Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH KALIBRASI

Ir. Renaldo Moontri MM www.bmdstreet.com


PENDAHULUAN

 Kalibrasi mulai dikenal kira-kira pada abad 4000 tahun SM yaitu pada saat kerjaaan Mesir
Kuno. Saat itu terdapat piramida yang merupakan sebagai tempat pemakaman raja-raja di era
pemerintahan Mesir kuno yang tersusun atas balok-balok batu yang cukup rapi tertata

 Karena antara satu piramida dengan yang lain memiliki ukuran panjang balok batu yang
berbeda-beda disebabkan karena ukuran panjang lengan raja yang berkuasa saat itu berbeda
antar generasi, dimana hal tersebut dijadikan sebagai dasar ukuran yang dikenal dengan istilah
cubit.

www.bmdstreet.com
PENDAHULUAN

 Dan pada akhirnya diturunkan menjadi kaki,


jengkal, tangan dan jari (telunjuk). Melihat
kerumitan yang terjadi, dimulai saat itu untuk
menggunakan istilah mengkalibrasi ukuran balok
yang dilakukan setiap bulan purnama.
 Di Indonesia sendiri perkembangan dan sejarah
kalibrasi pun juga sudah dimulai disaat jaman
leluhur, dimana seperti yang kita ketahui masing-
masing daerah di Indonesia memiliki satuan ukur
sendiri-sendiri yang memiliki nilai yang tidak
sama. Contoh misalnya pada suku jawa dikenal
satuan pengukuran seperti: depa, jawa/smuatera
dikenal satuan ukur: kilan/jengkal, jawa barat
dikenal bata/tumbak dan lain sebagainya.

www.bmdstreet.com
APLIKASI PENGUKURAN
 Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan benda
hidup dan benda mati. Suatu saat kita kadang-kadang harus
mengkomunikasikan sesuatu obyek, baik obyek hidup
(bergerak) maupun obyek mati (diam) kepada orang lain.
Seandainya informasi tentang obyek yang kita komunikasikan itu
kurang lengkap maka orang yang menerima informasi sangat
dimungkinkan untuk bertanya lebih jauh lagi.
 Misalnya kita mengkomunikasikan besar dan beratnya sebuah batu, cepatnya lari seseorang, jauhnya perjalanan,

panasnya suatu benda dan sebagainya. Orang yang menerima informasi tentu akan bertanya lebih jauh lagi tentang

seberapa beratnya batu tersebut, berapa kecepatan lariorang tersebut, seberapa jauh perjalanan yang ditempuh, seberapa

tinggi panas benda tersebut, dan sebagainya.

 Pertanyaan ini sangat dimungkinkan timbul apabila obyek yang dikomunikasikan tidak dilengkapi dengan obyek

pelengkap. Obyek pelengkap ini biasanya dinyatakan dalam bentuk ukuran dan satuan sehingga obyek yang

diinformasikan mempunyai arti lebih luas.

 Misalnya, batu tersebut beratnya satu ton, kecepatan larinya sekitar 1 kilometer per jam, jalan yang sudah ditempuh

sekitar 2 kilometer, panas badannya sekitar 40derajat Celcius, dan sebagainya. Dengan demikian peranan obyek

pelengkap sebagai penambah keterangan dari obyek yang diinformasikan memang sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai