Anda di halaman 1dari 25

http://ainilatifah.blogspot.co.

id/2013/04/teknik-pengolahan-skor-hasil-
evaluasi.html
Teknik pengolahan skor hasil evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar, hal ini
menjadi penting sebab dengan adanya evaluasi dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dan
kekurangan serta perkembangan proses belajar me
ngajar dan masih banyak hal lain yang berhubungan dengan pentingnya dan tujuan evaluasi.
Dapat dikatakan bahwa semakin baik atau semakin buruknya sebuah pembelajaran sangat
ditentukan oleh proses pengevaluasiannya.
Kebanyakan pengajar tidak begitu memperdulikan teknik-teknik yang baik
dalam menyelenggarakan suatu instrumen dan ilmu-ilmu yang ada dalam evaluasi
pembelajaran. Dalam evaluasi pembelajaran terdapat teknik-teknik pelaksanaan suatu instrumen,
macam-macamnya, pemilihan soal-soal yang baik, cara penskoran, pengolahannya dan lain
sebagainya.
Patut untuk diperhatikaan oleh para pengajar tentang pentingnya menguasai ilmu
pengolahan hasil evaluasi. Dengan ilmu ini maka tidak dikhawatirkan terjadi ketidak adilan
dalam pemberian nilai pada peserta didik.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun makalah ini ditulis untuk membahas tentang:
1. Teknik pengolahan data hasil evaluasi
2. Pengolahan skor mentah dalam PAP
3. Pengolahan skor mentah dalam PAN
4. Merangking siswa dari beberapa mata pelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Data Hasil Evaluasi
Banyak guru yang sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya, tetapi tidak
memperhatikan cara mengolahnya sehingga data tersebut menjadi mubazir (data tanpa makna).
Sebaliknya, jika hanya ada data yang relative sedikit, tetapi sudah mengetahui cara
pengolahannya, maka data tersebut akan mempunyai makna. Pada umumnya, pengolahan data
hasil tes menggunakan bantuan statistic. Analisis statistic digunakan jika ada data kuantitatif,
yaitu data-data yang berbentuk angka, sedangkan untuk data kualitatif, yaitu data yang berbentuk
kata-kata, tidak dapat diolah dengan statistic.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok
yang harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai
oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci
jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor
standart sesuai dengan norma tertentu. Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai,
baik dalam bentuk huruf ataupun angka. Keempat, melakukan alalisis soal (jika diperlukan)
untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya
pembeda.[1]
Bila semua jawaban siswa dalam suatu tes sudah diperiksa dan diberikan skor, maka kita
akan memperoleh skor akhir untuk setiap siswa. Skor inilah yang disebut dengan skor
mentah.[2] Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi
pengolahan hasil tes menjadi nilai prestasi. Kita tidak dapat menjadikan skor mentah ini sebagai
nilai akhir untuk siswa, kita harus mengubah dan mengolahnya terlebih dahulu menjadi skor
terjabar. Dalam mengolah skor mentah (raw score) menjadi nilai huruf dan skor standart dengan
urutan uraian sebagai berikut:[3]
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
2. Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
3. Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T

B. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


1. Pengolahan Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf
Sebelum membahas pengelolaan skor kita buat perumpamaan terlebih dahulu. Terdapat 60
item soal pilihan ganda pelajaran bahasa Arab, tiap item yang benar berbobot 1. Skor mentah
yang diperoleh 20 siswa adalah 32, 36, 27, 50, 22, 34, 35, 37, 43, 17, 21, 42, 46, 32, 31, 28, 57,
57, 54, 51.
Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:[4]
a. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai jika semua item dapat dijawab dengan
benar. Skor ideal diperoleh dengan jalan menghitung jumlah item yang diberikan serta bobot dari
tiap-tiap item.
Dari contoh diatas diketahui skor idealnya adalah 60
b. Mencari rata-rata ideal (id) dengan rumus:
= ½ x skor ideal = ½ x 60 = 30
c. Mencari deviasi (SD) ideal dengan cara:
SD = 1/3 x SD = 1/3 x 30 = 10
d. Menyusun kebutuhan konversi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Adapun pedoman konversi dengan adalah:[5]
+ 1,5 (SD) = 30 + 1,5 x 10 = 45 = A
+ 0,5 (SD) = 30 + 0,5 x 10 = 35 = B
- 0,5 (SD) = 30 - 0,5 x 10 = 25 = C
- 1,5 (SD) = 30 - 1,5 x 10 = 15 = D
Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa siswa yang mendapat skor 45 – 60
mendapat nilai A, 35 – 44 = B, 25 – 34 = C, 15 – 24 = D, 0 – 14 = E.
Pemberian nilai dengan menggunakan huruf disesuaikan dengan huruf yang terdapat
dalam urutan abjad. Huruf tidak hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga digunakan
sebagai simbol untuk menggambar kualitas.[6]
skoangka Nilai huruf predikat
50 A Sangat baik
37 B Baik
33 C Cukup
22 D Kurang
5 E Sangat kurang

2. Pengolahan skor mentah menjadi skor standar 1 – 10


Untuk mengubah skor mentah menjadi skor terjabar dalam skala 1 – 10 dapat digunakan
ketentuan-ketentuan berikut:

+ 2,25 (SD) = 10 = 30 + 2,25 x 10 = 53 = 10


+ 1,75 (SD) = 9 = 30 + 1,75 x 10 = 48 = 9
+ 1,25 (SD) = 8 = 30 + 1,25 x 10 = 43 = 8
+ 0,75 (SD) = 7 = 30 + 0,75 x 10 = 38 = 7
+ 0,25 (SD) = 6 = 30 + 0,25 x 10 = 33 = 6
- 0,25 (SD) = 5 = 30 - 0,25 x 10 = 28 = 5
- 0,75 (SD) = 4 = 30 - 0,75 x 10 = 23 = 4
- 1,25 (SD) = 3 = 30 - 1,25 x 10 = 18 = 3
- 1,75 (SD) = 2 = 30 - 1,75 x 10 = 13 = 2
- 2,25 (SD) = 1 = 30 - 2,25 x 10 = 8 = 1
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang mendapat skor 53 – 60
mendapat nilai 10, 48 – 52 = 9, 43 – 47 = 8, 38 – 42 = 7, 33 – 37 = 6, 28 – 32 = 5, 23 – 27 = 4,
18 – 22 = 3, 13 – 17 = 2, 8 – 12 = 1, dan skor dibawahnya 0.
Bila kita ingin agar skala tersebut lebih halus yakni ada nilai diantara nilai-nilai tersebut,
seperti 9,5; 8,5; 7,5 dan seterusnya, kita bisa memperkecil jarak antar skala-skala itu. Diantara
2,25 (SD) dan 1,75 (SD) dapat ditempatkan 2,00 (SD) yang ekuivalen dengan nilai 9,5. Diantara
1,75 (SD) dan 1,25 (SD) dapat ditempatkan 1,50 (SD) yang ekuivalen dengan nilai 8,5 dan
begitu seterusnya.[7]
3. Pengolahan skor mentah menjadi skor standar Z dan T
Pengolahan skor mentah menjadi skor Z ini sering kali dirasakan perlunya karena dengan
hanya melihat skor mentah saja kita belum dapat memberikan tafsiran yang baik dan tepat.
Dengan menggunakan rata-rata dan SD kita dapat menjabarkan atau mengubah skor-skor yang
diperoleh menjadi skor Z dengan menggunakan rumus dibawah ini.

Z= = = 0,5
X = skor mentah yang diperoleh siswa.

Sedangkan T- Score disebut juga skala 0-100. Rumus T- Score adalah:

T=( ) 10 + 50 =( ) 10 + 50 = 30
C. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma menskor peserta didik dengan membandingkan hasil belajar satu
peserta dengan hasil peserta lainnya dalam satu kelompok kelas.[8] Contoh diketahui 20 siswa
mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran bahasa Arab memperoleh skor mentah sebagai
berikut:
32, 36, 27, 50, 22,
34, 35, 37, 43, 17,
21, 42, 46, 32, 31,
28, 57, 57, 54, 51.
Penyelesaian nilai peserta didik dengan pendekatan PAN:[9]

1. Menyusun skor terkecil hingga terbesar


17, 21, 22, 27, 28,
31, 32, 32, 34, 35,
36, 37, 42, 43, 46,
50, 51, 54, 57, 57.
a. Mencari rentangan (range) yaitu skor terbesar dikurangi skor terkecil
57 – 17 = 40
b. Mencari banyak kelas interval
Banyak kelas = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 20
= 1 + (3,3) (1,3010)
= 1 + 4,2933 = 5,2933
= 6 (dibulatkan)
c. Mencari interval kelas

Interval = = = 6,666 = 7 (dibulatkan)


d. Menyusun daftar distribusi frekuensi

Kelas interval tabulasi frekuensi


52 - 58 III 3
45 - 51 III 3
38 - 44 II 2
31 - 37 IIIIIII 7
24 - 30 II 2
17 - 23 III 3
Jumlah 20

2. Menghitung rata-rata actual

Interval kelas Frekuensi (f) Nilai tengah (Nt) (f.Nt) f.Nt2


52 – 58 3 55 165 9075
45 – 51 3 48 144 6912
38 – 44 2 41 82 3362
31 – 37 7 34 238 8092
24 – 30 2 27 54 1458
17 – 23 3 20 60 1200
Jumlah 743 30099

Rumus rata-rata actual[10]

= = = 37.15
3. Menghitung simpangan baku aktual

SD = =

= = 11.46

4. Menyusun pedoman konversi


Pedoman konversi yang digunakan sama dengan PAP, hanya berbeda pada penghitungan rata-
rata () dan simpangan baku (SD).[11]
D. Merangking Siswa dari Beberapa Mata Pelajaran
Dibawah ini terdapat 5 siswa yang mempunyai variasi skor yang unik. Hanya dengan
melihat jumlah skor saja dapatkah ditentukan siapa yang menduduki tempat tertinggi?[12]
Bid.Studi
MTK IPA IPS B.IND B.ARB Jumlah No.
Nama
Tina 90 90 90 90 90 253 I
Rita 70 70 70 70 70 251 II
Haya 50 50 50 50 50 250 III
Dita 30 30 30 30 30 249 IV
Alia 10 10 10 10 10 247 V
MEAN 50 50 50 50 50
S.DEVIASI 31.84 14.14 7.07 3.69 1.41

Mean =

SD =
Melihat keadaan nilai kelima siswa tersebut, nampaknya Tina menduduki peringkat teratas
karena memiliki jumlah skor terbanyak. Sedangkan Ani memiliki skor paling sedikit sehingga
menduduki peringkat paling bawah. Apakah ketentuan ini adil?. Dengan menggunakan Z-
score dapat lain bahkan menjadi sebaliknya.
Contoh nilai MTK Tina adalah 90. Rata-rata nilai matematika tersebut adalah 50 dengan
standar deviasi 31.84. Maka Z-score Tini adalah:

Z= = 1,26
Dengan cara yang sama akan dapat dicari Z-score masing-masing siswa untuk seluruh
bidang studi. Dan hasilnya sebagai berikut:[13]
a. studi
MTK IPA IPS B.IND B.ARB Jumlah No.
nama
Tina 1.26 -1.41 -1.41 -1.36 -1.42 -4.34 V
Rita 0.63 -0.71 -0.71 -0.81 -0.71 -2.31 IV
Haya 0.00 -0.00 -0.00 -0.00 -0.00 -0.00 III
Dita 0.63 0.71 0.71 0.81 0.71 2.31 II
Alia 1.26 1.41 1.41 1.36 1.42 4.34 I
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik Pengolahan Data Hasil Evaluasi dengan cara diantaranya sebagai berikut:
a. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
b. Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
c. Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T
2. Pedoman konversi yang digunakan PAP dan PAN sama, hanya berbeda pada penghitungan rata-
rata () dan simpangan baku (SD).
3. Dalam memberikan peringkat siswa, menggunakan prosedur z-score akan lebih evektif dan jauh
dari kemungkinan terjadinya ketidak adilan dibandingkan dengan memberikan peringkat dengan
menjumlah skor keseluruhan saja.

Daftar Pustaka
Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

[1] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h.221
[2] Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 91
[3] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 87
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 259
[5] Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 102
[6] Op. Cit., Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 250
[7] Op. Cit., Mudjijo, h. 93
[8] Op. Cit., Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. h, 240
[9] Ibid., h. 241
[10] Op. cit., Zainal Arifin, evaluasi instruksional, h. 94
[11] [11] Op. Cit., Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. h, 244
[12] [12] Op. Cit., Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 277
[13] Ibid., h. 278
PENGOLAHAN HASIL EVALUASI
http://nurulfaizah13.blogspot.co.id/2013/05/pengolahan-hasil-evaluasi.html

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Nilai
Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah data atau
informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik
tes akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan menjaring data kualitatif maupun
kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul baik melalui teknik tes maupun teknik non tes merupakan data
mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan
melalui kegiatan penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian.

Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut :


1. Menskor, yakni memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (peserta didik).
Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan 3 (tiga) macam alat bantu, yakni kunci jawaban, kunci
skoring dan pedoman pengangkaan. Tiga macam alat bantu penskoran atau pengangkaan berbeda-beda
cara penggunaannya untuk setiap butir soal yang ada dalam alat penilai.
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar, yakni kegiatan evaluator menghitung untuk mengubah
skor yang diperoleh peserta didik yang mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang
dipakai.
3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari pengolahan hasil penilaian yang
berupa pengubah skor ke nilai, baik berupa huruf atau angka. Hasil pengolahan hasil penilaian ini akan
digunakan dalam kegiatan penafsiran hasil penilaian. Untuk memudahkan penafsiran hasil penilaian,
maka hasil akhir pengolahan hasil penilaian dapat diadministrasikan dengan baik. [1] Dalam bukunya
Zainal Arifin ditambah satu prosedur lagi yaitu melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui
derajat validitas dan reabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data
sehingga dapat memberikan makna. Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
pengolahan data itu sendiri, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil
pengolahan itu. Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut
norma. Norma bisa ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi
dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan
evaluasi. Sebaliknya, jika penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka itu
termasuk kesalahan besar. Dalam kegiatan penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan kriteria
yang bersumber pada tujuan setiap mata pelajaran (standar kompetensi, kompetensi dasar). Kompetensi
itu tentu masih bersifat umum, karena itu harus dijabarkan menjadi indikator yang dapat diukur dan
diamati.[2]
Untuk menafsirkan data, dapat digunakan dua jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan
penafsiran individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti prestasi kelompok, rata-rata kelompok,
sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan
utamanya adalah sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat
tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar kelompok. Penafsiran
individual adalah penafsiran yang hanya tertuju pada individu saja. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan
dan penyuluhan atau dalam situasi klinis lainnya. Tujuan utamnya adalah untuk melihat tingkat kesiapan
peserta didik (readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.[3]
Sebelum melakukan tes, guru harus menyusun pedoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru
sudah berpikir tentang strategi pemeberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir soal.
Pedoman penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal esai. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisai subjektivitas penilai. Begitu juga ketika melakukan tes domain afektif dan psikomotor
peserta didik, karena harus ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang digunakan bergantung pada
bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung pada tingkat kesukaran soal (difficulty index),
misalnya sukar, sedang, dan mudah.[4]
B. Teknik Pengolahan Skor
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
Disamping penilaian yang dinyatakan dengan angka kita mengenal pula penilaian dengan huruf.
Seperti penilaian yang dilakukan oleh guru taman kanak-kanak. Pengolahan skor mentah menjadi huruf
menggunakan sifat-sifat yang terdeapat pada kurva normal atau distribusi normal sebagai dasar
perhitungan.
Adapun cirri-ciri distribusi normal antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memiliki jumlah atau kepadatan frekuensi yang tetap pada jarak deviasi-deviasi tertentu.
2. Pada distribusi normal, mean, median, dan mode berimpit (sama besar),terletak tepat ditengah kurva dan
membagi dua sama besar jarak deviasi.
Berdasarkan sifat-sifat distribusi normal itulah maka untuk penjabaran skor mentah enjadi nilai huruf
dipergunakan mean dan DS.[5]
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar
(DS).
Mencari mean (M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30, digunakan tabel
distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30, misalnya sampai 40 atau
50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi bergolong. Berikut ini sebuah contoh
yang menggunakan tabel distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada
20 orang peserta didik sebagai berikut:
73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS.
Untuk itu membuat tabel sebagai berikut[6]:
Langkah-langkah menysun tabel:
a. Masukan nama siswa (kedalam kollom satu) dan skor masing-masing siswa (kedalam kolom 2),
kemudian jumlahkan. kita akan memperoleh .
b. Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya peserta didik yang
dites). Jadi, rumus untuk mencari M adalah

M= .
c. Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
d. Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian jumlahkan sehngga
memperoleh ∑ (X-M)2.
e. Langkah terakhir adalah iialah menghitung mean dan DS dengan rmus-rumus sebagai berikut:

M= DS =

TABEL UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN DS


Nama Siswa Skor mentah (X) (X-M) atau (d) (X-M)2 atau (d)2
Amrin 73 13 169
Budi 70 10 100
Fiki 68 8 64
Mardi 68 8 64
Popon 67 7 49
Sarman 67 7 49
Jufri 65 5 25
Pairah 65 5 25
Nana 63 3 9
Rini 62 2 4
Suci 60 0 0
Nandar 59 -1 1
Jamhari 59 -1 1
Jibok 58 -2 4
Kusnan 58 -2 4
Ida 56 -4 16
Tutik 52 -8 64
Paimo 50 -10 100
Waluyo 41 -19 361
Paiman 40 -20 400
Jumlah 1201 - 1509

Dari tabel ini kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:

M= = = 60,05 dibulatkan = 60

DS = = = = 8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf.
Dari perhitungan diatas maka kita telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita
dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran ini kita
menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena nilai
huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan besarnyaSUD
= 6DS:4 = 1,5DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035, dibulatkan =13.
b. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada skala penilaian A-B-
C-D-TL. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c. Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai huruf.
Karena titik tengah 60 maka.
1) Batas bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2) Batas atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5 × 13 = 66,5
3) Batas bawah D = M - 1,5 SUD
= M - 1,5 × 13 = 34
4) Skor dibawah 34 = TL
Batas bawah B = M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
5) Skor diatas 79,5 = A
d. Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang
peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
1) Skor 80 keatas = A = tidak ada
2) Skor 67 - 79,5 = B = 6 orang
3) Skor 54 – 66,5 = C = 10 orang
4) Skor 34 – 53,5 = D = 4 orang
5) Skor dibawah 34 = TL = tidak ada
2. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus = mean.
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan DS
yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh. [7]
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta
didik sebagai berikut:
97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62, 60
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL. Untuk mencari mean dan DS
kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang
telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R= 97-16= 81
Kelas interval = + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas Interval f D Fd Fd × d
1 96 – 105 1 4 4 16
2 86 – 95 6 3 18 54
3 76 – 85 7 2 14 28
4 66 – 75 10 1 10 10
5 56 – 65 11 0 0 0
6 46 – 55 4 -1 -4 4
7 36 – 45 5 -2 -10 20
8 26 – 35 3 -3 -9 27
9 16 – 25 3 -4 -12 48
50 11 207

Dari tabel ini kita mencari mean dengan rumus:

+i
Keterangan:
M= mean sebenarnya yang akan dicari
M’ = mean dugaaan dalam tabel ini

= = = 60,5
I = interval = 10
∑fd = 11
Dengan rumus diatas maka:

M= 60,5 +10 = 60,5 + = 60, 5 + 2,2 = 62,7= 63


Cara mencari deviasi standard adalah dengan rumus:

DS=
Dari tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:

DS = 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan batas lulus
= mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita bagi
menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan demikian untuk selanjutnya
kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu
sebagai berikut:
a. Batas bawah D atau batas lulus = mean = 63
b. Skor dibawah 63 = TL
c. Batas atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
d. Batas atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
e. Batas atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
f. Skor di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Yang tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
b. Yang mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
c. Yang mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
d. Yang mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
e. Yang mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada
f.
C. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor
terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, dalam
menentukan nilai peserta didik pada setiap mata pelajaran, guru menggunakan rumus sebagai
berikut[8] :

Nilai = 10 (skala 0-100)


Keterangan : ƩX = jumlah skor mentah
ƩS = jumlah soal
Telah dijelaskan dimuka bahwa standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat
dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni :
1. Standar seratus (0-100),
2. Standar sepuluh (0-10), dan
3. Standar empat (1-4), atau dengan huruf (A-B-C-D)
Sedangkan skor baku baik skor z maupun skor T, jarang digunakan. Standar-standar tersebut (z
dan T) hanya digunakan untuk keperluan khusus, misalnya untuk menganalisis kecakapan seseorang
dibandingkan dengan orang lain dan membandingkan dua skor yang berbeda standarnya.
Konversi nilai bisa dilakukan dari standar seratus ke standar sepuluh dan ke standar empat, atau
bisa juga dari standar sepuluh ke standar seratus atau ke standar empat. Dalam konversi nilai digunakan
dua cara, yakni cara yang menggunakan rata-rata dan simpangan baku dan cara tanpa menggunakan
rata-rata dan simpangan baku :
a. Konversi tanpa menggunakan nilai rata-rata dan simpangan
Cara ini sangat sederhana, yakni dengan menentukan kriteria sebagai dasar untuk menentukan
konversi nilai. Misalnya demgam ,menggunakan kriteria dalam bentuk presentase.
Presentase jawaban Nilai konversi
(%) Huruf Standar 10 Standar 4
(90-99) A 9 4
(80-89) B 8 3
(70-79) C 7 2
(60-69) D 6 1
Kurang dari 60 Gagal Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 100%

Contoh penggunaannya:
Misalkan kepada peserta didik diberikan tes Fiqih dalam bentuk tes objektif pilihan berganda
sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar dibenar diberi skorsatu sehingga skor maksimal yang dicapai
peserta didik adalah 60. Berdasarkan kriteria di atas, konversi nilai dalam standar huruf, standar sepuluh,
dan standar empat adalah sebagai berikut[9] :
Skor mentah Nilai Konversi
Standar huruf Standar 10 Standar 4
54-59/60 A 9/10 4
48-53 B 8 3
42-47 C 7 2
36-41 D 6 1
Kurang dari 36 G (gagal) Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 60

b. Konversi nilai dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku


Mencari nilai rata-rata atau mean (M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah
menjadi nilai huruf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari
30, digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari
30, misalnya sampai 40 atau 50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi
bergolong. Berikut ini sebuah contoh yang menggunakan tabel distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada
20 orang peserta didik sebagai berikut:
73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS.
Untuk itu membuat tabel sebagai berikut:
Langkah-langkah menyusun tabel:
1. Masukan nama siswa (kedalam kolom satu) dan skor masing masing siswa (kedalam kolom 2),
kemudian jumlahkan.kita akan memperoleh .
2. Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya peserta didik yang
dites). Jadi, rumus untuk mencari M adalah
M= .
3. Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
4. Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian jumlahkan sehngga
memperoleh ∑ (X-M)2.
5. Langkah terakhir adalah iialah menghitung mean dan DS dengan rmus-rumus sebagai berikut:

M= DS =

TABEL UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN DS


Nama Siswa Skor mentah (X-M) atau (d) (X-M)2 atau (d)2
(X)
Amrin 73 13 169
Budi 70 10 100
Fiki 68 8 64
Mardi 68 8 64
Popon 67 7 49
Sarman 67 7 49
Jufri 65 5 25
Pairah 65 5 25
Nana 63 3 9
Rini 62 2 4
Suci 60 0 0
Nandar 59 -1 1
Jamhari 59 -1 1
Jibok 58 -2 4
Kusnan 58 -2 4
Ida 56 -4 16
Tutik 52 -8 64
Paimo 50 -10 100
Waluyo 41 -19 361
Paiman 40 -20 400
Jumlah 1201 - 1509

Dari tabel ini kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:

M= = = 60,05 dibulatkan = 60

DS = = = = 8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf
Dari perhitungan diatas maka kita telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita
dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran ini kita
menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena nilai
huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan besarnya SUD
= 6 DS:4 = 1,5 DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035, dibulatkan =13.
b. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada skala penilaian A-B-
C-D-TL. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c. Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai huruf.
Karena titik tengah 60 maka.
1. Batas bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2. Batas atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5 × 13 = 66,5
3. Batas bawah D = M - 1,5 SUD
= M - 1,5 × 13 = 34
4. Skor dibawah 34 = TL
5. Batas bawah B = M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
6. Skor diatas 79,5 = A
7. Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang
peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
a. Skor 80 keatas = A = tidak ada
b. Skor 67 - 79,5 = B = 6 orang
c. Skor 54 – 66,5 = C = 10 orang
d. Skor 34 – 53,5 = D = 4 orang
e. Skor dibawah 34 = TL = tidak ada
Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus = mean.
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan DS
yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh :
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta
didik sebagai berikut:
97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62, 60
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL. Untuk mencari mean dan DS
kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang
telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R= 97-16= 81
Kelas interval = + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas Interval F d Fd Fd × d
1 96 – 105 1 4 4 16
2 86 – 95 6 3 18 54
3 76 – 85 7 2 14 28
4 66 – 75 10 1 10 10
5 56 – 65 11 0 0 0
6 46 – 55 4 -1 -4 4
7 36 – 45 5 -2 -10 20
8 26 – 35 3 -3 -9 27
9 16 – 25 3 -4 -12 48
50 11 207

Dari tabel ini kita mencari mean dengan rumus:

+i
Keterangan:
M= mean sebenarnya yang akan dicari
M’ = mean dugaaan dalam tabel ini

= = = 60,5
I = interval = 10
∑fd = 11
Dengan rumus diatas maka:

M= 60,5 +10 = 60,5 + = 60, 5 + 2,2 = 62,7= 63


Cara mencari deviasi standard adalah dengan rumus:

DS=
Dari tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:

DS = 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan
batas lulus = mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita bagi
menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan demikian untuk selanjutnya
kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu
sebagai berikut:
1. Batas bawah D atau batas lulus = mean = 63
2. Skor dibawah 63 = TL
3. Batas atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
4. Batas atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
5. Batas atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
6. Skor di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Yang tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
2. Yang mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
3. Yang mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
4. Yang mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
5. Yang mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada

A. Mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10.


Seorang guru PBA memperoleh skor mentah dari hasil ujian dengan peserta didik yang berjumlah 50,
adapun hasil dari ulangan tersebut adalah sebagai berikut:
16 64 87 36 65 42 43 54 47 51
77 55 68 42 40 47 42 46 45 50
20 57 28 7 44 51 40 39 39 57
28 39 21 48 46 37 41 43 49 71
29 44 34 50 45 35 44 52 56 45
Untuk mengolah skor mentah diatas menjadi nilai 1-10 maka kita harus mencari mean dan DS. Untuk
itu skor mentah tersebut kita susun dalam tabel distribusi frekuensi. Langkah-langkah menyusun tabel
frekuensi adalah sebagai berikut:
1. Kita tentukan banyaknya kelas interval dengan jalan:
a. Mencari range dengan rumus R=H-L
b. Bagilah range kedalam interval-interval yang sama sedemikian rupa sehingga jumlah kelas interval

antara 6-15atau 11-19. Adapun rumus untuk mencari kelas interval adalah + 1
2. Mengisi kolom 2 (kolom interval) didalam tabel yang telah tersedia.
3. Menghitung jumlah frekuensi tiap interval.
4. Menentukan deviasi pada lajur d dengan menetapkanmean dugaan (M') dengan angka nol. Untuk
menduga letak nol dapat kita pilih pada kelas yang mengandung frekuensi terbanyak.
5. Mengisi lajur fd.
6. Mengisi lajur fd × d.
Dari skor ujian ini kita dapat menyusun tabel distribusi frekuensi seperti berikut:
H = 87
L=7
R = 87 – 7 = 80

Banyaknya kelas interval : +1= + 1 = 11


TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas Interval F D Fd Fd × d
1 87 – 94 1 6 6 36
2 79 – 86 0 5 0 0
3 71 – 78 2 4 8 32
4 63 – 70 3 3 9 27
5 55 – 62 4 2 8 16
6 47 – 54 11 1 11 11
7 39 – 46 18 0 0 0
8 31 – 38 4 -1 -4 4
9 23 – 30 3 -2 -6 12
10 15 – 22 3 -3 -9 27
11 7 – 14 1 -4 -4 16
50 19 181

Sekarang kita mencari angka rata-rata (mean) dari table di atas. Rumus mean adalah M = M' + i

( ) Dengan melihat table distribusi frekuensi maka:

M = 42,5 + 8 = 42,5 +3,04 = 45,54

Dari table ini sekarang kita mencari DS rumusnya adalah DS = i kdengan


menggunakan rumus tersebut maka :

DS = 8
=8

=8
=8 × 1,89 = 15,12 (dibulatkan) = 15
Setelah menemukan mean dan DS langkah selanjutnya adalah menjabarkan skor mentah yang
kita peroleh kedalam nilai 1 – 10 dengan menggunakan rumus penjabaran sebagai berikut:
M + 2,25 DS = 10
M + 1,75 DS = 9
M + 1,25 DS = 8
M + 0,75 DS = 7
M + 0,25 DS = 6
M + 0,25 DS = 5
M + 0,75 DS = 4
M + 1,25 DS = 3
M + 1,75 DS = 2
M + 2,25 DS = 1
Hasil perhitungan Penjabaran
45,54 + (2,25 × 15) = 79 (dibulatkan) Skor 79 keatas = 10
45,54 + (1,75 × 15) = 72 (dibulatkan) 72 – 78 = 9
45,54 + (1,25 × 15) = 64 (dibulatkan) 64 – 78 = 8
45,54 + (0,75 × 15) = 57 (dibulatkan) 57 – 71 = 7
45,54 + (0,25 × 15) = 49 (dibulatkan) 49 – 63 = 6
45,54 - (0,25 × 15) = 42 (dibulatkan) 42 – 56 = 5
45,54 - (0,75 × 15) = 34 (dibulatkan) 34 – 48 = 4
45,54 - (1,25 × 15) = 27 (dibulatkan) 27 – 41 = 3
45,54 - (1,75 × 15) = 19 (dibulatkan) 19 – 33 = 2
45,54 - (2,25 × 15) = 12 (dibulatkan) 12 – 18 = 1
11 kebawah = 0

Dengan penjabaran diatas maka guru dapat langsung memasukkan atau mengubah nilai skor
mentah yang diperoleh setiap peserta didik kedalam nilai 1 – 10.
Dengan penjabaran secara statistikdengan membuat tabel distribusi frekuensi dan menggunakan
mean dan DS maka dengan bagaimana punhasil tes yang kita peroleh akan menghasilkan nilai diantara
1- 10. Sehingga akan terdapat anak yang memperoleh nilai yang tinggi dan nilai yang terendah,karena
penyusunan tabel yang menjadi dasar perhitungan menggunakan skor maksimum dan skor minimum
yang benar-benar dicapai oleh kelompok peserta didik yang dites.

B. Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z


Yang dimaksud dengan skor Z adalah skor yang penjabarannya didasarkan atas unit deviasi
standar dari mean. Dalam hal ini mean dinyatakan = 0 (nol). Oleh karena itu, dengan penjabaran skor-
skor tersebut dibandingkan dengan rata-rata skor sekelompoknya; apakah ia terletak di atas rata-rata
kelompok (mean) atau di bawahnya.

Rumus Z score =

Mengolah skor mentah menjadi skor standar T


Dengan bersumber pada skor Z seperti telah dibicarakan di muka, banyak pula dikembangkan
skor-skor standar lainnya yang dikenal orang sebagai angka skala.
Jenis skor standar yang merupakan angka skala yang telah banyak dikenal orang antara lain
ialah skor T. yang dimaksud dengan skor T ialah angka skala yang menggunakan dasar maen = 50 dan
jarak tiap deviasi standar (DS) = 10. Di dalam range -3 DS sampai dengan +3 DS, T tersebar dari 20 s.d
80, tanpa bilangan-bilangan minus.
Rumus T score = 50 + 10z
D. Teknik Analisis Hasil Penilaian
Model yang banyak digunakan untuk mengolah data hasil evaluasi pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Tendensi sentral
Salah satu tekhnik analisis data yang banyak digunakan untuk mengolah data evaluasi adalah
tendensi sentral atau ukuran kecenderungan memusat. Ada tip teknik utama yang digunakan untuk
mengukur tendensi sentral yaitu mean, median,dan mode.
2. Variabelitas
Variabelitas adalah keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi skor. Variabelitas
merupakan variasi sebaran skor dari mean. Semakin luas penyebaran angka-angka, semakin besar pula
variabelitas distribusinya. Hal itu berarti skor yang ada cenderung heterogen. Sebaliknya, semakin kecil
penyebaran angka-angka berarti semakin kecil juga variabelitasnya. Hal itu berarti skor yang ada
cenderung homogen. Secara sederhana, ada tiga tekhnik untuk melihat ukuran variabelitas, yaitu jarak
sebaran atau range, deviasi rata-rata dan deviasi standar atau simpangan buku. Range dicari dengan
mengurangi angka tertinggi dengan terendah.
Rumus Range = (R - Xtertinggi - Xterendah).
Penyimpangan angka merupakan selisih antara angka tersebut dengan mean. Rumus untuk
mencari deviasi rata-rata adalah sebagai berikut ini:

Devisa Rata-rata =
Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
M = Nilai rata-rata
N = Jumlah peserta tes

Dibandingkan range dan deviasi rata-rata, simpangan baku merupakan


cara terbaik untuk pengukuran penyebaran. Simpangan baku adalah jarak standar yang terletak diatas

dan dibawah mean. Rumus untuk mencari simpangan baku (dari populasi) adalah:
Keterangan:
SD = Simpangan baku
X = Skor uang diperoleh
M = Nilai rata-ratas
3. Skor standar

Kadang kala untuk kebutuhan menentukan nilai secara cepat tanpa melihat tabel konversi
secara keseluruhan, maka dapat dihitung dengan skor z. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan
menggunakan skor standar z. Skor z merupakan salah satu tekhnik untuk mengetahui posisi testee
dalam kelompoknya. Dengan skor z, dapat membandingkan antara skor satu dengan yang lainnya.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Z=

Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
M = rata-=rata (mean)
SD = Simpangan baku.
4. Skor Komposit
Kadang kala, nilai skor akhir siswa, tidak didasarkan pada hasil tes tunggal. Nilai akhir pada bidang studi
tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari skor-skor yang diperoleh dari beberapa hasil
pengukuran. Bila skor tersebut didasarkan pada beberapa komponen, maka skor akhir dapat diperoleh
dengan melakukan penggabungan skor yang disebut dengan skor komposit. Salah satu rumus komposit
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.

Skor Komposit :

Keterangan:
b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen

5. Penentuan Nilai Akhir


Setelah satu tekhnik analisis yang perlu dipahami adalah tekhnik menentukan nilai akhir. Nilai akhir
diperlukan untuk menentukan penguasaan siswa, kelulusan siswa memberikan bimbingan, atau
memberikan balikan proses pembelajaran. Untuk menentukan nilai akhir, harus mempertimbangkan
beberapa faktor, yaitu faktor pencapaian prestasi, faktor usaha, faktor kebiasaan kerja atau faktor pribadi
dan sosial.
Untuk menentukan nilai akhir, ada beberapa rumus yang bisa digunakan. Hal ini disesuaiakan dengan
formula yang digunakan oleh lembaga. Berikut ini beberapa formula, yang pernah digunakan
disekolah/madrasah.
a. Nilai akhir diperoleh dengan memperhitungkan nilai tugas (T), ulangan harian (H), dan nilai ulangan
umum (U).

Keterangan:
N = Nilai akhir
T = Nilai tugas
H = Nilai harian
U = Nilai ulangan umum.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar (DS),

sedangkan rumus mencari M adalah M = , dan rumus DS adalah DS = .


2. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus. Rumus mencari M adalah +

i dan cara mencari deviasi standard adalah dengan rumus:

DS=
3. Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar
atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, guru

menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = 10 (skala 0-100). Skor mentah itu akan diolah menjadi
huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS.
4. Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z

Rumus Z score =
5. Mengolah skor mentah menjadi skor standar T
Rumus T score = 50 + 10z
6. Model yang banyak digunakan untuk mengolah data hasil evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Ada tip teknik utama yang digunakan untuk mengukur tendensi sentral yaitu mean, median,dan mode.
b. Variabelitas adalah keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi skor. Variabelitas
merupakan variasi sebaran skor dari mean. Semakin luas penyebaran angka-angka, semakin besar pula
variabelitas distribusinya.
c. Skor standar: Kadang kala untuk kebutuhan menentukan nilai secara cepat tanpa melihat tabel konversi
secara keseluruhan, maka dapat dihitung dengan skor z.
d. Skor komposit: Nilai akhir pada bidang studi tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari skor-skor
yang diperoleh dari beberapa hasil pengukuran. Bila skor tersebut didasarkan pada beberapa komponen,
maka skor akhir dapat diperoleh dengan melakukan penggabungan skor yang disebut dengan skor
komposit.

Rumus :

b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen
e. Penentuan Nilai Akhir

Setelah satu tekhnik analisis yang perlu dipahami adalah tekhnik menentukan
nilai akhir. Nilai akhir diperlukan untuk menentukan penguasaan siswa, kelulusan siswa memberikan
bimbingan, atau memberikan balikan proses pembelajaran. Untuk menentukan nilai akhir, harus
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu faktor pencapaian prestasi, faktor usaha, faktor kebiasaan
kerja atau faktor pribadi dan sosial.
Rumus :

N = Nilai akhir
T = Nilai Tugas
H = Nilai harian
U = Nilai ulangan umu
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Drs. Zainal Arifin, M. Pd, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim purwanto, 2010. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana, 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja
Rosdakarya.
Kunandar, 2007. Guru Professional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[1] Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta,1999),
hal. 218
[2] Drs. Zainal Arifin, M. Pd, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hal. 221
[3] Ibid.,hal. 222
[4] Ibid.,hal.223
[5] Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran (Bandung. PT Remaja
Rosdakarya: 2010) hal. 89

[6] Ibid,.hal 90
[7] Ibid,. Hal 92
[8] Zainal Arifin,, Evaluasi Pembelajaran ...hal.232
[9] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya:
1995, hal.

Anda mungkin juga menyukai