Anda di halaman 1dari 15

RESISTOR DAN AVOMETER

A. RESISTOR

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah
arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif
dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi
berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari
suatu resistor disebut Ohm

Kode warna Resistor pada umumnya untuk menentukan berapa besarnya nilai
resistor tersebut. Kode warna resistor tersebut secara umum cara menentukan nilainya
dibedakan menjadi dua :

1. Kode warna Resistor 4 digit ( 4 gelang )

2. Kode warna Resistor 5 digit ( 5 gelang )

3. Kode warna Resistor 6 digit ( 6 gelang )


Bagaimana menentukan nilai resistor berdasarkan dari warna gelang (band)?
Setiap warna mewakili nomor sesuai dengan skema pada table sebagai berikut :

Tabel 1 : Nilai dan Kode Warna Resistor

Warna Cinci Cinci Cinci Pengali Toleransi Koefisien Suhu Fail


n n n (Cincin (cincin 5) (cincin ke 6) Rate
1 2 3* 4)
Hitam 0 0 0 ×100
Coklat 1 1 1 ×101 ±1% (F) 100 ppm/K 1%
Merah 2 2 2 ×102 ±2% (G) 50 ppm/K 0.1%
Orange 3 3 3 ×103 15 ppm/K 0.01%
Kuning 4 4 4 ×104 25 ppm/K 0.001%
Hijau 5 5 5 ×105 ±0.5% (D)
Biru 6 6 6 ×106 ±0.25%(C)
Ungu 7 7 7 ×107 ±0.1% (B)
Abu-abu 8 8 8 ×108 ±0.05% (A)
Putih 9 9 9 ×109
Emas ×0.1 ±5% (J)
Perak ×0.01 ±10% (K)
Tak Warna ±20% (M)
1. Kode warna Resistor 4 digit ( 4 gelang )
Menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna sebagai berikut :
 Gelang pertama dan gelang ke dua menunjukkan nilai dari kode warna
yang tertera pada resistor,
 Gelang ketiga menunjukkan nilai perkalian dari kode warna yang
tertera pada resistor, dan
 Gelang keempat menunjukkan nilai toleransi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
Second Digit Multiplier

First Digit

Gambar 1 : Cara membaca nilai resistor

Contoh 1 : Tentukan nilai dari resistor pada kode warna berikut


 Coklat, Hijau, Merah, abu-abu
Penyelesaian :
 Coklat, Hijau, Merah, abu-abu
Coklat , Hijau, Merah, Abu − abu
↓ ↓ ↓ ↓
2
1 5 10 ±10%
Jadi nilai resistor tersebuat R = 15 x100 ±10% =1500 ±10%
adalah
R = 1500 +150 ata R =1500 − 150 =1350 Ω
=1650 Ω u

1
0

%
Contoh 2 : Tentukan nilai dari resistor pada kode warna berikut
 Kuning, Ungu, Orange, abu-abu
Penyelesaian :
 Kuning, Ungu, Orange, abu-abu
Kuning ,Ungu, Orange, Abu − abu
↓ ↓ ↓ ↓
3
4 7 10 ±10%
Jadi nilai resistor tersebuat adalah R = 47 x1000 ±10% = 47000 ±10%

R = 47000 + 4700 = 51700 Ω = 51.7 Kuning


kΩ Ungu
atau Orange
R = 47000 − 4700 = 42300 Ω = 42.3 Abu-abu
kΩ

± 10 %
1000
7
4

Contoh 3 : Tentukan nilai dari resistor pada kode warna berikut


 Coklat, Hitam, Merah, Tidak ada warna
Penyelesaian :
 Coklat, Hitam, Merah, Tidak ada warna
Coklat , Hitam, Merah, Tidak ada warna
↓ ↓ ↓ ↓
2
1 0 10 ± 20%
Jadi nilai resistor tersebuat adalah R = 10 x100 ±10% =1000 ± 20%
R = 1000 + 200 =1200 Ω =1.2 Coklat
kΩ Hitam
atau Merah
R =1000 − 200 = 800 Ω Tdk ada Warna
2. Kode warna Resistor 5 digit ( 5 gelang )
Menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna sebagai berikut :
 Gelang pertama , gelang ke dua dan gelang ketiga menunjukkan nilai
dari kode warna yang tertera pada resistor,
 Gelang keempat menunjukkan nilai perkalian dari kode warna yang
tertera pada resistor, dan
 Gelang kelima menunjukkan nilai toleransi
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :

Band 5 (reliability)
Band 4 (tolerance)
Band 3 (multiplier)
Band 2
Band 1

Gambar 2 : Kode warna resistor 5 digit

Contoh 1 : Tentukan nilai dari resistor pada kode warna berikut


 Coklat, Hitam, Hitam,Coklat, Coklat
Penyelesaian :
 Coklat, Hitam, Hitam, Coklat, Coklat
Coklat, Hitam, Hitam, Coklat,
Cokat
↓ ↓ ↓ ↓ ↓
1 0 0 0 ±1%
Jadi nilai resistor tersebuat adalah R = 1000 ±1%

R = 1000 +10 =1010 Ω atau R =1000 − 10 = 990 Ω

±1%
3. Kode warna Resistor 6 digit ( 6 gelang )

Menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna sebagai berikut :


 Gelang pertama , gelang ke dua dan gelang ketiga menunjukkan nilai
dari kode warna yang tertera pada resistor,
 Gelang keempat menunjukkan nilai perkalian dari kode warna yang
tertera pada resistor,
 Gelang kelima menunjukkan nilai toleransi, dan
 Gelang keenam menunjukkan koefisien suhu.
Untuk lebih jelas, lihat contoh berikut.

Contoh 1 : Tentukan nilai dari resistor pada kode warna berikut


 Coklat, Hitam, Hitam,Coklat, Coklat

Penyelesaian :
 Coklat, Hitam, Hitam, Coklat, Coklat, Merah
Coklat,Hitam,Hitam,Coklat,Coklat,
Merah ↓ ↓ ↓
↓ ↓ ↓
101 ±1 50pp
1 0 0
m Jadi, nilai dari resistor tersebut adalah 1000±1% 50ppm
R = 1000+10=1010 Ω 500ppm atau R = 1000-10=990 Ω 500ppm

Contoh 2 : Sebuah resistor memiliki gelang/pita warna secara berurut yaitu Coklat,
Hitam, Hijau, Hijau, Perak, Merah, sebutkan nilai resistansi/hambatan pada resistor ?
Jawaban :
Gelang ke-1 : Coklat = 1
Gelang ke-2 : Hitam = 0
Gelang ke-3 : Hijau = 5
Gelang ke-4 : Hijau = 5 maka 10
5
Gelang ke-5 : Perak = Toleransi 10%
Gelang ke-6 : Merah = Koefisien suhu 100 ppm/oC

Sehingga 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan batas toleransi
kurang lebih 10% dan koefisien suhu sebesar 100 ppm/o.

4. Kode Huruf Resistor


Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah
karenanilia resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang
dituliskan dengan kode huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai
resistansi dan toleransi resistor. Kode huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi
dan toleransi resistor.
Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :
 R, berarti x1 (Ohm)
 K, berarti x1000 (KOhm)
 M, berarti x 1000000 (MOhm)
Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :
 F, untuk toleransi 1%
 G, untuk toleransi 2%
 J, untuk toleransi 5%
 K, untuk toleransi 10%
 M, untuk toleransi 20%

Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus
diingat selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya
dan toleransinya. Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area
yang dibutuhkan dalam meletakan resistor pada rangkaian elektronika.

5. Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka


Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial,
karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh
Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat
mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)

Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor


adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor


berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4


Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh-contoh perhitungan lainnya :

222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm

103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm

334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :


(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
B. AVO meter (Multitester) ANALOG
AVO meter analog yaitu sebuah AVO meter yang hasil pengukurannya
ditunjukan dengan jarum skala. Pada AVO meter jenis ini memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi, selain itu juga membutuhkan pemahaman tentang
pembacaan skala pada jarum hasil pengukurannya.
1. Berikut bagian-bagian dari AVO meter analog:

Gambar 3. Bagian-bagian AVO meter

Dari gambar AVOmeter diatas dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya

1. Pointer adalah jarum penunjuk skala.


2. Scale yaitu besaran-besaran angka sebagai pembacaan meter. Pembacaan
skala juga harus memperhatikan arah dari range selector.

Gambar 4. Skala AVO meter


 Skala Maksimum mengukur resistansi, nilainya dari kanan ke
kiri
 Skala Maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC,
nilainya dari kiri ke kanan
3. Pointer calibration screw berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum
penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan
menggunakan obeng pipih kecil.
4. Positive terminal (20A DC only) yaitu sebuah lubang kutub terminal
positif yang digunakan untuk mengukur arus DC 20A.
5. Lubang kutub negatif dan positif terminal ini digunakan sebagai tempat
test lead black dan test lead red. Test lead yaitu sebuah kabel yang
terhubung dengan lubang kutub dari AVO meter yang dihubungkan langsung
dengan komponen yang akan di tes.
6. Ohm calibration knob berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada
posisi nol.
7. Range selector berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas
ukurannya. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
a. Posisi ohm meter berarti AVO meter berfungsi untuk
mengukur resistansi maupun tahanan. Posisi ―K‖ untuk 1000 dengan
demikian 10 K berarti 10.000 dan sebagainya.
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO meter berfungsi untuk
mengukur tegangan AC.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi
mengukur tegangan DC. Berikut daerah pengukuran tegangan DC:
d. Posisi DCA dan DCmA (miliampere DC) berarti AVO
meter berfungsi untuk mengukur kuat arus DCA dan DCmA. Daerah
pengukuran pada DCA yaitu 0-20A dan DCmA 0-250mA.
Dari ke empat batas ukur di atas untuk tipe tiap AVO meter yang satu
dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
8. Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter

Gambar 5. Batas Ukur AVO meter

Paling kiri atas merupakan blok selektor DC Volt.


Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt
Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi.
Kiri bawah tertulis DCmA yang digunakan untuk mengukur arus DC.

2. Cara Menggunakan AVO meter Analog


Adapun cara menggunakan multimeter ini ialah sebagai berikut :
a. Jika saklar menunjuk pada ohm meter dapat digunakan
mengukur: Transistor, Tahanan, Potensiometer, VR (Variabel Resistor),
Kondensator, LS, Kumparan, MF dan trafo, mengukur Kabel, dsb.
b. Jika saklar menunjuk pada DC Volt (dcv) dapat digunakan mengukur :
– Arus dalam suatu rangkaian (arus dc)
– Mengukur (menguji) accu atau batere
c. Jika saklar menunjuk pada AC Volt (acv) dapat dipakai untuk mengukur
kuat tegangan AC, ada dan tidaknya arus listrik.
d. Jika saklar menunjuk pada DC ampere dapat dipakai untuk mengukur
berapa banyak ampere pada accu maupun batere atau catu daya (adaptor).

3. Posisi Alat Ukur


a. Posisi Alat Ukur saat Mengukur Tegangan
Pada saat mengukur tegangan, alat ukur harus dipasang paralel terhadap
rangkaian. Pada saat mengukur tegangan DC (searah), kabel merah
disambungkan pada bagian positif (+) dan kabel hitam disambungkan pada
bagian negative (-). Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka
jarum akan bergerak ke kiri.

Sedangkan untuk tegangan AC (bolak-balik), kabel merah dan kabel hitam


dapat bebas disambungkan pada sumber tegangan karena tegangan AC tidak
mempunyai polaritas (+/-).

b. Posisi alat ukur saat mengukur arus (Ampere)


Saat pengukuran arus, posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan
beban (seri), sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian
mesti dibuka / diputus dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada
titik yang telah terputus tersebut.

c. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)


Saat pengukuran hambatan jangan pernah mengukur nilai hambatan suatu
komponen saat terhubung dengan sumber (saat rangkaian masih
bertegangan). Ini akan merusak alat ukur. Pengukurannya dengan cara
mengatur saklar pemilih ke posisi Skala Ohm dan kemudian menghubungkan
terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur. Pada saat
mengukur nilai hambatan, kabel merah dan kabel hitam dapat bebas
disambungkan,.

 Cara Mengukur Tegangan Listrik


1. Atur sekrup pengatur jarum agar jarum menunjukkan angka nol.
2. Atur saklar pemilih pada posisi skala tegangan yang ingin diukur
(ACV untuk tegangan AC dan DCV untuk tegangan DC).

3. Pilih batas ukur yang sama atau lebih besar dari tegangan yang
akan diukur, misalkan tegangan yang akan diukur 12 v maka batas ukur
yang harus dipilih adalah 50 (Jika tidak tahu tegangan maksimal pada
rangkaian, pilih batas ukur yang paling besar dahulu)
4. Menghubungkan probe dengan rangkaian yang akan diukur.
Pasangkan alat ukur paralel terhadap komponen yang akan di ukur.
5. Baca alat ukur

Batas ukur
Tegangan terukur= . Angka yang ditunjuk jarum
Skala maksimum

Contoh :
Batas ukur yang dipilih = 250 Volt
Skala maksimum yang dipilih = 250
JP (Jarum Penunjukan) = 220
Jadi, besar tegangan terukur adalah

 Cara Mengukur Arus Listrik


1. Atur sekrup pengatur jarum agar jarum menunjukkan angka nol
2. Atur saklar pemilih pada posisi DCmA
3. Posisikan saklar pemilih pada batas ukur yang lebih tinggi dari
arus yang akan diukur (Jika tidak tahu arus maksimal pada rangkaian,
pilih batas ukur yang paling besar dahulu)
4. Menghubungkan probe dengan rangkaian yang akan diukur.
Pasangkan alat ukur seri terhadap komponen yang akan diukur.
5. Baca alat ukur

Batas ukur
Kuat arus terukur= . Angka yang ditunjuk jarum
Skalamaksimum

 Cara Mengukur Nilai Tahanan / Resistansi Resistor


1. Atur selektor switch pada posisi ohm
2. Nolkan jarum tepat pada angka nol sebelah kanan dengan
menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm
3. Pilih batas ukur (range) apakah: x1,x10,x100,atau x1K (sesuaikan
dengan nilai resistor)
4. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan diukur (jangan
dipasang saat komponen masih bertegangan). Kabel boleh terbalik
5. Baca Alat ukur. Perhatikan nilai yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk dan kemudian mengalikannya dengan nilai perkalian skala
yang di pilih dengan sakelar pemilih.
Contoh :

Saklar pemilih menunjukkan x 10k maka nilai resistansi resistor adalah:


Nilai yang ditunjuk jarum : 26
Skala pengali : 10 k
Jadi nilai resitansinya : 26 x 10 k = 260 k = 260.000 Ohm.

C . AVO meter digital


Sistem multimeter digital Yaitu sistem mengubah analog menjadi digital. Dalam
artian kata pengukuran dilakukan secara analog ( menggunakan bahasa biner), lalu
diubah menjadi digital (bahasa decimal). Prinsip kerja Banyak masukan, terutama
yang berasal dari transduser, merupakan isyarat analog yang harus disandikan
menjadi informasi digital sebelum masukan itu diproses, dianalisa atau disimpan
didalam kalang digital. Pengubah mengambil masukan, mencobanya, dan kemudian
memproduksi suatu kata digital bersandi yang sesuai dengan taraf dari isyarat analog
yang sedang diperiksa. Keluaran digital bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar
dengan semua bit yang disandikan disajikan serentak. Dalam sebagian besar
pengubah, isyarat harus ditahan mantap selama proses pengubahan.

AVO meter digital yaitu sebuah AVO meter yang hasil pengukurannya
ditunjukan dengan angka-angka dari tampilan digital. Jenis AVO meter ini mudah
dalam pembacaan hasil pengukuran karena hasil pengukurannya ditunjukan
langsung dengan angka-angka dan hasil pengukurannya lebih teliti dibandingkan
model analog. Penggunaan AVO meter jenis ini tidak jauh berbeda dengan
model analog perbedaannya terletak pada pembacaan hasil pengukurannya.
Gambar 8. AVO Meter Jenis Digital

1. Elemen-elemen AVO meter Digital


Umumnya sebuah multimeter elektronik mengandung elemen-elemen berikut :
a. Penguat dc jembatan setimbang (balanced bridge dc amplifier) dan alat
pencatat.
b. Pelemah masukan atau saklar rangkuman (RANGE), guna membatasi
tegangan masukkan pada nilai yang diinginkan.
c. Rangkaian penyearah, untuk mengubah tegangan masukkan AC ke DC
yang sebanding.
d. Batere internal dan rangkaian tambahan, guna melengkapi kemampuan
pengukuran tahanan.
e. Saklar fungsi (FUNGSI), untuk memilih berbagai fungsi pengukuran dari
instrument tersebut

2. Cara Menggunakan Multimeter Digital


Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana
dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan
display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
a. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat
ukur siap dipakai.
b. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah
disambungkan dengan alat ukur.
c. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
d. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya
terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

 Cara Mengukur Tegangan Listrik


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV untuk tegangan AC atau DCV untuk
tegangan DC.
2. Pilih skala pengukuran (batas ukur), sesuaikan dengan tegangan
komponen yang diukur.
3. Untuk tegangan DC, kabel merah disambungkan pada bagian positif (+)
dan kabel hitam disambungkan pada bagian negative (-). Apabila pemasangan
kabel polaritasnya terbalik, maka hasilnya bernilai negatif. Sedangkan untuk
tegangan AC (bolak-balik), kabel merah dan kabel hitam dapat bebas
disambungkan pada komponen.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.
NB : jika Multitester ada tombol DH, artinya Data Hold. Jika ditekan maka
hasilnya akan freeze, dan bisa dicatat hasilnya.

 Cara Mengukur Hambatan / resistensi Resistor


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
2. Pilih skala pengukuran (batas ukur) pada Ohm Meter (200, 2k, 20k, 200k,
2m omh),
sesuaikan dengan hambatan komponen yang akan diukur.
3. Kabel merah disambungkan pada bagian positif (+) dan kabel hitam
disambungkan pada bagian negative (-). Kabelnya boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

 Cara Mengukur Kuat Arus Listrik


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
2. Pilih skala (batas ukur) sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita
putuskan tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe
Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur.
Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Anda mungkin juga menyukai