Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA

Ny. N GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN DI INSTALASI GAWAT


DARURAT

BAB I
Tinjauan Pustaka

A. Pengertian
Ketidakefektivan pola napas adalah inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi yang adekuat (Wilkinson, 2007).

B. Etiologi
Menurut Wilkinson (2007) etiologi dari masalah keperawatan ketidakefektivan pola napas,
antara lain:
a. Ansietas
b. Kelelahan otot-otot respirasi
c. Penurunan energi/kelelahan
d. Deformitas dinding dada
e. Nyeri
f. Disfungsi neuromuskular

C. Batasan Karakteristik
Menurut Wilkinson (2007) batasan karakteristik dari masalah keperawatan ketidakefektivan
pola napas, antara lain:
a. Dispnea
b. Napas pendek
c. Perubahan gerakan dada
d. Napas cuping hidung
e. Penggunaan otot-otot bantu pernapasan

D. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan


asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Menurut Marga Adi, penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini
terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.

E. Intervensi Keperawatan
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan bronkospasme.
Tujuan :
Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.

6. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban
pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Bab II
Tinjauan Kasus

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor RM : =
Tanggal masuk : 10 Januari 2011 jam 17.05 WIB
Alamat : -
gnosa Medis : asma
B. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing
Ada nafas, nafas cepat RR: 30x/m
Circulation
Ada nadi
Disability
GCS 15

2. Pengkajian Sekunder

a) Tingkat Kesadaran : CM
b) GCS : E4M6V5
c) Tanda-tanda vital : TD = 130/70 mmHg, N = 92 x/menit, RR = 30x/menit
d) Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien baru dating bersama keluarga dengan keluhan sesak
nafas.

e) Riwayat Kesehatan Dahulu :-


f) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Muka : Sianonis (-), konjunctiva anemis, ukuran pupil kanan/kiri: 3 mm/ 3
mm, rangsang cahaya pupil kanan / kiri: +/+
Hidung : bersih, napas cuping hidung (-)
Telinga : simetris, bersih, serumen (-)
Leher : JVP (-), pembesaran kelenjar toiroid (-)
2) Dada : simetris(+),retraksi dinding dada(+),otot bantu
(+),whezeng(+)
3) Punggung : bersih
4) Abdomen : datar (+), peristaltik 8 x/menit
5) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : CRT < 2 detik, edema (-)
Ekstremitas Bawah : edema (-)

C. Analisa data
No Data Fokus Masalah keperawatan Etiologi
1. DS: - Ketidakefektivan Pola Kelelahan otot-
DO: Napas otot pernapasan
a. Retraksi dinding dada (+)
b. Penggunaan otot bantu napas
(+)
c. Napas cuping hidung (-)
d. RR = 30 x/menit
e. Sianosis (-)

D. Intervensi NIC dan NOC


No NIC NOC
1. Posisikan pasien head up 30 derajat Setelah dilakukan tindakan
Pertahankan jalan napas keperawatan diharapkan masalah
Perhatikan pergerakkan dada, amati akan berkurang, dengan kriteria:
penggunaan otot-otot bantu pergerakan dada normal,
Pertahankan oksigen sesuai advis dokter penggunaan otot-otot bantu
Pantau jumlah respirasi berkurang
Berikan nebu, sesuai advice dokter

E. Implementasi
Waktu No. Dx Implementasi Respon
10-/03/2011
17.05 1 Memposisikan nyaman Posisi semi fowler
pasien
17.06 1 Memberikan terapi Oksigen kanul 3 L/menit
oksigen sesuai advis
dokter
17.08 1 Mengauskultasi bunyi Terdengar whezeng
paru
17.10 1 Memberikan terapy Ps. kooperatif
sesuai program
Nebu ventolin 1:1
17.30 1 Mengobservasi status RR = 24 x/menit
respyratory Retraksi dan penggunaan otot
bntu berkurang

F. Evaluasi
Waktu No. Dx SOAP
10/03/2011 1 S:-
Jam 17.40 O:
a. Retraksi dinding dada berkurang
b. Penggunaan otot bantu napas berkurang
c. Napas cuping hidung (-)
d. RR = 24 x/menit
e. Sianosis (-)
A: Ketidakefektivan Pola Napas teratasi
P:
a. Anjurkan control dokter

Bab III
Pembahasan

Kasus Ny. N, 42 tahun yaitu pasien baru datang bersama keluarga dengan keluhan sesak
nafas dengan keadaan KU lemah, CM, diagnose yang didap[atkan yaitu asma’ diagnose yang
muncul yaitu pola nafas b.d bronkospasme
Intervensi dari masalah (1) menurut Wilkinson (2007), yaitu:
a. Pantau adanya pucat dan sianosis
b. Pantau jumlah respirasi
c. Pertahankan jalan napas
d. Perhatikan pergerakkan dada, amati penggunaan otot-otot bantu
e. Pertahankan oksigen sesuai advis dokter
a. Pantau hasil pemeriksaan enzim jantung
Berdasarkan implementasi yang dilakukan bersama dengan tindakan kolaborasi pemberian
ventolin, pola nafas pasien teratasi dan dianjurkan kontrol dahulu serta rawat jalan

Anda mungkin juga menyukai