi pembangunan
pabrik penghasil logam mulia dari
lumpur anoda maupun bahan
baku lainnya
22. Fasilitasi penyediaan lahan dan
konsesi penambangan untuk
investasi baru, khususnya di luar
Pulau Jawa.
23. Menjamin pasokan batubara dan
mendorong produsen semen
untuk melakukan efisiensi dan
diversifikasi energi.
24. Menyiapkan SDM lokal yang
kompeten.
25. Menyusun SKKNI bidang industri
logam dan industri semen

47
10. Industri Kimia Dasar
a. Sasaran
TAHUN
NO URAIAN
2015 2020 2035
1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 109 212 1.729
2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 108 555 965
3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 58 120 129

b. Program Pengembangan
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
1. Memfasilitasi pendirian pabrik 1. Mengembangkan
petrokimia hulu dengan bahan teknologi nasional untuk
baku gas di Teluk Bintuni, memproduksi bahan
bahan baku CBM di Sumatra petrokimia hulu
Selatan dan kalimantan 2. Membangun Industri
selatan, bahan baku shale gas Petrokimia Hulu skala
di Sumatera Utara, dan bahan besar dengan orientasi
baku batubara di Kalimantan ekspor
Timur dan Sumatera Selatan. 3. Meningkatkan
2. Mendorong produsen keterkaitan antara
petrokimia hulu untuk industri hulu, industri
melakukan efisiensi dan antara dan industri hilir
diversifikasi energi. 4. Mengembangkan
3. Memfasilitasi calon investor teknologi nasional untuk
dalam mendapatkan dukungan memproduksi bahan
dari Pemerintah Daerah dan kimia organik
masyarakat dalam pendirian 5. Membangun Industri
pabrik petrokimia hulu Petrokimia antara skala
(penyediaan lahan, jaminan besar dengan orientasi
bahan baku, perizinan, ekspor
infrastruktur, Amdal, dll) 6. Mengembangkan
4. Menyiapkan SDM lokal yang teknologi nasional untuk
kompeten. memproduksi pupuk
5. Meningkatkan kemampuan 7. Membangun Industri
penguasaan teknologi proses Pupuk skala besar
dan rekayasa produk industri dengan orientasi ekspor
petrokimia melalui penelitian 8. Mengembangkan
dan pengembangan yang teknologi nasional untuk
terintegrasi memproduksi resin
6. Fasilitasi kerjasama teknologi plastik
untuk pengembangan bahan 9. Membangun Industri
baku alternatif industri Resin Sintetik Dan
petrokimia (teknologi gasifikasi Bahan Plastik skala
batubara, methanol to olefin) besar dengan orientasi
7. Mendorong hilirisasi industri ekspor
petrokimia hulu melalui 10. Mengembangkan
kerjasama dengan industri teknologi nasional untuk
petrokimia antara dan hilir memproduksi karet
dalam rangka penguatan dan sintetik.

48
Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):
pendalaman struktur industri 11. Membangun Industri
petrokimia. Karet Sintetik skala
8. Memfasilitasi pendirian pabrik besar dengan orientasi
industri kimia organik ekspor.
9. Memfasilitasi untuk tersedianya 12. Melakukan
bahan baku dan pasar bagi Pengembangan lanjut
pendirian pabrik industri kimia teknologi propelan dan
organik melalui kerjasama bahan peledak yang
hulu-hilir . ramah lingkungan
10. Melakukan revitalisasi pabrik
pupuk urea untuk
menurunkan konsumsi gas
sebagai bahan baku.
11. Mengembangkan industri
intermediate untuk bahan baku
industri pupuk (Asam
Phosphate)
12. Fasilitasi kerjasama teknologi
untuk pengembangan bahan
baku alternatif industri pupuk
(teknologi gasifikasi batubara)
13. Memfasilitasi pendirian pabrik
industri resin sintetik dan
bahan plastik
14. Memfasilitasi terbukanya pasar
industri resin sintetik dan
bahan plastik melalui
kerjasama hulu-hilir
(petrokimia hulu dan industri
barang plastik)
15. Memfasilitasi pendirian pabrik
industri BR, SBR, IR, ABR, dan
EPDM di Cilegon, Banten.
16. Memfasilitasi terbukanya pasar
industri Karet Sintetik melalui
kerjasama hulu-hilir
17. Pembangunan industri
propelan kapasitas 800
ton/tahun di Energetic Material
Centre, Subang, Jawa Barat.
18. Memastikan terjadinya transfer
teknologi dan adanya jaminan
kesinambungan suplai bahan
baku
19. Mendorong pemakaian
teknologi dan produk dalam
negeri dalam pembangunan
industri propelan

49
V. PERWILAYAHAN INDUSTRI

A. Tujuan dan Sasaran Perwilayahan Industri

Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka


percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sasaran pengembangan
perwilayahan industri pada tahun 2035 sebagai berikut:
1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar
Jawa dibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi
40% : 60% pada tahun 2035.
2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan non-
migas luar Jawa dibanding Jawa dari 28.3% : 71.7 % pada tahun
2013 menjadi 60% : 40% pada tahun 2035.
3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan dengan luas
50.000 Ha; dan
4. Pembangunan Sentra IKM baru minimal 1 Sentra IKM per
Kabupaten/Kota, terutama di luar Jawa.

B. Lingkup Perwilayahan Industri

Lingkup Perwilayahan Industri mencakup:

1. Wilayah Pengembangan Industri

Wilayah Pengembangan Industri (WPI) dikelompokkan berdasarkan


keterkaitan backward dan forward sumberdaya dan fasilitas
pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan
pembangunan industri. Wilayah Indonesia dibagi kedalam 10
(sepuluh) WPI sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4. Rincian
perwilayahan industri pada setiap WPI disajikan pada Gambar 3
sampai dengan Gambar 12.

Tabel 4. Pembagian Wilayah Indonesia dalam 10 (Sepuluh) Wilayah


Pengembangan Industri (WPI)
Wilayah Pengembangan
No. No Provinsi
Industri
1 Papua 1 Papua
2 Papua Barat 2 Papua Barat
3 Sulawesi Bagian Utara dan 3 Sulawesi Utara
Maluku 4 Gorontalo
5 Sulawesi Tengah
50
Wilayah Pengembangan
No. No Provinsi
Industri
6 Sulawesi Tenggara
7 Maluku
8 Maluku Utara
4 Sulawesi Bagian Selatan 9 Sulawesi Barat
10 Sulawesi Selatan
5 Kalimantan Bagian Timur 11 Kalimantan Utara
12 Kalimantan Timur
6 Kalimantan Bagian Barat 13 Kalimantan Barat
14 Kalimantan Tengah
15 Kalimantan Selatan
7 Bali dan Nusa Tenggara 16 Bali
17 Nusa Tenggara Barat
18 Nusa Tenggara Timur
8 Sumatera Bagian Utara 19 Aceh
20 Sumatera Utara
21 Sumatera Barat
22 Riau
23 Kep. Riau
9 Sumatera Bagian Selatan 24 Jambi
25 Bengkulu
26 Bangka Belitung
27 Sumatera Selatan
28 Lampung
10 Jawa 29 Banten
30 Jawa Barat
31 DKI Jakarta
32 DI Jogjakarta
33 Jawa Tengah
34 Jawa Timur

51
Gambar 3. Perwilayahan Industri pada WPI Papua

52
53
Gambar 4. Perwilayahan Industri pada WPI Papua Barat
Gambar 5. Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Utara dan Maluku

54
Gambar 6. Perwilayahan Industri pada WPI Sulawesi Bagian Selatan

55
Gambar 7. Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Timur

56
57
Gambar 8. Perwilayahan Industri pada WPI Kalimantan Bagian Barat
58
Gambar 9. Perwilayahan Industri pada WPI Bali dan Nusa Tenggara
Bagian Barat
Gambar 10. Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Utara

59
Gambar 11. Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan

60
61
Gambar 12. Perwilayahan Industri pada WPI Jawa
2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) berperan sebagai


penggerak utama (prime mover) ekonomi dalam WPI. WPPI disusun
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas);
b. Ketersediaan infrastruktur transportasi;
c. Kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar
Pulau Jawa;
d. Penguatan dan pendalaman rantai nilai;
e. Kualitas dan kuantitas SDM;
f. Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara,
panas bumi, air);
g. Memiliki potensi sumber daya air industry;
h. Memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau;
i. Kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.

Disamping kriteria umum di atas, daerah yang sudah memiliki


pusat-pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan
yang mempunyai rencana pengembangan kawasan industri yang
telah didukung oleh industri pendorong utama (anchor industry)
dapat langsung ditetapkan sebagai WPPI. Berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tersebut, daerah yang ditetapkan sebagai WPPI
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Daerah-Daerah yang Ditetapkan sebagai WPPI

No Lokasi Kabupaten/Kota Provinsi


1 Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie (KAPET Aceh
BANDAR ACEH DARUSSALAM)
2 Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang Sumatera Utara
Bedagai (MEBIDANG)
3 Karo-Simalungun-Batubara (ROSIBA) Sumatera Utara
4 Dumai-Siak Riau
5 Batam-Bintan Kep. Riau
6 Muara Enim Sumatera Selatan
7 Banyuasin Sumatera Selatan
8 Lampung Bagian Selatan (Lampung Barat, Lampung
Lampung Timur, Lampung Tengah,
Tanggamus)
9 Cilegon-Serang-Tangerang Banten
10 Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang- Jawa Barat
Karawang
11 Cirebon-Indramayu-Majalengka Jawa Barat
12 Kendal-Semarang-Demak Jawa Tengah

62
No Lokasi Kabupaten/Kota Provinsi
13 Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya- Jawa Timur
Sidoarjo-Mojokerto-Bangkalan
14 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang Kalimantan Barat
15 Tanah Bumbu-Kota Baru (KAPET Kalimantan
BATULICIN) Selatan
16 Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kalimantan
Kertanegara (KAPET SASAMBA) Timur
17 Bontang-Kutai Timur Kalimantan
Timur
18 Tarakan Kalimantan Utara
19 Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa- Sulawesi Utara
Minahasa Utara (KAPET MANADO BITUNG)
20 Morowali-Konawe-Pomala (Morowali + Sulawesi Tengah-
KAPET BANK SEJAHTERA SULTRA) Sulawesi
Tenggara
21 Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi Sulawesi Tengah
(KAPET PALAPAS)
22 Makassar-Maros-Gowa Sulawesi Selatan
23 Takalar-Jeneponto-Bantaeng Sulawesi Selatan
24 Halmahera Timur-Halmahera Tengah Maluku Utara
25 Pulau Morotai Maluku Utara
26 Mimika Papua
27 Teluk Bintuni Papua Barat

Dalam perkembangan berikutnya, daerah lain yang punya potensi,


dapat ditetapkan sebagai WPPI yang mekanismenya diatur
tersendiri dalam PP yang mengatur Perwilayahan Industri.

3. Pembangunan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan industri akan diprioritaskan pada daerah-


daerah yang berada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang
mempunyai potensi, juga dapat dibangun kawasan industri yang
diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI yang sesuai. Dalam
rangka percepatan penyebaran industri keluar Pulau Jawa,
pemerintah membangun kawasan-kawasan industri sebagai
infrastruktur industri di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.
Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasan
industri yang lebih bersifat komersial didorong untuk dilakukan
oleh pihak swasta.

4. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah


(Sentra IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota
63
(minimal sebanyak satu sentra IKM, terutama di luar Pulau Jawa)
yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi
kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan
industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka
pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra
IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar
sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun
sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta
menyerap tenaga kerja.

C. Program Pengembangan Perwilayahan Industri

Program pengembangan perwilayahan industri untuk pengembangan


WPPI, pembangunan kawasan industri dan pengembangan sentra IKM
tercantum pada Tabel 6 sampai dengan Tabel 8.

Tabel 6. Program Pengembangan WPPI Tahun 2015-2035


Jangka Menengah (2015-2020) Jangka Panjang (2020-2035)
1. Penetapan WPPI sebagai Kawasan 1. Pembangunan
Strategis Nasional (KSN) infrastruktur untuk
2. Survey dan pemetaan potensi mendukung WPPI (jalan,
pengembangan sumber daya kereta api, pelabuhan,
industri dalam WPPI bandara)
3. Koordinasi antar Pemerintah 2. Pembangunan
Provinsi, Pemerintah infrastruktur energi untuk
Kabupaten/Kota yang daerahnya mendukung WPPI
masuk dalam WPPI dengan 3. Pembangunan sarana dan
Kementerian/Lembaga terkait prasarana pengembangan
dalam penyusunan Rencana SDM
Pembangunan Industri Provinsi/ 4. Pembangunan sarana dan
Kabupaten/Kota prasarana pengembangan
4. Penyusunan Master Plan riset dan teknologi
pengembangan WPPI 5. Penguatan kerjasama antar
5. Penyusunan Rencana Aksi WPPI
pengembangan WPPI 6. Promosi investasi industri
6. Koordinasi antar untuk masuk dalam WPPI
kementerian/lembaga terkait 7. Pemberian insentif bagi
dalam penyusunan rencana investasi bidang industri
pembangunan infrastruktur yang masuk dalam WPPI,
untuk mendukung WPPI terutama di luar Pulau
7. Koordinasi antar Jawa
kementerian/lembaga terkait 8. Penguatan konektivitas
dalam penyelesaian aspek-aspek antar WPPI
yang terkait pertanahan
8. Koordinasi antar
kementerian/lembaga terkait
dalam penyusunan rencana
penyediaan energi untuk
64
Jangka Menengah (2015-2020) Jangka Panjang (2020-2035)
mendukung WPPI
9. Koordinasi antar
kementerian/lembaga terkait
dalam penyusunan rencana
penyediaan SDM dan teknologi
untuk mendukung WPPI
10. Koordinasi antar
kementerian/lembaga terkait
dalam penyediaan bahan baku
industri
11. Koordinasi antar Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam
penyusunan kelembagaan
12. Koordinasi antar
kementerian/lembaga terkait
dalam perumusan pemberian
insentif fiskal dalam mendukung
WPPI
13. Pembangunan infrastruktur
untuk mendukung WPPI (jalan,
kereta api, pelabuhan, bandara)
14. Pembangunan infrastruktur
energi untuk mendukung WPPI
15. Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan SDM
16. Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan riset
dan teknologi
17. Penguatan kerjasama antar WPPI
18. Promosi investasi industri untuk
masuk dalam WPPI
19. Pemberian insentif bagi investasi
bidang industri yang masuk
dalam WPPI, terutama di luar
Pulau Jawa
20. Penguatan konektivitas antar
WPPI

Tabel 7. Program Pembangunan Kawasan Industri Tahun 2015-2035


Jangka Menengah (2015-2020) Jangka Panjang (2020-2035)
1. Penyusunan rencana 1. Pembangunan kawasan
pembangunan kawasan industri industri
2. Koordinasi antar 2. Pengoperasian bank tanah
kementerian/lembaga terkait (Land Bank) untuk
dalam penyusunan rencana pembangunan kawasan
pembangunan infrastruktur untuk industri
mendukung kawasan industri 3. Pembangunan infrastruktur
3. Koordinasi antar untuk mendukung kawasan
kementerian/lembaga terkait industri (jalan, kereta api,
dalam penyelesaian aspek-aspek pelabuhan, bandara)
yang terkait pertanahan 4. Pembangunan infrastruktur

65
Jangka Menengah (2015-2020) Jangka Panjang (2020-2035)
4. Koordinasi antar energi untuk mendukung
kementerian/lembaga terkait kawasan industri
dalam penyusunan rencana 5. Pembangunan sarana dan
penyediaan energi untuk prasarana pengembangan
mendukung kawasan industri SDM
5. Koordinasi antar 6. Pembangunan sarana dan
kementerian/lembaga terkait prasarana pengembangan
dalam penyusunan rencana Riset, Teknologi dan Inovasi
penyediaan SDM dan teknologi (RISTEKIN)
untuk mendukung kawasan 7. Revitalisasi kawasan
industri industri yang sudah
6. Pembangunan kawasan industri beroperasi, khususnya yang
7. Pengoperasian bank tanah (Land berada di luar Pulau Jawa
Bank) untuk pembangunan
kawasan industri
8. Pembangunan infrastruktur untuk
mendukung kawasan industri
(jalan, kereta api, pelabuhan,
bandara)
9. Pembangunan infrastruktur energi
untuk mendukung kawasan
industri
10. Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan SDM
11. Pembangunan sarana dan
prasarana pengembangan Riset,
Teknologi dan Inovasi (RISTEKIN)
12. Revitalisasi kawasan industri yang
sudah beroperasi, khususnya yang
berada di luar Pulau Jawa
13. Pembentukan kelembagaan
pengelolaan kawasan industri
(Pemerintah melakukan investasi
langsung)

Tabel 8. Program Pengembangan Sentra IKM Tahun 2015-2035


Jangka Menengah (2015-2020) Jangka Panjang (2020-2035)
1. Survey dan pemetaan potensi 1. Pengadaan tanah oleh
pembangunan sentra IKM Pemerintah Kabupaten/Kota
2. Penyusunan rencana untuk pembangunan sentra
pembangunan sentra IKM IKM
3. Pembentukan kelembagaan sentra 2. Pembangunan
IKM oleh pemerintah infrastrastruktur untuk
kabupaten/kota mendukung sentra IKM
4. Pengadaan tanah oleh Pemerintah 3. Pembangunan sentra IKM
Kabupaten/Kota untuk 4. Pembinaan dan
pembangunan sentra IKM pengembangan sentra IKM
5. Pembangunan infrastrastruktur
untuk mendukung sentra IKM
6. Pembangunan sentra IKM
7. Pembinaan dan pengembangan
sentra IKM

66
VI. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI

Sumber daya industri adalah sumber daya yang digunakan untuk


melakukan pembangunan industri yang meliputi: (a) pembangunan
sumber daya manusia; (b) pemanfaatan sumber daya alam; (c)
pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri; (d) pengembangan
dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi; dan (e) penyediaan sumber
pembiayaan.

A. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri

1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran

Pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana


pengembangan tenaga kerja industri. Pembangunan tenaga kerja
industri bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja Industri
kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan
industri dan/atau perusahaan kawasan industri, meningkatkan
produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan
tenaga kerja di sektor Industri dan memberikan perlindungan dan
kesejahteraan tenaga kerja Industri.

Sasaran penyerapan tenaga kerja industri untuk masing-masing


kelompok industri prioritas berdasarkan jenis pekerjaan dalam
periode 2025-2035 sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 9. Sasaran penyerapan Tenaga Kerja Kelompok Industri Prioritas

2015 2020 2035


Industri
No Manaje- Manaje- Manaje-
Prioritas Teknis Total Teknis Total Teknis Total
rial rial rial

1. Industri
Pangan 21.882 284.886 306.768 32.454 383.901 416.357 95.817 847.401 943.218

2. Industri 65.036 785.548 850.584 64.332 985.871 1.050.204 102.819 1.454.205 1.557.025
Farmasi,
Kosmetik Dan
Alat Kesehatan

3. Industri 257.880 3.933.898 4.191.778 250.275 4.481.313 4.731.589 331.127 5.806.267 6.137.394
Tekstil, Kulit,
Alas Kaki Dan
Aneka

4. Industri Alat 80.330 426.814 507.144 85.349 768.138 853.487 134.662 1.548.610 1.683.272
Transportasi
5. Industri 32.051 158.113 190.164 32.826 295.438 328.264 71.820 825.925 897.745
Elektronika
Dan
Telematika

67
2015 2020 2035
Industri
No Manaje- Manaje- Manaje-
Prioritas Teknis Total Teknis Total Teknis Total
rial rial rial

6. Industri 13.117 83.558 96.675 26.261 236.350 262.611 71.820 825.925 897.745
Pembangkit
Energi

7. Industri 22.897 107.137 130.034 50.985 335.450 386.434 115.438 1.114.071 1.229.509
Barang Modal,
Komponen,
Dan Bahan
Penolong

8. Industri Hulu 9.746 299.449 309.195 13.521 386.543 400.065 33.415 769.875 803.290
Agro

9. Industri Logam 72.899 479.674 552.377 100.430 660.383 760.543 186.780 1.229.175 1.415.955
Dasar dan
Bahan Galian
Bukan Logam

Industri Kimia
10. 5.966 102.176 108.142 31.156 524.516 555.672 53.287 912.447 965.732
Dasar

Untuk mewujudkan tenaga kerja industri yang berbasis


kompetensi, ditetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
kompetensi sebagai berikut:

Tabel 10. Sasaran Pembangunan Infrastruktur Kompetensi

No Infrastruktur kompetensi 2015-2020 2020-2025 2025-2035


1 SKKNI bidang industri (standar) 100 100 200

Asesor kompetensi dan asesor


2 750 750 1.000
lisensi (orang)
Lembaga Sertifikasi Profesi / LSP
3 dan Tempat Uji Kompetensi / 50 50 100
TUK (unit)
4 Tenaga kerja industri terampil di 130 150 350
bidang industri berbasis
kompetensi (ribu orang)
5 Tenaga kerja industri ahli di 20 25 50
bidang industri yang
tersertifikasi (ribu orang)
6 Lembaga Pendidikan / akademi 20 25 50
komunitas berbasis kompetensi
(unit)

68
2. Program Pengembangan

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang


memiliki kompetensi di bidang teknis dan manajerial perlu
dilakukan berbagai program pengembangan baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang yang meliputi:

a. Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis


Kompetensi meliputi :
1) Penyusunan dan penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI);
2) Pembentukan Asesor kompetensi dan asesor lisensi;
3) Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat
Uji Kompetensi (TUK);
4) Pembangunan Sistem sertifikasi kompetensi;
5) Pembangunan Lembaga Pendidikan berbasis kompetensi.

b. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensi dilakukan


melalui:
1) Pendidikan vokasi Industri berbasis kompetensi,
2) Pendidikan dan pelatihan Industri berbasis kompetensi,
3) Pemagangan Industri.

c. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan


untuk melengkapi unit pendidikan dan balai diklat melalui
penyediaan laboratorium, teaching factory, dan workshop.

B. Pemanfaatan Sumber Daya Alam

1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran


Pemanfaatan sumber daya alam untuk Perusahaan Industri dan
Perusahaan Kawasan Industri diselenggarakan melalui prinsip tata
kelola yang baik dengan tujuan untuk:
a. pendalaman dan penguatan struktur Industri,
b. peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan sumber
daya alam; dan
c. memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan kegiatan Industri.

Kebutuhan sumber daya alam berdasarkan kapasitas produksi


meliputi industri hulu berbasis mineral tambang, migas dan
batubara, serta agro. Proyeksi kebutuhan dan pasokan sumber
daya alam untuk industri hulu sebagaimana tabel berikut:
69
Tabel 11. Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu

KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM


KELOMPOK
NO / JENIS KAPASITAS PRODUKSI KEBUTUHAN BAHAN BAKU
KETERSEDIAAN
INDUSTRI (ton per tahun) (ton per tahun)
BAHAN BAKU
2015-2020 2020-2025 2025-2035 2015-2020 2020-2025 2025-2035 (Juta TON)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I INDUSTRI HULU BERBASIS MINERAL TAMBANG

Besi Baja Cadangan bijih besi /


1 20.137.000 25.137.000 35.137.000 22.940.070 28.636.070 40.028.070
Dasar pasir besi * : 1.217

Cadangan bijih nikel * :


2 Nikel 1.480.000 1.680.000 2.320.000 19.170.725 21.761.364 30.051.407
2.905

Cadangan bijih
3 Tembaga 1.200.000 1.500.000 2.100.000 4.277.359 5.346.699 7.485.378
Tembaga * : 3.044

Cadangan bauksit * :
4 Aluminium 1.500.000 3.500.000 5.500.000 8.250.000 19.250.000 30.250.000
1.129

II INDUSTRI HULU BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA;

1 Industri 15.690.000 20.550.000 30.230.000 Gas : Gas : Gas :  Minyak bumi : 3,7
Petrokimia 7,300,000 13,500,000 19,700,000 Milyar Barrel (503
Hulu Batubara : Batubara : Batubara : juta ton)
12,400,000 23,000,000 33,500,000  Gas bumi : 152,89
2 Industri 3.530.000 4.220.000 5.620.000 Minyak bumi : Minyak Minyak TCF (3.142 juta ton)
Kimia 71,000,000 bumi : bumi :  CBM : 453,3 TCF
Organik 82,300,000 105,000,000 (9.315 juta ton)
 Shale gas : 574 TCF
(11.796 juta ton)
 Batubara : 21.131,84
juta ton

III INDUSTRI HULU BERBASIS AGRO

1 Industri Biji kakao:


2.642 5.346 16.108 1.173 1.245 1.400
Bahan  2015-2019 : 1.174
Penyegar  2020-2024 : 1.245
(kakao)  2025-2035 : 1.400
2 Industri CPO :
21.713 33.224 53.216 17.370 26.579 42.573
Oleofood,
 2015-2019 : 39.634
Oleokimia
dan Kemurgi  2020-2024 : 44.161
(kelapa  2025-2035 : 53.216
sawit)
Sumber : * Ditjen Minerba, Kementerian ESDM (2012)

2. Program Pengembangan

Dalam rangka menjamin ketersediaan sumber daya alam bagi


pengembangan industri hulu terutama industri yang berbasis mineral
tambang dan batubara, migas, serta agro, maka pemerintah melakukan
program sebagai berikut:

a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan


berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik antara lain
meliputi:

70
1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam,
2) Manajemen pengolahan sumber daya alam,
3) Audit pemanfaatan sumber daya alam,
4) Pemberian insentif khususnya untuk industri kecil dan menengah,
5) Peningkatan budidaya dan pemuliaan sumber daya alam
terbarukan,
6) Pengembangan investasi pengusahaan sumber daya alam di luar
negeri, dan/atau
7) Fasilitasi kerjasama penyediaan sumber daya alam dengan negara
lain.

b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam


Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam ditujukan
untuk memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan perusahaan
industri dan perusahaan kawasan industri, antara lain meliputi:

1) Penyusunan neraca sumber daya alam secara nasional dan


kewilayahan,
2) Penetapan bea keluar,
3) Penetapan kuota ekspor, dan
4) Penetapan kewajiban pasokan dalam negeri

c. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam


Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam diutamakan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan
penolong dan energi industri dalam negeri yang mencakup:

1) Penyusunan rencana pemanfaatan sumber daya alam untuk


industri,
2) Fasilitasi kemudahan akses dan importasi bahan baku/penolong
yang berasal dari impor,
3) Pengembangan infrastruktur penyediaan dan penyaluran sumber
daya alam,
4) Pemetaan jumlah, jenis dan spesifikasi sumber daya alam, serta
lokasi cadangan sumber daya alam,
5) Eksplorasi dan eksploitasi cadangan dan potensi sumber daya
alam,
6) Pengembangan industri berbasis sumber daya alam tertentu
mendekati lokasi sumber bahan baku dalam mendorong efisiensi
dan penyebaran industri, dan

71
7) Pencadangan sumber daya alam untuk kebutuhan industri dalam
negeri.

C. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri

1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Sasaran

Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri


bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai
tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional.

Penguasaan teknologi dilakukan secara bertahap sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri dalam
negeri agar dapat bersaing di pasar dalam negeri dan pasar global.

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk masing-masing


kelompok industri prioritas diuraikan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 12. Kebutuhan Teknologi Industri Prioritas

INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN


NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
1. INDUSTRI  Teknologi ekstraksi,  Teknologi maju  Scalling-up
PANGAN isolasi purifikasi, dan untuk ekstrasi, teknologi maju
kristalisasi isolasi dan purifikasi (bioteknologi dan
 Teknologi konversi senyawa/ komponen nano teknologi)
(kimia/fisik) dan bioaktif untuk untuk ekstrasi,
biokonversi nutrisi, suplemen isolasi, purifikasi
(fermentasi) dan pangan dan konversi
 Teknologi preservasi kesehatan senyawa/
(pembekuan,  Teknologi maju komponen bioaktif
pengeringan, untuk formulasi dan untuk nutrisi dan
pengawetan dengan produksi pangan suplemen
gula/garam) khusus/ pangan  Scalling up
 Teknologi formulasi, fungsional teknologi maju
mixing/blending,  Teknologi konversi untuk formulasi
ekstrusi dan biokonversi dan produksi
 Teknologi kemasan untuk pangan khusus/
 Fabrikasi peralatan pengolahan/pemanfa pangan fungsional
industri berbasis atan limbah industri
teknologi dan agro
sumberdaya lokal  Efisiensi produksi
dengan berbasis
teknologi bersih dan
hemat energi
2. INDUSTRI  Lisensi dan reverse  Pembuatan pilot  Pembuatan
FARMASI, engineering teknologi plant industri bahan Industri Farmasi
KOSMETIK produksi bahan baku baku farmasi dan dan Kosmetik
DAN ALAT farmasi dan kosmetik kosmetik dengan skala besar
72
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
KESEHATAN teknologi local dengan bahan
baku dan
teknologi lokal
 Peningkatan
efisiensi pabrik
eksisting.
 Product design  Product design  Product design
 Mikro elektronika  Micro-nano  Micro-nano
 Electromagnetics measurement measurement
devices  Electromagnetics  Electromagnetics
 Micro measurement devices devices
 Otomasi & robotika  Micro measurement  Micro
 Mikro-nano-bio measurement
elektronika  Mikro-nano-bio
 Mikro-nano-bio elektronika
material  Mikro-nano-bio
 Otomasi & robotika material
 Otomasi &
robotika
3. INDUSTRI  Material baru (bahan  Light strong bio  Bio degradable
TEKSTIL, baku & pewarna) degradable material material
KULIT, ALAS  Perancangan produk  Advanced eco-nano  Advanced eco-
KAKI DAN & CAD/CAM material (bahan nano material
ANEKA  Efficient cutting & baku & pewarna) (bahan baku &
sewing  Perancangan produk pewarna)
 Healthy & eco & CAD/CAM  Perlakukan kain
chemical treatment customization hemat energi
(kulit)  High speed efficient  Perancangan
spinning, cutting & produk &
sewing CAD/CAM
 Healthy & eco customization
chemical treatment  High speed
(kulit & kain) efficient spining,
cutting & sewing
 Healthy & eco
chemical
treatment (kulit &
kain)
 Teknologi pembuatan  Pembuatan  Pembangunan
kompon dan kulit purwarupa pabrik household
sintetik (prototype) barang dari plastik dan
 Mold design dan plastik dan karet karet serta pabrik
fabrikasinya untuk rumah tangga kulit sintetik skala
barang plastik dan  Pembangunan pabrik besar dengan
karet rumah tangga produksi household teknologi lokal
 Pengembangan teknik plastik dan karet, dan
fabrikasi household kulit seintetik
dari plastik dan karet
 Teknologi fabrikasi
73
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
kulit sintetik
4. INDUSTRI  Car/train engine  Hybrid car/train  Hybrid car / train
ALAT (BBM, gas & listrik) engine engine
TRANSPORTASI  Efficient ship engine  Efficient water jet,  Magnetic levitation
& propulsion nuclear power ship (Maglev) train
 Safety control engine  Fuel cell engine
 Drive/fly by wire  Fuel cell engine  Efficient water jet
 Sonar system  Smart & safety ship engine
 Ship water treatment control  Combined
 Satelite  Long distance jet ship/submarine
communication & GPS engine prime mover (BBM,
 Perancangan produk  Drive/fly by wire gas, wind, nuclear)
& CAD/CAM  Integrated sonar,  Long distance jet
 Production automation satelite engine
& robotics communication &  Smart mind &
 Precision engineering GPS safety control
& measurement  Combined prime  Engine/motor
 Salt water resistance mover listrik efisienn
coating material (BBM, gas, wind,  Integrated sonar,
 Light & strong nuclear) satelite
composite ceramic  Water treatment communication &
material  Smart & safety GPS
control  Intelligent
 Integrated satelite production
communication &  Precision
GPS engineering &
 Perancangan produk measurement
& CAD/CAM  Advanced fuel
 Production material
automation &  Advanced light,
robotics strong, water
 Precision engineering resistance & high
& measurement temperature
 New light, strong, resistance material
water resistance &
high temperature
resistance material
5. INDUSTRI  Smart phone  Integrated smart  Integrated smart
ELEKTRONIKA  Micro electronics (fast telecommunication & telecommunication
DAN processing) procesing device & procesing device
TELEMATIKA components  Micro-nano-bio-cogno  Micro-nano-bio-
 Efficient & smart electronics cogno electronics
home & office components components
appliances  Smart mind control  Smart mind control
 Wireless & optical home & office home & office
communication appliances appliances
 Creative design  Wireless  Wireless
 Rapid prototyping communication communication

74
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
 Precision engineering  Optical  Optical
 Cloud storage communication communication
 Real time control  Creative design  Creative design
 Rapid prototyping  Rapid prototyping
 Precision engineering  Precision
 Cloud storage engineering
 Cloud storage
6. INDUSTRI  Precision engineering  Precision engineering  Precision
PEMBANGKIT  Durable material  Durable & super engineering
ENERGI  Material treatment conductivity material  Durable & super
 Chemical battery &  Material treatment conductivity
solar cell material  Bio-nano-chemical material
 Cooper compound battery & solar cell  Material treatment
 Nuclear engineering material  Bio-nano-chemical
 Smart efficiency battery & solar cell
control material
 Super conductivity  Smart efficiency
material control
 Wireless electrical  Super conductivity
conductivity material
 Nuclear engineering  Wireless electrical
conductivity
 Nuclear
engineering
7. INDUSTRI  Motor listrik efisien  Retrofitting/Numerica  Motor listrik efisien
BARANG  Retrofitting/Numerical l controlled process  Numerical
MODAL, controlled process  Web-based controlled controlled process
KOMPONEN,  Integrated facilities Flexible  Web-based
DAN BAHAN  High precision manufacturing controlled Flexible
PENOLONG machining system/Integrated manufacturing
 Efficient heating, machining center system/Integrated
cooling & pressuring with AGV & ASRS machining centers
 Motor listrik efisien  High precision with AGV & ASRS
 Sensitive sensor & machining  High precision
actuator  New durable, eco & machining
 Durable material healthy material  New durable, eco &
 Efficient hidrolic &  Integrated process & healthy material
pneumatic transportation device  Integrated process
 Automated strorage &  Efficient heating, & transportation
retrieval system cooling & pressuring device
 Automated guided  Sensitive sensor &  Efficient heating,
vehicle actuator for cooling &
 Surface treatment automated control & pressuring
 Modular design & inspection  Sensitive sensor &
Design for  Automated strorage & actuator for
compatibility retrieval system automated control
 Special treatment  Eficient hidrolic & & inspection
 Efficient electrical pneumatic  Automated strorage

75
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
conductivity  Multiple injection & & retrieval system
coloring  Eficient hidrolic &
 Automated strorage & pneumatic
retrieval system  Efficient heat
 Automated guided conductivity
vehicle  Multiple injection &
 Modular design & coloring
Design for  Surface treatment
compatibility  Special treatment
 Special treatment  Advanced material
 Material baru efficent based micro-nano-
conductor bio electronics
 Material baru
efficient conductor
 Teknologi pembuatan  Pembuatan  Pembangunan
engineering plastic purwarupa Industri
and rubber (prototype) engineering plastic
 Desain mold untuk engineering plastic and rubber skala
engineering plastic and rubber besar dengan
and rubber  Pembangunan pilot teknologi lokal.
 Teknologi fabrikasi plant produksi  Pembangunan
engineering plastic engineering plastic Industri dyestuf
and rubber and rubber skala besar dengan
 Pengembangan  Pembangunan pilot teknologi lokal.
teknologi lokal plant untuk  Pembangunan
pembuatan dye stuff pembuatan dyestuff Industri katalis
 Pengembangan katalis lokal skala besar dengan
lokal untuk produksi  Pembangunan pilot teknologi lokal.
barang petrokimia plant untuk
dan lainnya pembuatan katalis
petrokimia lokal
8. INDUSTRI Industri Oleofood, oleokimia, dan kemurgi
HULU AGRO  Teknologi produksi  Teknologi maju  Scalling up
(ekstrasi, purifikasi, untuk produksi teknologi produksi
mixing/blending, speciality fats biomaterial
hidrogenasi,  Teknologi maju (bioplastik, nano-
esterifikasi, formulasi) untuk ekstrasi cellulose
oleofood skala mini bahan/ komponen derivatives,
dan dan medium aktif dari kelapa biobased fibers,
 Teknologi pemisahan sawit untuk polymers &
(hidrolisis, splitting), produksi vitamin composit,
isolasi, hidrogenasi, (betacaroten, aromatic building
esterifikasi dan tocoferol, dsb) block)
pemurnian specialty  Teknologi konversi  Scalling up
fats dan biokonversi teknologi
 Teknologi konversi untuk produksi termokimia dan
dan pemurnian asam organik dan biokonversi untuk
(refinary) oleo kimia bioplastik dari produksi
yang efisien untuk limbah pabrik kelapa secondary biofuel
76
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
produksi biodise, jet sawit. berbasis biomasa
fuel, biolube dan  Scalling up Teknologi dan bahan
biosurfaktan konversi dan lignoselulosa
pemurnian (refinary) 
oleo kimia yang
efisien untuk
produksi biodise, jet
fuel, biolube dan
biosurfaktan
 Teknologi
termokimia (pirolisis
dan gasifikasi)
biomasa
menghasilkan bahan
baku untuk disel
dan kerosen
(biomass to
liquid/BTL) atau
synthetic natural gas
(SNG)
 Teknologi hidrolisis
dan biokonversi
(enzimatik dan
fermentasi) untuk
produksi bioetanol
dengan bahan baku
lignoselulosa
 Teknologi ekstraksi
lignin untuk
produksi aromatic
building block
 Teknologi ekstraksi
nano-cellulosa
 Efisiensi produksi
oleofood, oleokimia,
dan kemurgi
berbasis teknologi
bersih dan hemat
energy
Industri Pakan
 Logistik dan teknologi  Scalling up teknologi  Scalling up
penyimpanan bahan konversi teknologi maju
baku pakan (fisik/kimia/biologis) untuk ekstrasi,
 Teknologi formulasi limbah biomasa isolasi, dan
dan granulasi pakan untuk pakan purifikasi
 Teknologi kemasan  Efisiensi produksi komponen biokatif
berbasis teknologi dari biomasa
bersih dan hemat untuk suplemen
energi pakan.

77
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
Industri Barang dari kayu, pulp dan kertas
 Teknik disain  Teknologi maju  Scaling up
furniture untuk produksi teknologi maju
 Teknologi moulding serat alami dan ramah
dan finishing  Efisensi produksi lingkungan untuk
komponen berbasis berbasis teknologi produksi
kayu bersih, hemat bahan komponen, serat,
 Teknologi biopulping baku dan energi pulp dan kertas
dan biobleaching
dalam produksi pulp
dan kertas untuk
diterapkan dalam
skala pilot plant
9. INDUSTRI  Ironmaking Coal  Ironmaking Coal  Coal based : Coal
LOGAM DASAR Based : Blast Furnace Based : Coal Gasification
DAN BAHAN untuk pig iron dan Gasification Process-  Direct Smelting :
GALIAN BUKAN nickel pig iron.  Direct Smelting : Midrex, dan Corex
LOGAM  Great Kiln untuk Midrex, dan Corex untuk pig iron dan
pellet untuk sponge iron besi cor
 Dan memulai  Dan memulai  Dan memulai
pengembangan pengembangan pengembangan
teknologi lokal (lab- teknologi lokal (pilot- teknologi lokal
pilot scale) demo scale) (demo-commercial
scale)
 Steelmaking:  Steelmaking:  Steelmaking:
 EAF dan BOF  Efisiensi EAF dan  Efisiensi energi
BOF dan mengurangi
polusi EAF dan
BOF
 RK-EF untuk  Atmosfiric Leaching  MCLE (Matte
Ferronickel, Nickel (AL), High Pressure Chlorine Leach
Matte Acid Leaching Electrowinning)
 Stainless Steel (HPAL): Mixed umtuk Nickel
Hydroxide Precipitate Electrolytic, Nickel
(MHP), Mixed Sulfide Sulfate, Nickel
Precipitate (MSP) Chloride
 Flash-Furnace  Electric Furnace  Rolling Mill untuk
 Submerged Furnace untuk copper alloy kawat tembaga
 Kaldo Process  Kaldo Process  Electric Furnace
(Precious Metal) (Precious Metal) untuk paduan
tembaga
 Kaldo Process
(Precious Metal)
 Alumina: Bayer (CGA)  Alumina: Bayer  Alumunium : Hall-
 Alumina: Bayer (SGA) (CGA) Heroult
 Alumina: Bayer (SGA)  Electric Furnace
 Alumunium : Hall- untuk paduan
Heroult alumunium

78
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
 Rolling, Forging,  Rolling, Forging,  Rolling, Forging,
Drawing, Extrusion Drawing, Extrusion Drawing,
 Heat Treatment Extrusion
 Heat Treatment
 Industri Pengecoran  Induction Furnace  Induction Furnace
Logam Besi Baja  Kupola  Kupola
 Induction Furnace
 Kupola
 Industri Pengecoran  Induction Furnace  Induction Furnace
Logam Non Besi Baja  Kupola  Kupola
 Induction Furnace
 Kupola
 VOD dan AOD:  VOD, AOD  VOD dan AOD
Stainless Steel
 Special steel  RH dan Vacuum  RH dan Vacuum
 RH dan Vacuum Decarburizer Decarburizer
Decarburizer  Difusi gas, sentrifuge,  Difusi gas,
eksitasi laser, sentrifuge, eksitasi
electromagnetic lase,
isotope separation electromagnetic
isotope separation
 Tunnel kiln: keramik  Efisiensi pembakaran  Advanced ceramics
di Tunnel kiln
 Alternatif bahan
bakar
 Advanced ceramics
 Produksi silika murni  Produksi silika murni  Produksi silika
untuk murni untuk
semikonduktor semikonduktor
 Efisiensi energi dan  Efisiensi energi dan  Efisiensi energi
konservasi lingkungan konservasi dan konservasi
Rotary Kiln di industri lingkungan Rotary lingkungan Rotary
semen Kiln Kiln
10. INDUSTRI  Teknologi konversi gas  Pilot plant MTP dan  Pembangunan
KIMIA DASAR ke olefin MTO berbahan baku pabrik MTP dan
(menggunakan lisensi gas MTO skala
terlebih dahulu  Pilot plant gasifikasi komersial
sambil batubara dengan  Pembangunan
mengembangkan riset teknologi lokal untuk plant gasifikasi
sendiri dan/atau produksi metanol skala komersial
kerjasama dengan dan amoniak. untuk produksi
process owner) :  Pilot plant gasifikasi metanol dan
teknologi MTP dan batubara/biomas ke amoniak.
MTO clean energy.  Pembangunan
 Teknologi konversi  Pilot plant CPO dan plant gasifikasi
dari batubara ke biomas ke produk batu bara/biomas
olefin dan amoniak petrokimia skala komersial
(menggunakan lisensi untuk clean

79
INDUSTRI KEBUTUHAN TEKNOLOGI YANG DIKEMBANGKAN
NO
PRIORITAS 2015-2020 2020-2025 2025-2035
(1) (2) (3) (4) (5)
terlebih dahulu energy.
sambil  Pembangunan
mengembangkan riset pabrik kimia
sendiri dan/atau berbasis CPO dan
kerjasama dengan biomas.
process owner)
 Teknologi konversi
dari
batubara/biomassa
ke clean energy
 Teknologi konversi
dari CPO dan biomas
ke produk petrokimia
 Lisensi dan reverse  Pilot plant kimia Pembangunan
engineering teknologi organik dengan Industri kimia
produksi kimia teknologi lokal organik skala besar
organik  Pilot plant katalis dengan teknologi
 Pengembangan katalis  Peningkatan efisiensi lokal.
untuk produksi kimia pabrik eksisting
organik
 Lisensi dan reverse  Pembangunan pilot Pembangunan
engineering teknologi plant pupuk Industri pupuk
produksi pupuk majemuk dengan majemuk skala
majemuk teknologi lokal besar dengan
 Peningkatan efisiensi  Peningkatan efisiensi teknologi lokal.
pabrik pupuk pabrik pupuk
eksisting eksisting
 Lisensi dan reverse  Pembangunan pilot Pembangunan
engineering teknologi plant resin plastik Industri Resin
resin sintetik dan  Peningkatan efisiensi Sintetik Dan Bahan
bahan plastik pabrik eksisting Plastik skala besar
dengan teknologi
lokal.
 Lisensi dan reverse  Lisensi dan reverse Pembangunan
engineering teknologi engineering teknologi indutri propelan dan
propelan bahan peledak bahan peledak
dengan teknologi
lokal.

2. Program Pengembangan
Program pengembangan teknologi dilakukan melalui:
a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balai-
balai industri dengan perguruan tinggi, dunia usaha dan
lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif
dan terintegrasi.

80
b. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang
dikembangkan berdasarkan hasil litbang dalam negeri melalui
kerjasama dengan lembaga penjamin resiko pemanfaatan
teknologi yang ditunjuk pemerintah.
c. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan
R&D dalam pengembangan industri dalam negeri.
d. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial di
industri
e. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn
key project) apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di
dalam negeri.
f. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA
melalui skema insentif pajak (double tax deductable) terutama
bagi industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur
teknologinya singkat atau berubah cepat.
g. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa
desain, paten dan merk dalam produk industri untuk
meningkatkan nilai tambah.
h. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak
layak untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada
keselamatan dan keamanan, serta berdampak negatif pada
lingkungan.
i. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada wilayah pusat pertumbuhan industri.
j. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau
tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri.
k. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan
penerapan teknologi industri.

D. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi


dimaksudkan untuk memberdayakan budaya Industri dan/atau
kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat terutama dalam rangka
pengembangan industri kreatif.

81
Ruang lingkup Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan
inovasi meliputi:
a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam
berkreativitas dan berinovasi;
b. Pengembangan sentra Industri kreatif;
c. Pelatihan teknologi dan desain;
d. Konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual khususnya bagi Industri kecil; dan
e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif di
dalam dan luar negeri
Sasaran Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi
sebagai berikut:

Tabel 13. Sasaran Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi

Periode
No Sasaran
2015-2020 2020-2025 2025-2035
1 Bertambahnya ruang dan wilayah 10 12 23
untuk masyarakat dalam
berkreativitas dan berinovasi
Terbangunnya Sentra Industri
2 330 425 700
kreatif (sentra)
Terlatihnya SDM IKM di bidang
3 10.000 15.000 25.000
teknologi dan desain (orang)
4 Hak Kekayaan Intelektual bagi
Industri kecil :
a. paten 25 30 75
b. desain industri 30 35 100
c. hak cipta 30 35 100
d. merk 1.200 1.500 3.250
5 Terselenggaranya promosi dan
pemasaran produk Industri kreatif:
a. dalam negeri 11 15 24
b. luar negeri 29 40 60

2. Program Pengembangan

Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukan


melalui:

a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam


berkreativitas dan berinovasi, antara lain berupa :
1) Pembangunan techno park
2) Pembangunan pusat animasi
82
3) Pembangunan pusat inovasi
b. Pengembangan sentra Industri kreatif, antara lain;
1) Bantuan mesin peralatan dan bahan baku/penolong
2) Pembangunan UPT
3) Bantuan desain dan tenaga ahli
4) Fasilitasi pembiayaan
c. Pelatihan teknologi dan desain, antara lain:
1) Pelatihan desain dan teknologi
2) Bantuan tenaga ahli
d. Fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, antara lain:
1) Konsultasi, bimbingan, advokasi HKI
2) Fasilitasi pendaftaran merk, paten, hak cipta dan desain
industri
e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif, yaitu:
1) Promosi dan pameran di dalam negeri
2) Promosi dan pameran di luar negeri
3) Penyediaan fasilitas trading house di luar negeri

E. Penyediaan Sumber Pembiayaan

Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional


dibutuhkan pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber
dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing,
serta penanaman modal pemerintah khususnya untuk pengembangan
industri strategis.

Pembiayaan industri dapat diperoleh melalui investasi langsung


maupun melalui kredit perbankan. Semakin terbatasnya pemanfaatan
kredit perbankan di sektor industri antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya suku bunga perbankan karena dibiayai oleh dana
masyarakat berjangka pendek. Kondisi ini memerlukan dibentuknya
suatu lembaga keuangan yang dapat menjamin tersedianya
pembiayaan investasi dengan suku bunga kompetitif.

Pada UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian dinyatakan secara


tegas bahwa pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang
kompetitif untuk pembangunan industri. Berdasarkan undang-undang
tersebut dimungkinkan untuk membentuk lembaga pembiayaan
pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga pembiayaan

83
investasi di bidang industri yang akan diatur dalam suatu undang-
undang.

Untuk mencapai sasaran pembangunan industri 20 tahun kedepan


diproyeksikan kebutuhan pembiayaan untuk investasi di sektor
industri sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 14. Proyeksi Penyediaan Sumber Pembiayaan secara kumulatif

Tahun
Investasi
2013 2015-2020 2020-2025 2025-2035
PMA (US$ Milyar) 15,9 119,4 203,2 706,9
PMDN (Rp Trilyun) 51,2 497,2 848,8 2.942,7

84
VII. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI

Pembangunan industri nasional yang berdaya saing perlu didukung


dengan penyediaan sarana dan prasarana industri meliputi :

A. Standardisasi Industri

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing


industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun
ekspor. Standardisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk
melindungi keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pengembangan produk industri hijau serta mewujudkan
persaingan usaha yang sehat.
Pengembangan Standardisasi industri meliputi perencanaan,
pembinaan, pengembangan dan Pengawasan untuk Standar
Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata
Cara (PTC).
Sasaran pengembangan standardisasi industri adalah sebagai
berikut :

Tabel 15. Sasaran penambahan kebutuhan standardisasi industri

Target
No Uraian
2015-2020 2020-2025 2025-2035
1 Rancangan SNI, Spesifikasi Teknis 500 1.000 2.000
dan/atau Pedoman Tata Cara
sesuai kebutuhan industri
prioritas (judul)
2 Pemberlakuan SNI, Spesifikasi 50 50 100
Teknis dan/atau Pedoman Tata
Cara secara wajib untuk kelompok
industri prioritas (regulasi)
3 Lembaga sertifikasi produk untuk 10 10 20
pelaksanaan penilaian kesesuaian
(unit)
4 Laboratorium penguji, lembaga 15 15 30
inspeksi, laboratorium kalibrasi
untuk pelaksanaan penilaian
kesesuaian (unit)
5 Auditor/asesor, petugas penguji, 500 500 1.000
petugas inspeksi, dan petugas
kalibrasi untuk pelaksanaan
85
Target
No Uraian
2015-2020 2020-2025 2025-2035
penilaian kesesuaian (orang)
6 Petugas Pengawas Standar 500 1.000 2.000
Industri (PPSI) dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Industri
(PPNS-I) untuk pelaksanaan
pengawasan penerapan SNI,
Spesifikasi Teknis dan/atau
Pedoman Tata Cara (orang)

2. Program Pengembangan

Program pengembangan standardisasi industri dilakukan melalui:

a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka


peningkatan kemampuan daya saing industri melalui:
1) Perumusan standar
2) Penerapan standar
3) Pengembangan standar
4) Pemberlakuan standar
5) Pemberian fasilitas bagi perusahaan Industri kecil dan
Industri menengah baik fiskal maupun non fiskal.
b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian
mutu produk industri dengan kebutuhan dan permintaan
pasar meliputi :
1) Pengembangan Lembaga Penilai Kesesuaian
2) Pengembangan pengawasan standar
3) Penyediaan dan pengembangan laboratorium pengujian
standar Industri di wilayah pusat pertumbuhan Industri
4) Peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor,
petugas penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, PPSI
dan PPNS-I.
5) Peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling
pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dan
sertifikasi produk.

86
B. Infrastruktur Industri

Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam


dan/atau di luar Kawasan Peruntukan Industri, meliputi energi, air
baku, dan lahan kawasan industri.

1. Energi

Untuk mendukung pertumbuhan industri nasional yang


ditargetkan, diperlukan penyediaan energi baik yang bersumber
dari listrik, gas maupun batubara. Proyeksi kebutuhan energi
berdasarkan jenis energi yang dibutuhkan oleh industri
ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Proyeksi Kebutuhan Energi untuk Industri Tahun 2014-


2035
Tahun
No Jenis Energi
2014 2020 2025 2035
1 Listrik (MWh) 30.320.511 45.789.204 64.915.019 124.841.459
2 Gas (MMBTU) 45.316.474 69.204.051 99.015.244 193.393.393
3 Batubara (ribu ton) 5.128 7.422 10.511 18.112

Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri meliputi:


a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam
penyusunan rencana penyediaan energi untuk mendukung
pembangunan industri;
b. Pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung
pembangunan industri;
c. Pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan
distribusi;
d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan;
e. Diversifikasi dan konservasi energi; dan
f. Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.

2. Air Baku

Kebutuhan air baku bagi industri dipengaruhi oleh tingkat


pertumbuhan sektor industri, jenis proses produksi, jumlah
karyawan, dan jumlah produksi. Kebutuhan air suatu industri
dapat diestimasi berdasarkan kebutuhan air untuk setiap unit
produksi dan/atau berdasarkan rata-rata kebutuhan per-pekerja.
Proyeksi kebutuhan sumber daya air untuk air baku sektor
industri, baik yang berlokasi didalam kawasan peruntukan
87
industri maupun di luar kawasan peruntukan industri, diberikan
pada Tabel 17.

Tabel 17. Proyeksi Kebutuhan air baku Industri Tahun 2014-2035

Kebutuhan Air
Tahun
(juta m3 per tahun)
2014 26.910,03
2020 30.628,56
2025 32.816,79
2035 49.831,95

Program penyediaan kebutuhan jaringan sumber daya air untuk


industri meliputi:

a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam


penyusunan rencana penyediaan sumber daya air untuk
mendukung pembangunan industri;
b. Pembangunan infrastruktur jaringan sumber daya air untuk
mendukung kawasan industri;
c. Konservasi sumber daya air;
d. Desalinasi air laut untuk kawasan industri yang hanya memiliki
sumber daya air laut; dan
e. Peningkatan kualitas jaringan sumber daya air yang sudah ada.

3. Lahan Industri

Tujuan pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalah


(i) memberikan kemudahan dalam memperoleh lahan industri yang
siap pakai dan/atau siap bangun, (ii) jaminan hak atas tanah yang
dapat diperoleh dengan mudah, (iii) tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan/atau (iv)
kemudahan dalam mendapatkan perizinan. Dalam kurun waktu
2015-2035 diproyeksikan total kebutuhan lahan industri berupa
lahan kawasan industri dan lahan non-kawasan industri di dalam
Kawasan Peruntukan Industri seperti diperlihatkan pada Tabel 18.

Tabel 18. Proyeksi Kebutuhan Lahan Kawasan Industri dan Jumlah


Kawasan Industri Baru Tahun 2015-2035

Uraian 2015-2020 2020-2025 2025-2035


Kebutuhan lahan kawasan 6.000 9.000 35.000
industri (Ha)
Kebutuhan lahan non-kawasan 4.000 6.000 25.000

88
Uraian 2015-2020 2020-2025 2025-2035
industri di dalam Kawasan
Peruntukan Industri (Ha)
Total Kebutuhan Lahan 10.000 15.000 60.000
Industri (Ha)
Jumlah Kawasan Industri yang 4 6 26
akan dibangun (unit)

Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan


peruntukan industri meliputi:
a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam
penyelesaian aspek-aspek yang terkait pertanahan.
b. Penyusunan rencana pembangunan kawasan industri,
termasuk analisis kelayakan dan penyusunan rencana induk
(masterplan).
c. Pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (Land
Bank) untuk pembangunan kawasan industri.
d. Pembangunan kawasan industri.
e. Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan
kementerian/lembaga terkait untuk penetapan kawasan
peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota.
f. Melakukan review terhadap pengembangan KPI.

Penambahan lahan kawasan industri ini perlu didukung dengan


penyiapan sarana dan prasarana bagi penyediaan kebutuhan
energi listrik, air baku, sanitasi, telekomunikasi, dan transportasi,
sebagaimana diberikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Proyeksi Tambahan Kebutuhan Energi Listrik, Air Baku,


Sanitasi, Telekomunikasi dan Transportasi untuk Industri Tahun
2015-2035
Uraian 2015-2020 2020-2025 2025-2035
Total Kebutuhan Lahan
10.000 15.000 65.000
Industri (Ha)
Energi Listrik (MW per tahun) 3.000 4.500 19.500
Air baku (juta m3 per tahun) 250 375 1.625
Saluran buangan air hujan
500 700 3.000
(km)
Saluran buangan air kotor (km) 500 700 3.000
Telekomunikasi (ribu sst) 300 450 1.800
Jaringan Jalan (km) 326 966 2.000
Jalur Kereta Api (km) 33 649 1.400

89
Fasilitas sanitasi digunakan sebagai saluran buangan air hujan
(drainase) dan saluran buangan air kotor (sewerage yang
disesuaikan dengan debit masing-masing kawasan industri.
Sedangkan pembangunan jaringan telekomunikasi dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan transmisi data.
Pembangunan jaringan transportasi dilakukan untuk mendukung
konektivitas dan sistem logistik. Pembangunan jaringan
transportasi meliputi pembangunan jalan, pelabuhan, bandara dan
jalur rel kereta api. Pembangunan jaringan jalan meliputi
pembangunan jalan baru maupun perbaikan atau peningkatan
kualitas jalan dari dan menuju kawasan industri. Pembangunan
pelabuhan untuk mendukung logistik antar pulau dan kegiatan
ekspor/impor, terutama di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI). Pembangunan jalur kereta api untuk mengurangi beban
jalan raya dalam pengangkutan bahan baku dan produk-produk
industri dengan volume angkut yang besar.

Program penyediaan sarana dan prasarana bagi penyediaan


kebutuhan energi listrik, air baku, sanitasi, telekomunikasi, dan
transportasi meliputi:
a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam
penyusunan rencana penyediaan energi listrik, air baku,
sanitasi, telekomunikasi, dan transportasi untuk mendukung
pembangunan industri.
b. Pembangunan infrastruktur energi listrik, air baku, sanitasi,
telekomunikasi, dan transportasi untuk mendukung
pembangunan industri.
c. Peningkatan kualitas jaringan listrik, air baku, sanitasi,
telekomunikasi, dan transportasi yang sudah ada.

C. Sistem Informasi Industri Nasional

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)


bertujuan untuk:
a. Menjamin ketersediaan, keamanan/kerahasiaan, kualitas, dan
akses terhadap data dan/atau informasi industri

90
b. Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan,
pengolahan / pemrosesan, analisis, penyimpanan, dan
penyajian, termasuk penyebarluasan data dan/atau informasi
industri yang akurat, lengkap, dan tepat waktu
c. Meningkatkan efisiensi, inovasi, dan pelayanan publik dalam
mendukung pembangunan industri.

Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional


meliputi:
a. Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan
industri secara online.
b. Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data
perkembangan teknologi industri.
c. Tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan
stakeholders.
d. Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola
yang handal.
e. Terkoneksinya Sistem Informasi Industri Nasional dengan
sistem informasi yang dikembangkan oleh kementerian atau
lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dalam
rangka pertukaran data.
f. Tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam
penyusunan kebijakan nasional.
g. Tersosialisasikannya Sistem Informasi Industri Nasional
kepada seluruh stakeholders.
h. Terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara
berkala.

Pembangunan SIINAS dilakukan secara bertahap, dimulai dari


penyusunan rencana induk, penyiapan infrastruktur teknologi
informasi, standardisasi format data, pengembangan sistem
informasi, sosialisasi kepada seluruh stakeholders, serta kerjasama
interkoneksi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh
instansi eksternal.
Data yang terdapat pada SIINAS terdiri dari data industri, data
kawasan industri, data perkembangan dan peluang pasar, serta
data perkembangan teknologi industri.

91
Sumber data berasal dari perusahaan industri, perusahaan
kawasan industri, kementerian/lembaga, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, Kantor Perwakilan RI di luar negeri,
atau perusahaan penyedia data.
SIINAS dapat terkoneksi dengan sistem informasi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi lain. Keterhubungan SIINAS
dengan sistem lain dapat dilihat pada Gambar 3.

KUMHam

Sistem
SI
Informasi SI
Di Daerah
BKPM

SIINAS
SI
Internal SI
Kemenperin Kementerian/
Lembaga
Lainnya
SI
BPS

Gambar 3. Keterhubungan Sistem Informasi Industri Nasional


dengan Sistem Lainnya

Institusi-institusi pemilik sistem informasi yang terhubung dengan


Sistem Informasi Industri Nasional secara garis besar terdiri atas:
a. Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian.
b. Pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota,
termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di daerah, dan
insitusi yang membidangi perindustrian.
c. Institusi di negara lain atau organisasi internasional.

Secara keseluruhan Arsitektur Sistem Informasi Industri Nasional


dapat dilihat pada Gambar 4.

92
Gambar 4. Arsitektur Sistem Informasi Industri Nasional.

2. Program Pengembangan

Program pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional


dilakukan dalam beberapa tahapan yang dilaksanakan secara
paralel dengan rincian sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (2015-2016), yang terdiri dari:
1) Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan
Sistem Informasi Industri Nasional,
2) Penetapan standard mengenai jenis data dan struktur
database industri nasional,
3) Menyiapkan data dasar pada database industri nasional,
4) Penyusunan peraturan menteri yang terkait dengan
petunjuk pelaksanaan teknis SIINas.
b. Tahap Pengembangan Sistem (2015-2018), yang terdiri dari:
1) Penyiapan data center,
2) Penyiapan perangkat keras,
3) Pengembangan perangkat lunak,
4) Penyelenggaraan sosialisasi kepada seluruh stakeholder
SIINas (perusahaan industri dan kawasan industri,
kementerian/lembaga, pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, dan masyarakat),
5) Penyelenggaraan diklat peningkatan kompetensi SDM
pengelola SIINas.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (2015-
2020), yang terdiri dari:
93
1) Pengembangan model sistem industri,
2) Pengembangan decision support system, expert system,
business intellegence, dan knowledge management industri
nasional,
3) Penyusunan laporan hasil analisis industri secara periodik,
4) Publikasi laporan hasil analisis industri.
d. Tahap Pengembangan Interkoneksi (2016-2020), yang terdiri
dari:
1) Kerjasama interkoneksi dengan kementerian/lembaga,
2) Kerjasama interkoneksi dengan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota,
3) Kerjasama interkoneksi dengan lembaga internasional.

94
VIII. PEMBERDAYAAN INDUSTRI

A. Industri Kecil dan Industri Menengah (IKM)

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Pembangunan IKM dimaksudkan untuk mewujudkan IKM yang


berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan struktur
Industri nasional, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui
pemerataan pembangunan industri, perluasan kesempatan kerja,
dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk pasar
dalam negeri dan ekspor. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara bersama-sama
melakukan pembangunan dan pemberdayaan IKM melalui
perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan
pemberian fasilitas.

Sasaran yang akan dicapai dari pembangunan dan pemberdayaan


IKM adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM


Periode
No Sasaran
2015-2020 2020-2025 2025-2035
I PENGUATAN KELEMBAGAAN
1 Penguatan Sentra IKM (sentra) 1.090 1.305 2285
Revitalisasi dan pembangunan Unit
2 110 260 685
Pelayanan Teknis (unit)
Penyediaan Tenaga Penyuluh
3 1.000 1.200 2.100
Lapangan (orang)
Penyediaan Konsultan Industri kecil
4 590 649 1282
dan Industri menengah (orang)

II PEMBERIAN FASILITAS
Peningkatan kompetensi SDM dan
1 545 760 1415
sertifikasi kompetensi (Orang)
Pemberian bantuan dan bimbingan
2 8805 14290 39350
teknis (unit)
Pemberian bantuan Bahan Baku dan
3 600 975 2300
bahan penolong (unit)
Pemberian bantuan mesin atau
4 815 1165 2665
peralatan (unit)
5 Pengembangan produk (unit) 2065 2650 6390
Pemberian bantuan pencegahan
6 85 135 365
pencemaran lingkungan hidup (unit)
Pemberian bantuan informasi pasar,
7 1150 1500 2200
promosi, dan pemasaran (unit)
8 Fasilitasi akses pembiayaan (unit) 5200 6300 12600
95
Periode
No Sasaran
2015-2020 2020-2025 2025-2035
Penyediaan Kawasan Industri untuk
9 IKM yang berpotensi mencemari 10 10 15
lingkungan (Kawasan)
Fasilitasi kemitraan antara industri
10 145 280 790
kecil, menengah dan besar (unit)
11 Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit) 1250 1500 3250
Fasilitasi penerapan standar mutu
12 2500 3000 6000
produk bagi IKM (unit)

2. Program Pengembangan

Program yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut


diatas meliputi :
a. Penguatan kapasitas kelembagaan bagi IKM yang dilakukan
melalui :
1) Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan
Sentra Industri Kreatif;
2) Peningkatan kemampuan kelembagaan UPT;
3) Peningkatan kemampuan kelembagaan TPL;
4) Peningkatan kemampuan kelembagaan UPL;
5) Peningkatan kemampuan Konsultan IKM;
6) Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan;
7) Kerjasama kelembagaan dengan lembaga penelitian dan
pengembangan;
8) Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri
dan/atau asosiasi industri;
9) Kerjasama kelembagaan dengan asosiasi profesi.

b. Pemberian fasilitas bagi IKM yang dilakukan melalui:


1) Fasilitasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan
sertifikasi kompetensi;
2) Fasilitasi bantuan dan bimbingan teknis;
3) Fasilitasi bantuan bahan baku dan bahan penolong;
4) Fasilitasi bantuan mesin atau peralatan;
5) Fasilitasi pengembangan produk;
6) Fasilitasi bantuan pencegahan pencemaran lingkungan
hidup untuk mewujudkan Industri Hijau;
7) Fasilitasi bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran;

96
8) Fasilitasi akses pembiayaan, termasuk mengusahakan
penyediaan modal awal bagi wirausaha baru;
9) Fasilitasi penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang
berpotensi mencemari lingkungan; dan/atau
10) Fasilitasi pengembangan dan penguatan keterkaitan dan
hubungan kemitraan.

B. Industri Hijau

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Industri hijau bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas penggunaan


sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Lingkup penerapan
industri hijau meliputi standardisasi, sertifikasi dan pemberian
fasilitas untuk industri hijau.

Penerapan industri hijau dilaksanakan dengan pemenuhan


terhadap Standar Industri Hijau (SIH). Pada tahap awal Standar
Industri Hijau (SIH) akan diberlakukan secara sukarela dan secara
bertahap dapat diberlakukan secara wajib.

Pemenuhan terhadap Standar Industri Hijau akan ditetapkan


melalui sertifikat industri hijau yang sertifikasinya dilakukan
melalui suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian oleh
Lembaga Sertifikasi Industri Hijau (LSIH) yang terakreditasi. Proses
pemeriksaan dan pengujian dalam rangka pemberian sertifikat
industri hijau dilakukan oleh auditor industri hijau yang telah
memenuhi standar kompetensi.

Untuk mendorong percepatan terwujudnya industri hijau,


pemerintah akan memberikan fasilitas kepada perusahaan industri
baik fiskal maupun non fiskal.

Strategi pengembangan industri hijau akan dilakukan yaitu:


a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri
hijau; dan
b. membangun industri baru dengan menerapkan standar
industri hijau.

Sasaran yang akan dicapai untuk mewujudkan industri hijau


adalah sebagai berikut:

97
Tabel 21. Sasaran Pengembangan Industri Hijau

PERIODE
NO URAIAN
2015-2020 2020-2025 2025-2035
1 Jumlah standar industri hijau
100 100 200
(jenis industri)
2 Jumlah lembaga sertifikasi
25 30 60
terakreditasi (unit)
3 Jumlah auditor industri hijau
300 300 600
yang tersertifikasi (orang)
4 Jumlah bantuan prasarana
industri hijau pada sentra IKM 200 250 300
(unit)

2. Program Pengembangan

Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau


sebagaimana target tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penetapan standar industri hijau, meliputi antara lain:
1) Melakukan benchmarking standar industri hijau di beberapa
negara
2) Melakukan penyusunan standar industri hijau
b. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri
hijau yang terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor
industri hijau, meliputi antara lain:
1) Melakukan kajian tentang lembaga sertifikasi industri hijau
2) Melakukan penyusunan panduan pembentukan lembaga
sertifikasi industri hijau
3) Melakukan penetapan lembaga serifikasi industri hijau
4) Penyusunan SKKNI Industri Hijau
5) Penyusunan Modul Pelatihan Industri Hijau
6) Penyusunan Mekanisme Sertifikasi Auditor Industri Hijau
c. Pemberian fasilitas untuk industri hijau, meliputi:
1) Fasilitas fiskal berupa:
i. fasilitas pembiayaan;
ii. bantuan pembelian dan/atau modifikasi mesin
peralatan untuk penerapan Industri Hijau;
iii. pembebasan bea masuk untuk importasi teknologi
ramah lingkungan;
iv. pengurangan pajak; dan/atau
v. fasilitas fiskal lainnya.
2) Fasilitas non-fiskal berupa :

98
i. bantuan peningkatan kemampuan Sumber Daya
Manusia;
ii. pembangunan prasarana bagi Perusahaan Industri
skala kecil dan menengah dalam rangka pengembangan
industri hijau;
iii. bantuan promosi bagi Perusahaan Industri dalam
rangka pengembangan industri hijau;
iv. bantuan fasilitas non fiskal lainnya.

C. Industri Strategis

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Industri strategis adalah Industri prioritas yang memenuhi


kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau
menguasai hajat hidup orang banyak; meningkatkan atau
menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; atau
mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta
keamanan negara.

Meskipun disadari pentingnya keberadaan industri strategis dalam


pembangunan industri nasional, namun dalam kenyataannya
industri strategis belum berperan secara berarti. Hal ini
disebabkan beberapa faktor, antara lain nilai investasi yang relatif
besar, resiko usaha yang tinggi, margin keuntungan yang relatif
kecil, dan memerlukan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu,
pengembangan industri strategis tidak dapat sepenuhnya
mengharapkan peran swasta mengingat faktor-faktor tersebut
diatas sehingga memerlukan keterlibatan dan penguasaan
Pemerintah untuk mempercepat pembangunan industri strategis.

Penguasaan Pemerintah dalam pembangunan industri strategis


dilakukan melalui pengaturan kepemilikan, penetapan kebijakan,
pengaturan perizinan, pengaturan produksi, distribusi, dan harga,
serta pengawasan.

Strategi yang ditempuh untuk mendukung pembangunan industri


strategis adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan industri hulu dan antara dalam rangka


meningkatkan nilai tambah sumber daya alam strategis,

99
mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan
sekaligus memperkuat struktur industri nasional;
b. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan
ketersediaan energi dan mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar fosil;
c. Mengembangkan teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing produk hasil industri yang memiliki
keunggulan kompetitif.
d. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketahanan
pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
e. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan pertahanan
dan keamanan.

2. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Program pembangunan industri strategis yang dilakukan meliputi:

a. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri


strategis tertentu
b. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swasta
dalam pembangunan industri strategis
c. Pengalihan sebagian modal yang dimiliki pemerintah pada
industri strategis kepada pemerintah daerah
d. Pemberian Fasilitas kepada Industri Strategis yang melakukan:
i. pendalaman struktur;
ii. penelitian dan pengembangan teknologi;
iii. pengujian dan sertifikasi;
iv. restrukturisasi mesin dan peralatan;
e. Renegosiasi kepemilikan industri strategis oleh pemerintah
yang dimiliki oleh swasta nasional atau asing.

f. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan.

D. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan


suatu kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh
pemerintah, badan usaha dan masyarakat.

100
b. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan
pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk
impor, dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
c. Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan
penggunaan barang modal, bahan baku, komponen, teknologi
dan SDM dari dalam negeri.

Sasaran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri meliputi:


a. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh
Kementerian / Lembaga Negara, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupun
masyarakat.
b. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN).
c. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN.
d. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan
produk dalam negeri.

Peningkatan penggunaan belanja modal untuk pengadaan


barang/jasa produksi dalam negeri ditargetkan sebagaimana pada
Tabel 22.

Tabel 22. Sasaran Penggunaan Belanja Modal untuk pengadaan


barang/jasa produksi Dalam Negeri

Tahun
Sasaran
2020 2025 2030 2035
Penggunaan Belanja Modal 25 30 35 40
untuk pengadaan barang/jasa
produksi Dalam Negeri (persen)

2. Program Pengembangan

Program peningkatan penggunaan produk dalam negeri yang akan


dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media
elektronik, media cetak, pameran dan talk show.
b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.
c. Program membangun kecintaan, kebanggaan dan kegemaran
penggunaan produk dalam negeri melalui pendidikan.

101
d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten
menggunakan produk dalam negeri.
e. Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan
penggunaan produk dalam negeri.
f. Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa.
g. Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi
peningkatan daya saing dan penguatan struktur industri.

E. Kerjasama Internasional Dalam Bidang Industri

1. Tujuan, Ruang lingkup dan Sasaran

Kerjasama internasional bidang industri bertujuan untuk :


a. melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri
dalam negeri;
b. membuka akses sumber daya industri yang mendukung
peningkatan produktivitas dan daya saing industri dalam
negeri;
c. meningkatkan integrasi industri dalam negeri kedalam jaringan
rantai suplai global, dan;
d. meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan
industri di dalam negeri.
Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi:
a. Pemanfaatan akses pasar produk industri;
b. Peningkatan kapasitas sumber daya industri;
c. Pemanfaatan rantai suplai global, dan
d. Peningkatan investasi industri.

Sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri


sebagaimana tabel berikut.

Tabel 23. Sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang


Industri
Periode
No Sasaran
2015-2020 2020-2025 2025-2035
1 Penambahan jumlah negara 3 5 10
sebagai pasar utama / main
countries produk industri
(negara)
2 Jumlah industri yang 10 10 20
memanfaatkan teknologi
industri melalui kerjasama
teknik.

102
Periode
No Sasaran
2015-2020 2020-2025 2025-2035
3 Jumlah industri yang menjadi 5 5 10
bagian dari rantai suplai global
4 Penyelenggaraan forum 15 15 30
investasi industri diluar negeri

2. Program Pengembangan

Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran


Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri antara
lain:
a. Perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional
produk industri melalui :
1) Penyusunan Posisi Runding dengan mempertimbangkan
rencana pengembangan industri kedepan;
2) Penyusunan Nota Keberatan atas kebijakan negara
mitra/organisasi internasional yang menghambat akses
pasar;
3) Pembangunan jejaring kerja dengan mitra di luar negeri;
4) Promosi produk industri nasional di luar negeri;
5) Pendampingan dan advokasi bagi industri nasional yang
menghadapi permasalahan di bidang hukum publik
internasional; dan,
6) Pemberian fasilitasi lainnya untuk meningkatkan akses
pasar internasional bagi produk industri dalam negeri.
b. Peningkatan Akses Sumber Daya Industri yang dibutuhkan
dalam mendukung peningkatan produktivitas Industri Dalam
Negeri melalui:
1) Pengembangan dan penyediaan informasi kebutuhan
sumber daya industri di dalam negeri dan penyediaan
informasi sumber daya industri di negara mitra;
2) Peningkatan kerja sama internasional dalam bidang:
i. SDM Industri;
ii. infrastruktur teknologi;
iii. Riset dan pengembangan;
iv. sumber pembiayaan proyek industri;
v. standard kualitas sumber daya industri.
c. Pengembangan jaringan rantai suplai global melalui :

103
1) Pengembangan jejaring kerja dengan negara dan mitra
industri;
2) Peningkatan kemampuan industri nasional dalam
melakukan penetrasi kedalam jaringan rantai suplai global;
dan
3) Pengembangan standar kualitas produk dan kompetensi
jasa industri dalam negeri yang sesuai dengan standard
Negara mitra.
d. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri melalui:
1) Penyusunan rencana promosi investasi industri,
2) Koordinasi rencana promosi investasi industri, dan
3) Promosi investasi industri.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(.............................................................)

104

Anda mungkin juga menyukai