Pemilihan Sistem Penimbunan Batubara Tergantung Pada Faktor
Pemilihan Sistem Penimbunan Batubara Tergantung Pada Faktor
a. jumlah atau tonase batubara yang akan ditimbunkan harus disesuaikan dengan lamanya
masa penimbunan/penyimpanannya
b. luas daerah tanah atau kapasitas alat untuk penimbunan/penyimpanan yang tersedia
c. topografi lokasi daerah tempat penimbunan
d. kondisi iklim, dan
e. dampak lingkungan dan keselamatan.
Berdasarkan faktor-faktor ini, ada 2 (dua) cara penimbunan batubara yaitu :
1. pada daerah tanah lapangan yang terbuka, luas dan rata (bed stockpiling yard)
2. dengan menggunakan storage bin atau bunker.
Karena jumlah produksi (tonase) batubara dari suatu tambang umumnya besar, maka
cara penimbunan batubara yang lazim digunakan adalah dengan menggunakan bed
stocking yard atau stockyard.
Disini diperlukan prosedur baku operasi untuk mencapai tujuan penimbunan batubara
yang aman dalam rangka :
a). untuk mencegah swapemanasan (self-heating) dan swabakar (spontaneous combustion)
supaya jangan sampai terjadi hot coal,
b). untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas dipandang dari segi parameter kualitas
komersialnya yaitu berupa :
+ kehilangan sifat pengkokasan dari batubara kokas (coking coals) sebagai
bahan baku (feedstock) untuk pembuatan kokas metalurgi, atau
+ penurunan nilai kalori batubara sebagai bahan bakar (solid fuel).
Untuk mencapai tujuan ini, maka prosedur operasional yang baku menganjurkan atau
merekomendasikan bahwa supaya :
a. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda ukuran (bongkahan, kasar
atau halus)
b. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang segar (fresh) dengan yang
teroksidasi atau lapuk ( oxydized or weathered coal)
c. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang berbeda kecenderungannya
terhadap swabakar
d. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kering dengan yang basah, atau
e. tidak menimbun secara bersama-sama batubara yang kotor (ROM-/raw- coal) dengan
yang bersih (washed/clean coal)
Beberapa faktor teori dan praktek yang harus dipertimbangkan untuk merekayasa
sistem manajemen penimbunan batubara yang baku dalam rangka menciptakan kondisi
lokasi dan prosedur operasional penimbunan batubara (coal stockyardand its operational
procedure)) yang aman adalah sebagai berikut :
1. Lokasi tempat penimbunan batubara
2. Sistem penimbunan batubara
3. Sistem pemantauan suhu timbunan dan cara penanggulangi kebakaran
4. Sistem pengelolaan pengambilan kembali dari timbunan.
inertisasi (inertization)
penggalian hot coal (excavating the hot spot or fire)
penyekatan (sealing off) dengan stoppings (dam semen, pasangan bata atau
sandbags)
perendaman (flooding or inundation)
pengeimbangan tekanan yang dilokalisir sehingga tidak terjadi kebocoran
udara (localized pressure balancing), dan
pelapisan (coating) permukaan timbunan batubara dengan bahan bitumen
atau ter, atau
penyuntikan atau penambalan kebocoran udara pada lapisan batuan di
sekitar dinding lubang bukaan tambang dengan menggunakan resin,
gypsum atau beton (sealants)
Sekilas Mengenai Manajemen Stockpile Isya Ansyari di 12:38 a.m. Crusher Machine, Info
Tambang No Comments Stockpile Coalindo Adhi Nusantara Dokumentasi pribadi: Stockpile
batubara CPP Manajemen Stockpile (Stockpile Management) Batubara Manajemen
merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana, dan efesien berarti bahwa tugas yang telah ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan perencanaan. Dalam kaitanya
dengan fungsi dari ROM stockpile batubara sebagai tempat penimbunan sementara maka
diperlukan sistem manajemen stockpile yang tepat. Penimbunan batubara merupakan salah
satu tahapan pentng dari kegiatan penanganan batubara. Apabila sistem penimbunan kurang
memadai maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat
penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga
dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya menghindari gejala swabakar
dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar
dan genangan air pada penimbunan batubara dapat dicegah sekecil mungkin. Dalam proses
penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada
penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh
proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah penerapan sistem
FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk, harus dikeluarkan terlebih
dahulu. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockpile
yaitu sebagai berikut : 1. Kontrol Temperatur dan Swabakar 2. Kontrol Terhadap
Kontaminasi dan Housekeeping 3. Kontrol Terhadap Aspek Kualitas Batubara 4. Kontrol
Terhadap Aspek Lingkungan Sistem FIFO ( First In First Out ) Sistem FIFO ( First In First
Out ) Fungsi Manajemen Stocpile Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara
pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat
jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi
dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping
tujuan di atas stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi
yang bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam
kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe
yaitu blending dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau
lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan
terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah
satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses
blending batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan salah satu
tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil
campuran material dari dua atau lebih tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan:
Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal Dekat Pelabuhan Ditempat Penggunaan
batubara Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih
dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Kualitas Batubara menjelaskan mengenai
parameter-parameter kualitas yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta
cara pengujiannya. Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM,
Proximate, Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya seperti ultimate hardgrove
grindability index, ash analysis, dan ash fusion temperature. Manajemen Stockpile
menjelaskan mengenai bagaimana mengelola stockpile batubara dan mengontrolnya dengan
baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Manajemen stockpile adalah sebagai
berikut: 1. Pemantauan kuantitas (Inventory) dan movement batubara distockpile, meliputi
recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal out) di
stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance). 2. Menghindari batubara
yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (First in first
out) dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3.
Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk diantaranya
mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring efektivitas dozing di stockpile
dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4. Pemantauan kuantitas batubara yang
masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self
heating dan spocom. 5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan
housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat distockpile. 6. Perhatian
terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini mencakup usaha yaitu:
Control dust, penerapan serta pengawasan penggunaan spraying dan dust suppressant.
Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah air dari drainage
stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7. Tidak dianjurkan
menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer
atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan
house keeping secara teliti. 8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal
ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan spreading atau penyebaran untuk
mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar
dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Batubara
yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum
didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus
dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile. 9. Sebaiknya tidak
membentuk tumpukan batu bara kerucut dengan bagian atas yang cekung, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile. 10. Mengusahakan bentuk
permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan
kelancaran sistem drainage. Pengaturan penyimpanan (Storage Management) Pengaturan
penyimpanan batubara sangat penting karena hal ini berkaitan dengan masalah pemeliharaan
kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile. Manajemen penumpukan dimulai
dari pembuatan desain stockpile yang berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas dan
kualitas serta pada lingkungan. Berorientasi terhadap pemeliharaan kuantitas karena suatu
pengaturan penyimpanan harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat
semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan faktor kualitas dan
lingkungan, sedangkan berorientasi pada pemeliharaan kualitas karena desain suatu stockpile
harus mempertimbangkan faktor pengaturan kualitas yang effisien sehingga keperluan untuk
pengaturan kualitas seperti blending, segregasi penumpukan yang didasarkan pada kualitas
produk dan lain-lain. Kapasitas penyimpanan Batubara Kapasitas penyimpanan batubara di
stockpile menentukan desain suatu stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan
batubara dengan kapasitas besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan
preparasi lahan tersebut. Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus
benar-benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut
akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya.
Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile. Jumlah Produk yang
Dipisahkan Banyaknya jumlah produk yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile
yang diperlukan. Semakin banyak jumlah produk yang dipisahkan maka semakin pula besar
areal yang diperlukan. Fasilitas Penumpukan dan pemuatan Alat yang digunakan dalam
sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga mempengaruhi desain atau areal
stockpile yang digunakan. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan serta
pemuatan, membuat desain dan sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga
mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus
juga mempermudah dalam blending batubar-batubara tersebut. Tempat Produksi pada
Stockpile Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubara ( crushing ) dan selanjutnya
dimuat ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah ter-sizing pada ukuran 1 sampai
50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap fasilitas
crushing dan loading barge. Kontrol Debu dan monitoring temperatur Envirocoal Secara
umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang berukuran – 0.5 mm ( fines ) yang
bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha pencegahan debu adalah dengan melakukan
antisipasi terhadadap fines ( partikel halus ) tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan
untuk mengatisipasi debu, direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog
spray (kabut) karena lebih maksimal dalam menangkap debu. Untuk produk batubara
envirocoal, dalam proses penyemprotan air ditambahkan juga bahan surfactan yang
diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini dengan air akan terserap
dengan cepat kedalam batubara. Spray larutan ( Air + PIC 103 ) dengan dengan rate 5
ppm/ton batubara bisa dilakukan saat: – Dumping batubara di hopper – Memasuki screen /
divergator – Dibawah secondary crusher – Dibawah/dibagian belt conveyer Pemantauan
temperatur di stockpile dilakukan setiap hari ( daily basis ), menggunakan thermocouple.
Setiap pagi temperatur diukur dan dilihat trend-nya, juga dilihat adanya area-area stockpile
yang mempunyai potensial pemanasan.Bila ditemukan adanya titik pemanasan di area
stockpile, maka batubara di area tersebut akan diambil kemudian ditebar ( spreading ), setelah
dingin batubara tersebut dikembalikan ke stockpile dan selanjutnya dikompaksi. Kontrol
Terhadap Kontaminasi & Housekeeping Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat
tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas
batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat
terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat
mengakibatkan claim atau complain dari suatu buyer. Kontaminasi di daerah tambang,
kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara antara lain overburden yang
berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu (
ash content ) Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara.
Kontaminasi ini biasa berupa : – Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam –
Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll – Kontaminasi di daerah stockpile.
Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu kontaminasi terhadap batubara itu
sendiri terutama dari basement / dasar dari stockpile akibat manuver-manuver dari suatu
dozer / traktor sehingga akan terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu
splite. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara
lain : – Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile – Pelaksanaan housekeeping –
Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant
maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile. – Metal detector, berfungsi
untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun maupun batubara yang akan
dikeluarkan dari stockpile. Kontrol Aspek Kuality & Kuantity Kontrol aspek kuality batubara
di stockpile yang perlu dilakukan berupa : Penentuan / analisa kualitas batubara produksi
yang ada di stockpile, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi
di stockpile. Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking,
aktitivitas alat berat distockpile, reclaime pit, dll ) Pengaturan blending ratio batubara.
Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan
terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile. Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu
dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock
batubara ( coal movement ) . Limbah padat & cair Selama pengelolaan stockpile batubara
limbah padat dan limbah cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penangananan stockpile adalah perawatan basement stockpile,
pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke arah sistem drainage yang tersedia.
Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan stockpile adalah sedikit cembung lebih tepatnya
seperti punggung kura-kura dan sistem Drainage, semua air dari stockpile dialirkan ke arah
sistem treatment limbah cair / padat serta memiliki sistem treament limbah yang memadai