Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK

INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

DISUSUN OLEH :

ALIP HAPIDIN

201971038

KELOMPOK 3C

OCHTANISA LAILATUS SA’DYAH

INSITUT TEKNOLOGI - PLN


MENARA PLN, JL. LINGKAR LUAR BARAT,
DURI KOSAMBI, CENGKARENG, JAKARTA BARAT 11750

Telp. 021-5440342, 5440344, ext 1306


Website : www.sttpln.ac.id
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

TUGAS AKHIR
1. Jelaskan grafik perubahan besaran listrik dari tiap jenis beban yang anda amati,
bandingkan hasilnya dengan pengukuran secara teoritis dan cari galat/error
pengukurannya!
Jawab :
 1 Perhitungan

Grafik Arus Perhitungan Pada Lampu Pijar


0.8
0.78

0.76

0.74
Axis Title

0.72

0.7

0.68

0.66

0.64
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225
Axis Title

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

Grafik Arus Perhitungan Pada Lampu Ballast


0.71
0.7
0.69
0.68
Arus (A)

0.67
0.66
0.65
0.64
0.63
0.62
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225
Tegangan (V)

 1
Grafik Arus Percobaan Pada Lampu Pijar
0.78

0.76

0.74

0.72
Arus (A)

0.7

0.68

0.66

0.64
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225
Tegangan (V)

Percobaan

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

Grafik Arus Percobaan Pada Lampu Ballast


0.72  HITUNG
0.71 AN
0.7 BEBAN
0.69 LAMPU
0.68 PIJAR
Arus (A)

0.67
0.66
1.
0.65
0.64
0.63
P 123
0.62 I= =
175 180 185 190 195 200 205 210 215 220 225 V cos π 180 ×0,9
Tegangan (V)

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,690−0,68
0,691 |
×100 %=1,4 %
P 135
2. I = V cos π = 190 ×0,99 =0,717 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,717−0,71
0,718 |
×100 %=00,9%
P 147
3. I = V cos π = 200 ×0,99 =0,742 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,742−0,73
0,742 |
×100 %=1,6 %
P 157
4. I = V cos π = 210 ×0,99 =0,755 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,755−0,75
0,755 |
×100 %=0,6 %

P 169
5. I = V cos π = 220 ×0,99 =0,775 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,776−0,76
0,776 |
× 100 %=1,9 %

 HITUNGAN LAMPU BALLASI ELEKTRONIK


P 80
1. I = V cos π = 180 ×0,68 =0,653 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,653−0,65
0,654 |
×100 %=0,4 %

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

P 88
2. I = V cos π = 190 ×0,68 =0,681 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,681−0,68
0,681 |
×100 %=0,1 %
P 92
3. I = V cos π = 200 ×0,67 =0,686 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|0,686−0,68
0,687 |
× 100 %=0,8 %
P 98
4. I = V cos π = 210 ×0,67 =0,696 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,696−0,69
0,696 |
× 100 %=0,8 %

P 102
5. I = V cos π = 220 ×0,66 =0,702 A

KR |I perh−I
I perh
perc
|×100 %=|
0,702−0,71
0,702 |
×100 %=1,1 %

2. Jelaskan hal apa saja yang menyebabkan galat pengukuran!


Jawab :
- Pengukuran tidak tepat di 180 pada pengukuran aslinya niainya yaitu 181,92.
- Saat mengaitkan jumpernya ke papan simulatornya kurang terik sehingga terdapat
kelonggaran jadi nilai yang terhitung tdiak benar benar akurat.
- Di papan simulatornya terdapat rangkaian yang terpasang terbalik jadi nilainya
negatif (-).
- Kemudian mungkin dari alatnya yang sudah tidak bekerja dengan baik atau sudah
lama sehingga terdapat nilai yang terukur tidak pas.

3. Beban jenis mana yang mengkonsumsi daya reaktif terbesar? Jelaskan!


Jawab :
Dilihat dari data pengamatan untuk daya reaktif yang sudah didapatkan terlihat bahwa
beban yang mengkonsumsi daya reaktif terbesar di lampu ballast apabila nilai dari daya
reaktifnya yang semula bernilai negatif di hilangkan jadi positif. Kemudian secara

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

teoritsnya juga yang lebih banyak mengkonsumsi daya reaktf yaitu lampu ballast karena
di lampu pijar disini murni resistif tetapi tidak menutup kemungkinan juga lampu pijar
mengkonsumsi daya reaktif karena terdapat kumparan di dalamnya tetapi daya yang
dikonsumsi sedikit, sedangkan untuk lampu ballast termasuk di beban non linier dimana
disini hanya dikonsumsi oleh kapasitor dan induktor.

4. Beban jenis mana yang memberi faktor daya paling besar ? jelaskan!
Jawab :
Lampu pijar, karena dilihat dari data tabel pengamatanya karena untuk lampu pijar
merupakan beban linier dan lampu ballast merupakan beban non linier.

5. Mengapa pada lampu pijar masih mengkonsumsi daya reaktif ?


Jawab :
Di dalam lampu pijar disini murni resistif tetapi tidak menutup kemungkinan juga lampu
pijar mengkonsumsi daya reaktif karena terdapat kumparan /indukif di dalamnya tetapi
daya reaktif yang dikonsumsi sedikit

6. Beban mana yang mengkonsumsi daya reaktif paling besar, mengapa terjadi demikian?
Jawab :
Dilihat dari data pengamatan untuk daya reaktif yang sudah didapatkan terlihat bahwa
beban yang mengkonsumsi daya reaktif terbesar di lampu ballast apabila nilai dari daya
reaktifnya yang semula bernilai negatif di hilangkan jadi positif. Kemudian secara
teoritsnya juga yang lebih banyak mengkonsumsi daya reaktf yaitu lampu ballast karena
di lampu pijar disini murni resistif tetapi tidak menutup kemungkinan juga lampu pijar
mengkonsumsi daya reaktif karena terdapat kumparan di dalamnya tetapi daya yang
dikonsumsi sedikit, sedangkan untuk lampu ballast termasuk di beban non linier dimana
disini hanya dikonsumsi oleh kapasitor dan induktor.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

7. Jelaskan grafik perubahan/konsumsi energi listrik untuk tiap pengukuran!


Jawab :

Grafik Perubahan Energi / Konsumsi Lampu Pijar


16 Grafik Perubahan Energi / Konsumsi Lampu Ballast
14
10
12
9
Energi (Wh)

10
8
8
7
6 Energi (Wh)
6
4
5
2
4
0
0.5 1 1.5 2 32.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
2
Waktu (s)
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Waktu (s)

ANALISA

Pada praktikum Pengukuran Besaran Listrik untuk Modul 1 yang berjudul Pengukuran
Besaran Listrik Pada Sistem Satu Fasa. Pengukuran adalah pembandingan secara eksperimen
fisik suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran itu dianggap
sebagai satuan. Kemudian Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur atau dihitung dan
dinyatakan dengan angka. Angka kelipatan dan besaran satuan ini memegang peranan penting
dalam pengukuran. Keduanya memberikan informasi sebagai jawaban dari apa yang dikehendaki
mengapa suatu pengukuran dilakukan. Kemudian untuk Pengukuran Besaran Listrik merupakan
kegiatan membandingkan suatu besaran besaran listrik dimana komponen yang terdapat di
dalamnya seperti arus, tegangan, arus ,daya, faktor daya dan energi lainya pada sistim satu fasa.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

Kemudian pada praktikum ini memiliki dua tujuan utama yaitu yang pertama Memahami
konsep teori dan metode pengukuran tegangan, arus, daya, faktor daya dan energi lainya pada
sistem satu fasa. Lalu yang kedua yaitu mampu menganalisa hasil pengukuran tegangan, arus,
daya, faktor daya dan energi pada beban linier dan nonlinier di sistim satu fasa. Untuk sistim satu
fasa itu sendiri merupakan suatu sistim yang terdiri dari dua kawat yaitu satu kawat fasa dan satu
lagi kawat netral. Beban linier ketika fasa, arus dan teganganya itu satu fasa sama tidak ada
perbedaan. Sedangkan untuk nonlinier ketika fasa, arus dan teganganya berbeda.

Kemudian pada percobaan dalam modul ini kita mengukur tiga jenis daya yaitu faktor daya
(PF), arus, tegangan dan energi. Jadi alat yang kita gunakan untuk mengukur masing masing
besaran tersebut yaitu untuk alat ukur arus mengunakan ampermeter yang disusun secara seri
dengan beban, kemudian alat ukur tegangan mengunakan voltmeter yang disusun secara paralel
dengan beban dan untuk alat ukur daya menggunakan wattmeter. Daya dalam ilmu eletro dapat
didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik yang ditransfer pada suatu rangkaian listrik dalam
satu satuan waktu (energi per waktu). Lalu pada rangkaian arus bolak balik tedapat tiga jenis
daya yaitu Daya Aktif (P), Daya Reaktif (Q) dan Daya Semu (S). untuk Daya Aktif merupakan
daya yang diserap oleh beban resistif (R) dan dapat dirumuskan dengan P = V.I Cos φ (satuannya
Watt) Lalu untuk Daya Reaktif merupakan daya yang diserap oleh beban induktif (XL) yang
dihasilkan oleh beban kapasitif (XC) dan dapat dirumuskan dengan Q = V.I Sin φ (satuannya
VAR) Kemudian Daya Semu merupakan daya yang belum diserap oleh beban dan dapat
dirumuskan sebagai S = V.I (satuannya VA). Ketiga jenis daya ini memiliki relasi yang erat yang
biasanya digambarkan sebagai suatu segitiga, yaitu segitiga daya. Besar kecil sudut yang
terbentuk (dalam segitiga daya) antara daya semu dan daya aktif dilambangkan dengan φ (phi),
dimana cos dari phi tersebut merupakan faktor daya. Besarnya faktor daya ini merupakan
perbandingan antara daya aktif dengan daya semu. Cosφ = P/S

Kemudian dalam percobaan praktikum modul satu tentang pengukuran besaran listrik satu
fasa ini terdapat beberapa alat dan perlengkapan yang digunakan yaitu Modul pengukuran
besaran listrik 1 fasa yang akan kita gunakan sebagai papan simulatornya. Lalu alat ukur listrik
digital berupa amperemeter, voltmeter, wattmeter, power analyzer, varmeter dan PF meter yang
masing masing alat ukur tersebut akan digunakan untuk mengukur masing masing komponenya.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

Kemudian SVR atau Slide Voltage Regulator yang digunakan untuk menentukan besarnya
tegangan yang akan kita berikan pada modul rangkaian tersebut. Kemudian 2 buah beban yaitu
lampu pijar dan lampu ballast. Lampu pijar adalah Untuk lampu ballast dibagi menjadi dua yaitu
lampu ballas magnetik dan lampu ballas elektronik.

Dari percobaan yang sudah kita uji didapatkan 2 data percobaan yang pertama yaitu dengan
menggunakan lampu pijar 200 Watt dan yang kedua menggunakan lampu ballast elektronik 136
Watt. Pada setiap lampu dilakukan lima kali pengujian dengan tegangan yang berbeda yaitu dari
tegangan 180 Volt sampai 220 Volt Untuk Data percobaan pertama yaitu dengan menggunkan
Lampu Pijar 200 Watt disini yang dihitung adalah Tegangan, Arus, Daya Aktif, Daya Reaktif,
Faktor Daya, Waktu Energi Pada Tegangan 220 V (Wh). Untuk pengujian yang pertama dengan
tegangan sumber 180 V didapatkan arus sebesar 0,68 A, daya aktif sebesar 123 W, daya reaktif
sebesar 1,7 VAR, faktor daya sebesar 0,99 dan untuk energi yang ada pada tegangan 220 V
adalah 3 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang. Lalu untuk pengujian yang kedua
dengan tegangan sumber 190 V didapatkan arus sebesar 0,71 A, daya aktif sebesar 135 W, daya
reaktif sebesar 1,9 VAR, faktor daya sebesar 0,99 dan untuk energi yang ada pada tegangan 220
V adalah 6 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang. Lalu untuk pengujian yang
ketiga dengan tegangan sumber 200 V didapatkan arus sebesar 0,73 A, daya aktif sebesar 147 W,
daya reaktif sebesar 2,2 VAR, faktor daya sebesar 0,99 dan untuk energi yang ada pada tegangan
220 V adalah 8 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang. Lalu untuk pengujian yang
keempat dengan tegangan sumber 210 V didapatkan arus sebesar 0,75 A, daya aktif sebesar 157
W, daya reaktif sebesar 2,3 VAR, faktor daya sebesar 0,99 Dan didapatkan hasil lampu pijar
menyala terang. Dan untuk pengujian yang kelima dengan tegangan sumber 220 V didapatkan
arus sebesar 0,76 A, daya aktif sebesar 169 W, daya reaktif sebesar 2,5 VAR, faktor daya sebesar
0,99 Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang.

Kemudian untuk data percobaan kedua yaitu dengan menggunakan Lampu Ballast
Elektronik 136 Watt. disini yang kita hitung adalah Tegangan, Arus, Daya Aktif, Daya Reaktif,
Faktor Daya, Waktu, dan Energi Pada Tegangan 220 V (Wh). Untuk percobaan pertama dengan
tegangan sumber 180 V didapatkan arus sebesar 0,65 A, daya aktif sebesar 80 W, daya reaktif
sebesar 89,3 VAR, faktor daya sebesar 0,68 dan untuk energi yang ada pada tegangan 220 V

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

adalah 2 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang. Lalu untuk percobaan kedua
dengan tegangan sumber 190 V didapatkan arus sebesar 0,68 A, daya aktif sebesar 88 W, daya
reaktif sebesar 97 VAR, faktor daya sebesar 0,68 dan untuk energi yang ada pada tegangan 220 V
adalah 3 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala terang.

Untuk percobaan ketiga dengan tegangan sumber 200 V didapatkan arus sebesar 0,68 A,
daya aktif sebesar 92 W, daya reaktif sebesar 101 VAR, faktor daya sebesar 0,67 dan untuk
energi yang ada pada tegangan 220 V adalah 5 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar menyala
terang. Lalu untuk percobaan keempat dengan tegangan sumber 210 V didapatkan arus sebesar
0,69 A, daya aktif sebesar 98 W, daya reaktif sebesar 106 VAR, faktor daya sebesar 0,67 dan
untuk energi yang ada pada tegangan 220 V adalah 7 Wh. Dan didapatkan hasil lampu pijar
menyala terang. Dan untuk percobaan kelima dengan tegangan sumber 210 V didapatkan arus
sebesar 0,71 A, daya aktif sebesar 102 W, daya reaktif sebesar 117 VAR, faktor daya sebesar
0,66 dan untuk energi yang ada pada tegangan 220 V adalah 9 Wh. Dan didapatkan hasil lampu
pijar menyala terang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila tegangan sumber kita
naikkan maka arus juga naik.

I. TUGAS AKHIR

1. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban


seimbang 3 fasa menggunakan lampu bohlam, kemudian cari galat/error nya!

Jawab:
 HITUNGAN LAMPU PIJAR
1. R
P 33
I= = =0,192 A
V cos π 212,4 × 0,810

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

KR |I perhitungan−I percobaan
I perhitungan |×100 %=|
0,192−0,18
0,192 |
×100 %=0,0625%

2. S
P 34
I= = =0,196 A
V cos π 214,5 ×0,809
I perhitungan−I percobaan 0,196−0,18
KR | I perhitungan |×100 %= | 0,196 |
× 100 %=0,0816 %

3. T
P 35
I= = =0,195 A
V cos π 220,3 ×0,813
I perhitungan−I percobaan 0,195−0,19
KR | I perhitungan |×100 %= | 0,195 |
×100 %=0,0256 %

 HITUNGAN BALLAST MAGNETIK

1. R
P 31
I= = =0,292 A
V cos π 216,1 ×0,492
I perhitungan−I percobaan 0,292−0,30
KR | I perhitungan |
×100 %= |
0,292 |
×100 %=0,0274 %

2. S
P 24
I= = =0,26 A
V cos π 212,3 ×0,436
I perhitungan−I percobaan 0,26−0,26
KR | I perhitungan |
×100 %= |
0,26 |
× 100 %=0 %

3. T
P 33
I= = =0,31 A
V cos π 220,7 × 0,485
I perhitungan−I percobaan 0,31−0,31
KR | I perhitungan |
×100 %= |
0,31 |
×100 %=0 %

2. Bandingkan hasil pengukuran secara teori dan pengukuran/praktek untuk beban tak
seimbang 3 fasa menggunakan lampu bohlam, kemudian cari galat/error nya!

Jawab:
 HITUNGAN LAMPU PIJAR
1. R

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

P 31
I R= = =0,170 A
V cos phi 216,8 × 0,837

KR= | I perhitungan−I percobaan


I perhitungan |100 %=|0,1700,170
A−0,17 A
A |100 %=0 %
2. S
P 32
I S= = =0,183 A
V cos phi 212,8 0,846

KR= | I perhitungan−I percobaan


I perhitungan |100 %=|0,1830,183
A−0,17 A
A |100 %=7,1 %
3. T
P 83
I T= = =0,388 A
V cos phi 219 0,976

I perhitungan−I percobaan 0,388 A−0,39 A


KR= | I perhitungan | |
100 %=
0,388 A |
100 %=0,5 %

 HITUNGAN LAMPU BALLAST


1. R
P 30
I R= = =0,281 A
V cos phi 217,3 × 0,491

KR= | I perhitungan−I percobaan


I perhitungan |100 %=|
0,281 A−0,28 A
0,281 A |100 %=0,3 %
2. S
P 29
I S= = =0,275 A
V cos phi 214 × 0,491

KR= | I perhitungan−I percobaan


I perhitungan |100 %=|
0,275 A−0,28 A
0,275 A |100 %=1,8 %
3. T
P 69
I T= = =0,616 A
V cos phi 220,8 ×0,507

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

KR= | I perhitungan−I percobaan


I perhitungan |100 %=|
0,616 A−0,62 A
0,616 A |100 %=0,6 %

3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi adanya arus di penghantar netral pada beban
seimbang maupun beban tak seimbang?

Jawab:

Karena pada dasarnya tidak ada beban yang benar benar seimbang oleh karena itu
ada arus di penghantar netralnya yang disebabkan karena terdapat rugi rugi di dalam
rangkaianya yang kemungkinan terdapat komponen di dalamnya yang mungkin
sudah tidak layak pakai atau tidak kemudian faktor usia dari penghantar tersebut
semisal ada korosi atau rugi ruginya jadi sudah tidak layak pakai.

4. Bandingkan arus netral dari masing-masing pengujian di sistem beban tidak


seimbang pada setiap jenis beban yang diujikan, jelaskan mengapa terjadi perbedaan!

Jawab:

Karena pada beban seimbang disini pada dasarnya tidak ada beban yang benar benar
seimbang oleh karena itu ada arus di penghantar netralnya apalagi untuk beban yang
tidak seimbang yang mana pada bebanya diparalelkan sehingga arus yang di
penghantar netral akan lebih besar daripada beban seimbang.

ANALISA
Pada praktikum Pengukuran Besaran Listrik untuk Modul 2 yang berjudul Pengukuran
Besaran Listrik Pada Sistim Tiga Fasa -Empat Kawat. Pengukuran adalah pembandingan secara
eksperimen fisik suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis dimana salah satu dari besaran
itu dianggap sebagai satuan. Kemudian Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur atau
dihitung dan dinyatakan dengan angka. Kemudian untuk Pengukuran Besaran Listrik merupakan
kegiatan membandingkan suatu besaran besaran listrik dimana komponen yang terdapat di
dalamnya seperti arus, tegangan, arus ,daya, faktor daya dan energi lainya pada sistim tiga fasa

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

empat kawat. Untuk sistim tiga fasa itu sendiri yaitu terdapat fasa R,S dan T dan untuk satu
kawatnya yaitu netral atau grounding.

Kemudian tujuan dari praktikum ini ada tiga yaitu yang pertama Memahami konsep teori
dan metode pengukuran tegangan, arus, daya dan faktor daya pada sistim 3 fasa empat kawat.
Untuk Tegangan merupakan besar suatu elektron yang mengalir dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Kemudian arus merupakan besar muatan listrik yang mengalir dalam satu satauan waktu.
Lalu daya merupakan besar energi yang masuk dalam suatu rangkaian listrik. Kemudian faktor
daya merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.

Kemudian tujuan yang kedua yaitu mampu menganalisa hasil pengukuran besaran lsitrik
pada beban linier dan nonlinier di sistim 3 fasa 4 kawat. Untuk beban linier merupakan beban
dengan fasa arus dan tegangan sama besar atau sering disebut dengan beban resistif. Contoh
untuk beban linier yaitu ada lampu pijar. Sedangkan untuk nonlinier merupakan beban dengan
fasa dan tegangan yang salah satu fasanya tidak sama. Biasanya terdiri dari beban induktif dan
kapasitif. Untuk beban linier ini terbagi menjadi dua yaitu magnetik dan elektronik. Untuk
magnetik disini besar tegangan yang dapat menyalakan lampu berkisar dari 220 V atau lebih.
Sedangkan untuk elektronik bisa menyalakankan lampu di tegangan 70 V. Oleh karena itu di
percobaan ini kita menggunakan beban lampu nonlinier dengan jenis magnetik. Kemudian disini
juga terdapat legging dan juga leading. Yang mana untuk leading yaitu arus mendahului tegangan
sedangkan legging yaitu arus mendahului tegangan.

Kemudian tujuan yang ketiga yaitu memahami fenomena ketidakseimbangan beban dan
besaran besaran listrik pada tiap beban terkalit fenomena tersebut. Fenomena tersebut terjadi pada
saat salah satu fasanya tidak membentuk 120 derajat.

Lalu tedapat tiga jenis daya pada suatu rangkaian bolak balik yaitu Daya Aktif (P), Daya
Reaktif (Q) dan Daya Semu (S). utnuk Daya Aktif disini merupakan daya yang diserap oleh
beban resistif (R) dan dapat dirumuskan dengan P = √ 3 V.I Cos φ. Lalu untuk Daya Reaktif
merupakan daya yang diserap oleh beban induktif (XL) dan dapat dirumuskan dengan Q = √3
V.I Sin φ. Kemudian Daya Semu merupakan daya yang belum diserap oleh beban dan dapat
dirumuskan sebagai S = √3 V.I. Besar kecil sudut yang terbentuk (dalam segitiga daya) antara
daya semu dan daya aktif dilambangkan dengan φ (phi), dimana cos dari phi tersebut merupakan

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

faktor daya. Besarnya faktor daya ini merupakan perbandingan antara daya aktif dengan daya
semu.

Kemudian terdapat alat ukur, yang mana alat ukur merupakan alat yang dapat untuk
mendapatkan atau mengetahui hasil perbandingan antara suatu besaran / ukuran yang ingin
diketahui dengan standar yang dipakai. Kemudian fungsi dari alat ukur itu sendiri yaitu untuk
mengetahui nilai yang telah ditentukan sebagai batasan baik atau tidak peralatan dan jaringan
yang akan dioperasikan. Kemudian jenis jenis dari alat ukur ada tiga yaitu Alat ukur analog, Alat
ukur digital, Alat ukur clamp. Untuk Alat ukur analog merupakan Alat yang menggunakan
penyimpangan jarum untuk membaca hasil pengukurannya. Kemudian alat ukur digital
merupakan alat ukur yang menggunakan angka desimal untuk membaca hasil pengukuranya.
Kemudian yang ketiga yaitu alat ukur clamp merupakan alat ukur yang menggunakan penjepit
atau clamp untuk mendapatkan hasil dalam pengukuran. Dalam percobaan ini kita menggunakan
alat ukur jenis clamp.

Kemudian alat dan perlengkapan yang kita gunakan dalam percobaan ini yaitu alat ukur
listrik digital clampmeter yang digunakan untuk mengukur daya aktif, daya reaktif, dan daya
semu. Kemudian 3 buah lampu pijar yang digunakan sebagai beban resistif atau beban linier.
Kemudian 3 buah lampu ballast magnetik sebagai beban nonlinier. Kemudian kabel penghubung
yang digunakan untuk menghubungkan antar komponen.

Dari rangkaian percobaan untuk rangkaian yang pertama yaitu Rangkaian Pengukuran
Besaran Listrik Fasa Tiga Beban Seimbang. Untuk rangkaianya yaitu yang pertama dari MCB
kemudian masuk ke saklar toogle kemudian masuk ke sistim 3 fasa 4 kawatnya. Untuk fasa R
dihubungkan ke fasa R beban. Kemudian Untuk fasa S dihubungkan ke fasa S beban. Dan Untuk
fasa T dihubungkan ke fasa T beban. Yang artinya ketiga fasa terhubung masing masing dengan
masukan tegangan yang sama. Kemudian dalam sistim 3 fasa terdapat dua keadaan yaitu I dan II.
Kedua keadaan tersebut akan dipakai dengan keadaan di saklar toogle yang mana memiliki dua
leadaan juga yaitu I dan II. Apabila fasanya berada di keadaan I maka saklar toogle juga berada
di kondisi I begitu juga sebaliknya Apabila fasanya berada di keadaan II maka saklar toogle juga
berada di kondisi II.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN
Alip Hapidin
2019 – 71 – 038

Kemudian di percobaan kedua yaitu Rangkaian Pengukuran Besaran Listrik Fasa Tiga
Beban tidak Seimbang. Untuk rangkaianya yaitu yang pertama dari MCB kemudian masuk ke
saklar toogle kemudian masuk ke sistim 3 fasa 4 kawatnya. Untuk fasa R dihubungkan ke fasa R
beban 1 dan 2 dengan di paralel. Kemudian Untuk fasa S dihubungkan ke fasa S beban. Dan
Untuk fasa T dihubungkan ke fasa T beban.sehingga disini terdapat salah satu fasa yang diberi
daya berbeda. Kemudian dalam sistim 3 fasa terdapat dua keadaan yaitu I dan II. Kedua keadaan
tersebut akan dipakai dengan keadaan di saklar toogle yang mana memiliki dua leadaan juga
yaitu I dan II. Apabila fasanya berada di keadaan I maka saklar toogle juga berada di kondisi I
begitu juga sebaliknya Apabila fasanya berada di keadaan II maka saklar toogle juga berada di
kondisi II.

Dari data percobaan pertama yang dihasilkan dapat dilihat untuk menandakan bahwa
beban tersebut beban seimbang atau tidak seimbang yaitu dengan melihat besarnya daya yang
disuplay. Jika beban seimbang maka besar daya yang di suplay sama seperti dalam data untuk
beban seimbang besar daya yang disuplay yaitu untuk L1 40W, L2 40W, dan L3 40W untuk
lampu pijar dan untuk lampu ballast magnetik L1 36W, L2 36W, dan L3 36W. Dari data
percobaan terlihat terdapat nilai daya reaktif yang negatif yang disebabkan oleh adanya kesalahan
rangkaian pada modul atau terdapat peralatan yang sudah tidak andal.kemudian disini untuk
tegangan listrik diasilkan hanya di 200V - 220V saja sedangkan tegangan sumber tiga fasa yaitu
sebesar 380 V. ini dikarenakan tegangan yang kita ukur yaitu fasa dengan netralnya sehingga
didapatkan nilai teganganya tidak maksimal.

Kemudian untuk percobaan kedua yang yaitu dengan beban tidak seimbang. Untuk besar
daya L1 40W, L2 40W, dan L3 100W untuk lampu pijar dan untuk lampu ballast magnetik L1
36W, L2 36W, dan L3 72W. dapat dilihat bahwa terdapat salah satu fasa yang nilainya berbeda
sehingga disebut dengan beban tidak seimbang. Dari data percobaan terlihat terdapat nilai daya
reaktif yang negatif yang disebabkan oleh adanya kesalahan rangkaian pada modul atau terdapat
peralatan yang sudah tidak andal.kemudian disini untuk tegangan listrik diasilkan hanya di 200V
- 220V saja sedangkan tegangan sumber tiga fasa yaitu sebesar 380 V. ini dikarenakan tegangan
yang kita ukur yaitu fasa dengan netralnya sehingga didapatkan nilai teganganya tidak maksimal.

Laboratorium Dasar Teknik Elektro


Institut Teknologi - PLN

Anda mungkin juga menyukai