Anda di halaman 1dari 11

Garis silang (Grid) adalah garis-garis yang bersilangan yang digambar di muka peta

agar lebih mudah dalam membaca koordinat titik-titik yang ada didalam peta.

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta Menggunakan Sistem Grid

Serba Sejarah - Geografi - Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada
skala. Tetapi bagaimana dengan informasi luas wilayah?
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon
merupakan garis tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area. Area yang
terbentuk ini akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya. Menghitung
luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual dengan menggunakan Sistem
Grid.

Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat petak-petak pada gambar
peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi bujur sangkar
secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung
berapa jumlah kotak yang ada, dengan pedoman :

1. Kotak yang penuh dihitung satu 2. Jika ada kotak yang terpotong oleh poligon maka :

 area yang berada di dalam lebih luas/sama dengan area yang berada di luar poligon,
dihitung satu kotak
 area yang berada di dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak
dihitung.
Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :

Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan
rumus berikut :

Contoh Soal :
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) 1 cm
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000, hitunglah luas
wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!

Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = (6 x 1 cm²) x 2.500.000.000 cm²
L = 6 cm² x 2.500.000.000 cm²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari 1 cm (misal
pada soal berikut : 3cm)
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000, hitunglah luas
wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!

Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (9 x (3cm x 3 cm)) x (25.000)²
L = (9 x 9 cm²) x 625.000.000 cm²
L = 81 cm² x 625.000.000 cm²
L = 50.625.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari
L = 506.250.000 dm²
L = 5.062.500 m²
L = 50625 dkm²
L = 506,25 hm²
L = 5,0625 km²

Sistem grid saat ini banyak digunakan karena dapat memberikan kemudahan dalam membuat
layout halaman website. Dengan sistem grid, halaman pada web dibagi menjadi kolom-kolom.
Elemen-elemen dalam halaman tersebut nantinya dapat diatur berdasarkan kolom-kolom yang
ada sehingga tidak perlu lagi mendefinisikan lebar tiap elemen secara manual.

Namun, bukan berarti sistem grid telah benar-benar sempurna. Dengan menggunakan sistem
grid, kita harus menyertakan kelas .grid_(x) atau .span_(x) ke dalam elemen-elemen HTML
yang kita bangun. Selain itu, kita juga harus sering menggunakan elemen yang secara struktur
sebenarnya tidak dibutuhkan. Tentu saja hal tersebut membuat kode HTML penuh dengan kelas
untuk menentukan lebar elemen dan elemen yang seharusnya tidak diperlukan. Selain itu, sistem
grid yang ada saat ini masih membawa kesulitan dalam membuat struktur tampilan halaman
bersifat fix(statis) maupun fluid(dinamis) karena membutuhkan perhitungan yang cukup
kompleks. Belum lagi terkait desain website yang responsif, saat ini belum banyak sistem grid
yang mampu mendukung web responsif dengan sempurna.
Mengenal Sistem Grid Dalam Desain
Oleh: Pupung Budi Purnama

January 13, 2009

Apakah Anda pernah mendengar Grid? Sistem grid adalah kemampuan dasar yang harus
dimengerti dan dipahami oleh seorang desainer. Dahulu sebelum sistem grid web disediakan
secara luas oleh para web desainer, saya terbiasa membuat Grid sendiri menggunakan ruler dan
guide pada Photoshop. Kini template atau dasar dari Grid telah banyak disediakan untuk dapat
segera dipergunakan. Lalu apa dan mengapa Grid harus dipergunakan?

Pada dasarnya, semua yang kita lihat dan saksikan berdasarkan pada Grid, denah bangunan,
bentuk gedung, layout majalah atau buku, tata ruang, bahkan desain Web berdasarkan pada Grid.

Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar diatas adalah contoh sebuah grid, yang dibangun dari garis-garis yang beraturan
membentuk satu kesatuan. Grid diatas dapat kita tambahkan lebih banyak garis untuk lebih
menambahkan detail pada karya kita nantinya.
Keberadaan grid pada dasarnya adalah membantu untuk menempatkan berbagai elemen dalam
sebuah desain agar nampak beraturan, lebih harmoni, lebih memiliki alur. Perhatikan pada
contoh layout dibawah:

Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta
topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan
sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.

Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih
banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan
yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang
alam (morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad
20,menerapkan tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara
yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak
boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan
tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di
permukaan.

Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral,
karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti:

Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor,
dll.
Peta ketebalan batubara
Peta ketebalan overburden
Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
Peta kemajuan tambang
Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain
Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah
mutlak.

Jenis Peta

Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta
Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.
Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta
skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (
Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta
turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah,
Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta
menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar
lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan:
persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or
fractional scale) dan grafis (graphical scale).

Susunan Peta

Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan
penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta
dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat
disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap
penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta
mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus
disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:
Simbol
Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-
lainnya.
Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk membedakan
atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi
berwarna kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta
biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta.
Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta
oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah;
skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat,
legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa
sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi atau
peta geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM.
Sedangkan bila kita melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur
theodolite, umumnya kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi
koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus
diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya sudah
diketahui. Sehingga dengan demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.

Garis Kontur

Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian
suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur
adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m,
artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta.
Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan
mengalami pengecilan sesuai skala.

Pengertian Kontur Topografi

Konturtopografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian
yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata.
Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara
2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur sesuai
dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian
bawah tengah di atas skala grafis.

Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat
atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan
digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan
kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada
bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan
ke arah atas (lebih tinggi).
Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur
bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar.
Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur
standar.

Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000

Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang
berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan
kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka
kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan bertemu
kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu daerah kemiringan
yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara
terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan simbol.
Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut konveks
(cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu merenggang, maka
disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka permukaan
lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang).
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-kontur
yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-patah), kecuali
pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses
generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).

Berbagai kenampakan kontur

Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B

Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah. Bentuk
permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan, pemotongan
pepohanan (hutan atau perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan
membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan.

Membuat Potongan Profil

Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta berkontur,
gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan kontur-kontur rendah dan
tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang
terendah adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A dan titik B
tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis. Berilah label angka tinggi.

Pemotongan Garis Kontur

Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan pinggiran yang
sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala yang sesuai untuk menunjukkan angka tinggi
dari masing-masing kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat
sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai dengan
tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus,
memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di lembah dan di puncak
bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan memudahkan penggambaran.

Potongan yang menunjukkan intervisibilitas

Menentukan Gradien Jalan Pada Peta

Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien. Gambar di bawah ini
menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16 unit pada arah
horisontal. Selama kedua unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun
satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai 2/16.
Kemiringan lereng atau slope

Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan


perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:

2/16 x 100% = 1,25%

Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara kontur-
kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada angka interval
kontur. Misalnya, jika interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang
berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua kontur adalah 10/120 =
1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.

Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di mana dua kontur yang
berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti prosedur di atas.
Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa interval kontur,
meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada kemiringan lereng yang konstan pada arah yang
sama.

Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan tidak melebihi
1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak boleh kurang
dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta,
interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek dari
jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.

Anda mungkin juga menyukai