Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2012:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari (Suryana, 2015:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 2011; 1418).

B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus,Pneumococcus,Haemophylus, Bordetella dan Corinebacteriu
m. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat
paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R, 2011)

C. TANDA DAN GEJALA


a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak(Naning R,2002)

D. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu
:
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2014).

E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk.
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada
bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri
yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui
pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas.

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2012)

H. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2011)

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi
pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada
lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
o Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
o Meningkatkan makanan bergizi
o Bila demam beri kompres dan banyak minum
o Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
o Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
o Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
o Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
o Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

J. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
1. Biasanya pasien Penupukan secret Bersihan jalan nafas
ditandai dengan adanya
secret, suara ronchi/wising,
otot bantu pernafasan, cuping
hidung, dada terasa sesak.
2. Adanya penupukan
secret, infeksi pada saluran
pernafasan, adanya otot bantu Kongesti hidung Pola nafas tidak
pernafasan efektif
3. Ditandai adanya,
sianosis, otot bantu
pernafasan, expansi
didinding dada, suara Ventilasi pervusi
ronchi/wising Gangguan pertukaran
4. Ditandai gas
dengan penuran BB sebnyak
20%, kulit kriput, klien
terlihat kurus, nafsu makan Input/autput tidak
menurun, mual muntah, nyeri adekuat
abdomen Gangguan nutrisi
5. Adanya tanda-tanda kurang dari
infeksi seperti: tumor, dolor, kebutuhan tubuh.
calor, rubor, dan disfusilaesa.
Dan cek leukosit tinggi/
rendah
6. Ditandai dengan adanya Agen bakteri/virus
panas lebih dari 37,6°C, akral
panas, bibir merah, wajah Resiko infeksi
tampak merah.

Proses infeksi

Hipertermi

K. Diagnosa yang mungkin muncul


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

L. Rencana intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan
nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien
dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan menggunakan cuping
hidung.
Rencana tindakan:
o Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
o Bersihkan jika ada sumbatan
o Berikan posisi semi fowler
o Anjurkan klien untuk minum yang hangat
o Ajarkan batuk efektif
o Masase punggung dan dada klien
o Kalaborasi pemberian O2
o Kalaborasi pemberian obat

2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pola
nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada
sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

Rencana tindakan:
o Berikan posisi semi fowler
o Kalaborasi pemberian O2
o Kalaborasi pemberian obat

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan
pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah
tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu
pernafasan.
Rencana tindakan:
o Berikan posisi semi fowler
o Anjurkan klien untuk minum yang hangat
o Ajarkan batuk efektif
o Masase punggung dan dada klien
o Kalaborasi pemberian O2
o Kalaborasi pemberian obat

4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia
Tujuan :
setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah gangguan nutrisi
teratasi dengan kreteria hasil: nafsumakkan klien meningkat, klien tidak mual
dan muntah, peningkatan BB, wajah terlihat segar.
Rencana tindakan:
o Observasi adanya gangguan nutrisi
o Observasi pola makan
o Njurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali
o Anjurkan diit yang sehat
o Kalaborasi dengan tim gizi
o Kalaborasi pemberian obat

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri


Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi infeksi
dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi, pemeriksaan
leukosit dalam batas normal.
Intervensi
o Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor, color,
dan disfusilaesa.
o Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
o Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien
o Kolaborasi dalam pemberian obat
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan :
setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah hipertermi klien
dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang normal 36,5°C-
37,5°C, akral tidak panas, bibir tidak kering, turgor kulit elastic.
Intervensi:
o Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu
o Observasi vital sign
o Berikan kopres pada lipatan tubuh
o Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat
o Lakukan kalaborasi pemberian obat
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2012.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora


Aksara Pratama
Suriadi,Yuliani R,2011,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2012. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita:
Jakarta.
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2014), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2012,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan
Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
Soegijanto, S (2012). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:
Salemba medika
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN ANAK

ISPA
Di Puskesmas Karang Taliwang

DISUSUN OLEH

AKHMAD MUKHLIS KARUNIA RAMDHANI, S. Kep.


009 STYJ 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2018

Anda mungkin juga menyukai