id
J2K02
Segala pujian bagi Allah, yang tidak dapat dicapai oleh panah
kesangsian, akan tempat tembus, mengenai keajaiban
perbuatanNya. Tidak kembalilah akal dari permulaan
kejadiannya, meiainkan penuh dengan kegundahan dan
keheranan. Senantiasalah segala ni'matNya yang halus-halus
kepada alam itu menampak, dimana ni'mat itu terus-menerus
kepada mereka dengan usaha dan pemaksaan. Dan sebahagian
dari ni'matNya yang halus mengkagumkan, ialah menjadikan
manusia dari air. Lalu men-jadikannya berbangsa dan
berkeluarga. DikeraskanNya kepada makhluk itu keinginan, yang
memaksakan mereka kepada berusaha, dimana dengan usaha
itu, secara terpaksa dan keras untuk mengekalkan keturun-an
mereka. Kemudian Ia membesarkan urusan keturunan itu dan
dijadi-kannya berbatas. Maka diharamkannya berbuat jahat
untuk menyebabkan keturunan itu. Dengan bersangatan sekali Ia
menerangkan keburukan perbuatan jahat itu, dengan gertak dan
hardik. DijadikanNya perbuatan jahal itu suatu dosa yang keji
dan perbuatan pahit yang harus dijauhkan. DisunatkanNya
1
perkawinan (nikah), digerakkanNya kepada bernikah, karena
sunat dan perintah. Maka mahasucilah yang mengwajibkan
kematian kepada hambaNya. Lalu dihinakanNya mereka yang
merupakan ke-runtuhan dan kehancuran dengan kematian itu.
Kemudian menyebarkan bibit-bibit dari air hanyir dalam bumi
kerahiman ibu. DijadikanNya dari bibit-bibit itu makhluk.
DijadikanNya makhluk itu untuk menampal dari kehancuran
lantaran mati, sebagai peringatan bahwa lautan taqdir itu me-
limpah-ruah kepada alam seluruhnya dengan kemanfa'atan dan
kemelaratan, kebajikan dan kejahatan, kesukaran dan
kemudahan, kelipatan dan kehamburan.
2
ber'aqad nikah.
3
(Wa ankihul-ayaa maa minkum). Artinya: "Dan kawinkanlah
orang-orang yang sendirian (janda) diantara kamu!" - S. An-Nur.
ayat 32. Dan ini, adalah perintah (amar). Dan Allah Ta'ala
berfirman:
ﻓَﻼ ﺗَﻌْ ﺿُﻠ ُﻭﻫُﻥﱠ ﺃ َﻥْ ﻳَﻧْ ﻛِﺣْ ﻥَ ﺃ َﺯْ َﻭﺍﺟَ ﻬُﻥﱠ
(Fala ta'dluluuhunna an yankihna azwaajahunna). Artinya: "Maka
janganlah dihalangi perempuan itu kawin dengan suaminya yang
lama". — S Al-Baqarah, ayat 232. Dan ini adalah larangan dari
pada menghalangi dan mencegah daripada menghalanginya.
Dan berfirman Allah Ta'ala tentang menyifatkan dan memujikan
rasul-rasul:
َﻭﻟ َﻘَﺩْ ﺃ َﺭْ ﺳَ ﻠْ ﻧَﺎ ﺭُ ﺳُﻼ ﻣِﻥْ ﻗَﺑْ ﻠِ َﻙ َﻭﺟَ ﻌَ ﻠْ ﻧَﺎ ﻟ َﻬُﻡْ ﺃ َﺯْ َﻭﺍﺟً ﺎ َﻭﺫُ ﺭﱢ ﻳ ًﱠﺔ
َﻭﺍﻟ ﱠﺫِﻳﻥَ ﻳَﻘ ُﻭﻟ ُﻭﻥَ ﺭَ ﺑﱠﻧَﺎ ﻫَﺏْ ﻟ َﻧَﺎ ﻣِﻥْ ﺃ َﺯْ َﻭﺍﺟِﻧَﺎ َﻭ ُﺫﺭﱢ ﻳﱠﺎﺗِﻧَﺎ ﻗ ُﺭﱠ ﺓَ ﺃ َﻋْ ﻳ ٍُﻥ
(Walla dziina yaquuluuna rabbanaa hab ianaa min azwaajinaa
wa dzurri-yyaatinaa qurrata a'yun).
4
mengatakan, bahwa beliau berbua? demikian, untuk mempeioieh
keutamaan dan menegakkan surmah. Dan ada yang
mengatakan. untuk menutupkan mata dari melihat wanita.
Adapun Nabi 'Isa a.s. maka beliau akan kawin apabila telah turun
kebumi dan akan memperoleh anak.
ﺗﻧﺎﻛﺣﻭﺍ ﺗﻛﺛﺭﻭﺍ ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺑﺎﻫﻲ ﺑﻛﻡ ﺍﻷﻣﻡ ﻳﻭﻡ ﺍﻟﻘﻳﺎﻣﺔ ﺣﺗﻰ ﺑﺎﻟﺳﻘﻁ
5
barangsiapa mencintai aku, hendaklah ia menjalankan menurut
sunnahku". (3).
6
2. Dirawikan Abubakar bin Mardawaih dari Ibnu Umar, isnad
dla'if.
ﻛﻝ ﻋﻣﻝ ﺍﺑﻥ ﺁﺩﻡ ﻳﻧﻘﻁﻊ ﺇﻻ ﺛﻼﺙ ﻭﻟﺩ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺩﻋﻭ ﻟﻪ
7
sebelum ia kawin". Mungkin beliau memasukkan perkawinan itu
sebahagian dab ibadah hajji dan yang menyempurnakan ibadah
hajji. Tetapi yang jeias. ialah beiiau maksudkan. bahwa tiada
sehat hatinya, lantaran kerasnya kermduan syahwat, kecuali
dengan perkawinan. Dan ibadah hajji itu tidak sempurna. kecuali
dengan kosongnya hati dari gangguan.Karena iiuiah. beliau
kumpuikan budak-budaknya, tatkala mereka mengetahui
'Akramah, (2). Kuraib (3)dan lain-Iainnya dan mengatakan:
"Kalau kamu mau kawin, niscaya aku kawinkan kamu. Karena
.hamba itu, apabila melakukan zina, niscaya dica-butkan iman
dari hatinya".
Kedua isteri Ma'az bin Jabal meninggal. kena kolera dan iapun
kena kolera pula. Maka beliau berkata: "Kawinkanlah aku.
karena aku tidak suka bertemu dengan Allah, selaku orang
lajang".
8
Adalah sebahagian sahahat telah mengambil keputusan, untuk
berkhidmat kepada Rasulu llah ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. dan berdiam
padanya. untuk keperluan yang datang kepada Rasulu'llah ﺻﻠﻰ ﷲ
ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. Lalu Rasulu'llah ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. bertanya kepada
shahabat tadi: "'Tidakkah kamu kawin?" Lalu ia menjawab:
"Wahai Rasulu'llah ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡal Sesungguhnya aku ini orang
miskin, tidak mempunyai apa-apa. Dan aku mengambil
keputusan untuk berkhidmat kepadamu".
9
Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡa mengatakan: "Adakan pesta!" Maka mereka
kumpulkan dari para shahabat seekor kambing untuk pesta
kawin".
10
mereka itu mengatakan: "Dia itu meninggalkan sunnah!" Lalu
Bisyr menjawab: "Katakanlah kepada mereka. bahwa dia itu
sibuk dengan yang fardlu. sehingga tidak mengerjakan yang
sunat". Dan pada kali yang lain, ia dicaci orang, lalu Bisyr
menjawab: 'Tidaklah \aniz meiarane aku dari kawin, selain oleh
firman Allah Ta'ala:
11
daripada para shahabat Rasulu'llah ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ, dan beliau
mempunyai empat orang isteri dan tuju'nbe-!as gundik. Nikah itu
adalah sunnah yang sudah lalu dan budi-pekerti daripada nabi-
nabi".
12
Pada suatu hadits tersebut: "Sedikit jumlah keluarga, adalah
salah satu dari dua kekayaan dan banyak jumlah keluarga,
adalah salah satu dari dua kemiskinan". (3).
13
engkau".
PAEDAH PERKAWINAN.
14
keajaiban-keajaiban penciptaan dan merealisasikan dari apa
yang telah terdahulu kehendak Yang Mahakuasa. Dan benarlah
dengan demikian, kalimahNya dan telah berlaku Suratan
padanya.
Adapun segi pertama tadi, adalah yang lebih halus dan lebih jauh
dari pemahaman orang kebanyakan. Dan lebih benar dan lebih
teguh pada orang-orang yang berpemandangan tembus tentang
keajaiban ciptaan Allah Ta'ala dan segala yang berlaku dari.
hukum Nya. Penjelasannya: bahwa tuan itu apabila
menyerahkan kepada pesuruhnya (budaknya) bibit dan alat-alat
pertanian dan disediakannya bagi pesuruh itu tanah yang
disediakan untuk pertanian dan pesuruh itu sanggup
15
dengan berbagai helah, niscaya pesuruh itu berhak makian dan
kutukan dari tuannya.
16
hidup. Karena itu adalah mencegah kesempurnaan wujudnya
manusia. Dan untuk itu ditunjukkan oleh orang yang mengatakan
: "Al-'azl (membuang mani dari isteri) adalah salah satu dari dua
macam pembunuhan anak hidup-hidup. (1). Orang yang kawin
adalah orang yang berusaha menyempurnakan apa yang disukai
oleh Allah kesempurnaannya. Dan orang yang berpaling dari
kawin, adalah orang yang mengosongkan dan menyianyiakan
akan apa yang tidak disukai oleh Allah menyia-nyiakan nya. Dan
karena kesukaan Allah Ta'ala untuk kekalnya segala yang
bernyawa, maka disuruhNya memberi makan, didorongkanNya
kepada memberi makan dan dikatakan-Nya tentang member?
makan tadi dengan kata-kata hutang, yaitu firman-
17
fana'nya? Ketahuilah kiranya, bahwa kalimat tadi adalah benar,
yang telah dimaksudkan kepada yang batil. Apa yang telah kami
sebutkan, tidaklah menidakkan penyandaran segala yang ada ini
(al-kainat) seluruhnya, kepada kehendak Allah, baiknya dan
buruknya. manfa'atnya dan melaratnya. Tetapi kesukaan dan
kebencian itu, adalah berlawanan. Dan keduanya tidaklah
melawan akan kehendak Allah. Maka banyak yang dikehendaki
itu, tidak disukai dan banyak juga yang dikehendaki itu disukai.
Perbuatan ma'shiat itu tidak disukai. dimana walaupun tidak
disukai. tetapi dikehendaki. Perbuatan tha'at itu dikehendaki,
dimana bersama dengan dikehendaki itu, disukai dan direlai Nya:
ﻣﺎ ﺗﺭﺩﺩﺕ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻛﺗﺭﺩﺩﻱ ﻓﻲ ﻗﺑﺽ ﺭﻭﺡ ﻋﺑﺩﻱ ﺍﻟﻣﺳﻠﻡ ﻫﻭ ﻳﻛﺭﻩ ﺍﻟﻣﻭﺕ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﻛﺭﻩ ﻣﺳﺎءﺗﻪ
ﻭﻻ ﺑﺩ ﻟﻪ ﻣﻥ ﺍﻟﻣﻭﺕ
18
menunjukkan kepada dahulunya iradah dan taqdir yang tersebut
pada firmanNya:
َﺍﻟْﻣَﻭﺕ
ْ ُﻧَﺣْ ﻥُ ﻗَ ﱠﺩﺭْ ﻧَﺎ َﺑ ْﻳ َﻧﻛُﻡ
(Nahnu qaddarnaa bainakumul-maut).
19
Dari itu, hendaklah kami ringkaskan menyebutkannya dan
hendaklah kami ringkaskan diatas apa yang telah kami
peringatkan, dan perbedaan antara tampil kepada perkawinan
dan mundur daripadanya. Maka- salah satu daripada keduanya,
adalah menyia-nyiakan keturunan, yang dikekal-
kan oleh Allah akan adanya keturunan itu dari semenjak Adam
a.s. ganti-berganti, sampai kepada penghabisannya.
20
itu. adalah diluar dari usahanya.
21
syahwat itu tidak berdaya.
( Khairu nisaa-ikumui-waluudui-waduudu).Artinya:"Sebaik-baik
wanita kamu ialah yang banyak anak dan banyak kasih-
sayangnya" (2).
Dan Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. bersabda: "Seorang wanita yang hitam,
yang beranak banyak, adalah lebih baik dari seorang wanita
cantik yang tidak beranak".(3).'
Dan ini menunjukkan kepada mencari anak itu dimasukkan
kedalam kehendak keutamaan nikah., daripada mencari
penolakan tipuan nafsu-syah wal. Karena wanita yang cantik
adalah lebih patut untuk pemeliharaan. pemineingan mata dan
pernuasan nafsu-syahwat.
22
itu dibawa kepada orang mat? diatas baki dari nur". (4).
ٍﺃ َﻟْﺣَ ﻘْ ﻧَﺎ ﺑ ِﻬِﻡْ ُﺫﺭﱢ ﻳﱠﺗَ ﻬُﻡْ َﻭﻣَﺎ ﺃ َ ﻟَﺗْﻧَﺎﻫُﻡْ ﻣِﻥْ ﻋَ ﻣَ ﻠِﻬِﻡْ ﻣِﻥْ ﺷَﻲْ ء
(Alhaqnaa bihim dzurriyyatahum wa maa alatnaahum min 'amali
him min syai-in).
23
perbuatan baiknya".
24
sekali goncangan diatas pintu-pintu sorga. Maka berfirman Allah
Ta'ala - sebenarnya Ia mahamengetahui dengan anak-anak itu:
"Goncangan apakah
ini?"
25
jumlah makhluk ramai ditempat perhentian dipadang mahsyar.
Dan aku sangat haus, yang ham-pir memutuskan leherku. Begitu
pula makhluk yang banyak itu, semuanya dalam sangat
kehausan dan kesulitan. Maka kami begitu juga, ketika anak-
anak itu masuk kecelah-celah orang banyak, diatas mereka
beberapa sapu-tangan dari nur dan ditangan mereka cerek dari
perak dan gelas dari emas. Anak-anak itu memberi minum
seorang demi seorang, dimana mereka itu masuk kecelah-celah
orang ramai dan melewatkan kebanyakan orang (kebanyakan
orang tidak diberi oleh mereka minum). Lalu aku mengulurkan
tangan kepada salah seorang dari mereka, seraya aku berkata:
"Berilah aku minum. sesungguhnya aku haus sekali!" Lalu anak
itu menjawab: "Bapak tidak mempunyai anak dalam rombongan
kami. Kami hanya memberi minum kepada bapak-bapak kami
saja".
ْﻓَ ﺄ ْﺗُﻭﺍ ﺣَ ﺭْ ﺛَ ﻛُﻡْ ﺃ َﻧﱠﻰ ﺷِ ﺋْ ﺗُﻡْ َﻭﻗَﺩﱢ ﻣُﻭﺍ ﻷﻧْﻔ ُﺳِ ﻛُﻡ
(Fa tuu hartsakuin annaa syi'turn wa qad-dimuu lianfusikum).
Artinya: "Sebab itu, usahakanlah perladanganmu itu
sebagaimana kamu sukai dan buatlah kebaikan untuk dirimu!" -
26
S. Al-Baqarah, ayat 223, ialah mendahulukan anak-anak kecil
keakhirat.
Kebanyakan dari apa yang kami nukilkaru dari atsar dan hadits,
menunjukkan kepada pengertian yang tersebut tadi. Dan
pengertian itu bukanlah pengertian yang pertama (memperoleh
anak). Karena nafsu-syahwat adalah diperserahi (diwakilkan)
untuk melaksanakan perolehan anak. Maka perkawinan itu,
mencukupilah untuk pekerjaan tersebut, yang men-dorong untuk
menjadikannya dan yang menyingkirkan kejahatan
kekuasaannya. Dan tidaklah orang yang memperkenankan
panggilan tuannya karena ingin memperoleh kerelaannya,
seperti orang yang memperkenankan untuk mencari kelepasan
dari godaan penyerahan. Maka nafsu-syahwat dan anak itu,
adalah hal yang ditaqdir-kan dan diantara -keduanya, terdapat
27
ikatan yang erat. Dan tidak bolehlah dikatakan, bahwa yang
dimaksud, ialah kesenangan (memperoleh kelazatan). Dan anak,
adalah suatu keharusan daripadanya, sebagaimana
umpamanya, keharusan membuang air besar dari karena
makan.
28
wujudnya. Dan Kehidupan bathin, ialah kehidupan akhirat.
Tetapi. yang demikian itu hanya terbuka bagi hati yang suci-
bersih, menurut kcbersihannya. Dan menurut kebenciannya
kepada kembang dunia, tipuan dan godaannya.
29
Dan kaiau dapat dipukul dengan pukulan ke-taqwa-an, maka
kesudahannya, dapatlah mencegah anggota-anggota badan
daripada memperkenan-kan ajakan nafsu-syahwat itu. Lalu
terplcinglah mata dan terpeliharalah kemaluan.
30
َﻭﺧُ ﻠِﻕَ ﺍﻹﻧْﺳَ ﺎﻥُ ﺿَ ﻌِﻳﻔًﺎ
(Wa khuliqal-insaanu dla'iifaa).
31
dengan engkau dari kejahatan pendengaranku, penglihatanku,
hatiku dan kejahatan maniku!" Dan beliau mendo'a:
32
Orang yang menantang itu menjawab: "Orang-orang shufi itu
banyak makan".
33
berjalan dari seseorang kamu pada tempat jalannya darah".
34
Diriwayatkan, bahwa pada suatu hari, orang banyak
meninggalkan tempat ibnu 'Abbas dan tinggallah seorang
pemuda yang tetap disitu. Lalu Ibnu Abbas bertanya kepadanya:
"Apakah engkau ada sesuatu keperluan?" Pemuda itu
menjawab: "Ada! Aku ingin menanyakan suatu persoalan. Tadi
aku maiu kepada orang banyak dan sekarang aku takut kepada
tuan dan aku menghormati tuan".ibnu 'Abbas menjawab: "Orang
yang berilmu itu adalahseperti bapak
35
Dan yang paling keji dari kejahatan tersebut, ialah melakukan
perzinaan. Ibnu 'Abbas tidak mengatakan secara mutlak, akan
pembolehan sesuatu daripadanya. Karena keduanya itu
(mengawini budak wanita dan mengeluarkan mani dengan
tangan sendiri), adalah amat menguatirkan, yang ditakuti
terjerumus kepada yang lebih menguwatirkan iagi. Sebagaimana
ditakuti memakan bangkai, karena ditakuti dari pada kebinasaan
diri. Maka tidaklah menguatkan yang lebih enteng dari dua
kejahatan itu, termasuk dalam pengertian pembolehan mutlak
dan tidak dalam pengertian kebaikan mutlak. Dan tidaklah
memotong tangan yang dimakan penyakit itu, termasuk
perbuatan yang baik, meskipun diizinkan ketika mendekati diri
kepada kebinasaan.
36
kadang, beliau melakukan 'aqad-nikah empat wanita dalam satu
waktu. Dan kadang-kadang beliau ceraikan empat dalam satu
waktu dan menggantikan mereka itu semuanya.
37
Dan apabila dihiburkan dengan berbagai macam kesenangan
pada sebahagian w:aktu. niscaya, ia menjadi kuat dan rajin. Dan
menjinakkan hati dengan wanita, adalah termasuk sebahagian
dari istirahat, yang menghilangkan kesusahan hati dan
menyenangkan kalbu. Dan sewajarnyalah hendaknya, ada
istirahat-istirahat dengan hal-hal yang diperbolehkan, bagi jiwa
orang-orang yang bertaqwa (al-muttaqin). Dan karena itulah,
Allah berfirman:
(Li-yaskuna ilaihaa).
ﻟﻛﻝ ﻋﺎﻣﻝ ﺷﺭﺓ ﻭﻟﻛﻝ ﺷﺭﺓ ﻓﺗﺭﺓ ﻓﻣﻥ ﻛﺎﻧﺕ ﻓﺗﺭﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﺳﻧﺗﻲ ﻓﻘﺩ ﺍﻫﺗﺩﻯ
38
(Likulli aamilin syirratun wa likulli syirratin fatratun, faman kaanat
fatra-tuhu ilaa sunnatii faqa-dih tadaa).
39
hadits tersebut adalahhadits lemah. bahkan ada yang
mengatakan ''hadits maudlu" (yang diada-adakan) dan kata
Al-'uqaili: hadits batil (Pent.).
40
Sesungguhnya menusia, jikalau tidak mempunyai nafsu syahwat
bersetubuh, niscaya sulitlah baginya kehidupan dalam rumah
tangga nya sendirian. Karena, kalaulah ia barus memikui segala
urusan rumah tangga, niscaya hilanglah sebahagian besar
waktunya dan ia tidak mempunyai kesempatan untuk ibnu dan
amal.
beliau berkata, yaitu: wanita yang shalih. Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ.
bersabda:
ﻟﻳﺗﺧﺫ ﺃﺣﺩﻛﻡ ﻗﻠﺑﺎ ﺷﺎﻛﺭﺍ ﻭﻟﺳﺎﻧﺎ ﺫﺍﻛﺭﺍ ﻭﺯﻭﺟﺔ ﻣﺅﻣﻧﺔ ﺻﺎﻟﺣﺔ ﺗﻌﻳﻧﻪ ﻋﻠﻰ ﺁﺧﺭﺗﻪ
41
mu'min, lagi shalih, yang akan menolongnya keakhirat!" (1).
42
1.Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dan padanya ada
putus isnad (ingitha').
43
Dan tidaklah sama orang yang bekerja memperbaiki dirinya
sendiri dan orang lain, seperti orang yang bekerja memperbaiki
dirinya sendiri saja. Dan tidaklah sama orang yang sabar dari
kesakitan, seperti orang yang memewahkan dirinya dan
menyenangkannya. Maka penanggungan yang diperdapat
lantaran isteri dan anak, adalah seperti berjihad fi sabili'llah. Dan
karena itulah, Bisyr berkata: "Ahmad bin Hanbal melebihi aku
dengan tiga perkara. Salah satu daripadanya, adalah ia mencari
yang halal untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain". Dan Nabi
ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. bersabda:
ﻣﺎ ﺃﻧﻔﻘﻪ ﺍﻟﺭﺟﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻠﻪ ﻓﻬﻭ ﺻﺩﻗﺔ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﺭﺟﻝ ﻟﻳﺅﺟﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻘﻣﺔ ﻳﺭﻓﻌﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻓﻲ ﺍﻣﺭﺃﺗﻪ
44
dimana beliau bersama teman-temannya dalam suatu
peperangan. "Tahukah kamu perbuatan yang lebih utama,
daripada perbuatan yang berada kita sekarang
didalamnya?"Teman-taman itu menjawab: "Kami tidak tahu"
(Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. menunjukkan dengan jari telunjuk dan jari
tengah). Dan pada hadits lain, tersebut: "Sesungguhnya Allah
mengasihi orang yang miskin yang memelihara kehormatan diri,
yang menjadi bapak keluarga". (2)
45
bereabda Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ.: "Barangsiapa mempunyai tiga
orang anak perempuan, lalu ia mengeluarkan perbelanjaan dan
berbuat kebaikan kepada mereka, sehingga mereka diberi
kekayaan oleh Allah, tanpa memerlukan lagi kepadanya, niscaya
diwajibkan oleh Allah baginya sorga, pasti-pasti kecuali ia
berbuat sesuatu perbuatan yang tidak diberi ampun-an". (5).
1.- Dirawikan Abu Yu'Ia dari Abu Sa'id Ai-Khudri, sanad dal'if.
2.- Dirawikan Ibnu Majah dari 'Imran bin Hushain, sanad dal'if.
46
begitu juga. Dan menyahut yang keempat: "Ya betul!"
Maka aku pun takut menanyakan mereka, karena takut dari yang
demikian itu. Sehingga la'uiah dekatku yang penghabisan dari
mereka dan dia itu seorang anak kecil. Lalu aku bertanya
kepadanya: Hai, siapakah orang celak a ini, yang kamu
tunjukkan kepadanya?" Anak kecil itu menjawab: "Tuanlahi"
Maka aku bertanya: "Mengapakah begitu?"
Mereka itu merasa heran yang demikian. Lalu Nabi Yunus a.s.
bersabda: "janganlah kamu heran, karena aku telah bermohon
pada Allah Ta'ala dan aku mengatakan: "Janganlah kiranya
Engkau menyiksakan aku diakhirat! Maka segerakanlah siksaan
itu bagiku didunia!" Maka Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya
siksaanmu, ialah anak perempuan si Anu yang engkau kawin
dengan dia".
Maka aku kawin dengan anak perempuan itu dan aku bersabar
diatas apa yang engkau lihat daripadanya".
47
jiwa, menghancurkan kemarahan dan membaguskan akhlaq
Karena orang yang tinggal sendirian atau sekutu dengan orang
yang bagus akhlaqnya. tidaklah tersaring daripadanya kekejian
jiwa kebatinan dan tidaklah terbuka segala kekurangannya yang
tersembunyi. Maka pamaslah kepada orang yang berjalan
kejalan akhirat. mencoba dirinya dengan menempuh segala
penggerak yang seperti itu serta membiasakan kesabaran
kepadanya. Supaya luruslah akhiaqnya. terlatihiah jiwanya dan
bersihlah dari segala sifat yang tercela kebatinannya. Dan
kesabaran terhadap tingkah laku keluarga, dimana kesabaran itu
merupakan latihan dan perjuangan, adalah pikulan bagi mereka
dan menegakkan hak-hak keluarga serta dengan sendirinya
menjadi ibadah.
48
dengan pemikiran hati dalam segala ilmu dan mukasyafah. Maka
tidak seyogialah a kawin karena maksud tersebut. Karena latihan
itu sendiri telah mencukupi baginya.
Adapun ibadah dalam amai dengan usaha bagi mereka itu, maka
ilmu, adalah lebih utama dari yang demikian. Karena ilmu juga
adalah amal. Dan paedahnya. adalah lebih banyak dari yang
demikian. Lebih lengkap dan merata kepada segala makhluk
lainnya, dibandingkan dengan paedah usaha kepada keluarga
Pertama: yaitu yang terkuat dari tiga perkara ini, ialah lemah
daripada mencari yang halal. Sesungguhnya yang demikian itu
tidaklah mudah bagi masing-masing orang, lebih-lebih lagi pada
waktu-waktu ini, serta bergon-cangnya penghidupan. Maka
adalah perkawinan itu, suatu sebab dalam meluaskan untuk
mencari dan memberi makan dari-yang haram. Dan pada itulah,
kebinasaannya dan kebinasaan isterinya. Sedang orang yang
membujang, adalah terpelihara daripada yang demikian. Adapun
orang yang kawin, maka dalam hal yang terbanyak, ia terjerumus
dalam lobang-lobang kejanatan. Lalu ia menuruti kemauan
isterinya dan menjual akhiratnya dengan dunianya. Pada suatu
hadits, tersebut: "Se-sungguhiiya hamba itu disuruh berdiri pada
Timbangan (Al-Mizan). Ia mempunyai kebajikan seperti bukit.
Lalu ditanyakan dari hal pemeliharaan keluarganya dan
pelaksanaan hak-hak mereka. Ditanyakan tentang hartanya, dari
mana diusahakannya dan pada apa dibelanjakan nya. Sehingga
habis den gun segala tuntutan itu, semua amal-perbuatan nya.
Maka tidak tinggal baginya lagi suatu kebajikan pun.
49
oleh keluarganya segaia kebajikannya didunia dan pada hari ini
ia tergadai dengan segala amal perbuatannya". Dan dikatakan,
bahwa yang pertama-tama yang bersangkutan dengan
seseorang pada hari kiamat, ialah isteri dan anaknya. Mereka itu
membawanya berdiri dihadapan Allah Ta-ala, seraya
mengatakan: "Wahai Tuhan kami! Ambillah untuk kami akan hak
kami daripadanya! Karena ia tidak mengajarkan kami, apa yang
tidak kami ketahui. Ia memberikan kepada kami makanan yang
haram, sedang kami riada mengetahuinya". Maka pada ketika
itu, Allah Ta'ala memotong daripada amalannya untuk mereka
itu".
50
1. Dirawikan dari Abu Said
Dalam hal ini, ada juga bahayanya, karena dia itu penggembala
dan bertanggung jawab tentang penggembalaannya. Dan Nabi
ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. bersabda:
51
diterima shalat dan puasanya, sebelum ia kembali kepada
mereka. Dan barangsiapa yang teledor daripada menegakkan
hak wanita, meskipun ia berada ditempat-nya. maka ia seperti
orang yang melarikar, diri. Berfirman Allah Ta'ala:
Dan begitu pulalah Ibrahim bin Adham r.a. meninta ma'af, seraya
berkata: "Tidaklah akan aku tipu seorang wanita oleh diriku
sendiri dan tidaklah aku memerlukan kepada mereka. Artinya:
tentang menegakkan hak hak mereka, menjaga dan memberikan
belanja kepada mereka; Aku tidak sanggup daripada yang
demikian".
52
Dan begitu pula, Bisyr meminta ma'af dan mengatakan: "Yang
menghalangi aku kawin, ialah firman Allah Ta'ala:
53
kerusakannya, disebabkan kayin dari segi tadi. Maka sendirian
(single) adalah lebih menyelamatkan-nya.
54
itu! Untuk menetapkan terhadap seseorang, apakah lebih utama
ia kawin atau membujang secara mutlak, maka terserah melihat
kepada hal-hal yang telah dikumpulkan tadi. Bahkan segala
paedah dan bahaya itu, dapat diambil menjadi perbandingan dan
pemegangan. Dan bagi seorang murid, hendaklah
mengemukakannya terhadap dirinya sendiri. Kalau pada dirinya
tidak terdapat bahaya-bahaya itu dan terkumpui segala
paedahnya, dengan dimilikinya harta yang halal, budi-pekerti
yang baik, kesungguhan kepada agama yang sempurna, tidak
akan diganggu oleh perkawinan itu daripada mengingati Allah
dan bersama itu, ia seorang pemuda yang memerlukan kepada
penenteraman nafsu-syawat dan dia seorang diri yang
memerlukan kepada yang mengatur rumah tangga dan
memelihara kaum keluarga, maka tidak syak lagi, bahwa kawin,
adalah lebih utama baginya, dimana dengan kawin itu adalah
usaha untuk memperoleh anak.
55
hal-hal tersebut, lalu kami menerangkan, bahwa orang yang tidak
mendatangkan baginya kemelaratan dengan nafsu-syahwat dan
paedah perkawinannya adalah dalam usaha memperoleh anak
dan adalah bahayanya, ialah: memerlukan kepada usaha yang
haram dan kesibukan, tidak dapat mengingati Allah, maka
baginya membujang adalah lebih utama. Karena tiadalah
kebajikan mengenai sesuatu yang menyibukkan, tanpa
mengingati Allah. Dan tiadalah kebajikan dalam usaha yang
haram dan tidaklah dapat disempurnakan oleh urusan anak
dengan kekurangan dua hal ini. Maka kawin untuk memperoleh
anak, adalah suatu usaha dalam mencari kehidupan yang masih
disangsikan bagi anak itu. Dan ini, adalah suatu kekurangan
dalam Agama, yang menampak sekarang juga. Maka memeli-
haranya, adalah untuk kehidupan dirinya sendiri. Dan
menjaganya dari kebinasaan, adalah lebih penting daripada
usaha untuk memperolah anak. Dan itu, adalah suatu
keuntungan dan Agama itu, adalah modalnya. Dan dalam
merusakkan Agama itu, adalah kebatil-an kehidupan akhirat dan
kehilangan modal. Dan paedah itu tidak dapat melawan akan
salah satu dari dua bahaya tersebut.
56
Karena memandang itu haram dan berusaha pada bukan
wajahNya itu haram. Dan usaha itu selalu terjadi dan padanya
kema'siatannya sendiri dan kema'siatan isterinya. Dan
memandang kepada yang haram itu, kadang-kadang terjadi dan
itu adalah tertentu baginya sendiri dan menghilang dalam waktu
dekat.
Apabila ini telah tetap, maka hal yang ketiga dimana ia kuat
memicing mata, tetapi tidak kuat menolak pikiran-pikiran yang
mengganggu hati -maka lebih utama meninggalkan kawin.
Karena amal perbuatan hati, adalah lebih dekat kepada
pema'afan. Dan sesungguhnya yang dimaksudkan, ialah
menyelesaikan hati untuk ibadah. Dan ibadah itu tidak akan
sempurna bersama usaha yang haram. memakan dan memberi
makanan orang lain dengan haram itu.
57
menjuruskan hati kepada beribadah kepada Allah atau kawin?
58
Ketahuilah kiranya, bahwa yang terlebih utama, ialah
mengumpulkan diantara keduanya, terhadap orang yang
mampu, kuat angan-angannya dan tinggi cita-citanya. Maka
tidaklah ia dapat diumbang-ambingkan oleh sesuatu penggoda
daripada mengingati Allah. Dan Rasulu'llah ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. telah
mempunyai kekuatan dan dapat mengumpulkan diantara
kelebihan ibadah dan nikah. Dan sesungguhnya beliau, serta
sembilan orang isteri, dapat menjuruskan diri kepada beribadah
kepada Allah (1). Dar. adalah menunaikan keperluan dengan
kawin bagi diri Nabi ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ. adalah tidak menjadi
penghalang. Sebagaimana membuang air terhadap orang-orang
yang sibuk dengan urusan duniawi, tidaklah menjadi penghalang
bagi mereka daripada mengatur dunia. Sehingga mereka itu
pada dzahimya melangsungkan pembuangan air besar atau air
kecil, sedang hati mereka, berkecimpung dengan cita-cita. Tidak
lengah dari segala yang penting baginya.
59
mengumpulkan antara kawin dan menjuruskan hati kepada
ibadah. Lalu ia memilih menjuruskan hati kepada beribadah. Dan
mereka lebih mengetahui tentang rahasia hal keadaan mereka
dan hukum zaman mereka, tentang usaha-usaha yang baik dan
tingkah-laku kaum wanitanya. Dan tidaklah atas orang yang
kawin selain memperhatikan bahaya-bahaya perkawinan dan
paedah-paedah yang ada padanya.
60