Anda di halaman 1dari 16

PRAKTEK PENGOBATAN DENGAN AL-QUR`AN

(Studi Living Qur`an di Pengobatan Mutiara Madani)1


A. Pendahuluan
Jika kita perhatikan dengan seksama kehadiran Al-Qur`an di tengah
kehidupan umat Islam, khususnya di Indonesia, maka akan terlihat adanya
berbagai pemaknaan terhadap Al-Qur`an sebagai sebuah kitab yang berisi
firman-firman Allah swt. dan ditulis dengan huruf arab. Pertama, Al-Qur`an
dimaknai sebagai “kitab” atau “bacaan” yang istimewa dan dimuliakan serta
berisi kumpulan petunjuk. Kedua, adapula yang memaknainya sebagai obat
jasmani maupun obat rohani serta sebagai sarana perlindungan dari mara bahaya,
seperti bahaya alam, gangguan syaitan atau makhluk halus lainnya, dan
perlindungan terhadap siksa setelah kematian. Dan ketiga, ada yang
memaknainya sebagai sumber pengetahuan, baik itu pengetahuan masa lampau,
masa kini, dan masa depan.2
Dalam lintas sejarah Islam, bahkan pada era yang sangat dini, praktek
memperlakukan Al-Qur`an atau unit-unit tertentu dari Al-Qur`an sehingga
bermakna dalam kehidupan praksis umat pada dasarnya sudah terjadi. Terdapat
beberapa riwayat yang menyatakan bahwa Nabi pernah menyembuhkan penyakit
dengan ruqyah lewat surah Al-Fatihah atau menolak sihir dengan surah Al-
Mu`awwidzatain. Kalaulah praktek semacam ini sudah ada pada zaman Nabi,
maka hal ini berarti bahwa Al-Qur`an diperlakukan sebagai pemangku fungsi di
luar kapasitasnya sebagai teks. Sebab secara semantik, surah Al-Fatihah tidak
memiliki kaitan dengan soal penyakit tetapi digunakan untuk fungsi di luar
fungsi semantiknya.3
Apa yang pernah dilakukan oleh Nabi ini tentu bergulir sampai generasi-
generasi berikutnya, apalagi ketika Al-Qur`an mulai merambah wilayah baru

1
Dipresentasikan pada Mata Kuliah Kajian Tafsir di Indonesia pada tanggal 29 April 2014,
dengan dosen pengampu Dr. Abdul Mustaqim.
2
Heddy Shri Alimsa Putra, The Living Qur`an: Beberapa Perspektif Antropologi dalam
Walisongo, Vol. 20, No. 1, 2012. hlm. 242-248.
3
M. Mansur, Living Qur`an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur`an dalam Metodologi
Penelitian Living Qur`an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 3-4.

1
yang memiliki kesenjangan cultural dengan wilayah dimana Al-Qur`an pertama
kali turun. Bagi masyarakat yang asing dengan bahasa Arab, maka peluang untuk
memperlakukan Al-Qur`an secara khusus menjadi jauh lebih besar dibandingkan
ketika masih berada dalam komunitas aslinya. Anggapan-anggapan tertentu
terhadap Al-Qur`an dari berbagai komunitas baru inilah yang menjadi salah satu
faktor pendukung munculnya praktek memfungsikan Al-Qur`an dalam
kehidupan praksis, di luar kondisi tekstualnya. Hal ini berarti bahwa terjadinya
praktek pemaknaan Al-Qur`an yang tidak mengacu pada pemahaman atas pesan
tekstualnya, tetapi berlandaskan anggapan adanya “fadhilah” dari unit-unit
tertentu teks Al-Qur`an, adalah merupakan kepentingan praksis kehidupan
keseharian umat.4
Fenomena interaksi Al-Qur`an di tengah-tengah masyarakat inilah yang
menjadi sorotan penelitian dalam makalah ini, dimana Al-Qur`an digunakan
dalam praktek pengobatan. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi5,
penulis mengamati, mengetahui, kemudian menjelaskan dan mendeskripsikan
fenomena yang terjadi di pengobatan Mutiara Madani yang terletak di Perumnas
Minomartani Jl. Gurameh Raya C 4 Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
B. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis merujuk kepada beberapa langkah-
langkah penelitian lapangan yang dipaparkan oleh prof. Dr. Kaelan. Ada tiga
tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu:
- Tahap sebelum memulai pengumpulan data
Sebelum peneliti memulai mengumpulkan data, terlebih dahulu melakukan
observasi awal menyangkut lokasi yang akan menjadi tempat penelitian, serta
segala hal dalam hubungannya dengan kemudahan dalam berkomunikasi.
Maksud dan tujuan observasi ini adalah untuk mengenal lingkungan fisik, dan

4
M. Mansur, Living Qur`an dalam Lintasan….. hlm. 4.
5
Pendekatan fenomenologi ialah memahami makna atau hakikat yang sebenarnya dari suatu
gejala objek yang dikaji melalui jiwa atau kesadaran objek itu sendiri. Dalam artian membiarkan
gejala yang diteliti berbicara sendiri secara tulus dan apa adanya, tidak boleh ada upaya-upaya luar
dari sang peneliti membuat prakonsepsi yang macam-macam. Lihat Moh. Nurhakim, Metodologi
Studi Islam (Malang: UMM Press, 2004), hlm. 23-24.

2
untuk menilai keadaan, situasi, dan konteksnya terutama dalam kaitannya
dengan kesesuaian dengan masalah sebagaimana yang dikembangkan dalam
penelitian.6
- Tahap pengumpulan data lapangan
Dalam suatu penelitian, teknik penelitian mengimplikasikan bagaimana atau
dengan cara yang bagaimana penelitian itu dilakukan dan menggunakan alat
apa saja dalam penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah
yang paling strategis dalam suatu penelitian, karena tujuan utama penelitian
adalah untuk mendapatkan data, dan bersumber pada data tersebut peneliti
dapat melakukan analisis yang pada akhirnya peneliti akan menemukan
substansi yang dipermasalahkan.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua cara; yakni dengan
observasi dan wawancara. Observasi adalah suatu pengamatan terhadap objek
yang diteliti baik secara langsung maupun secara tidak langsung, untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung
artinya peneliti terjun ke lapangan dan mengamatinya. Dan adapun secara
tidak langsung ialah pengamatan dengan melalui alat bantu seperti kamera
atau handycam. Hal ini dilakukan sebab pada prinsipnya, penelitian kualitatif
observasi adalah pengamatan terhadap `natural setting`. Dengan demikian
dapat pula berarti pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui
keberadaan objek, situasi, kondisi, konteks, ruang beserta maknanya dalam
upaya pengumpulan data penelitian.7
Selanjutnya, ialah teknik pengumpulan data dengan wawancara. Dalam
wawancara, kita dihadapkan kepada dua hal. Pertama, kita harus secara nyata
mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, kita menghadapi kenyataan,
adanya pandangan orang lain yang kita hadapi ialah bagaimana cara
berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana kita mengolah pandangan yang

6
Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta: Paradigma,
2010), hlm. 73-74
7
Kaelan, Metode Penelitian Agama… hlm. 85-88.

3
mungkin berbeda itu. Karena dalam penelitian naturalistic, kita ingin
mengetahui bagaimana persepsi responden tentang dunia kenyataan, tentang
pandangan hidupnya, serta prinsip keagamaan dalam hidupnya. Untuk itu kita
harus berkomunikasi dengan dia melalui wawancara. Dengan melakukan
wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden.8
Nah, dalam hal ini peneliti peneliti mewawancarai bapak Narotama Abu
Ghifar sebagai informan9 utama dimana beliau merupaka pemilik dari
Pengobatan Mutiara Madani, serta beberapa pasien yang dipilih secara
random untuk memperkaya informasi.
- Tahap analisis data penelitian lapangan
Dalam suatu penelitian kualitatif termasuk penelitian agama, proses analisis
data dilakukan sejak pengumpulan data. Namun demikian, tahap analisis data
setelah pengumpulan data memang merupakan kegiatan yang esensial dan
memerlukan kecermatan peneliti. Oleh karenanya, peneliti mula-mula
melakukannya dengan reduksi data. Yakni data yang diperoleh di lapangan
ditulis atau diketik dalam bentuk catatan. Laporan-laporan ini perlu direduksi,
dirangkum, kemudian dipilih hal-hal yang pokok difokuskan pada hal-hal
yang penting. Kemudian langkah selanjutnya ialah mengambil kesimpulan
dan verifikasi. Dalam proses pengambilan data sewaktu penelitian di
lapangan, data harus segera dianalisis, setelah dikumpulkan dan dituangkan
dalam bentuk laporan lapangan. Analisis data ini dapat mengungkapkan
beberapa hal. (a.) data apa yang masih perlu dicari, (b.) keterangan apa yang
masih diperlukan, (c.) pertanyaan apa yang harus dijawab, (d.) kesalahan apa
yang harus diperbaiki. Dan terakhir ialah melakukan rangkuman yang
merupakan hasil dari proses pengumpulan dan analisis data secara bertahap.10

8
Kaelan, Metode Penelitian Agama….. hlm. 97.
9
Informan adalah orang yang berada di lokasi tempat penelitian diadakan, atau dapat juga
orang yang merupakan anggota masyarakat setempat. Mereka adalah orang-orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi lokasi penelitian. Lihat, Kaelan, Metode
Penelitian Agama… hlm. 76.
10
Kaelan, Metode Penelitian Agama….. hlm. 116-123.

4
C. Profil Mutiara Madani
Mutiara Madani merupakan lembaga terapi dan konsultasi keluarga yang
terletak di Perumnas Minomartani, Jl. Gurameh raya C-4 Minomartani, Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta. Lembaga ini berdiri sejak 10 tahun yang lalu dimana pada
awalnya, lembaga ini hanyalah berupa jama`ah ruqyah massal. Dan sekarang
sudah berkembang menjadi sebuah lembaga yang melayani terapi ruqyah
syar`iyyah, terapi nutrisi herbal, terapi bekam standar medis, terapi NLP (Neuro
Linguistic Programming), serta usaha ticketing online, loket konter pulsa, dan
pelayanan haji dan umrah.11
Dengan diampu oleh Bapak Narotama Abu Ghifar, SP., C.Ht.,
pengobatan Mutiara Madani ini dapat mengatasi berbagai macam penyakit
kronis, seperti gagal ginjal, jantung bocor, vertigo, migrain, stroke, kanker,
tumor, hipertensi, diabetes, prostat, dan berbagai penyakit fisik lainmnya yang
disebabkan oleh virus, kuman ataupun bakteri. Juga dapat mengatasi penyakit
yang disebabkan oleh gangguan Jin/Sihir, penyakit karena faktor gangguan
psikologis, tidak mempunyai keturunan, anak yang belum bisa jalan, depresi,
korban narkoba, konsultasi keluarga, dan lain-lain.
Pengobatan ini buka setiap hari mulai jam 8 pagi sampai dengan jam 7
malam. Proses pengobatan yang diberikan dilakukan dengan pendekatan Terapi
Ruqyah Syar'iyyah, Terapi NLP (Neuro Linguistic Programming), Terapi
Psikologi Terapan, Terapi Nutrisi dengan menggunakan herbal Nabawi dan
dibarengkan dengan herbal asli Indonesia, juga dibacakan doa-doa ruqyah dan
disempurnakan dengan Terapi Bekam Standar Medis.

11
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014.

5
Gambar I: Spanduk Mutiara Madani

Gambar II: Surat izin Mutiara Madani dari pemerintah

Untuk sosialisasinya, Mutiara Madani menggunakan media sosial seperti


internet, juga sering diundang di beberapa stasiun TV local seperti Jogja TV, atau
lewat radio. Pengobatan ini pula telah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan

6
Sleman, izin Kejaksaan Negeri Sleman, rekomendasi Kementrian Agama
Sleman, serta surat keterangan usaha Minomartani Ngaglik Sleman. Dan biaya
sekali berobat di tempat ini Rp. 160.000, dengan rincian: biaya bekam Rp.
50.000, ruqyah Rp. 30.000, dan obat-obatan herbal Rp. 80.000. Urusan biaya ini
biasanya dikomunikasikan di awal, jika setuju, maka pengobatan dilakukan.
Namun dalam beberapa kasus tertentu, bapak Narotama tidak
menyebutkan tarif jika beliau merasa (dengan feeling) orang yang bersangkutan
itu `kelihatan` pelit (biasanya beliau menyarankan agar bersedekah dip anti
asuhan), atau yang bersangkutan adalah orang yang tidak mampu (dengan
menyertakan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan). Dan jika hanya
konsultasi, tidak dipungut biaya.12
D. Praktek Pengobatan Dengan Al-Qur`an Di Mutiara Madani
Dengan motto “Kesabaran dan keikhlasan dalam menerima takdir Allah
swt., memantapkan hati dan disiplin dalam menjalankan pola terapi yang
diberikan, serta tawakkal kepada Allah swt. yang semakin menguat, adalah kunci
dari segala kesembuhan secara total”, Mutiara Madani menggunakan tiga pola
terapi dalam pengobatannya; pertama, terapi rohani dengan ruqyah syar`iyyah.
Kedua, terapi nutrisi dengan herbal atau tumbuhan-tumbuhan alami. Dan ketiga,
terapi fisik dengan cara bekam.
Jadi dalam menjalankan proses penyembuhan, Mutiara Madani memiliki
nilai plus dengan adanya terapi warisan Nabi. Sebab: (1) Melibatkan Allah swt.
dalam setiap proses terapi yg dilakukan, (2) Mengijinkan diri atau tubuh untuk
mengobati diri sendiri baik secara mental, spiritual, ataupun secara fisik, karena
pada prinsipnya pola terapi yang digunakan adalah untuk membenahi sistem
metabolisme di dalam tubuh dan menguatkan kemauan untuk sembuh pada jiwa.
Dan (3) Jika dibarengkan dengan terapi medis secara berkala, maka ada 3
manfaat yang diperoleh. Yakni: mengobati penyakitnya sendiri, memperkuat
efek positif dari terapi medisnya, dan mencegah efek samping dari terapi medis

12
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014.

7
yang digunakan. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan sebutir aspirin
pun tetap memiliki efek samping bagi tubuh.13
Sebelum memulai pengobatan, pasien terlebih dahulu menentukan jadwal
pengobatan dengan mendafatar di bagian penerimaan. Atau bisa juga langsung
lewat SMS dengan mengetik: DAFTAR#NAMA#KUNJUNGAN KE …#
HARI#JAM DATANG. Contoh: Daftar#Syamsul Wathani#Kunjungan Ke-
5#Sabtu#17.30. Kirim ke nomor 08156882700 atau 08158729510. Setelah itu,
konsultasi segala keluhan atau penyakit yang diderita. Kemudian menunggu,
hingga nama yang bersangkutan dipanggil untuk diterapi.

Gamabar III: Seorang pasien mendaftar dan mengkonsultasikan


penyakitnya.

1. Terapi Rohani: Ruqyah Syar`iyyah


Sepanjang empat belas abad lamanya, pengobatan melalui Al-Qur`an
merupakan hal yang tidak asing lagi bagi umat Islam. mereka mengobati

13
http://Mutiara Madani Terapi Warisan Nabi Mobile.htm. diakses pada tanggal 17 April
2014.

8
setiap penyakit yang dideritanya dengan Al-Qur`an karena keimanan mereka
terhadap firman Allah swt.:
  
   
   
  

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”14
Oleh karenanya, banyak fakta yang meyakinkan bahwa Al-Qur`an
adalah sebaik-baik obat bagi orang mukmin. Jutaan orang mengambil
manfaat darinya. Pengobatan dengan Al-Qur`an bukan hanya sekedar
mengobati penyakit saja, lebih dari itu ia merupakan rahmat, pendidikan,
kebahagiaan, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah swt. Ia merupakan
jalan meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, pengobatan dengan Al-
Qur`an merupakan program yang komprehensif untuk hidup, jiwa, dan
raga.15
Ini pulalah yang diyakini bapak Narotama dalam mengobati para
pasien di Mutiara Madani dengan terapi ruqyah syar`iyyah. 16 Ruqyah
syar`iyyah ialah pengobatan dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur`an
kepada orang yang sakit (pasien) ditambah pula dengan do`a-do`a yang
matsur. Dalam melakukan hal ini, ada tiga syarat yang harus dipenuhi;
pertama, adapun bacaan yang digunakan ialah bersumber dari Al-Qur`an dan
sunnah. Kedua, harus dilafadzkan dengan memakai bahasa Arab dan
difahami maknanya. Dan ketiga, harus meyakini bahwa ini hanyalah
merupakan cara atau metode untuk mendapatkan kesembuhan. Ia tidak

14
Q.S. Yunus (!0) : 57.
15
Abdel Daem Al-Kaheel, `A>lij Nafsaka bi Al-Qur`an (terj.) (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.
v-vi.
16
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014.

9
berpengaruh kecuali hanya dengan izin Allah swt. Allah lah Sang Pemberi
kesembuhan.17
Adapun ayat-ayat dan do`a yang dipakai dalam proses pengobatan
dengan cara ruqyah syar`iyyah ini ialah:
َ َ‫ ِن ْع َم ْال َم ُول‬،ُ‫َح ْسبُنَاهللاُ َونِ ْع َم ْال َو ِك ْيل‬
ِ َّ‫ىونِ ْع َم الن‬
‫صيْر‬
“Cukuplah Allah bagi kami dan dia sebaik-baik pemimpin, sebaik-baik
pelindung, sebaik penolong.” (2x)
َ‫ت ِم ْن ش ِ َِّر َما َخلَق‬ ِ ‫أَع ُْوذُ ِب َك ِل َما‬
ِ ‫ت هللاِ التَّا َّما‬
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
kejahatan yang telah diciptakan.” (3x)
‫اء َوه َُو الس َِّم ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم‬ ِ ‫ئ في ِ األ َ ْر‬
َّ ‫ض َوالَ فِي ال‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫بِس ِْم هللاِ الَّذِي الَيَض ُُّر َم َع اس ِْم ِه‬
ٌ ‫ش ْي‬
“Dengan nama Allah, tidak ada yang membahayakan bersama namaNya
sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, Dia Maha mendengar dan Maha
mengetahui.”
)2( َ‫) ْال َح ْمدُ ِ َّلِلِ َربِّ ِ ْال َعا َل ِمين‬1( ‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬َّ ِ‫َّللا‬َّ ‫أعوذ باهللا السميع العليم من الشيطان الرجيم ِبس ِْم‬
َ ‫ط ْال ُم ْستَ ِق‬
)6( ‫يم‬ َ ‫ص َرا‬
ِّ ِ ‫) ا ْه ِدنَا ال‬5( ُ‫) ِإيَّاكَ نَ ْعبُد ُ َو ِإ َّياكَ نَ ْست َ ِعين‬4( ‫ِين‬
ِ ِّ‫) َما ِل ِك َي ْو ِم الد‬3( ‫الر ِح ِيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ
ِ ‫ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
.)7( َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو َال الضَّالِِّين‬ َ ‫ص َرا‬
ِ
     ‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫َّللا‬َّ ‫بِس ِْم‬
    
     
  
   ‫الر ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ِبس ِْم‬
     
     
    
    
  
   ‫الر ِحيم‬َّ ‫الرحْ َم ِن‬َّ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ِبس ِْم‬
    
    
  
   

17
Hafidz bin Ahmad bin `Ali Al-Hakamy, Ma`a>rij al-Qabu>l bi syarh Salmil Wushu>l
Ila> `Ilmi al-Ushu>l (Dama>m, Da>r ibn al-Qayyim, 1990), Juz II. hlm. 509.

10
   
 
     
     
     
      
   
    
    
    
   
   
   
  
     
    
  
  
 
    
   
   
  
   
 
  
   
   
   

َ‫ هللاُ َي ْش ِفيْكَ ِبس ِْم هللاِ أ ُ ْر ِقيْك‬،ٍ‫اسد‬ َ ‫ِبس ِْم هللاِ أ ُ ْر ِقيْكَ ِم ْن ُك ِِّل‬
ِ ‫ش ْي ٍئ يُؤْ ِذيْكَ َو ِم ْن ش ِ َِّر ُك ِِّل نَ ْف ٍس أ َ ْو َعي ٍْن َح‬

“Dengan nama Allah, aku menjampimu dari segala yang menyakitkanmu


dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh kedengkian,
semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku menjampimu.”
(3x)
َّ ‫ف أ َ ْنتَ ال‬
َ ‫شافِ ْي الَ ِشفَا َء إِالَّ ِشفَاؤُ كَ ِشفَا ًء الَ يُغَاد ُِر‬
ً ‫سقَما‬ َ ْ ‫ب ْالبَأ‬
ِ ‫س َوا ْش‬ ِ ‫اس أَذْ ِه‬
ِ َّ‫اللَّ ُه َّم َربَّ الن‬

“Ya Allah, Robb manusia, hilangkanlah rasa sakit dan sembuhkanlah,


Engkau Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan
dariMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (3x)
2. Terapi Fisik: Bekam

11
Bekam atau hijamah adalah metode pengobatan kuno yang dikenal
luas di berbagai negara dan bangsa. Bekam atau hijamah menurut bahasa
berarti ‘menghisap’. Pengobatan bekam dilakukan dengan cara menyedot
permukaan kulit dengan alat khusus dan dilanjutkan pengeluaran darah dari
bawah kulit. Pengobatan bekam ini juga telah banyak digunakan oleh bangsa
Arab di jaman Jahiliyah. Dan setelah kedatangan Islam, Rasulullah Saw
mengakui manfaat bekam ini serta mempraktekkan dan menganjurkan
penggunaannya.18 Terdapat beberapa hadis Nabi yang menganjurkan dan
menunjukkan tentang manfaat hijamah atau bekam. Inilah yang melandasi
Bapak naroratama melakukan terapi bekam karena merupakan terapi warisan
Nabi saw.19
Bekam ini dilakukan dengan cara mengoles punggung atau bagian
tubuh yang akan dibekam dengan minyak zaitun terlebih dahulu. Kemudian
dipijat-pijat sedikit. Lalu permukaan kulit disedot dengan alat khusus sekitar
2-5 menit. Kemudian alatnya dilepas dan titik-titik yang akan dibekam
dilukai atau disayat dengan menggunakan lancet (jarum yang tajam) atau
pisau bedah. Kemudian di tempat yang sama disedot kembali untuk
mengeluarkan darah yang berisi sisa-sisa toksin dari dalam tubuh. Setiap
sedotan dibiarkan selama 5-10 menit kemudian dibuang kotorannya dengan
cara ditempatkan pada cawan atau tempat sampah khusus. Kemudian
punggung atau bagian tubuh yang dibekam tadi dibersihkan dengan

18
http://nafhy_tata cara bekam dan titik bekam menrut sunnah.htm. Diakses pada tanggal 27
April 2014.
19
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014. Hadis yang menunjukkan hal ini seperti:
‫ي‬ َ ‫َار َو ِإنِِّ ْي أَ ْن َهى أ ُ َّمتِ ْي‬
ِِّ ‫ع ْن ْال َك‬ َ ‫س ٍل َوش َْر‬
ٍ ‫ط ِة مِ حْ َج ٍم َو َكيَّ ِة ن‬ َ ‫ ش َْر َب ِة‬:‫شفَا ُء فِ ْي ثَالَث َ ٍة‬
َ ‫ع‬ ِّ ِ ‫ال‬

“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan sundutan
dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.” (HR Bukhari)
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
ْ ‫إِ َّن أ َ ْمث َ َل َما تَدَ َاو ْيت ُ ْم بِ ِه ْالحِ َجا َمةُ َو ْال َف‬
ُ‫صد‬

“Sesungguhnya cara pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah alhijamah (bekam) dan fashdu
(venesection).” (HR Bukhari – Muslim).

12
menggunakan kapas. Darah yang mengandung toksin berwarna hitam pekat
seperti jeli atau berbuih. Bekas luka ini biasanya akan hilang dalam 2-3 hari.

13
Gambar IV dan V: Proses Terapi Bekam

3. Terapi Nutrisi: Herbal


Istilah herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak
berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia pengobatan, istilah
herbal memiliki makna yang lebih luas, yaitu segala jenis tumbuhan dan
seluruh bagian-bagiannya yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang
dapat dipakai sebagai obat (therapeutic). Terapi herbal sebenarnya muncul
dari orang-orang Mesir kuno dan India kuno. Pada abad kedua, para pendeta
(rahib) di Eropa mulai melakukan terapi herbal. Lalu usaha mereka
disempurnakan oleh para ilmuan Arab seperti Ibnu Sina dan al-Razi. Mereka
mengatakan bahwa satu jenis herbal mengandung beberapa zat yang dapat
menyembuhkan bermacam-macam penyakit.20
Mutiara Madani, yang disebut sebagai terapi warisan Nabi juga
menggunakan tanaman herbal dalam pengobatan. Karena sesungguhnya
banyak sekali arahan medis Nabi saw. yang menyebutkan berbagai macam
tanaman yang bermanfaat bagi kesembuhan mereka dengan tetap
berkeyakinan bahwa kesembuhan itu adalah hak mutlak Allah dan hanya
Allah swt. sebagai Penyembuh yang sebenarnya. Sementara obat-obatan
hanyalah sarana yang Allah berikan untuk manusia di dunia.21
Adapun obat herbal yang biasa digunakan ialah tanaman-tanaman
yang disebutkan dalam beberapa hadis Nabi serta dipadukan dengan
tanaman-tanaman herbal lokal. Seperti: habbatussauda` (jintan hitam)22,
kurma, sirsak, madu, jahe, temulawak, talbina (gandum), dan lain-lain.23

20
Abdul Basith Muhammad Sayyid, Terapi Herbal Pengobatan Cara Nabi Muhammad saw.
(Depok: Penerbit Plus, 2008), hlm. 2.
21
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014.
22
Rasulullah saw. bersabda:

14
Dalam melakukan terapi pengobatan, bapak Narotama juga
memperhatikan masalah keagamaan pasiennya. Beliau menanyakan bagaimana
ibadahnya, shalatnya, mengajinya, dan lain-lain. Sebab menurut beliau, keimanan
atau ibadah seseorang itu berpengaruh kepada seberapa cepat kesembuhannya.
Terkadang beliau juga memberikan rekaman-rekaman tilawah kepada pasiennya.
Dalam menyelesaikan atau menyembuhkan segala penyakit dan kesembuhkan,
beliau mengistilahkan dengan “kita bekerja bersama-sama, kita selesaikan
bersama-sama.”24
E. Penutup
Pengobatan terapi warisan Nabi, Mutiara Madani merupakan potret
masyarakat mengenai fenomena interaksi Al-Qur`an di tengah-tengah
masyarakat dimana Al-Qur`an digunakan dalam praktek pengobatan. Hal ini
menunjukkan bahwa Al-Qur`an diperlakukan sebagai pemangku fungsi di luar
kapasitasnya sebagai teks. Sebab terjadinya praktek pemaknaan Al-Qur`an yang
tidak mengacu pada pemahaman atas pesan tekstualnya, tetapi berlandaskan
anggapan adanya “fadhilah” dari unit-unit tertentu teks Al-Qur`an, adalah
merupakan kepentingan praksis kehidupan keseharian umat.
F. Daftar Pustaka
Al-Hakamy, Hafidz bin Ahmad bin `Ali, Ma`a>rij al-Qabu>l bi syarh Salmil
Wushu>l Ila> `Ilmi al-Ushu>l. Dama>m, Da>r ibn al-Qayyim. 1990.

Al-Kaheel, Abdel Daem, `A>lij Nafsaka bi Al-Qur`an (terj.). Jakarta: Amzah.


2012.

http://Mutiara Madani Terapi Warisan Nabi Mobile.htm. diakses pada tanggal 17


April 2014.

http://nafhy_tata cara bekam dan titik bekam menrut sunnah.htm. Diakses pada
tanggal 27 April 2014.

Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:


Paradigma. 2010.

. ُ‫ َوالسَّا ُم ْال َم ْوت‬.» ‫َّام‬


َ ‫إِ َّن فِى ْال َحبَّ ِة الس َّْودَاءِ ِشفَا ًء مِ ْن ُك ِِّل دَاءٍ إِالَّ الس‬
“Jintan hitam adalah obat bagi segala penyakit kecuali sam. Sam adalah kematian.” (HR. Muslim).
23
24
N., wawancara: Sabtu, 19 April 2014.

15
M. Mansur, Living Qur`an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur`an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur`an dan Hadis. Yogyakarta: Teras.
2007.

Moh. Nurhakim, Metodologi Studi Islam. Malang: UMM Press. 2004.

Putra, Heddy Shri Alimsa, The Living Qur`an: Beberapa Perspektif Antropologi
dalam Walisongo, Vol. 20, No. 1, 2012.

Sayyid, Abdul Basith Muhammad, Terapi Herbal Pengobatan Cara Nabi


Muhammad saw. Depok: Penerbit Plus. 2008.

16

Anda mungkin juga menyukai