Khutbah Jumat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Nama : Umi Fatihah

Kelas : VII - C

Khutbah Jumat: Pelajar Calon Pemimpin Masa Depan

Khutbah Pertama

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫ أ َ ْش َهد أَ ْن َل إهلَهَ َّإل هللا‬.‫ ْالقَ هوي ه ْالغَنهي ه ْال َح هكي هْم‬،‫اَ ْل َح ْمد لله الدَّا هئ هم ْال َعا هل هم ْالقَ هدي هْم‬
‫عبْده‬ َ ‫س هيدَنَا م َح َّمدًا‬ َ ‫ َوأَ ْش َهد أَ َّن‬.‫َو ْحدَه َلش هَري َْك لَه ْال َم هلك األ َ ْعلَى ْال َع هظي هْم‬
‫هك َو َرس ْو هل َك‬َ ‫ع ْبد‬ َ ‫علَى‬ َ ‫س هل ْم‬ َ ‫ص هل َو‬ َ ‫ اَلله َّم‬.‫الر هحي هْم‬
َّ ‫الرؤ ْوف هبأ َّمته هه‬ َّ ‫َو َرس ْوله‬
‫ أ َ َّما بَ ْعد‬.‫اإل ْستهقَا َم هة َوالت َّ ْق هوي هْم‬ ْ َ ‫علَى آ هل هه َوأ‬
‫ص َحا هب هه ذَ هوى ه‬ َ ‫م َح َّمد َو‬
‫ قَا َل هللا تَعاَلَى في‬. َ‫صيْك ْم هبتَ ْق َوى هللاه فَقَ ْد فَازَ ْالمتَّق ْون‬ ‫فَيَا أَيُّ َها النَّاس أ ْو ه‬
‫القران الكريم اعوذ بالل من الشيطان الرجيم بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫والعصر إن اإلنسان لفي خسر إل الذين آمنوا وعملوا الصالحات‬
.‫وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر‬
Jamaah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah...
Dalam kesempatan khutbah ini, saya kembali mengajak seluruh jamaah –
khususnya diri saya sendiri– agar senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya secara
maksimal dan menjauhi seluruh larangan-Nya secara total.

‫َم َعا هش َر ْالم ْس هل هميْنَ ْالم ْعتَ هك هفيْنَ َر هح َمكم هللا‬


Kita tahu bahwa al-Qur’an, sebagai pedoman paripurna bagi manusia,
memuat banyak sekali hal yang utama. Di antaranya adalah kisah teladan orang-
orang terdahulu. Dari sekian banyak kisah teladan, sebagian besarnya adalah kisah
para nabi. Namun, pernahkah kita memperhatikan, ternyata kebanyakan kisah
tersebut bukanlah saat para nabi telah menua, melainkan saat mereka masih muda.
Misalnya, kisah Ibrahim muda, yang mengajak kaumnya berlogika
menemukan Tuhan Yang Maha Esa.[1] Kisah Yahya muda, yang semenjak kecil telah
dikaruniai hikmah dan kebijaksanaan.[2] Kisah Nabi Yusuf yang menjadi pejuang
kebenaran semenjak mudanya.[3] Kisah Ismail muda, yang begitu hebat meyakini
perintah Allah dan taat kepada ketentuan-Nya.[4] Kisah para pemuda Ashabul Kahfi,
legenda remaja yang mempertahankan aqidah tauhid.[5] Dan, masih banyak lagi
kisah para pemuda lainnya.
Ini menjadi bukti bahwa masa muda merupakan masa vital dan produktif
untuk berkarya. Pelajar adalah bagian dari proses produktif pada masa muda.
Semangat pelajar adalah semangat para pemuda. Jiwa pelajar adalah jiwa para
pemuda. Dan, darah para pelajar juga menjadi darah para pemuda. Oleh karena itu,
menjadi keniscayaan bagi para pelajar agar meneladani kisah para pemuda yang
diabadikan oleh al-Qur’an.
Dari sisi kuantitas, jumlah pelajar dan kaum muda sangat besar. Bahkan
Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi; jumlah penduduk usia
produktif jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif.
Pelajar menjadi penyumbang jumlah penduduk produktif tersebut.
Menyadari potensi besar yang dimiliki oleh kaum muda, Sang Proklamator,
Bung Karno, pernah berorasi dengan lantang, “Beri aku seribu orang tua, niscaya
akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia.”
Kata-kata yang tidak kalah lantang juga digemakan oleh Syaikh Mushthofa
al-Ghulaiyaini, seorang ulama besar dari Beirut Lebanon. Dalam karya visionernya
yang berjudul ‘Izhatun Nasyi’in ( َ ‫) هع‬, beliau berkarta:
‫ظة النَّا هشئهين‬
‫س هد ْال َبا هس هل‬ َ َ‫ فَأ َ ْقدهم ْوا إه ْقد‬, ‫ َو هفى هإ ْقدَ هامك ْم َح َياتَ َها‬, ‫هإ َّن هفى َيدهك ْم أَ ْم َر األ َّم هة‬
َ َ ‫ام األ‬
‫ي بهكم األ َّمة‬ َ ‫الص هل تَ ْح‬ ‫ص ه‬ َّ ‫ت ال‬ ‫ت ذَا ه‬ َ ‫ تَ ْح‬, ‫الر َوايَا‬
َّ ‫ض‬ َ ‫َوا ْن َهض ْوا نه ْو‬
“Di tanganmulah, wahai generasi muda, segala urusan bangsa. Dalam langkahmu tertanggung masa
depan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, melangkahlah kalian bagaikan seekor harimau yang gagah
berani, yang tidak pernah mundur setapak pun. Bangkitlah laksana para pemegang panji perang, yang
berangkat menuju medan juang dengan penuh tanggung jawab. Dengan usaha dan hasil karyamu, bangsa
kalian akan hidup bahagia.”

Namun ironisnya, saat ini pelajar di Indonesia dihadapkan pada banyak


permasalahan. Di antaranya adalah masalah ketidakjujuran akademik, pergaulan
yang kelewat batas hingga meledakkan angka kehamilan di luar nikah, kenakalan
yang berujung pada tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi sudah
mewabah secara sistemik hingga ke pelosok desa. Oleh karena itu, perlu ada usaha
sungguh-sungguh yang dilakukan secara sistemik dan melibatkan seluruh pihak
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Setidaknya ada empat usaha nyata untuk mengembangkan kualitas kaum
muda.
Pertama, mematangkan spiritualitas kaum muda.
Pemuda dengan spiritualitas yang baik tidak akan pernah membiarkan dirinya
terkontaminasi oleh hal-hal buruk, seperti narkoba, pergaulan bebas, serta tindakan
anarkis dan tak bermoral yang mengganggu stabilitas sosial.
Di sisi lain, spiritualitas memberi kekuatan kepada seseorang sehingga ia
akan tunduk, patuh, dan takut, hanya kepada Allah Ta’ala. Adanya pejabat yang
melakukan korupsi dan penyalahgunaan jabatan adalah bukti lemahnya spiritualitas
mereka. Andai spiritualitas mereka kokoh dan mendalam, tentu mereka akan takut
dan tunduk hanya kepada Allah. Jika nafsu membujuk agar mencuri, seketika dia
takut kepada Allah. Saat nafsu mendorong untuk melakukan korupsi, dia pun akan
malu karena dilihat oleh Allah.
Inilah yang oleh para ulama disebut dengan muraqabah (merasa selalu diawasi
oleh Allah). Jika muraqabah ini tertanam kuat dalam jiwa setiap pelajar dan kaum
muda, niscaya kelak mereka akan tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang
amanah.
Usaha kedua, memotivasi pelajar agar tidak berhenti mencari ilmu.
Tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan mampu mengubah dunia tanpa
dibekali dengan ilmu. Demikian pula tidak ada pemimpin hebat yang tidak dipondasi
dengan ilmu. Tidak mengherankan jika wahyu yang diterima pertama kali oleh Nabi
Muhammad Saw adalah perintah untuk berilmu.
Iqra’, bacalah! Membaca berarti meluaskan cakrawala, meluaskan
pengetahuan, serta meluaskan hati dan pikiran untuk mengenal Tuhan melalui
keagungan-keagungan-Nya. Spirit Iqra’ inilah yang harus terus digelorakan di dalam
jiwa pelajar dan kaum muda.
Sayangnya, semangat belajar kaum muda belum sepenuhnya sesuai harapan.
Masih banyak pelajar yang semangat belajarnya hanya berorientasi pada angka-
angka di dalam raport atau di atas selembar ijazah. Padahal, hakikat ilmu bukanlah
pada angka-angka tersebut, melainkan pada apa yang terserap dan tertanam di
dalam hati lalu terejawantahkan dalam perilaku dan kepribadian sehari-hari. Itulah
hakikat ilmu yang sebenarnya.
Apa jadinya jika generasi muda ogah-ogahan mencari ilmu? Pastilah sekian
tahun ke depan nasib bangsa tersebut akan tersisih dari percaturan dunia. Hampa
dari prestasi dan sepi dari kemajuan. Bahkan, tidak mustahil bangsa tersebut akan
lenyap dan tenggelam.
Di sinilah produktivitas generasi muda hari ini benar-benar ditantang.
Kreativitas dan kematangan jiwa mereka benar-benar diharapkan. Apa yang mereka
lakukan hari ini adalah cerminan bangsa di masa depan. “ ‫شبَّان ْاليَ ْو هم هر َجال‬
‫( ْالغَ هد‬syubbanul yaum rijalul ghad), pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan,” demikian kata
pepatah Arab.
Sebagai calon pemimpin masa depan, sudah selayaknya kaum muda tidak
henti-hentinya membekali diri dengan ilmu. Amirul mukminin Umar bin Khattab
pernah berkata:

‫تَفَقَّه ْوا قَ ْب َل أَ ْن تَس ْود ْوا‬


“Belajarlah kalian sehingga berilmu sebelum kalian menjadi pemimpin.”

Bahkan, secara lebih tegas lagi Imam Syafi’i berkata melalui bait-bait syairnya:

‫علَ ْي هه أ َ ْربَعا ً هل َوفَا هت هه‬


َ ‫شبَابه هه ** فَ َكبه ْر‬ َ ‫َو َم ْن فَاتَه الت َّ ْع هليْم َو ْق‬
َ ‫ت‬
َ َ‫ّللاه هب ْال هع ْل هم َوالتُّقَى** هإذَا لَ ْم يَك ْونَا َل ا ْعتهب‬
‫ار هلذَاته هه‬ َّ ‫َوذَات ْالفَتَى َو‬
“Barangsiapa menyia-nyiakan waktu menuntut ilmu di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali atas
kematiannya.”
“Demi Allah, hakikat seorang pemuda terletak dalam ilmu dan ketakwaannya. Bila keduanya tidak ada
maka keberadaan sang pemuda dianggap tiada.”
Mereka yang tidak memiliki ilmu laksana orang yang telah mati. Raga mereka
memang hidup, namun hati dan pikiran mereka telah dijemput maut. Karena itulah
mereka layak dishalatkan dengan bertakbir empat kali.
Usaha yang ketiga, menanamkan keluhuran akhlak.
Masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan
hawa nafsu. Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus ke dalam keburukan dan
kesesatan sangatlah besar. Oleh karena itu, dibutuhkan pondasi moral yang benar-
benar andal, atau akhlak yang benar-benar kuat.
Bukankah di antara misi utama Rasulullah Saw adalah untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak? Beliau bersabda:
‫هإنَّ َما ب هعثْت ألت َ هم َم َم َك ه‬
‫ار َم األ َ ْخالَق‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Syauqi Beik, seorang penulis dan penyair ternama berkebangsaan Mesir,
pernah berkata dalam syairnya:

‫ت أَ ْخالَقه ْم ذَهَب ْوا‬ ْ ‫هإنَّ َما األ َمم األ َ ْخالَق َما َب هق َي‬
ْ ‫ فَإه ْن هم ذَ َه َب‬¤ ‫ت‬
“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah kehilangan
akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Usaha keempat, membekali pelajar dengan aneka keterampilan dan keahlian.


Modernisasi menjadi tantangan yang tidak terelakkan. Para pelajar dan kaum
muda harus berani berkompetisi dengan bangsa lain agar tidak tertinggal. Oleh
karena itu, selain membekali diri dengan spiritualitas, ilmu, dan akhlak, mereka juga
harus membekali diri dengan aneka keahlian dan keterampilan, yang sering disebut
pula dengan istilah life skills (kecakapan hidup).
Tentang profesionalitas ini, Rasulullah Saw telah bersabda:

‫ع َمالً أَ ْن يتْ هقنَه‬


َ ‫ع هم َل أَ َحدك ْم‬
َ ‫ب إهذَا‬
ُّ ‫ّللاَ تَ َعالى ي هح‬
َّ ‫هإن‬
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja ia mengerjakannya secara
profesional.” (HR. Thabrani dan al-Baihaqi)
Oleh karena itu, para pelajar dan kaum muda tidak boleh putus harapan.
Tidak boleh menjadi pemuda yang mudah frustasi dan pesimistis. Karena, dalam
jiwa pemuda terdapat jantung yang terus berdetak kencang. Ada darah yang
mengalir deras dengan dada yang terus berkobar. Ada semangat yang terpendam
seperti api dalam sekam. Terus membara sampai batu bata menjadi merah dan
mengokohkan bangunan-bangunan megah, simbol kemajuan.
Sebagai kalimat pungkasan dari khutbah pertama ini, marilah kita resapi
pesan Nabi berikut ini.

َ ‫ص َّحتَ َك قَ ْب َل‬
َ ‫ َو هغن‬،‫سقَ هم َك‬
‫َاك‬ ‫ َو ه‬،‫شبَابَ َك قَ ْب َل ه ََر هم َك‬ َ :‫سا قَ ْب َل َخ ْمس‬ ً ‫اه ْغتَنه ْم َخ ْم‬
‫ َو َحيَاتَ َك قَ ْب َل َم ْوته َك‬،‫ َوفَ َراغ ََك قَ ْب َل ش ْغ هل َك‬،‫قَ ْب َل فَ ْق هر َك‬
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; yakni masa mudamusebelum datang
masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,
kayamu sebelummiskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum
matimu.” (HR. al-Hakim)

Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam


mewarisi tongkat kepemimpinan para tetua sehingga menjadikan bangsa ini
bermartabat dan berjaya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin..

‫ َونَفَ َعنه ْي َو هإيَّاك ْم هباآليَا ه‬،‫آن ْالعَ هظي هْم‬


‫ت َوال هذ ْك هر‬ ‫ار َك هللا هلى َولَك ْم فهى ْالق ْر ه‬ َ َ‫ب‬
َّ ‫ هإنَّه ه َو ْالغَف ْور‬،‫ْال َح هكي هْم‬
.‫الر هحيْم‬

Khutbah Kedua
‫لى ت َ ْوفه ْي هق هه َوا ْمتهنَانه هه‪َ .‬وا َ ْش َهد اَ ْن لَ اهلَهَ اهلَّ‬
‫ع َ‬‫ش ْكر لَه َ‬ ‫سانه هه َوال ُّ‬ ‫لى ا ْهح َ‬‫ع َ‬ ‫اَ ْل َح ْمد لله َ‬
‫عبْده َو َرس ْوله الدَّا هعى‬ ‫هللا َوهللا َو ْحدَه لَ ش هَري َْك لَه َوا َ ْش َهد اَ َّن َ‬
‫سيهدَنَا م َح َّمدًا َ‬
‫س هل ْم‬
‫ص َحا هب هه َو َ‬ ‫علَى ا َ هل هه َواَ ْ‬‫س هي هدنَا م َح َّمد هو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ص هل َ‬ ‫هلى هرض َْوا هن هه‪ .‬الله َّم َ‬ ‫ا َ‬
‫ع َّما نَ َهى‬ ‫تَ ْس هل ْي ًما هكثي ًْرا ا َ َّما بَ ْعد فَيا َ اَيُّ َها النَّاس اهتَّقوهللاَ فه ْي َما ا َ َم َر َوا ْنتَه ْوا َ‬
‫َوا ْعلَم ْوا اَ َّن هللا ا َ َم َرك ْم هبا َ ْمر بَدَأَ فه ْي هه هبنَ ْف هس هه َوثَـنَى به َمآل ئه َكته هه هبق ْد هس هه ‪ .‬قَا َل هللا‬
‫لى النَّبهى يآ اَيُّ َها الَّ هذيْنَ‬ ‫ع َ‬ ‫صلُّ ْونَ َ‬‫تَعاَلَى في القران الكريم ا َّهن هللاَ َو َمآل ئه َكتَه ي َ‬
‫علَى آ هل‬ ‫س هي هدنَا م َح َّمد َو َ‬ ‫علَى َ‬ ‫ص هل َ‬‫س هلم ْوا تَ ْس هل ْي ًما‪ .‬الله َّم َ‬ ‫صلُّ ْوا َ‬
‫علَ ْي هه َو َ‬ ‫آ َمن ْوا َ‬
‫س هيدهنا َ م َح َّمد‬
‫َ‬

‫ت اَلَ ْحيآء هم ْنه ْم‬ ‫ت َواْلم ْس هل هميْنَ َواْلم ْس هل َما ه‬ ‫اَلله َّم ا ْغ هف ْر هل ْلمؤْ همنهيْنَ َواْلمؤْ همنَا ه‬
‫ت الله َّم اَ هع َّز اْ هل ْسالَ َم َواْلم ْس هل هميْنَ َوأَ هذ َّل الش ْهر َك َو ْالم ْش هر هكيْنَ َوا ْنص ْر‬ ‫َواْلَ ْم َوا ه‬
‫اخذ ْل َم ْن َخذَ َل ْالم ْس هل هميْنَ َو دَ هم ْر اَ ْعدَا َء ه‬
‫الدي هْن َواَ ْع هل َك هل َماته َك‬ ‫الديْنَ َو ْ‬ ‫ص َر ه‬ ‫َم ْن نَ َ‬
‫الزلَ هز َل َواْ هلم َحنَ َوس ْو َء اْل هفت َ هن‬ ‫الدي هْن‪ .‬اللَّه َّم ا ْدفَ ْع َ‬
‫عنَّا اْل َبالَ َء َواْ َلو َبا َء َو َّ‬ ‫اهلَى َي ْو هم ه‬
‫ان ْالم ْس هل هميْنَ‬
‫سائه هر اْلب ْلدَ ه‬‫صةً َو َ‬‫ع ْن بَلَ هدنَا اه ْندونه ْي هسيَّا خآ َّ‬ ‫طنَ َ‬ ‫ظ َه َر هم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫َما َ‬
‫سنَةً َوقهنَا‬ ‫آلخ َرةه َح َ‬‫سنَةً َوفهى اْ ه‬ ‫ب اْل َعالَ هميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتهنا َ فهى الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫عآ َّمةً يَا َر َّ‬
‫ار‪.‬‬ ‫عذَ َ‬
‫اب النَّ ه‬ ‫َ‬

‫ع هن‬‫بى َويَ ْن َهى َ‬ ‫ْتآء ذهى اْلق ْر َ‬


‫ان َوإهي ه‬
‫س ه‬ ‫هع َبادَهللاه ! ا َّهن هللاَ َيأْمرنَا هباْل َع ْد هل َواْ هل ْح َ‬
‫شآء َو ْالم ْن َك هر َواْلبَ ْغي ه يَ هعظك ْم لَعَلَّك ْم تَذَ َّكر ْونَ َوا ْذكروهللاَ اْل َع هظي َْم يَ ْذك ْرك ْم‬‫اْلفَ ْح ه‬
‫لى نه َع هم هه يَ هز ْدك ْم َولَ هذ ْكر هللاه ا َ ْكبَ ْر‬
‫ع َ‬‫َوا ْشكر ْوه َ‬

Anda mungkin juga menyukai