Anda di halaman 1dari 11

BAB II

AERASI

Aerasi adalah suatu proses yang menghubungkan antara air dan udara untuk
menghilangkan gas-gas di dalam air seperti CO2 dan untuk mengoksidasi logam-logam
terlarut seperti besi dan mangan. Proses ini digunakan juga untuk menghilangkan dengan
cepat gas hydrogen sulfide dan bau yang ditimbulkan oleh dekomposisi zat organic atau
mikroorganisme.
Dalam pengolahan air aerasi mempunyai empat kegunaan yakni:
1. Menambah oksigen ke dalam air sehingga air menjadi lebih segar, hal ini lebih
bermanfaat bila sumber airnya adalah air sumur dalam yang biasanya kurang
oksigen.
2. Menghilangkan gas karbon dioksida, hydrogen sulfide dan zat-zat yang volatile
penyebab rasa dan bau pada air.
3. Untuk menghilangkan / mengendapkan senyawa besi dan mangan secara oksidasi.
4. Beberapa jenis bakteri berbahaya juga dapat dikurangi.

Keterbatasan Aerasi
1. Satuan operasi aerasi memerlukan head yang besar.
2. Air berubah menjadi lebih korosif sesudah peroses aerasi, walaupun prosss
tersebut dapat mengurangi kadar gas karbon dioksida.
3. Untuk menghilangkan bau dan rasa , aerasi tidaklah sangat efektif, oleh karena itu
biasanya aerasi dikombinasikan dengan klorin atau karbon aktif.
4. Perancang harus hati-hati mempertimbangkan pemakaiaan aerasi karena biaya
untuk meningkatkan ketinggian air memerlukan biaya yang besar.

2.1. Proses Aerasi

Gas-gas dilarutkan dalam air atau yang dibebaskan dari air hingga konsentrasi
gas-gas mencapai nilai kejenuhannya. Konsentrasi gas dalam cairan biasanya menuruti
hokum Henry yang menyatakan bahwa konsentrasi masing-masing gas dalam air
berbanding langsung dengan dengan tekanan partial atau konsentrasi gas dalam atmosfir
bila dikontakkan dengan air. Nilai kejenuhan gas untuk H2S dan CO2 berkisar antara 0-
0,5 mg/l, jika dipaparkan pada pada udara normal tekanan parsialnya masing-masing
berkisar antara 0-0,03 %. Untuk memastikan bahwa aerasi sudah sesuai maka harus
dilakukan peningkatan areal yang berkontak dan waktu kontak antara atmosfir dan air
yang akan diaerasi.

2.2. Jenis-jenis Aerator


Berdasarkan mekanisme aerasi, aerator dapat dibagi atas berapa tipe :
1. Spray aerator (Aerator Pancaran)
2. Multiple tray aerator (Aerator multi baki)
3. Cascade aerator (aerator berjenjang)
4. Aerator difusi
5. Aerator mekanik.

.Aerator Pancaran
Dalam metode ini air dipancarkan melalui nozzle ke atas dan selanjutnya
dipecahkan menjadi butir-butir kecil yang akan terkontak diudara dengan atmosfer.
Instalasi ini terdiri dari : trays (baki) dan pipa yang sesuai dengan keluaran pada nozzle
seperti terlihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Aerator pancaran

Aerator multi baki


Di dalam aerator ini air dipancarkan melalui sebuah pipa ke bahagian atas dari
susunan baki. Selanjutnya air tersebut didistribusikan pada baki-baki tersebut secara
vertikal, sehingga membentuk seperti hujan buatan dan air tersebut jatuh ke bawah dari
satu baki ke baki ke dua, ke tiga dan seterusnya. Untuk meningkatkan efisiensi aerator ini
.baki . biasanya diisi dengan arang, batu atau keramik yang ukuran 5 hingga 15 cm.
Untuk meningkatkan waktu kontak dapat dilakukan dengan menambah jumlah baki. Tipe
aerator ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Aerator multi baki
Aerator Berjenjang (Cascade aerator)
Cascade atau jenjang adalah air yang dijatuhkan melalui beberapa buah anak
tangga secara seri. Jika air dibiarkan jatuh pada beberapa seri tangga akan terjadi kontak
antara air dan udara yang berada di atmosfer.
Gambar 2.3 Aerator berjenjang

Aerator difusi
Aerator ini terdiri dari suatu bejana pada dasarnya dimana pada bahagian atasnya
diisi dengan pipa-pipa yang berlobang atau tabung-tabung dan plat yang membentang.
Udara yang dipancarkan melalui blower dipancarkan melalui pipa-pipa. Gelembung
udara yang dibebaskan berkontak dengan air yang dipompakan sehingga terjadi proses
perpindahan udara dari atmosfer ke dalam air.

Aerator mekanik
Aerator ini jarang digunakan di dalam pengolahan air karena biayanya relatif
lebih mahal tetapi aerator ini banyak digunakan di dalam pengolahan air limbah.

Efisiensi proses aerasi hampir seluruhnya tergantung pada jumlah kontak antara
permukaan air dan udara. Permukaan yang berkontak dikendalikan oleh ukuran tetesan
air atau gelembung udara. Sebagai contoh 1m3 air mempunyai luas permukaan 6m2 yang
terpapar dengan udara. Jika volume air ini dibagi menjadi 8 potong, maka masing-
masingnya terpapar 1/2m x 1/2m sehingga jumlah yang terepapar menjadi 12m 2. Jika
volume air itu dibagi hingga masing-masingnya 1/100m maka luas permukaan air yang
terekspose ke udara menjadi 7200m2. Oleh karena itu peningkatan luas permukaan akan
menyebabkan perpindahan oksigen ke air menjadi lebih efektif, dengan demikian proses
aerasi menjadi lebih efisien.

Penghilangan Gas Terlarut


Beberapa gas yang terlarut di dalam air dapat menyebabkan kesulitan-kesulitan
tertentu. Misalnya gas karbondioksida dapat menyebabkan korosi pada pipa. Hal yang
sama juga dapat terjadi yang disebabkan oleh gas-gas oksigen, klorin, dan gas-gas
lainnya. Gas-gas tersebut dapat dihilangkan dengan pendidihan, dekompresi atau dengan
cara kimia. Selain oksigen dan nitrogen gas-gas lainnya dapat dikurangi dengan aerasi.
Proses aerasi menghilangkan gas-gas CO2, H2S dan bau dengan cepat. Banyak metode-
metode aerasi tetapi tidak semua dapat diterapkan karena mempunyai pengaruh lain.
Dengan aerasi sifat-sifat korosif dari air tidak dapat dihilangkan, karena setelah menolak
gas CO2 gas tersebut menyerap oksigen.

Penghilangan besi dan mangan


Besi dan mangan selalu terdapat bersamaan dalam air baku. Besi terdapat dalam
bentuk fero sulfat dan fero bikarbonat. Adanya besi dan mangan dengan konsentrasi
lebih dari 0,3 mg/l menyebabkan air tidak disukai karena
 Menyebabkan bau dan warna
 Menyebabkan kesukaran di dalam beberapa proses pabrik dan tidak ekonomis
 Menyebabkan korosi pada pipa-pipa
 Menyebabkan noda pada pakaian ketika dicuci atau ketika digunakan di dalam
proses penggunaan tekstil.
 Menyebabkan air bewarna merah kecoklatan disebabkan adanya bakteri besi.
Penghilangan besi dan mangan dapat dilakukan dengan salah satu metode di bawah ini :
1. dengan aerasi
2. dengan klorinasi
3. dengan proses pertukaran ion.
Zat besi dengan tidak adanya zat organik biasanya dapat dihilangkan dengan cara aerasi
yang diikuti dengan sedimentasi dan filtrasi. Tetapi aerasi tidak hanya memberikan
oksigen untuk mengoksidasi zat besi (0,14 ppm untuk tiap ppm besi), tetapi juga akan
menghilangkan gas dioksida yang terdapat di dalamnya. Kombinasi besi dan mangan
melemahkan ikatan senyawa organik sehingga diperlukan multiple coke tray yakni
container yang mengandung batu bara hasil dari pirolisis yang diikuti dengan
sedimentasi dan filtrasi.
Air-air sumur yang tidak mengandung oksigen dapat diolah dengan sodium zeolit
dan manganese zeolit.

Fe(HCO3)2 + 2H2O FeO + 2CO2 +3 H2O (2.1)


4 FeO +O2 2Fe2O3 (2.2)
Fe2O3 + 3 H2O 2Fe(OH)3 (2.2)

Penghilangan Mangan
Untuk menghilangkan mangan dalam air digunakan pasir hijau dan penukar kation
senyawa karbonat dan sebagai reganerasinya adalah garam NaCl. Selama proses aerasi
berlangsung senyawa besi dan mangan yang larut diubah menjadi senyawa ferri dan
mangan yang mengendap, selanjutnya dihilangkan pada tangki sedimentasi atau saringan
Jika besi dan mangan terdapat di air berkombinasi dengan zat organik maka ikatannya
sukar untuk dipecahkan, oleh karena itu perlu ditambahkan kapur atau meningkatkan pH
nya hingga 8,5 atau 9 cara lainnya adalah dengan menambahkan klorin atau potasium
permanganate.

Permasalahan Operasi Aerasi


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa aerasi menambah oksigen terlarut dalam air, bila
oksigen terlalu banyak dalam air terjadi keadaan super saturation (kelewat jenuh).
Keadaan ini akan menyebabkan beberapa permasalahan yakni :
 korosi pada tangki dan pipa
 mengambangkan flok pada clarifier
 air binding pada saringan jika air menjadi hangat karena hari panas
 Pertumbuhan ganggang
 Penyumbatan difuser
 Pemborosan energi

Korosi, bila kelebihan oksigen dterlarut dalam air dapat menyebabkan perkaratan
pada tangki atau pipa terbuat dari logam. Untuk mengatasi permasalahan korosi maka
air dijaga agar tidak sampai kelewat jenuh.
Ada dua cara untuk mencegah dan menghambat korosi. Pertama dengan
melapisi(coating) dengan cat seluruh permukaan logam yang berkontak dengan air.
Kedua Hindari kejenuhan oksigen terlarut dalam air seperti terlihat dalam Tabel 2-1.

Tabel 2-1 Kejenuhan oksigen dalam air

Temperatur Konsentrasi Temperatur Konsentrasi


Kejenuhan Kejenuhan
20 9,07 26 8,09
21 8,90 27 7,96
22 8,72 28 7,81
23 8,56 29 7,67
24 8,40 30 7,54
25 8,24 31 6,93

Pengambangan flok pada Clarifier, Oksigen terlarut yang melewati kejenuhannya


akan menimbulkan permasalahan pada sedimentasi. Gelembung-gelembung udara
yang lepas dari air akan mengangkat flok yang akan tersedimentasi ke permukaan air
dan selnjutnya akan mengikuti air bersih ke sistem berikutnya (filter) sehingga dapat
mengganggu proses filtrasi.

Air Binding, Peristiwa yang sama seperti pada tangki sedimentasi, pada filter juga
akan terbebas udara kelewat jenuh tersebut, lalu gelembung udara tersebut tertahan
diantara butir-butir pasir sehingga berlaku sebagai penyumbat bagi air yang akan
turun, sudah tentu hal ini mengurangi efisiensi filter atau menurunkan laju
penyaringan.
Penghilangan gas H2S, gas hydrogen sulfide dapat dihilangkan dengan cara oksidasi
dan aerasi scrubbing. Dari kedua metode ini aerasi scrubbing lebih baik hasilnya.
Untuk mengetahui proses mana yang terjadi diantara kedua ini dapat diketahui dari
pH air. Pada pH 6 atau lebih kecil sangat mudah discrub dengan aerasi, tetapi pada
pH 8 atau lebih tinggi gas H2S terionisasi menjadi HS- dan HS2- sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan cara aerasi. Sebenarnya oksigen yang diberikan pada aerasi
bereaksi dengan ion H2S membebaskan unsur belerang sehingga mengakibatkan
partikel koloida yang halus dan memberikan air menjadi keruh berwarna susu
kebiruan. Oleh karena itu cara yang terbaik untuk menghilangkan gas H2S ialah
dengan menurunkan pH menjadi lebih kecil daripada 6. Penurunan pH dapat
dilakukan dengan menghembuskan gas CO2 kedalam air setelah gas H2S hilang
dilakukann aerasi kembali untuk menghilangkan sisa gas CO2.

Algae (ganggang), didaerah yang beriklim panas beberapa metode aerasi terpapar
pada udara terbuka sehingga langsung terkena cahaya matahari. Permukaan aerator
yang basah ini akan merupakan tempat pertumbuhan ganggang dan lumut yang baik.
Selanjutnya hal ini akan mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Untuk mengatasi
hal ini biasanya diberikan kanopi ataupun atap diatas aerator tersebut sehingga
menghambat cahaya matahari yang langsung. Pertumbuhan ganggang dan lumut
tersebut juga dapat diatasi dengan cara pemberian tembaga sulfat secara priodik.

Penyumbatan difuser, dffuser udara bisa jadi tersumbat oleh debu dari udara atau
dari minyak dan bahkan sampah halus, dan deposit bahan kimia yang terdapat
disekitar diffuser. Penyumbatan ini dapat dikurangi dengan cara :
 Memelihara saringan udara
 Tidak melakukan pelumasan yang berlebihan terhadap blower
 Mencegah air balik ke difuser
Teknik-teknik untuk membersihkan diffuser berbeda untuk masing-masing jenisnya,
misalnya tipe keramik dapat dibakar didalam furnace sedangkan untuk diffuser yang
berpori besar dapat dilakukan dengan menggunakan bros dan deterjen.
Pemakaian energi, proses aerasi akan memerlukan pemasokan energi untuk
memompa air dan menghasilkan udara. Aerasi difusi memerlukan tenaga listrik untuk
menjalankan blower, dan aerasi mekanik memerlukan energi listrik untuk
menjalankan blower. Jika pemeiharaan terhadap motor dan blower dilakukan dengan
baik maka akan dapat dilakukan penghmatan energi dan ini akan menurunkan biaya
operasi yang sangat signifikan.

Anda mungkin juga menyukai