Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Veteriner yang
diampu oleh Rival Ferdiansyah, M. Farm., Apt.
Disusun Oleh:
Mira Rafflesia (A 151 086)
Princesa Elnovita T (A 151 091)
Siti Saadah Fauziyah (A 151 099)
Nur Baiti (A 151 100)
Joana Tania Debataraja (A 151 104)
Mega Stevani (A 151 107)
Devi Rahmawati (A 151 109)
Ileka Sri Amanda (A 151 110)
Siti Anatyastuti (A 151 111)
PENDAHULUAN
2.2.1 Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik,
kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotika adalah 10% (FI IV).
Pemberian obat berupa salep pada hewan dilakukan dengan cara
mencukur bulu disekitar bagian yang akan diobati, dibersihkan, lalu baru
diolesi salep. Agar salep dapat meresap ke dalam kulit, olesan salep tersebut
diurut-urut dan ditekan-tekan karena apabila hanya diolesi saja, salep hanya
menempel pada bulu atau kulit sehingga tidak efektif.
Sediaan salep untuk hewan tidak hanya untuk kulit sebagai obat gatal
atau luka seperti Demodis. Namun, bisa juga digunakan untuk mata,
contohnya salep Terramycin Ophtalmic Ointment (salep mata) yang dapat
digunakan untuk manusia dan hewan.
2.2.2 Krim
Krim adalah bentuk sediaan semi padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV).
Krim berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar (Fornas).
Sediaan krim pada hewan biasanya digunakan untuk mengobati luka
atau membasmi mikroba atau parasit pada kulit hewan.
2.2.3 Pasta
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk,
karena merupakan salep yang tebal, keras, dan tidak meleleh pada suhu
badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung (Anief). Pasta
adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaiaan topikal (FI IV).
Namun, dalam sediaan obat hewan, pasta dapat digunakan secara oral
seperti Albendazole yang berkhasiat sebagai antelmintika pada hewan
ternak. Cara pemberiannya dapat dicekokan langsung atau dicampur dengan
pakan ternak.
2.2.4 Gel
Gel atau jeli merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan (FI IV).
Pluronic Lecithin Organogel (PLO) adalah contoh gel yang digunakan
secara transdermal. Komposisi miselar pada PLO meningkatkan penetrasi
bahan aktif di dalam suatu formulasi pada kulit hewan. Sifat dari gel PLO
yaitu tidak toksik dan dapat ditoleransi dengan baik. Gel transdermal
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit yang menyerang anjing dan
kucing seperti penyakit jantung dan hipertiroid.
Selain digunakan secara topikal, gel dapat digunakan secara oral,
contohnya Nutriplus Gel untuk menambah vitamin dan mineral pada anjing
yang diberikan secara oral atau dicampurkan dalam makanannya.
2.4 CPOHB
2.4.1 Definisi
CPOHB adalah singkatan dari Cara Pembuatan Obat Hewan Yang
Baik, merupakan pedoman untuk mengatur seluruh proses produksi dan
kontrol kualitas obat hewan secara baik dan benar sehingga dihasilkan suatu
produk akhir obat hewan yang aman dan berkualitas. Hal tersebut didasari
oleh:
A. Peraturan Pemerintahan RI Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat
Hewan.
B. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 466 Tahun 1999 tentang
Pedoman CPOHB.
C. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Nomor 247
Departemen Pertanian Tahun 1999 tentang petunjuk Operasional
Penerapan CPOHB.
D. Farmakope Obat Hewan Indonesia.
2.4.2 Tujuan Penerapan
CPOHB merupakan salah satu bentuk sistem pengawasan kualitas
produksi dan diterapkan untuk memperoleh jaminan mutu obat hewan.
Sistem produksi dirancang untuk menjamin obat hewan yang diproduksi
dengan mutu dan jumlah yang benar sesuai dengan SOP.
2.4.3 Manfaat Penerapan
C. Jaminan Kualitas.
Jaminan kualitas terkait distribusi obat dari pabrik hingga sampai ke
konsumen. Penerapan SOP akan menghindari variasi dalam proses
produksi sehingga proses produksi antara satu nomor batch dengan
nomor batch obat yang lain akan sama sehingga kualitas yang
dihasilkan seragam.
D. Jaminan Pelayanan.
Pencantuman keterangan yang jelas mengenai indikasi, komposisi
obat, aturan pakai, kadaluarsa hingga cara penyimpanan termasuk
dalam jaminan pelayanan. Hal tersebut ditujukan agar peternak
memiliki panduan dalam menggunakan obat.
2.4.4 Penerapan CPOHB Dalam Industri Farmasi
A. Produk dan Proses Produksi.
Aspek yang dilihat dimulai dari bahan baku obat hewan, proses
produksi hingga menjadi produk obat yang sudah jadi yang mengacu
pada standar nasional seperti Farmakope Indonesia (FI) dan
Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) maupun standar
internasional seperti US Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia
(BIP), dan Office International des Epizooties (OIE).
B. Pekerja.
Menerapkan prosedur sanitasi dan hygiene personal yang baik serta
pengecekan kesehatan karyawan secara berkala agar tidak ada atau
minimal kontaminasi pada produk obat yang dihasilkan sehingga
aman dan berkualitas. Pekerja harus memiliki pengetahuan mengenai
hal-hal yang baru dalam sistem CPOHB dan diterapkan oleh pekerja.
C. Lingkungan.
Aspek lingkungan ini ditujukan untuk mempertahankan kelestarian
lingkungan di sekitar industri serta masyarakat di sekitar industri agar
tetap nyaman dan tenang. Program yang dijalankan antara lain sanitasi
dan pengaturan pembuangan limbah agar tidak mencemari lingkungan
dan menghasilkan produksi yang bersih. Hal yang dapat diterapkan
adalah produksi bersih, Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL), dan
Baku Mutu Air Limbah (BMAL).
D. Inspeksi Diri.
Inspeksi diri berkala dilakukan melalui audit internal yang dilakukan
untuk mengevaluasi setiap poin dalam proses produksi. Tujuannya
untuk melaksanakan CPOHB dengan baik, mengetahui gambaran
keberhasilan pelaksanaan CPOHB dalam perusahaan, serta untuk
mengetahui kekurangan dan memberikan masukan agar CPOHB bisa
diterapkan lebih baik lagi.
E. Dokumentasi dan Penanganan Keluhan.
Setiap proses produksi yang berlangsung, bahan baku, dan produk
obat hewan jadi yang dihasilkan selalu terdokumentasi. Hal ini
bertujuan agar produk obat hewan yang dihasilkan selalu berkualitas,
aman, dan terstandarisasi. Selain itu, bila ada keluhan konsumen dapat
ditangani dan ditelusuri dengan cepat dan mudah karena ada
dokumentasi yang sudah dibuat, jadi penanganan keluhan dapat
diatasi cepat dan tepat.
2.5 Jenis Sediaan Obat Hewan Bentuk Semi Padat di Pasaran.
2.5.1 Obat Dalam Negeri.
A. Anti Pick (Obat Bebas Terbatas).
Bentuk Sediaan : Pasta
Komposisi : Creecylic acid 10%
Indikasi : Mengobati luka dan mencegah kanibalisme.
Perhatian : Simpan obat di tempat yang kering dan tertutup
rapat, terhindar dari sinar matahari langsung.
Cara Pemakaian : Oleskan pada luka.
Kemasan : Wadah plastik isi 18 gram.
(Deptan RI No. D 0703145 PTM)
Martin. 1970. Physical Pharmacy, Second Edition. Philadelphia: Lea & Febiger
Asosiasi Obat Hewan Indonesia. 2001. Setengah Abad Ayam Ras di Indonesia –
Chicken Industry. Indonesia: Asosiasi Obat Hewan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 302/Kpts/KP.150/6/2003. Tentang
Pembentukan Panitia Penilai Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik
(CPOHB).
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 2000. Pusat Penelitian Peternakan
Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan. Yogyakarta:
Universtias Gadjah Mada Press
Marinda, Wenny Silvia. 2012. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Liposom
yang Mengandung Fraksinasi Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L.) sebagai Antioksidan. Depok: Universitas Indonesia.