Anda di halaman 1dari 17

TEORI FISIKA QUANTUM DAN

RELATIVITAS EINSTEIN DALAM


AL-QUR’AN ~ (oleh; WieRd0 )

Perhatikan;

Dia (Sulaiman) berkata: "Hai pembesar2, siapakah


diantara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang yang berserah diri?". Berkata 'Ifrit (yang
cerdik) dari golongan Jin: "Aku akan datang kepada paduka
dengan membawa singgasana itu kepada paduka sebelum
paduka berdiri dari tempat duduk paduka, Sungguh aku
benar2 kuat untuk membawanya, lagi dapat dipercaya".
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab :
"Aku akan membawa singgasana itu kepada paduka sebelum
mata paduka berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, diapun berkata: "Ini
termasuk kurnia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku
bersyukur atau mngingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang
siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". ~ [An - Naml, jo : 38 – 40, QS Al – Qur’an].

Kita berandai2, misalkan saja kita hadir dalam majlis


khidmat Raja Sulaiman saat itu untuk menjadi saksi adu
tanding kesaktian antara Ifrit (seorang dari golongan Jinn)
melawan sorang ulama ahli kitab (Zabur), siapakah diantara
keduanya yang paling mampu dan paling cepat, dalam
menghadirkan singgasana Ratu Balquis dari kerajaan Saba,
ke hadlirat Raja Sulaiman AS.
Saat Ifrit berkata; "Aku akan datang kepada paduka
dengan membawa singgasana itu kepada paduka sebelum
paduka berdiri dari tempat duduk paduka. Sungguh aku
benar2 kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Kita
tentu akan berfikir, kemungkinan2 apa saja yang akan
dilakukan oleh Jinn Ifrit dalam mewujudkan perkataannya
tersebut, yaitu dalam rangka membawa singgasana Ratu
kerajaan Saba yang konon terletak di Ethiopia(?) – Afrika
[sebab, tempo hari ada yang bilang, berdasarkan spekulasi
kesesuaian nama2 tempat, bahwa letak istana Ratu Balquis
ternyata berada di Indonesia, tepatnya yaitu di kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah (Saba = Wanasaba?); (Ratu Balquis
adalah Ratu Baqa?); lalu (kabupaten) Sleman, (Sleman =
Sulaiman?); dan (kecamatan) Tempel yang terletak di
perbatasan antara Magelang–Jogjakarta (tempel = temple =
kuil?] untuk dibawa ke Istana Raja Sulaiman yang berada di
area (sekitar) masjid Al-Aqsa Dome of Rock, Palestina.

Si Jinn Ifrit sangatlah yakin dengan kemampuannya,


dengan berkata kepada Raja bahwa; “Sungguh aku benar2
kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya"..

Beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan Jinn Ifrit


adalah sebagai berikut;

1. Cara Konvensional;

a. Jinn Ifrit akan keluar dari ruang pertemuan Raja


Sulaiman, bergerak (berlari?) sekencang2nya, menuju
Istana kerajaan Saba, lantas mengambil singgasana
Ratu di dalam istananya, kemudian berlari kembali
menuju Istana Raja Sulaiman sambil menggendong
sebuah kursi ato singgasana itu dipunggungnya(???).
Catatan waktu pulang–pergi yang diperlukan akan
sangat bergantung kepada kecepatan Jinn Ifrit berlari
dan juga jarak tempuh antara Istana Raja Sulaiman
(Palestina) dan Istana Ratu (Ethiopia) itu sendiri.
Ini tentu akan tunduk mengikuti hukum mekanika
klasik mengenai gerak lurus beraturan (hukum Newton
ke-I);

dimana;
S = 2x jarak antara Istana Raja (Pelestina) & Ratu
(Ethiopia), (2x karna Ifrit harus menempuh perjalanan
pulang–pergi), km.
V = kecepatan rata2 lari Jinn Ifrit, km/jam.
t = waktu tempuh, pulang-pergi, jam.

Namun demi memenuhi persyaratan waktu “sebelum


paduka berdiri dari tempat duduk paduka ", sperti yang
dikatakan oleh si Jinn Ifrit itu sendiri, cara ini terkesan
agak mustahil dan barangkali akan sulit terlaksana....
Oya, berapa waktu yang dibutuhkan seorang untuk
berdiri sempurna dari posisi duduk normal? Kita dapat
dengan mudah mengujinya sendiri fakta ini dengan alat
stopwatch dan sebuah kursi ...

b. Dengan cara yang lebih cepat, Jinn Ifrit akan bergerak


(terbang?) mendekati kecepatan cahaya (300.000.000
m/detik), lalu mengambil singgasana Ratu dan balik lagi
ke istana Raja Sulaiman. Disini, khusus untuk obyek
yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi hingga
mendekati kecepatan cahaya, rumus mekanika klasik
seperti diatas sudah tidak berlaku lagi. Yang berlaku
adalah hukum Relativitas Einstein, mengenai
kecepatan, relativitas waktu (dalam gerak relatif);
Dimana;
∆t = selang waktu mnurut pengamat yng bergerak, detik
∆to = selang waktu mnurut acuan diam, detik.
V = kecepatan gerak obyek (Jinn Ifrit), m/detik
C = kecepatan cahaya, 300.000.000 m/detik.

Bagaimanapun, kedua cara di atas, akan memerlukan 2


kali menempuh perjalanan (pulang-balik), berarti ada 2
perhitungan, sebab disaat pulang, Jinn Ifrit bertambah
bebannya karena memikul sebuah singgasana. Sehingga
untuk masa (bobot badan Jinn ifrit dan berat singgasana
yang dipikulnya) berlaku rumus;

Dimana;
m = berat Jinn Ifrit + berat singgasana ratu mnurut
pengamat yang bergerak, kg.
mo = berat Jinn Ifrit + berat singgasana ratu mnurut
acuan diam, kg.
V = kecepatan gerak obyek (Jinn Ifrit), m/detik
C = kecepatan cahaya, 300.000.000 m/detik.

Hasilnya, berat badan Ifrit + berat kursi, ternyata lebih besar


saat Ifrit bergerak mendekati kecepatan cahaya
dibandingkan berat Ifrit + berat kursi, saat diam.
2. Cara De-materialisasi-Materialisasi;

Konsepnya adalah mengubah materi (singgasana Ratu)


menjadi energi (proses de-materialsasi) dan sebelum
dihadirkan ke hadapan Raja Sulaiman, dari energi tersebut
di-transformasikan (disusun ulang) menjadi materi
kembali (proses materialisasi) dalam wujud singgasana
utuh seperti semula.

Dalam hal ini, jika dimensi jarak-ruang dan waktu


diabaikan, Ifrit mungkin tidak memerlukan perpindahan
fisik apapun, artinya si Jinn Ifrit sendiri tidak perlu keluar
dari majlis khidmat Raja Sulaiman.

Cara ini akan tunduk kepada hukum Einstein mengenai


Kesetaraan Energi;

Dimana;
E = Jumlah total energi yang diperlukan Jinn Ifrit untuk
merubah materi (singgasana) menjadi energi dan
merubah energi menjadi materi (singgasana) lagi,
kg m²/dtk², ato Joule.
m = masa materi, berat benda (singgasana Ratu), kg.
C = kecepatan cahaya, 300.000.000 m/detik.

Sounds unbelievable? Sama sekali tidak!. Dalam


kenyataannya, dengan menerapkan formula ini para
ilmuwan sejak jaman dulu sudah mampu mewujudkan de-
materialisasi dengan reaksi (fusi) nuklir dalam pembuatan
bom atom, bom Hidrogen ato demi tujuan2 damai,
misalkan membuat (reaktor) pembangkit listrik tenaga
nuklir. Jadi ini bukan konsep yang sama sekali ngawur ato
hoax, bahkan untuk kedua2nya sekaligus, yaitu de-
materialisasi dan materialisasi, adalah benar2 nyata terjadi
dan sudah biasa dilakukan oleh praktisi2 paranormal dan
dukun2 santet (tentu saja dengan pertolongan para Jinn,
memang inilah spesialisasi mereka), dengan ritual2 dan
pengorbanan tertentu, mereka mampu mengubah benda
(materi) menjadi energi (de-materialisasi), lantas
ditransfer ke targetnya sebelum mengubahnya menjadi
benda (materi) kembali (materialisasi). Sebenarnya
mereka dukun2 itu hanyalah mengetahui prosedurnya
saja, sedangkan yang melakukannya sebenarnya adalah
para Jinn itu. Entahlah, wa Allahu a‟lam.

Lalu, seorang ulama ahli Kitab (Zabur) angkat bicara:


"Aku akan membawa singgasana itu kepada paduka sebelum
mata paduka berkedip". Dari tekstual ayat tersebut, dengan
alegori “sebelum mata Raja Sulaiman berkedip”, terkesan
jelas bahwa ulama ahli kitab tersebut mampu melakukan
jauh lebih cepat daripada apa yang dapat dilakukan oleh Jinn
Ifrit. Dan ini terbukti dengan dihadirkannya kursi /
singgasana Ratu dihadapan Raja Sulaiman dengan “sketika”.
Apakah itu berarti bahwa si ulama sanggup membawa
singggasana dengan kecepatan mlebihi kecepatan cahaya? It
would be more unbelievable! Bagaimanakah hal ini bisa
dijelaskan? Sebab jika benar demikian, ini tentu akan
bertentangan dengan postulat ke-II dari Albert Einstein yang
mengatakan bahwa, “kelajuan cahaya adalah sama dalam
semua kerangka inertia (dimensi ruang–waktu)”. Yang mana
postulat Einstein ini mempunyai implikasi bahwa tidak ada
sesuatu di alam semesta ini apapun itu, baik materi tidak
juga informasi, yang bisa bergerak dan berpindah melebihi
kecepatan cahaya. Dengan kata lain, kecepatan cahaya
adalah (batas) kecepatan tertinggi yang dapat bekerja pada
dan dilakukan oleh dan terhadap (obyek benda) materi.

Penjelasan yang paling mungkin untuk hal ini adalah


dengan pendekatan teori (fisika) quantum, yaitu suatu
quantum teleportation (teleportasi quantum), yang
merupakan aplikasi (penerapan) lebih lanjut dari prinsip2
quantum entanglement of particles (keterikatan quantum
antar partikel2) dan juga fenomena quantum leap
(lompatan quantum dari elektron2) di dalam atom2.
Konsep teleportasi quantum, yang ideal, memang
memungkinkan suatu partikel (materi) dapat berpindah
dengan sketika, tanpa tergantung kepada jarak. Artinya akan
sama berapapun jarak yang memisahkan, baik hanya
beberapa meter, ato bahkan hingga ke pinggir alam
semesta, akan sama saja jeda waktunya yaitu adalah 0
detik.

Ini sangat berkaitan dengan terminologi “sketika” dalam


ayat tersebut di atas, dimana tidak ada selang waktu
diantara 2 peristiwa yang saling berurutan, yang tidak bisa
dijelaskan oleh logika ilmu kognitif apapun. Memang dunia
kuantum adalah tentang atom2 dan partikel2 yang semata2
tidak bercerita mengenai partikel2 itu sendiri, tapi
sebenarnya bercerita tentang realitas. Dan teori kuantum itu
sendiri adalah ilmu yang didasari kpada eksperimen dan itu
sangat fenomenal, kontroversial, radikal, bahkan saya
pribadi menganggap konsep kuantum bukanlah menjadi
bagian ato cabang dari ilmu fisika, namun sudah merupakan
ilmu meta-fisika, dikarenakan keajaiban2 n keanehan2nya
yang benar2 tidak bisa dipahami dan diluar penalaran akal
manusia.

Quantum Entanglement of particles (keterikatan


quantum antar partikel2), adalah konsep berdasarkan dari
hasil eksperimen, kira2 demikian;

Dua partikel sub-atomik yang sudah di-superposisi-kan,


jika keduanya dipisahkan, tidak perduli berapapun jarak
yang memisahkannya, keduanya terdapat hubungan saling
memahami satu dengan lainnya. Jika partikel2 terpisah
tersebut diamati salah satunya dalam posisi berputar searah
jarum jam, maka dapat dipastikan putaran partikel kedua
adalah berlawanan jarum jam, demikan sebaliknya, tidak
perduli berapapun jarak kedua partikel tersebut terpisah,
akan sama saja beberapa meter atokah keduanya terpisah
sejauh bahkan hingga ke pinggir alam semesta, seolah ada
“pesan sketika” , yng lebih cepat dari kecepatan cahaya,
yang dikirim dari partikel pertama yang teramati lebih dulu
kepada partikel kedua yang diamati kemudian, agar berputar
berlawanan arah.

Sebelum dilakukan pengamatan, maka masing2 partikel


tersebut dalam status “probabilitas quantum” yang tidak
diketahui apakah partikel A berputar searah ato berlawanan
arah jarum jam, ini juga berlaku untuk partikel B, tidak ada
kepastian bahwa partikel B berputar dengan arah tertentu.
Begitu dilakukan pengamatan, jika kita mengetahui salah
satu partikel berputar kearah tertentu, maka saat itu juga
partikel temannya, entah bagaimana, didapati berputar
dengan arah sebaliknya. Ini 100% benar terjadi, berdasarkan
kepada ratusan hasil eksperimen oleh para fisikawan.

Fenomena “pesan seketika” super aneh antar pasangan


partikel2 seperti yang tersebut di atas, yng lebih cepat dari
pada kecepatan cahaya, yang karena sulitnya diterima oleh
logika akal sehat, oleh Albert Einstein disebut sebagai
“spooky action at a distance (perilaku seram di jarak jauh).

Penjelasan yang lebih sederhana (sebenarnya ini


merupakan permisalan dan tidak menggambarkan keadaan
sesungguhnya di level quantum, maxudnya adalah untuk
memudahkan pemahaman saja), adalah kira2 demikian;

Dua buah koin diputar bersamaan (di-superposisi-kan),


lalu (dalam kondisi masih berputar) kedua koin itu
dipisahkan. Kita menutup salah satu koin (koin A) yang
sedang berputar dengan tangan kita, jika kita buka dan
didapati menunjukkan sisi gambar, maka koin kedua (koin B,
yang tidak tertutup tangan) akan menunjuk kepada sisi
angka, dan sebaliknya.

Sebelum kita membuka tangan kita untuk mengetahui


sisi apa yang muncul dari koin yang tertutup (koin A), maka
koin yang terbuka (koin B) selalu dalam posisi berputar
(probabilitas quantum), sehingga kita tidak tahu posisi kedua
koin tersebut, apakah muncul angka ato gambar untuk koin
A, atokah gambar ato angka untuk koin B. Tidak perduli
berapa lama kita menunggu (dengan tidak membuka
tangan), koin B akan selalu dalam kondisi berputar dan tidak
pasti apakah akan keluar sisi angka ato gambar. Saat tangan
dibuka, kita segera akan tahu apa yang muncul, sekaligus
tahu posisi koin B (yang selalu merupakan kebalikan posisi
koin A).

Fakta lainnya yang paling menarik adalah, bahwa


pengamatan kitalah yang menentukan kmungkinan hasil dari
kedua sisi koin yang muncul, baik sisi gambar ato angka
terhadap masing2 koin (dan sbaliknya), agar menjadi
ternyata. Karena jika tidak diamati, selamanya tidak akan
muncul hasilnya, kedua koin akan terus menerus dalam
status probabilitas (quantum) dan akan terus berlanjut
demikian. Dengan kata lain, pengamatan (observasi)
menyebabkan kondisi probabilitas quantum suatu
(benda) materi, menjadi suatu realitas tertentu yang
nyata. Ato secara umum; Observation determines reality
(existance).

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat video berikut, yang


menjelaskan dasar2 teori fisika quantum; yaitu double slits
experiment (percobaan dua celah), quantum entanglement
of particles (keterikatan antar partikel2), dan sebagainya,
dalam kaitannya dengan pemahaman realitas obyektif alam
semesta;

https://www.youtube.com/watch?v=7SfdUa0KTDw

Lompatan Quantum (quantum leap) diartikan sebagai


perpindahan spontan elektron2 di dalam suatu atom dari
orbital ber-energi lebih tinggi ke orbital dengan level energi
lebih rendah, sambil memancarkan energi (radiasi elektro-
magnetik, yaitu berupa cahaya dengan panjang gelombang
tertentu), ato sebaliknya dari orbital rendah ke level orbital
yang lebih tinggi, sambil menyerap energi. Perpindahan ini
bukan berarti bahwa elektron2 tersebut “bergerak
menempuh jarak (dengan kecepatan tertentu)” dari orbital
satu ke orbital lainnya, melainkan benar2 “lenyap” dari
orbital satu kemudian “muncul” di orbital lainnya dengan
“sketika”, tanpa jeda waktu.

Teleportasi adalah pengalihan benda materi dari


satu titik ke titik lain, kurang lebih instan, mirip dengan
konsep apport, kata yang sebelumnya digunakan dalam
konteks spiritualisme. ~ (Wikipedia).

Teleportasi Quantum, diartikan sebagai perpindahan


(obyek) materi, dari satu tempat ke tempat lainnya secara
spontan, dan tidak terikat dimensi ruang-waktu.

Definisi di atas sebenarnya adalah merupakan definisi


teleportasi quantum ideal, dikarenakan dalam prakteknya
(tetap) diperlukan pengiriman smua informasi data tentang
obyek, sebagai protokol standard, sebelum obyeknya sendiri
di-teleportasi-kan dari tempat asal ke tempat tujuan di mana
obyek hendak dikirimkan. Pengiriman informasi tersebut
dilakukan melalui media informasi konvensional, seperti
telepon, faximili, internet, dsb, yang kecepatannya adalah
sama dengan laju kecepatan cahaya. Sehingga konsep
“sketika” tidak mungkin dicapai karena hambatan kecepatan
pengiriman informasi data.

Sehingga definisi teleportasi quantum dari sisi praktis,


menjadi sebagai berikut; teleportasi quantum adalah
proses dimana informasi quantum dapat dipancarkan dari
satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
partikel foton, ato bantuan komunikasi klasik dan keterkaitan
kuantum (quantum entanglement) antara tempat pengirim
dan penerima ~ (Wikipedia).

Contoh religiusnya, adalah peristiwa Isra Mi’raj yang


dialami nabi Muhammad SAW. Konsep dasarnya barangkali
agak mirip dengan metoda yang dipakai para ilmuwan saat
ini dalam eksperimen teleportasi quantum, di mana ada 3
pihak yang terlibat, yaitu nabi SAW adalah obyek yang
mengalami teleportasi, Jibril berlaku sebagai media transfer
informasi dan Bouraq sebagai wahana perjalanan Isra’ Mi’raj
(teleportasi) itu sendiri, bisa dianalogikan sebagai quantum
entanglement (keterikatan quantum antar partikel). Bouraq
ini, dalam hal kecepatan bergeraknya, digambarkan seperti
bunyi teks hadist, sebagai “satu langkahnya adalah sejauh
mata memandang”, (saya berpendapat, kecepatan Bouraq
masih dalam batas2 sama dengan kecepatan cahaya). Wa
Allahu „alam.

Adapun pendekatan praktis dalam mewujudkan konsep


teleportasi oleh para fisikawan dilakukan dengan bantuan
teknologi, yaitu dengan memanfaatkan prinsip2 keterikatan
antar partikel (quantum entanglement).

Prinsip dasarnya kira2 sebagai berikut; Misalkan kita


hendak men-teleportasi-kan suatu partikel A, kita harus
mempunyai dua partikel yang terlebih dulu di-superposisi-
kan yaitu partikel B dan C, kemudian partikel C dipisahkan
(melalui bantuan suatu berkas sinar laser), sejauh jarak yang
kita kehendaki. Karena keterikatan antar partikel (quantum
entanglement), apa yang terjadi pada partikel B akan
berpengaruh langsung terhadap keadaan partikel C. Maka
dengan memanipulasi prinsip keterikatan antar partikel
tersebut, yaitu dengan cara men-superposisi-kan partikel B
dengan partikel A, maka otomatis akan mempengaruhi
keadaan partikel C yang terpisah oleh jarak. Hasilnya adalah,
entah bagaimana di posisi partikel C muncul spontan suatu
duplikat identik dari partikel A, sedang di posisi partikel B,
partikel A (asli) akan hancur (sirna).

Hasilnya, pada tahun 1997, dua grup ilmuwan, Anton


Zeilinger dan Francisco De Martini, berhasil men-teleportasi-
kan sejumlah foton (partikel cahaya) dari satu observatorium
riset di La Pama, pulau Canary ke observatorium lain di
Tenerife dilepas pantai Afrika yang berjarak 89 mil (143 km).
Media yang digunakan untuk mengirim foton itu adalah sinar
laser.

Pada 2007 para periset dari Neils Bohr Institute berhasil


memindahkan awan gas dari satu kontainer gelas ke
kontainer gelas lainnya. Hingga saat ini, belum diperoleh
informasi lebih jauh mengenai kemajuan riset mereka itu.
Konsep ini sedang dan akan terus dipelajari oleh ahli2 fisika
dengan sangat intens.

Apakah mereka pada akhirnya akan berhasil men-


teleportasi-kan manusia? Sehingga dalam waktu dekat ke
depan, gagasan teleportasi yang dulu hanya dapat disaksikan
dalam film2 fiksi ilmiah, seperti Startrek dan semacamnya,
akan segera menjadi kenyataan, kita tunggu..

Ayat lainnya di al-Qur’an yang “mengandung nuansa


kuantum”, adalah sebagai berikut;

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya


jangan lenyap dan sungguh jika keduanya lenyap, tidak ada
seorangpun yang mampu menahannya, kecuali Allah.
Sungguh Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. ~ [Al
Fathir, jo: 41 QS. Al-Qur’an].

Paradox Kucing Schrodinger

Membuktikan bahwa kesadaran menentukan realitas /


keberadaan (consciousness determine reality / existance).
Statement ini sepertinya menjadi lebih kepada aspek filosofis
daripada ke fisika. Rene Descartes, sorang filsuf Perancis
jaman dahulu pernah berujar “Cogito ergo sum (aku berfikir,
karena itu aku ada)”.

Konsep “paradox kucing Schrodinger” ini, dikemukakan


oleh Erwin Schrodinger, fisikawan Austria, salah seorang
perintis teori mekanika quantum menggambarkannya,
silahkan tonton video di link berikut;

https://www.youtube.com/watch?v=tR6nkUOYxec

Misalkan, kita mempunyai seekor kucing dan sebuah


kotak. Kucing dimasukkan ke dalam kotak, lalu dalam kotak
ditambahkan suatu zat radio-aktif, misalkan Uranium dan
sebotol racun gas syaraf, dan di kotak tersebut dimasukkan
juga sebuah geiger counter meter (alat pengukur kadar
radiasi radio-aktif). Botolnya peka terhadap radiasi radio-
aktif dan akan pecah jika terkena radiasinya. Kemudian
kotak ditutup. Jika zat radio-aktif di dalam kotak meluruh
(decays), akan memecahkan botol racun gas syaraf dan akan
membunuh kucingnya. Nah, sebelum kotaknya kita buka,
kita tidak mengetahui pasti apakah zat radio-aktif Uranium
itu sudah meluruh atokah belum, sebab fenomena
meluruhnya zat radio-aktif adalah merupakan suatu
probabilistic quantum event (peristiwa probabilistik
kuantum).

Pertanyaannya, apakah kucing tersebut sudah mati


atokah masih hidup?. Menurut teori mekanika quantum,
kucing itu tidak hidup dan tidak pula mati, tapi mempunyai
kedua kondisi, yaitu hidup dan mati. Jadi hakekatnya kucing
tersebut berada dalam dua keadaan (yang tidak pasti), yaitu
hidup dan mati dalam waktu yang sama. Ini mustahil,
bagaimana mungkin dua kondisi yang sangat bertentangan
bisa terjadi bersamaan? Dan satu2nya cara (termudah)
untuk membuktikan hidup-matinya kucing itu adalah hanya
dengan membuka kotaknya (yaitu melalui observasi,
pengamatan).

Kucing Schrodinger ini menunjukkan, bahwa tidak ada


sesuatu yang pasti di alam semesta ini, hingga seseorang
memastikannya (dengan mengamatinya). Jadi, jika kucing
tersebut bisa “hidup dan mati dalam saat yang sama”,
sedangkan kita tidak mengetahui apakah kucingnya mati
atokah hidup, di mana kita ternyata juga bersama2 berada
dalam dimensi ruang dan waktu yang sama dengan kucing
tersebut, maka sangat boleh jadi kita juga mati dan tidak
seorangpun yang tahu....

Jika (pengamatan) kita (yang merupakan mahluk yang


punya kesadaran) dapat menentukan mati-hidup kucing
dalam kotak, lalu siapakah yang (dapat) mnentukan bahwa
kita ini hidup (eksis)? Yaitu orang lain, teman kita (yang juga
mahluk berkesadaran), yang mngamati kita sehingga dengan
itu, kita ada (eksis). Lantas siapakah yang menentukan
eksistensi teman kita itu? Orang lain lagi, lalu siapa pula
yang menentukan eksistensi teman dari teman kita itu?
Orang lain lagi, mahluk2 berkesadaran lain yang saling
mengamati, demikian seterusnya dengan kemungkinan tidak
terbatas, hingga pada akhirnya kita memperoleh suatu
kesadaran kosmik (cosmic-consciousness)!. Ato bisa
dikatakan, jika Tuhan adalah Dzat Yang Maha Berkesadaran,
mengamati alam semesta ciptaan-Nya (berikut juga mahluk2
hidup di dalamnya yang masing2 saling mengamati satu
sama lain), niscaya Kesadaran Tertinggi itulah yang
paling menyebabkan alam semesta ini tetap eksis. Baca
lagi Al-Fathir, jo; 41, QS al-Qur’an di atas.

Demikianlah, analog dengan keadaan alam semesta ini


(skala makro-kosmos), adalah mirip dengan kondisi kucing
Schrodinger tersebut (yaitu kondisi hidup dan mati secara
bersamaan). “Bahwa alam smesta ini di bawah pengaruh dua
kekuatan besar, yaitu dark mater (kekuatan gravitasi, an-
Nuur) dan dark energy (kekuatan anti-gravitasi, ad-
Dzulumaat). Langit dan bumi benar2 dalam keseimbangan
sejati yang sangat kritikal. Dikatakan kritikal karena tidak
ada toleransi di kedua perimbangan kekuatan tersebut. Jika
sedikit saja cenderung kepada gravitasi, akan terjadi kiamat.
Jika sedikit saja cenderung kepada anti-gravitasi, alam
semesta akan lenyap, sirna”. Dan (hanya) melalui
“pengamatan-Nya” Sang Pencipta “menahan” eksistensi
langit dan bumi, menjaganya agar semantiasa dalam
keadaan berimbang, supaya tidak jatuh ke dalam salah satu
keadaan ekstrim tadi, yaitu sirna ato kiamat.

Kesimpulan

Bahwa cara yang dilakukan oleh Jinn Ifrit dalam


menghadirkan singgasana ratu Balquis dari kerajaan Saba ke
hadirat raja Sulaiman, dalam surat An - Naml, jo: 38–40,
QS. Al – Qur‟an, adalah sesuai dengan prinsip2 teori
Relativitas, ato sebagai kemungkinan alternatifnya, boleh
jadi melalui metoda yang memanfaatkan penerapan proses
materialisasi – de-materialisasi, yaitu mengubah materi
menjadi energi dan mengubah energi menjadi materi
kembali, yang akan mengikuti prinsip hukum Keseteraan
Energi. Baik teori Relativitas maupun hukum Kesetaraan
Energi, kedua2nya dikemukakan oleh Albert Einstein. Namun
cara yang dipakai ini, masih terikat oleh dimensi ruang dan
waktu.

Sedangkan cara yang lebih radikal yang dilakukan oleh


ulama ahli Kitab, adalah suatu bentuk murni dari teleportasi
kuantum (quantum teleportation), dimana jarak-ruang dan
dimensi waktu benar2 bukan lagi merupakan rintangan
(adalah benar2 mirip dengan fenomena quantum leap, yaitu
perpindahan elektron2 antar orbital di dalam atom2).

Dunia partikel, baik atomik maupun sub-atomik,


menurut teori quantum, tidak mempunyai kepastian yang
tertentu dan hanya merupakan suatu kemungkinan, hingga
dilakukan pengamatan kepadanya. Sedangkan faktanya alam
semesta ini adalah berupa material yang tersusun dari
partikel2 atom tersebut. Konsekuensi logisnya adalah, jika
teori quantum benar, maka alam semesta ini, jika tidak ato
belum dilakukan pengamatan terhadapnya, niscaya juga
berupa suatu kemungkinan yang belum pasti tentang
keberadaannya dan masih merupakan potensialitas untuk
menjadi ternyata. Dan demi mewujud menjadi suatu realitas
yang benar2 pasti dan pejal, diperlukan entitas lain (yang
berkesadaran) yang secara kontinyu melakukan observasi
(pengamatan) atasnya. Entitas itu adalah Tuhan.

Allah SWT menahan seluruh eksistensi langit dan bumi


agar tetap mengada (eksis) terus menerus, selalu bernyata,
senantiasa wujud dan tidak jatuh kepada kesirnaan, lenyap
ato kiamat. Jika langit dan bumi (memang harus) lenyap,
(itu adalah atas kehendak-Nya juga), maka tidak seorangpun
di alam semesta ini yang sanggup menahan kelenyapannya,
kecuali Dia Sendiri.
Dan akhirnya, segala puja dan puji hanya bagi Allah
SWT, Tuhan seluruh alam smesta.

Jebus, Bangka-Barat, 8 September 2016.

Bibliografi;

1. http://belajar-sampai-mati.blogspot.co.id/2012/02/apa-
yang-dimaksud-teori-relativitas.html

2. https://id.wikibooks.org/wiki/RumusRumus_Fisika_Lengk
ap/Relativitas

3. https://www.eramuslim.com/ustadzmenjawab/burog.htm

4. http://ilmukalam17.blogspot.co.id/2013/10/isramiraj.htm
l

5. https://www.youtube.com/watch?v=V9KnrVlpqoM

6. https://id.wikipedia.org/wiki/Teleportasi

7. https://hasrilatifah109.wordpress.com/

8. Quantum Theory - Full Documentary HD


https://www.youtube.com/watch?v=CBrsWPCp_rs

9. Quantum Entanglement Documentary - Atomic Physics


and Reality
https://www.youtube.com/watch?v=BFvJOZ51tmc

10. Quantum Theory Made Easy [1]


https://www.youtube.com/watch?v=wvw3UbI4dZg

11. Quantum Theory Made Easy [2]


https://www.youtube.com/watch?v=swZEfzqJ9aQ
12. The Mystery Of Quantum Physics - Albert Einstein's
Nightmare (Documentary)
https://www.youtube.com/watch?v=KlciV2oeGzU

13. The Origin of Quantum Mechanics (feat. Neil Turok)


https://www.youtube.com/watch?v=i1TVZIBj7UA

14. Superposition ft. Schrodinger's Cat _ Quantum


Mechanics ep. 2
https://www.youtube.com/watch?v=pTX81MwxgSs

15. Quantum teleportation


https://en.wikipedia.org/wiki/Quantum_teleportation

16. World first! Success at complete quantum teleportation


https://www.youtube.com/watch?v=f5vOfr1dl4o

17. Transporters and Quantum Teleportation


https://www.youtube.com/watch?v=dAaHHGHuy1c

18. Physics@FOM Veldhoven 2016, Anton Zeilinger -


Quantum teleportation and entanglement
https://www.youtube.com/watch?v=PDGqJyKgHJI&t12s

19. Paradox Kucing Schrodinger


https://www.youtube.com/watch?v=tR6nkUOYxec

20. Aplikasi Al Qur'an dan terjemah bahasa Indonesia untuk


Android
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.andi.
alquran.id&hl=en

Anda mungkin juga menyukai