Formulasi Sediaan Paracetamol
Formulasi Sediaan Paracetamol
BAB I
PENDAHULUAN
d. Stabilitas
Bahan padat terhadap :
• Suhu : peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi bahan obat
• Cahaya : Tidak stabil terhadap sinar UV
• Hidrolisis dapat terjadi dalam keadaan asam atau basa. Hidrolisis minimum
terjadi pada rentang pH 5-7
Terhadap pelarut : Paracetamol sangat stabil dalam air
e. Khasiat
Analgetikum dan antipiretikum.
f. Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivate p-aminofenol jarang terjadi.Manifestasinya berupa
eritema atau urtikaria dan gejala lebih berat berupa demam atau lesi pada mukosa.
Fanesetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian
kronik.Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme
autoimun.Defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal.
Mathemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan masalah pada
dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb.
Mathemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar ajak.
Eksperimen pada hewan coba menunjukan bahwa gangguan ginjal lebih mudah
terjadi akibat asetosal daripada fenasetin.Penggunaan semua jenis analgesic dosis
besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpotensi menyebabkan
netropati analgesic.
g. Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan antipiretik, telah
menggantikan penggunaan salisilat.Parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu
lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesic.Jika dosis terapi tidak
memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hamper tidak
mengiritasi lambung, parasetamol sering dikombinasi dengan AINS untuk efek
analgesic.
h. Kontra Indikasi
• Hipersensitivitas terhadap parasetamol
• Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
BAB II
PERHITUNGAN DOSIS
c. Dosis Takar:
• 0-3 bulan : 3-5,4 kg = 30-54 mg = 1 ml- 1,5 ml
• 3-6 bulan : 5,4-6,8 kg = 54-68 mg = 1,5 ml- 2 ml
• 6-9 bulan : 6,8-7,5 kg = 68-75 mg = 2 ml- 2,08 ml
• 9-12 bulan : 7,5-8,0 kg = 75-80 mg = 7,08 ml- 7,5 ml
e. Dosis pemakaian:
• 0 bulan = 30 x 0,4 / 60 = 0,2 ml = 0,2 ml
• 3 bulan = 54 x 0,4 / 60 = 0,36 ml = 0,4 ml
• 6 bulan = 68 x 0,4 /60 = 0,45 ml = 0,5 ml
• 9 bulan = 75 x 0,4 / 60 = 0,5 ml = 0,5 ml
• 12 bulan = 80 x 0,4 / 60= 0,53 ml = 0,5 ml
BAB III
PERSYARATAN UMUM
3. 1 Definisi Sediaan Guttae
Menurut FI III
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense yang dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku yang disebutkan pada Farmakope Indonesia. Jika disebutkan guttae atau obat
tetes tanpa penjelasan lebih lanjut yang dimaksud adalah guttae untuk obat
dalam.Penetes baku adalah penetes yang pada suhu 200 memberikan tetesan air
suling yang bobotnya antara 47,5 mg dan 52,5 mg ( F I III / XXXV). Tetes yang
dimaksud adalah tetes yang keluar bebas dari penetes baku secara tegak lurus atau
dari penetes lain yang telah ditara terhadap penetes baku (F I III / XXXV).
4. 1 Spesifikasi sediaan
• Bahan aktif yang terpilih : paracetamol
• Bentuk sediaan terpili : drop
• Persyaratan bentuk sediaan : stabil, jernih, homogeny
• Kadar bahan aktif : 60 mg/5ml
• PH sediaan : 6 ± 0,5
• Kemasan terkecil : 15 ml
• Warna : kuning
• Bau : bau jeruk
• Rasa : jeruk manis
Spesifikasi Formula 1
Permasalahan Penyelesaian Pilihan Bahan Bahan Yang Dipakai Alasan
Kelarutan 1:70 dalam air. 1:40 dalam gliserol. 1:40 dalam propilenglikol
Ditambahkan co-solven Gliserol
Sorbitol
Propilenglikol
aquadest Sorbitol Sangat mudah larut dalam air
Rasa pahit Sediaan ditujukan untuk anak usia 0-1 tahun Ditambahkan pemanis
Sakarin Na
Glukosa
Sukrosa
Propilenglikol
Sakarin Na Dapat menutupi rasa yang pahit dari bahan aktif karena memiliki rasa
yang lebih manis dari sukrosa. Memiliki kelarutan 1,5 dalam air
Kestabilan pada PH 5,4-6,9 (tidak stabil) Ditambahkan dapar untuk menjaga
kestabilannya NaCl
Asam Benzoat
Propilenglikol
Na2HPO4
NaH2PO4 Na2HPO4
NaH2PO4 Karena paracetamol bersifat basa dan memerlukan garam yang bersifat
basa pula.
Bentuk sediaan Drop. Bahan aktif berwarna putih, pahit, tidak berbau
Ditambahkan pewarna Karmin
Syrup aurantii
Tartrazin
Oleum citri Oleum citri Memberikan warna kuning pada sediaan. Memiliki rasa
manis dan bau yang harum sehingga dapat memperbaiki rasa dan bau
Kestabilan terhadap cahaya Tidak stabil terhadap cahaya Dikemas dalam botol
berwarna coklat Tidak terlalu menyerap cahaya
Spesifikasi formula 2
Permasalahan Penyelesaian Pilihan bahan Bahan yang dipilih Alasan
Kelarutan Sukar larut Ditambahkan co-solvent Gliserol
Propilenglikol
aquadest propilenglikol Karena propilenglikol bersifat multifungsi selain sebagai
pelarut juga sebagai pengawet
Rasa pahit Sediaan ditujukan untuk anak usia 0-12 bulan Ditambahkan pemanis
Sakarin Na
Sukrosa
Glukosa Sakarin Na Dapat menutupi rasa yang pahit karena memiliki rasa yang
lebih manis dari sukrosa
Kestabilan terhadap PH 5,4-6,9
(tidak stabil) Ditambahkan dapar Asam benzoate
Na Benzoat
NaCl
Propilenglikol
Na2HPO4
NaH2PO4 Na2HPO4
NaH2PO4 Karena paracetamol bersifat basa sehingga memerlukan garam yang
bersifat basa pula
Bentuk sediaan Bahan aktif berwarna putih Ditambahkan pewarna Tartrazin
Karmin
Oleum citri Oleum citri Memberikan warna kuning dalam sediaan. Memiliki rasa
yang lebih manis dari sukrosa dan bau yang segar sehingga dapat memperbaiki
rasa dan bau.
Kestabilan terhadap cahaya Tidak stabil Dikemas dalam botol berwarna coklat
Tidak terlalu menyerap cahaya
BAB V
FORMULASI
Bahan-bahan terpilih
1. paracetamol : zat aktif
Fungsi : analgetik, antipiretik
Sifat fisika kimia:
• Densitas : 1,263 g/cm3
• Titik lebur : 1690 C (3360 F)
• Massa molar : 151,17 g/mol
• Ksp : 1,4 g/100 ml or 14 mg/ml (200C)
• Higroskopisitas : tidak higroskopis
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh
karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95%, dalam 13bagian
aseton. Dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propilenglikol.
Alasan : hanya ada 1 bentuk paracetamol
2. sorbitol:
Fungsi : pelarut
Rentang : 20-35 %
ADI : -
Sifat fisika kimia :- berat jenis : 1,472
- Titik lebur : 930 C
- Titik didih : 2960 C
- Larut dalam air, gliserol, propilenglikol
Inkompaktibilitas :membentuk khelat yang larut dalam suasana asam dan basa
yang kuat.
Kelarutan :
Alasan : sangat mudah larut dalam air
3. sakarin Na
Fungsi : pemanis
ADI : 5 mg / kgBB
Rentang : 0,02-0,50%
Inkompaktibilitas : sakarin dapat bereaksi dengan molekul yang besar sehingga
terjadi endapan.
Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol 95%
Sifat fis-kim : Berat Molekul : 183,19 – 241,19
Titik Leleh : 230oC
Titik Didih : 299oC
Tidak stabil pada pemanasan
– Akan pahit bila mengalami pemanasan
• – Pada temperatur sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan rasa pahit atau
rasa logam
Alasan : memiliki rasa yang lebih manis dari sukrosa (300x), mudah larut dalam air
4. Na Benzoat
Fungsi : pengawet
Rentang : 0,02-0,5%
ADI : 5 mg / kgBB
Inkompaktibilitas : tidak kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatin, garam
besi, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak, timah, merkuri.
Kegiatan pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin atau surfaktan
nonionik
Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol 95%
Sifat fis-kim :
Alasan : mudah didapat, efisien, cocok digunakan sebagai pengawet untuk sediaan
oral
5. oleum citri
Fungsi : coloris, odoris, saporis
Rentang : -
ADI : -
Inkompaktibilitas : -
Kelarutan : -
Sifat fis-kim : -
Alasan : dengan sedikit penambahan sudah dapat memberikan warna kuning, rasa
yang manis, bau yang segar
6. propilenglikol
Fungsi : pelarut, pengawet
Rentang : pelarut = 10-25 %
Pengawet = 15-30 %
ADI : 25 mg / kgBB
Inkompaktibilitas : pelarut oksidasi, seperti KMnO4
Kelarutan : larut dalam etanol 95%, klorofom P, 6 bagian eter P.
Sifat fis-kim : Berat Molekul : 90.14
Density : 0.962 g/cm3 @ 20°C
Titik Didih : 118-118.5°C
Titk Leleh : -96.7°C
Tekanan Uap : 11.8 torr @ 25°C
Alasan : propilenglikol bersifat multifungsi selain sebagai pelarut dapat pula
sebagai pengawet
Perhitungan waktu kadaluarsa
Paracetamol pada PH = 6 : t1/2 = 21,8
Log K = (2,303 / t1/2) x log (co / ct)
Maka
Log K= (2,303 / t1/2) x log (co / ½ co)
Log K = (2,303 / 21,8) x log 2
Log K = 0,0318
Sehingga diperoleh T90 sebesar
Log K = (2,303 / t1/2) x log (co/ct)
0,0318 = (2,303 / t90) x log (co/0,9 co)
0,0318 = 0,105 / t90
t90 = 3,31 tahun
sehingga diperoleh t95 sebesar
log K = (2,303 / t1/2) x log (co / ct)
0,0318 = (2,303 / t95) x log (co / 0,95 co)
0,0318 = 0,0513 / t95
t95 = 1,6132tahun
kesimpulan : jadi massa kadaluarsa paracetamol +- 3,31 tahun dari tanggal
pembuatan
Formula baku ( Handbook of Pharm Manufacturing Formulation Liquid Product
hal 78)
Bill of Materials
Scall (mg/ml) item Material name Quantity / L (g)
739,0 1 Propilenglikol 739,0
900 2 Acetaminophen 90,0
17,5 3 Saccharin Sodium Powder 17,5
8,75 4 Sodium Chloride 8,75
0,05 5 Dye Red FD & C No. 40 a 0,05
2,5 6 Water purified 2,5
2,0 7 Flavor wild cherry artificial 2,0
65,0 8 Alcohol (ethanol) 190 proof nonbeverage 65,0
Qs 9 Water purified Qs to 1 L
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat
atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental
yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan cairan kental
untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa.
2.1.2 Komponen Sirup
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun
pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori
rendah seperti laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan
lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah
sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi
aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan.
Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan.
Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
2.1.3 Sifat Fisika Kimia Sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar
lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang
diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat
menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu
dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin
mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair
selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap
kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan
sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada
minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan
Selama waktu tertentu.
Warna : Putih
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Pemerian : serbuk hablur
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol (95%)P, larut
dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut dalam sebagian propilen glikol,
larut dalam alkali hidroksida.
Suhu lebur : 169o - 172o C
Masa molekular : 272,4 g/mol
PH larutan : 3,8 – 6,1
Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah
- terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dari
- luar dan adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH optimum
- akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi hidrolisis.
Khasiat dan Penggunaan : Anelgetikum, Antipiretikum.
2.2.2 Uraian Zat Tambahan
1. Sukrosa (Sumber ; FI Edisi III, Halaman 725)
Warna : Putih
Rasa : Tidak mempunyai rasa
Bau : Hampir tidak berbau
Pemerian : Serbuk hablur halus
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 25 bagian etanol (95 %)
P, dan dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.
Titik Lebur 0
: 125 C sampai 128 C0
Pka/pkb : 8,4
Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml
pH larutan : 3-6
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Khasiat : Bahan Pengawet
3. Gliserol
4. Asam Sitrat
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam; agak
higroskopik merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : larut dalam kurangdari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P;
sukar larut dala eter P.
Titik Lebur :
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Pendapar
III METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
ALAT BAHAN
Timbangan Paracetamol
Spektrofotometer Nipagin
Batang pengaduk Sukrosa
Botol coklat Propilenglikol
Spatel Gliserol
Kertas perkamen PEG6000
Gelas ukur Asam sitrat
Erlenmeyer Sodium sakarin
Pipet tetes Natrium sitrat
Beaker glass Erytrocine Soluble Colour
Viskometer Broukfield Grave Flavour
Piknometer Aquadest
2.2 Formulasi
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Cara Pembuatan
1. pembuatan sirup gula
Dalam gelas pialan 1 L yang berisi air suling ( suhu 80o )
Dimasukan sukrosa sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai larut
Dinginkan sampai suhu 40o
1. Uji Pemerian
Keadaan yang di amati yaitu :
- Warna,
- Rasa,
- Bau,
- Kelarutan.
Pemberian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak hilang.
2. Pemeriksaan BJ
3. Pemeriksaan pH
Larutan sirup yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas piala 20 mL
Lakukan pengukuran pH menggunakan pH meter dengan mencelupkannya dalam larutan
sirup.
4. Volume Terpindahkan
Botol 60 mL yang sebelumnya telah dikalibrasi
Sediaan sirup yang telah jadi kemudian dimasukan ke dalam botol 60 ml sampai batas
kalibrasi
Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume terpindahkannya serta
ketepatan dalam melakukan kalibrasi.
5. Pemeriksaan Viskositas
Mengukur viskositas sirup paracetamol menggunakan Viskometer Brookfield :
Masukan sirup kedalam beaker glass
Pasang alat brookfield dan masukan spindel dalam sirup paracetamol
Pilih pengatur kecepatan; amati jarum penunjuk pada saat konstan
Catat angka yang ditunjuk jarum; hitung viskositasnya.
6. Pemeriksaan Kadar
A. Standar Paracetamol
Timbang 340 mg paracetamol standart larutkan dalam 10 mL NaOH 0,1 N dan tambahkan
aquadest ad 100 mL (Larutan 1). Kocok ad homogen.
Pipet 1mL larutan 1. Tambahkan aquadest ad 25 mL. Kocok ad homogen. (Larutan 2)
Pipet 1mL larutan 2. Tambahkan 2,0 mL NaOH 0,1N, tambahkan aquadest ad 25mL. kocok
ad homogen. Lakukan penetapan kadar paracetamol standar menggunakan spektrofotometri
dengan panjang gelombang 257 nm.
B. Sampel Paracetamol
Dari sediaan sirup paracetamol dipipet 10,0 mL tambahkan 10 mL NaOH 0,1N, tambahakan
aquadest ad 100 mL. Kocok ad homogen.
Pipet 1mL larutan 1. Tambahkan aquadest ad 25 mL. Kocok ad homogen. (Larutan 2)
Pipet 1mL larutan 2. Tambahkan 2,0 mL NaOH 0,1N, tambahkan aquadest ad 25mL. kocok
ad homogen. Lakukan penetapan kadar paracetamol menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 257 nm.
IV HASIL PENGAMATAN
4.1 . Uji Pemerian
Sebelum penyimpanan Setelah 1 minggu penyimpanan
Warna sirup : Merah Warna sirup : Merah
Bau sirup : Wangi anggur Bau sirup : Wangi anggur
Rasa : Manis, pahit Rasa : Manis, pahit
Kelarutan : Larutan bening dan tidak Kelarutan : Larutan bening dan tidak
mengendap mengendap
4.2 Pemeriksaan pH
Rentang pH sediaan paracetamol sirup 3,8 – 6,1
Sebelum penyipanan Setelah 1 minggu penyimpanan
4,5 8,5
4.3 Pemeriksaan BJ
Sebelum penyimpanan Setelah 1 minggu penyimpanan
1,14 gr/ml 1,15 gr/ml
Kelompok Botol
1 62 ml
2 61 ml
3 61 ml
4 62 ml
5 61 ml
Solution (larutan)
Larutan adalah sediaan yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut di
gunakan air suling kecuali di nyatakan lain.
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, selain obat.
Sebagai pelarut utama elixir adalah etanol yang di maksudkan untuk mempertinggi kelarutan.
Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut banyak.
Suspensiaon(suspensi)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, tidak boleh cepat mengendap, bila di gojok perlahan-lahan endapan harus segera
terdispersi kembali.
Emulsa(emulsi)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, di stabilkan dengan zat pengeulsi atau surfaktan yang cocok.
Merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, bisanya air dan minyak,
di mana cairan yang satu terdispersi manjadi butit-butir kecil dalam cairan yang lain.
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair di golongkan menjadi :
Sediaan cair oral : potiones (obat munum), elixir, sirup, guttae.
Sediaan cair topical : collirium, gargarisma, mouthwash, guttae nasales, guttae opthalmicae,
guttae auricularis, irigationes, inhalations, ephitema, lotion.
Sediaan cair rektal/vagina : clysma, douche.
Sediaan cair perenteral : injeksi.
= Perhitungan bahan.
Cara kerja :
1. Botol di kalibrasi 60ml
2. Timbang parasetamol masukkan dalam beker gelass + etanol aduk ad larut. PEG + as benzoat
aduk ad larut.
3. Taburkan CMC di atas air biakan sampai mengembang aduk.
4. No 2 + no 3 aduk ad larut, + pewarna aduk ad homogen.
5. Tambahkan air ad 60ml + essenese q.s
Perhitungan bahan :
Minyak Ikan = 20 ml
Air = 10 ml
PGA =5
Sirup Simplex = = 20 ml
Aqua ad = 100
Cara kerja :
1. Pembuatan korpus emulsi dengan perbandingan MINYAK : AIR : PGA = 4 : 2 : 1
2. Masukkan minyak ikan ke dalam mortir tambahkan PGA aduk ad homogen, masukkan air
sekaligus aduk ad terjadi korpus emulsi.
3. Tambahakan sir siplex aduk ad homogen + air ad 100.
VI. PEMBAHASAN
Parasetamol (Acetaminophen) mengandung tidak kuran dari 98,0% dan tidak
lebihdari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalm 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Khasiat : Analgetikum ;Antipiretikum.
Parasetamol merupakan obat golongan analgetik-antipiretik yang saat ini banyak
digunakan sehingga perlu dibuat suatu formula yang stabil untuk sediaan sirup. Parasetamol
merupakan derifat asetanilida yang digunakan sebagai analgetik-antipiretik. Umumnya obat
dalam bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena mudahnya menelan cairan dan
keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah untuk memberikan dosis yang
relatif sangat besar, aman dan juga mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak-anak.
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan
zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
VII. KESIMPULAN.
Parasetamol merupakan salah satu yang paling umum digunakan 'over-the-counter'
obat-obatan, terutama untuk penyakit ringan yang diderita oleh banyak anak-anak.Tapi
terkadang tidak digunakan dalam dosis yang tepat, yang mungkin membuatnya kurang efektif
atau berbahaya.
Menggunakan parasetamol utama adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan untuk
mengurangi demam. Sementara yang memiliki suhu dinaikkan tidak selalu hal yang buruk,
karena dapat membantu kekebalan tubuh, dapat membuat orang yang terkena merasa sangat
tidak nyaman.
Definisi emulsi adalah dua zat cair yang berbeda jenisnya dalam keadaan koloid. Dua zat air
ini tidak saling melarutkan. Misalnya air susu, air santan, serta air dalam minyak seperti minyak
rambut dan minyak ikan. Air tidak bisa bercampur dengan minyak. Jika air dikocok dengan sedikit
minyak, maka minyak akan menyebar ke seluruh bagian, tetapi kalau dibiarkan akan berpisah.