Teknik Pengolahan Skor Evaluasi
Teknik Pengolahan Skor Evaluasi
id/2013/04/teknik-pengolahan-skor-hasil-
evaluasi.html
Teknik pengolahan skor hasil evaluasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar, hal ini
menjadi penting sebab dengan adanya evaluasi dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dan
kekurangan serta perkembangan proses belajar me
ngajar dan masih banyak hal lain yang berhubungan dengan pentingnya dan tujuan evaluasi.
Dapat dikatakan bahwa semakin baik atau semakin buruknya sebuah pembelajaran sangat
ditentukan oleh proses pengevaluasiannya.
Kebanyakan pengajar tidak begitu memperdulikan teknik-teknik yang baik
dalam menyelenggarakan suatu instrumen dan ilmu-ilmu yang ada dalam evaluasi
pembelajaran. Dalam evaluasi pembelajaran terdapat teknik-teknik pelaksanaan suatu instrumen,
macam-macamnya, pemilihan soal-soal yang baik, cara penskoran, pengolahannya dan lain
sebagainya.
Patut untuk diperhatikaan oleh para pengajar tentang pentingnya menguasai ilmu
pengolahan hasil evaluasi. Dengan ilmu ini maka tidak dikhawatirkan terjadi ketidak adilan
dalam pemberian nilai pada peserta didik.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun makalah ini ditulis untuk membahas tentang:
1. Teknik pengolahan data hasil evaluasi
2. Pengolahan skor mentah dalam PAP
3. Pengolahan skor mentah dalam PAN
4. Merangking siswa dari beberapa mata pelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Data Hasil Evaluasi
Banyak guru yang sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya, tetapi tidak
memperhatikan cara mengolahnya sehingga data tersebut menjadi mubazir (data tanpa makna).
Sebaliknya, jika hanya ada data yang relative sedikit, tetapi sudah mengetahui cara
pengolahannya, maka data tersebut akan mempunyai makna. Pada umumnya, pengolahan data
hasil tes menggunakan bantuan statistic. Analisis statistic digunakan jika ada data kuantitatif,
yaitu data-data yang berbentuk angka, sedangkan untuk data kualitatif, yaitu data yang berbentuk
kata-kata, tidak dapat diolah dengan statistic.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok
yang harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai
oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci
jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi. Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor
standart sesuai dengan norma tertentu. Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai,
baik dalam bentuk huruf ataupun angka. Keempat, melakukan alalisis soal (jika diperlukan)
untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya
pembeda.[1]
Bila semua jawaban siswa dalam suatu tes sudah diperiksa dan diberikan skor, maka kita
akan memperoleh skor akhir untuk setiap siswa. Skor inilah yang disebut dengan skor
mentah.[2] Kegiatan ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi
pengolahan hasil tes menjadi nilai prestasi. Kita tidak dapat menjadikan skor mentah ini sebagai
nilai akhir untuk siswa, kita harus mengubah dan mengolahnya terlebih dahulu menjadi skor
terjabar. Dalam mengolah skor mentah (raw score) menjadi nilai huruf dan skor standart dengan
urutan uraian sebagai berikut:[3]
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
2. Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
3. Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T
Z= = = 0,5
X = skor mentah yang diperoleh siswa.
T=( ) 10 + 50 =( ) 10 + 50 = 30
C. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma menskor peserta didik dengan membandingkan hasil belajar satu
peserta dengan hasil peserta lainnya dalam satu kelompok kelas.[8] Contoh diketahui 20 siswa
mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran bahasa Arab memperoleh skor mentah sebagai
berikut:
32, 36, 27, 50, 22,
34, 35, 37, 43, 17,
21, 42, 46, 32, 31,
28, 57, 57, 54, 51.
Penyelesaian nilai peserta didik dengan pendekatan PAN:[9]
= = = 37.15
3. Menghitung simpangan baku aktual
SD = =
= = 11.46
Mean =
SD =
Melihat keadaan nilai kelima siswa tersebut, nampaknya Tina menduduki peringkat teratas
karena memiliki jumlah skor terbanyak. Sedangkan Ani memiliki skor paling sedikit sehingga
menduduki peringkat paling bawah. Apakah ketentuan ini adil?. Dengan menggunakan Z-
score dapat lain bahkan menjadi sebaliknya.
Contoh nilai MTK Tina adalah 90. Rata-rata nilai matematika tersebut adalah 50 dengan
standar deviasi 31.84. Maka Z-score Tini adalah:
Z= = 1,26
Dengan cara yang sama akan dapat dicari Z-score masing-masing siswa untuk seluruh
bidang studi. Dan hasilnya sebagai berikut:[13]
a. studi
MTK IPA IPS B.IND B.ARB Jumlah No.
nama
Tina 1.26 -1.41 -1.41 -1.36 -1.42 -4.34 V
Rita 0.63 -0.71 -0.71 -0.81 -0.71 -2.31 IV
Haya 0.00 -0.00 -0.00 -0.00 -0.00 -0.00 III
Dita 0.63 0.71 0.71 0.81 0.71 2.31 II
Alia 1.26 1.41 1.41 1.36 1.42 4.34 I
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik Pengolahan Data Hasil Evaluasi dengan cara diantaranya sebagai berikut:
a. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
b. Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
c. Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T
2. Pedoman konversi yang digunakan PAP dan PAN sama, hanya berbeda pada penghitungan rata-
rata () dan simpangan baku (SD).
3. Dalam memberikan peringkat siswa, menggunakan prosedur z-score akan lebih evektif dan jauh
dari kemungkinan terjadinya ketidak adilan dibandingkan dengan memberikan peringkat dengan
menjumlah skor keseluruhan saja.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
[1] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h.221
[2] Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 91
[3] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 87
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 259
[5] Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 102
[6] Op. Cit., Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 250
[7] Op. Cit., Mudjijo, h. 93
[8] Op. Cit., Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. h, 240
[9] Ibid., h. 241
[10] Op. cit., Zainal Arifin, evaluasi instruksional, h. 94
[11] [11] Op. Cit., Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. h, 244
[12] [12] Op. Cit., Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 277
[13] Ibid., h. 278
PENGOLAHAN HASIL EVALUASI
http://nurulfaizah13.blogspot.co.id/2013/05/pengolahan-hasil-evaluasi.html
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Pengolahan Nilai
Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah data atau
informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik
tes akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan menjaring data kualitatif maupun
kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul baik melalui teknik tes maupun teknik non tes merupakan data
mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan
melalui kegiatan penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian.
M= .
c. Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
d. Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian jumlahkan sehngga
memperoleh ∑ (X-M)2.
e. Langkah terakhir adalah iialah menghitung mean dan DS dengan rmus-rumus sebagai berikut:
M= DS =
Dari tabel ini kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:
M= = = 60,05 dibulatkan = 60
DS = = = = 8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf.
Dari perhitungan diatas maka kita telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita
dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran ini kita
menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena nilai
huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan besarnyaSUD
= 6DS:4 = 1,5DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035, dibulatkan =13.
b. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada skala penilaian A-B-
C-D-TL. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c. Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai huruf.
Karena titik tengah 60 maka.
1) Batas bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2) Batas atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5 × 13 = 66,5
3) Batas bawah D = M - 1,5 SUD
= M - 1,5 × 13 = 34
4) Skor dibawah 34 = TL
Batas bawah B = M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
5) Skor diatas 79,5 = A
d. Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang
peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
1) Skor 80 keatas = A = tidak ada
2) Skor 67 - 79,5 = B = 6 orang
3) Skor 54 – 66,5 = C = 10 orang
4) Skor 34 – 53,5 = D = 4 orang
5) Skor dibawah 34 = TL = tidak ada
2. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus = mean.
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan DS
yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh. [7]
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta
didik sebagai berikut:
97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62, 60
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL. Untuk mencari mean dan DS
kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang
telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R= 97-16= 81
Kelas interval = + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas Interval f D Fd Fd × d
1 96 – 105 1 4 4 16
2 86 – 95 6 3 18 54
3 76 – 85 7 2 14 28
4 66 – 75 10 1 10 10
5 56 – 65 11 0 0 0
6 46 – 55 4 -1 -4 4
7 36 – 45 5 -2 -10 20
8 26 – 35 3 -3 -9 27
9 16 – 25 3 -4 -12 48
50 11 207
+i
Keterangan:
M= mean sebenarnya yang akan dicari
M’ = mean dugaaan dalam tabel ini
= = = 60,5
I = interval = 10
∑fd = 11
Dengan rumus diatas maka:
DS=
Dari tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:
DS = 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan batas lulus
= mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita bagi
menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan demikian untuk selanjutnya
kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu
sebagai berikut:
a. Batas bawah D atau batas lulus = mean = 63
b. Skor dibawah 63 = TL
c. Batas atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
d. Batas atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
e. Batas atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
f. Skor di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Yang tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
b. Yang mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
c. Yang mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
d. Yang mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
e. Yang mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada
f.
C. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor
terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, dalam
menentukan nilai peserta didik pada setiap mata pelajaran, guru menggunakan rumus sebagai
berikut[8] :
Contoh penggunaannya:
Misalkan kepada peserta didik diberikan tes Fiqih dalam bentuk tes objektif pilihan berganda
sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar dibenar diberi skorsatu sehingga skor maksimal yang dicapai
peserta didik adalah 60. Berdasarkan kriteria di atas, konversi nilai dalam standar huruf, standar sepuluh,
dan standar empat adalah sebagai berikut[9] :
Skor mentah Nilai Konversi
Standar huruf Standar 10 Standar 4
54-59/60 A 9/10 4
48-53 B 8 3
42-47 C 7 2
36-41 D 6 1
Kurang dari 36 G (gagal) Gagal Gagal
Nilai 10 bila mencapai 60
M= DS =
Dari tabel ini kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:
M= = = 60,05 dibulatkan = 60
DS = = = = 8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf
Dari perhitungan diatas maka kita telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita
dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran ini kita
menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena nilai
huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan besarnya SUD
= 6 DS:4 = 1,5 DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035, dibulatkan =13.
b. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada skala penilaian A-B-
C-D-TL. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c. Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai huruf.
Karena titik tengah 60 maka.
1. Batas bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2. Batas atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5 × 13 = 66,5
3. Batas bawah D = M - 1,5 SUD
= M - 1,5 × 13 = 34
4. Skor dibawah 34 = TL
5. Batas bawah B = M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
6. Skor diatas 79,5 = A
7. Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang
peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
a. Skor 80 keatas = A = tidak ada
b. Skor 67 - 79,5 = B = 6 orang
c. Skor 54 – 66,5 = C = 10 orang
d. Skor 34 – 53,5 = D = 4 orang
e. Skor dibawah 34 = TL = tidak ada
Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus = mean.
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan DS
yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh :
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta
didik sebagai berikut:
97, 93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62, 60
58, 57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL. Untuk mencari mean dan DS
kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang
telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R= 97-16= 81
Kelas interval = + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas Interval F d Fd Fd × d
1 96 – 105 1 4 4 16
2 86 – 95 6 3 18 54
3 76 – 85 7 2 14 28
4 66 – 75 10 1 10 10
5 56 – 65 11 0 0 0
6 46 – 55 4 -1 -4 4
7 36 – 45 5 -2 -10 20
8 26 – 35 3 -3 -9 27
9 16 – 25 3 -4 -12 48
50 11 207
+i
Keterangan:
M= mean sebenarnya yang akan dicari
M’ = mean dugaaan dalam tabel ini
= = = 60,5
I = interval = 10
∑fd = 11
Dengan rumus diatas maka:
DS=
Dari tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:
DS = 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan
batas lulus = mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita bagi
menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan demikian untuk selanjutnya
kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu
sebagai berikut:
1. Batas bawah D atau batas lulus = mean = 63
2. Skor dibawah 63 = TL
3. Batas atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
4. Batas atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
5. Batas atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
6. Skor di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Yang tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
2. Yang mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
3. Yang mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
4. Yang mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
5. Yang mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada
antara 6-15atau 11-19. Adapun rumus untuk mencari kelas interval adalah + 1
2. Mengisi kolom 2 (kolom interval) didalam tabel yang telah tersedia.
3. Menghitung jumlah frekuensi tiap interval.
4. Menentukan deviasi pada lajur d dengan menetapkanmean dugaan (M') dengan angka nol. Untuk
menduga letak nol dapat kita pilih pada kelas yang mengandung frekuensi terbanyak.
5. Mengisi lajur fd.
6. Mengisi lajur fd × d.
Dari skor ujian ini kita dapat menyusun tabel distribusi frekuensi seperti berikut:
H = 87
L=7
R = 87 – 7 = 80
Sekarang kita mencari angka rata-rata (mean) dari table di atas. Rumus mean adalah M = M' + i
DS = 8
=8
=8
=8 × 1,89 = 15,12 (dibulatkan) = 15
Setelah menemukan mean dan DS langkah selanjutnya adalah menjabarkan skor mentah yang
kita peroleh kedalam nilai 1 – 10 dengan menggunakan rumus penjabaran sebagai berikut:
M + 2,25 DS = 10
M + 1,75 DS = 9
M + 1,25 DS = 8
M + 0,75 DS = 7
M + 0,25 DS = 6
M + 0,25 DS = 5
M + 0,75 DS = 4
M + 1,25 DS = 3
M + 1,75 DS = 2
M + 2,25 DS = 1
Hasil perhitungan Penjabaran
45,54 + (2,25 × 15) = 79 (dibulatkan) Skor 79 keatas = 10
45,54 + (1,75 × 15) = 72 (dibulatkan) 72 – 78 = 9
45,54 + (1,25 × 15) = 64 (dibulatkan) 64 – 78 = 8
45,54 + (0,75 × 15) = 57 (dibulatkan) 57 – 71 = 7
45,54 + (0,25 × 15) = 49 (dibulatkan) 49 – 63 = 6
45,54 - (0,25 × 15) = 42 (dibulatkan) 42 – 56 = 5
45,54 - (0,75 × 15) = 34 (dibulatkan) 34 – 48 = 4
45,54 - (1,25 × 15) = 27 (dibulatkan) 27 – 41 = 3
45,54 - (1,75 × 15) = 19 (dibulatkan) 19 – 33 = 2
45,54 - (2,25 × 15) = 12 (dibulatkan) 12 – 18 = 1
11 kebawah = 0
Dengan penjabaran diatas maka guru dapat langsung memasukkan atau mengubah nilai skor
mentah yang diperoleh setiap peserta didik kedalam nilai 1 – 10.
Dengan penjabaran secara statistikdengan membuat tabel distribusi frekuensi dan menggunakan
mean dan DS maka dengan bagaimana punhasil tes yang kita peroleh akan menghasilkan nilai diantara
1- 10. Sehingga akan terdapat anak yang memperoleh nilai yang tinggi dan nilai yang terendah,karena
penyusunan tabel yang menjadi dasar perhitungan menggunakan skor maksimum dan skor minimum
yang benar-benar dicapai oleh kelompok peserta didik yang dites.
Rumus Z score =
Devisa Rata-rata =
Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
M = Nilai rata-rata
N = Jumlah peserta tes
dan dibawah mean. Rumus untuk mencari simpangan baku (dari populasi) adalah:
Keterangan:
SD = Simpangan baku
X = Skor uang diperoleh
M = Nilai rata-ratas
3. Skor standar
Kadang kala untuk kebutuhan menentukan nilai secara cepat tanpa melihat tabel konversi
secara keseluruhan, maka dapat dihitung dengan skor z. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan
menggunakan skor standar z. Skor z merupakan salah satu tekhnik untuk mengetahui posisi testee
dalam kelompoknya. Dengan skor z, dapat membandingkan antara skor satu dengan yang lainnya.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Z=
Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
M = rata-=rata (mean)
SD = Simpangan baku.
4. Skor Komposit
Kadang kala, nilai skor akhir siswa, tidak didasarkan pada hasil tes tunggal. Nilai akhir pada bidang studi
tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari skor-skor yang diperoleh dari beberapa hasil
pengukuran. Bila skor tersebut didasarkan pada beberapa komponen, maka skor akhir dapat diperoleh
dengan melakukan penggabungan skor yang disebut dengan skor komposit. Salah satu rumus komposit
yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.
Skor Komposit :
Keterangan:
b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen
Keterangan:
N = Nilai akhir
T = Nilai tugas
H = Nilai harian
U = Nilai ulangan umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar (DS),
DS=
3. Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar
atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, guru
menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = 10 (skala 0-100). Skor mentah itu akan diolah menjadi
huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS.
4. Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z
Rumus Z score =
5. Mengolah skor mentah menjadi skor standar T
Rumus T score = 50 + 10z
6. Model yang banyak digunakan untuk mengolah data hasil evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Ada tip teknik utama yang digunakan untuk mengukur tendensi sentral yaitu mean, median,dan mode.
b. Variabelitas adalah keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi skor. Variabelitas
merupakan variasi sebaran skor dari mean. Semakin luas penyebaran angka-angka, semakin besar pula
variabelitas distribusinya.
c. Skor standar: Kadang kala untuk kebutuhan menentukan nilai secara cepat tanpa melihat tabel konversi
secara keseluruhan, maka dapat dihitung dengan skor z.
d. Skor komposit: Nilai akhir pada bidang studi tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari skor-skor
yang diperoleh dari beberapa hasil pengukuran. Bila skor tersebut didasarkan pada beberapa komponen,
maka skor akhir dapat diperoleh dengan melakukan penggabungan skor yang disebut dengan skor
komposit.
Rumus :
b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen
e. Penentuan Nilai Akhir
Setelah satu tekhnik analisis yang perlu dipahami adalah tekhnik menentukan
nilai akhir. Nilai akhir diperlukan untuk menentukan penguasaan siswa, kelulusan siswa memberikan
bimbingan, atau memberikan balikan proses pembelajaran. Untuk menentukan nilai akhir, harus
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu faktor pencapaian prestasi, faktor usaha, faktor kebiasaan
kerja atau faktor pribadi dan sosial.
Rumus :
N = Nilai akhir
T = Nilai Tugas
H = Nilai harian
U = Nilai ulangan umu
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Drs. Zainal Arifin, M. Pd, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim purwanto, 2010. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana, 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja
Rosdakarya.
Kunandar, 2007. Guru Professional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[1] Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta,1999),
hal. 218
[2] Drs. Zainal Arifin, M. Pd, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hal. 221
[3] Ibid.,hal. 222
[4] Ibid.,hal.223
[5] Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran (Bandung. PT Remaja
Rosdakarya: 2010) hal. 89
[6] Ibid,.hal 90
[7] Ibid,. Hal 92
[8] Zainal Arifin,, Evaluasi Pembelajaran ...hal.232
[9] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya:
1995, hal.