A. TUJUAN
Setelah pelatihan selesai peserta diklat dapat:
1. Menganalisis komponen pasif dan aktif yang digunakan pada
rangkaian elektronika,
2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen
elektronika pasif dengan cara pengukuran,
3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan kesalahan pada komponen
elektronika aktif dengan cara pengukuran.
C. URAIAN MATERI
5.1 Pendahuluan
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah
yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel
bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik,
termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Ilmu yang mempelajari
alat-alat seperti ini merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk
desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik
elektro, teknik komputer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi.
Hal 149
rangkaian (dengan alat penghubung lain, misalnya kabel). Komponen
elektronika ini terdiri dari satu atau lebih bahan elektronika, yang terdiri dari
satu atau beberapa unsur materi dan jika disatukan, untuk desain rangkaian
yang diinginkan dapat berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing
komponen, ada yang untuk mengatur arus dan tegangan, meratakan arus,
menyekat arus, memperkuat sinyal arus dan masih banyak fungsi lainnya.
Hal 150
5.2.1 Resistor Dengan Nilai Tetap
Resistor ini dijumpai dalam rangkaian elektronik. Setiap rangkaian
elektronik pasti ada resistor. Nilai resistor dapat diketahui dengan cara
membaca kode warna ataupun kode angka yang ada di badan resistor itu
sendiri. Berdasarkan bentuk dan proses pemasangannya pada PCB, resistor
terdiri 2 bentuk yaitu bentuk komponen axial/radial dan komponen chip. Nilai
resistor bentuk komponen axial, diketahui melalui kode warna dan
sedangkan komponen chip, nilainya diketahui dengan melihat kode tertentu.
Gambar berikut adalah bentuk dan simbol resistor dengan nilai tetap.
Hal 151
Tabel 5.1 Warna Gelang 1. Contoh perhitungan untuk resistor
dengan 4 gelang warna.
Contoh :
Gelang ke 1 : coklat = 1, Gelang ke 2 : hitam = 0, Gelang ke 3 : hijau = 5
nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105 , Gelang ke 4 : Perak
= Toleransi 10%.
Nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 atau 1 M dengan
toleransi 10%.
Hal 152
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat =
1,
Gelang ke 2 : Hitam =
0,
Gelang ke 3 : Hijau = 5,
Gelang ke 4 : Hijau = 5
nol dibelakang angka
gelang ke-3; atau
Gambar 5.3 Resistor dengan 5 gelang warna kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak =
Toleransi 10%
Hal 153
romponen Chip menggunakan kode angka langsung jadi sangat mudah
dibaca atau disebut dengan Kode Badan Resistor.
Contoh :
Kode angka yang tertulis di badan komponen Chip
resistor adalah 4 7 3; Cara pembacaannya adalah:
Masukkan angka ke-1 langsung = 4
Hal 154
Gambar 5.5 Cara mengukur resistor
5.2.1.4 Kegagalan-Kegagalan Pada Resistor-Resistor Tetap
1. Jenis Resistor : Komposisi karbon
Kegagalan : Berubah membesar
Penyebab kegagalan :
Perubahan karbon atau zat pengikat di bawah pengaruh panas,
tegangan atau kelembaban.
Penyerapan udara lembab menyebabkan pembengkakan, dan
menjadi-kan pertikelpartikel karbon untuk memisahkan diri .
Hal 155
Lapisan film tergores atau terkikis ketika di fabrikasi.
Pada nilai-nilai resistansi yang tinggi (lebih besar 1 mega ohm)
spiral resistan sinyal harus tipis dan karenanya kegagalan sirkit
terbuka lebih besar kemungkinannya.
Kontak-kontak ujungnya buruk. Biasanya disebabkan oleh
tekanan mekanik karena montase yang jelek pada sirkit.
5.2.2 Resistor yang nilainya dapat diatur, resistor jenis ini sering disebut
juga dengan variable resistor ataupun Potensiometer.
Hal 156
Gambar 5.6 Struktur internal potensiometer, bentuk dan simbolnya
Hal 157
Gambar 5.7 Bentuk potensiometer
Hal 158
5.2.2.5 Cara Mengukur Potensiometer Dengan Multimeter
Nilai resistansi sebuah potensiometer diukur dengan menggunakan
multimeter, baik multimeter yang menunjukkan nilai digital maupun analog.
Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan pengukuran arus
listrik (Ampere), tegangan listrik (Volt) dan Resistansi/Hambatan (Ohm).
Untuk mengukur potensiometer menggunakan fungsi Ohm yang terdapat
pada multimeter. Nilai maksimum resistansi dan nilai perubahan resistansi
sebuah potensiometer dapat diukur dengan memutar tuas pengaturnya.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur nilai resistansi potensiometer
dengan menggunakan multimeter digital. Langkah-langkah untuk mengukur
nilai resistansi maksimum potensiometer adalah sebagai berikut:
1. Aturlah posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω),
2. Hubungkan probe multimeter pada kaki terminal yang pertama (1) dan
terminal ketiga (3),
3. Perhatikan nilai resistansi potensiometer pada layar multimeter, nilai
yang tampil adalah nilai maksimum dari potensiometer yang sedang
kita ukur.
Hal 159
Untuk mengukur perubahan nilai resistansi potensiometer, ikuti langkah
berikut.
Hal 160
Potensiometer tidak mengenal polaritas positif dan negatif sehingga
posisi peletakan probe merah dan probe hitam multimeter tidak menjadi
masalah dalam pengukuran.
Hal 161
dalam kondisi gelap. Naik turunnya nilai hambatan akan sebanding dengan
jumlah cahaya yang diterimanya. Pada umumnya, nilai hambatan LDR akan
mencapai 200 kΩ pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ω pada
kondisi cahaya terang.
Hal 162
Gambar 5.11 Cara mengukur tahanan LDR pada kondisi terang
Hal 163
5.2.4 PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative
Temperature Coefficient)
Hal 164
di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27,445kΩ, pada suhu
100°C akan menjadi 0,976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi
0,532kΩ. Jika digambarkan, maka karakteristik NTC tersebut adalah seperti
di bawah ini.
Hal 165
Thermistor (NTC/PTC) merupakan jenis resistor yang nilai
resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu atau temperatur di sekitarnya.
Untuk menguji atau mengukur apakah sebuah thermistor NTC maupun PTC
dapat berfungsi dengan baik atau tidak, kita dapat menggunakan multimeter
digital ataupun multimeter analog dengan bantuan alat pemanas seperti
solder listrik, pengering rambut atau jenis-jenis pemanas lainnya. Selain
dapat mengukur atau menguji thermistor, kita juga dapat membedakan jenis
thermistor yang yang kita ukur/uji tersebut apakah merupakan jenis
thermistor PTC atau jenis Thermistor NTC. Berikut ini adalah cara untuk
mengukur NTC dan PTC dengan menggunakan multimeter:
Hal 166
2. Hubungkan probe pada kaki thermistor (thermistor tidak memiliki
polaritas),
3. Dekatkan mata solder yang panas ke thermistor (pastikan jangan
menyentuh thermistor, karena akan merusak bungkusan thermistor),
4. Perhatikan layar pada multimeter, nilai resistansi akan turun sebanding
dengan suhu tinggi disekitarnya.
Catatan:
Kita juga dapat menggunakan Hair Dryer atau pemanas lainnya untuk
menaikkan suhu di sekitar thermistor.
Jika kita ingin mengetahui apakah jenis thermistor yang diukur tersebut
adalah jenis thermistor PTC atau NTC, maka kita dapat mengetahuinya
dengan cara membaca nilai resistansi thermistor yang bersangkutan pada
Hal 167
saat diukur. Jika nilai resistansinya naik pada suhu panas, maka thermistor
yang diukur tersebut adalah thermistor jenis PTC, sedangkan jika nilai
resitansinya menurun ketika suhu di sekitarnya tinggi (panas) maka jenis
thermistor tersebut adalah NTC.
Hal 168
LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi/
Inductance, untuk mengukur Induktor atau Coil), C (kapasitansi untuk
mengukur kapasitor) dan R (resistansi untuk mengukur hambatan)
sedangkan Multimeter adalah alat ukur gabungan yang mendapat mengukur
arus, tegangan, hambatan dan juga menguji beberapa macam komponen
elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor.
Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai
fungsi untuk mengukur nilai kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat
khusus untuk mengukur nilai kapasitansi kapasitor dan tentunya multimeter
sebagai alat ukur gabungan memiliki batas tertentu dalam mengukur
kapasitansi sebuah kapasitor. Kapasitor yang mempunyai kapasitansi yang
besar terutama pada kapasitor elektrolit tidak semuanya dapat diukur
nilainya oleh sebuah multimeter digital. Seperti contoh pada salah satu
multimeter dengan batas pengukuran kapasitansi kapasitor hanya berkisar
antara 50nF sampai 100µF.
Hal 169
Gambar 5.17 Cara menguji kapasitor dengan multimeter analog
Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada multimeter
digital yang memiliki kemampuan mengukur kapasitansi. Untuk lebih akurat,
tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur nilai kapasitansi
sebuah kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara
pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan multimeter
digital, hanya saja kita perlu menentukan nilai kapasitansi yang paling dekat
Hal 170
dengan kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur sakelar
selektor LCR meter dan Kapasitansi Meter. Di bawah ini adalah gambar
bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan Multimeter.
Hal 171
turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi
sebuah induktor atau coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut
diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (µH). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan induktor dalam rangkaian elektronika
adalah huruf “L”. Berikut ini adalah simbol-simbol Induktor :
Hal 172
Laminated Core Induction: Menggunakan inti yang terdiri dari
beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel.
Masing-masing lempengan logam diberikan isolator.
Variable Inductor: Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai
dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat
dari bahan ferit yang dapat diputar-putar.
Hal 173
a. Bagus dimana nilai perlawanan kecil atau besar.
b. Putus dimana nilai perlawanan tak terhingga.
Dalam rumah multimeter (alat ukur Ohm ) terdapat baterai sebagai
sumber-arus alat ukur,maka:
a. Kutub positif baterai berkoneksi dengan lubang negatif alat-ukur ohm.
b. Kutub negatif baterai berkoneksi dengan lubang positif alat–ukur
ohm.
3. Menguji induktor
Pada multimeter perlu diingat yaitu pada posisi Ohmmeter dimana:
Probe hitam ( - ) ialah positif baterai ohmmeter.
Probe merah ( + ) ialah negatif baterai ohmmeter.
Dengan alat-ukur ohm atau multimeter kita akan mengukur nilai perlawanan
induktor.
A. Sesama gulungan:
Apa bila jarum bergerak maka induktor bagus.
Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor putus.
B. Antar gulungan
Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor bagus.
Apa bila jarum bergerak maka induktor putus.
Bila jarum tidak bergerak jauh berarti induktor kemungkinan induktor
bocor untuk lebih akurat pengujian bocor atau hubung singkat antar
kawat emailnya.
Hal 174
bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan
Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu dioda yang
dapat memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu dioda yang peka dengan cahaya
sehingga sering digunakan sebagai sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah dioda yang
berfungsi sebagai pengendali.
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu dioda yang dapat memancar cahaya
laser. Dioda laser sering disingkat dengan LD.
1. Simbol Dioda
Hal 175
Gambar 5.23 Cara memasang dioda
Hal 176
Gambar 5.24 Cara mengukur dioda dengan multimeter analog
Hal 177
Gambar 5.25 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Ohm
Catatan:
Jika terdapat nilai tertentu, maka dioda tersebut berkemungkinan
sudah rusak.
Gambar 5.26 Cara mengukur dioda dengan multimeter digital memakai fungsi Dioda
Catatan Penting :
Hal 178
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan
menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik.
Perhatikan Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).
Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk
menentukan terminal mana yang katoda dan mana yang terminal anoda
jika tanda gelang yang tercetak di dioda tidak dapat dilihat lagi atau
terhapus (hilang).
Hal 179
Pada dasarnya SCR atau thyristor terdiri dari 4 lapis semikonduktor
yaitu PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN
Trioda. Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di
lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan kaki terminal “Katoda”. Cara
kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar
transistor (bipolar junction transistor).
Hal 180
singkatan dari TRIode forAlternating Current (Trioda untuk arus bolak
balik). Sama seperti SCR, TRIAC juga tergolong sebagai thyristor yang
berfungsi sebagai pengendali atau switching. Namun, berbeda dengan SCR
yang hanya dapat dilewati arus listrik dari satu arah (unidirectional), TRIAC
memiliki kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah
(bidirectional) ketika dipicu. Terminal Gate TRIAC hanya memerlukan arus
yang relatif rendah untuk dapat mengendalikan aliran arus listrik AC yang
tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC sering juga disebut
dengan Bidirectional Triode Thyristor.
Pada dasarnya, sebuah TRIAC sama dengan dua buah SCR yang
disusun dan disambungkan secara antiparalel (paralel yang berlawanan
arah) dengan Terminal Gerbang atau Gate-nya dihubungkan bersama
menjadi satu. Jika dilihat dari strukturnya, TRIAC merupakan komponen
elektronika yang terdiri dari 4 lapis semikonduktor dan 3 terminal, ketiga
terminal tersebut diantaranya adalah MT1, MT2 dan Gate. MT adalah
singkatan dari Main Terminal.
Hal 181
TRIAC pada umumnya tidak digunakan pada rangkaian switching yang
melibatkan daya yang sangat tinggi. Salah satu alasannya adalah karena
karakteristik switching TRIAC yang non-simetris dan juga gangguan
elektromagnetik yang diciptakan oleh listrik yang berdaya tinggi itu sendiri.
Hal 182
TRIAC merupakan komponen elektronika yang termasuk dalam
keluarga thyristor. Salah satu kemampuan TRIAC yang berbeda dengan
thyristor pada umumnya adalah kemampuannya yang dapat menghantarkan
arus listrik ke kedua arah saat dipicu atau sering disebut dengan
Bidirectional Triode Thyristor. Fungsi utama TRIAC pada suatu rangkaian
elektronika adalah sebagai pengendali atau switching.
Untuk mengetahui apakah sebuah TRIAC dapat berfungsi dengan
baik, kita dapat menggunakan multimeter untuk mengujinya. Berikut ini
adalah langkah-langkah untuk mengukur atau menguji sebuah TRIAC
(Triode for Alternating Current) apakah dapat berfungsi dengan baik dengan
menggunakan Multimeter.
Berikut ini adalah cara menguji atau mengukur TRIAC dengan
menggunakan multimeter digital.
a. Langkah 1 :
1) Atur posisi sakelar Multimeter Digital ke Pengukuran Dioda,
2) Hubungkan Probe Merah (+) Multimeter ke terminal MT 1 TRIAC.
3) Hubungkan Probe Hitam (-) Multimeter ke MT2 TRIAC.
4) Layar Multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”.
Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik.
b. Langkah 2 :
1) Posisi sakelar multimeter digital masih pada pengukuran dioda,
2) Hubungkan probe Hitam (-) Multimeter ke terminal MT1 TRIAC,
3) Hubungkan probe Merah (+) Multimeter ke MT2 TRIAC,
4) Layar multimeter akan menunjukan tanda “OL” atau “over load”.
Kondisi ini menandakan TRIAC dalam kondisi baik,
5) Pindahkan probe merah (+) multimeter ke terminal Gate,
6) Layar multimeter akan menunjukan nilai sekitar 0,127V. Kondisi ini
menandakan TRIAC dalam kondisi baik.
Hal 183
Gambar 5.31 Cara mengukur TRIAC dengan multimeter digital
Hal 184
(Anoda 1) dan A2 (Anoda 2) atau MT1 (Main Terminal 1) dan MT2 (Main
Terminal 2).
Gambar dan Struktur dasar DIAC serta simbolnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
5.6 Transistor
Transistor merupakan komponen elektronika aktif yang memiliki
banyak fungsi dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang
sangat penting dalam dunia elektronik modern ini. Beberapa fungsi transistor
Hal 185
diantaranya adalah sebagai penguat arus, sebagai switch (pemutus dan
penghubung), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal, penyearah dan lain
sebagainya. Transistor terdiri dari 3 terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B),
Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). UJT (Uni Junction Transistor), FET
(Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET)
juga merupakan keluarga dari transistor.
Hal 186
Gambar 5.33 Simbol tansistor NPN dan PNP
3. Cara Mengukur Transistor
Kita dapat menggunakan multimeter analog maupun multimeter digital
untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah transistor masih dalam
kondisi yang baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak
polaritas (merah dan hitam) probe multimeter analog dan multimeter digital
dalam mengukur/ menguji sebuah transistor.
Berikut ini adalah cara untuk menguji atau mengukur transistor dengan
mengunakan multimeter analog dan multimeter digital.
Gambar 5.34 Cara mengukur transistor dengan multimeter analog (fungsi Ohm)
Hal 187
b) Hubungkan probe merah pada terminal Basis (B) dan probe hitam
pada terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan
nilai tertentu, berarti transistor tersebut dalam kondisi baik,
c) Pindahkan probe hitam pada terminal Kolektor (C), jika jarum
bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti transistor
tersebut dalam kondisi baik.
Hal 188
Gambar 5.35 Cara mengukur transistor dengan multimeter digital (fungsi dioda)
Hal 189
5.6.2 Uni Junction Transistor (UJT)
Uni Junction Transistor (UJT) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut dengan Transistor Sambungan Tunggal adalah komponen
elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor, UJT memiliki tiga
terminal dan hanya memiliki satu sambungan. Pada umumnya UJT
digunakan sebagai Saklar Elektronik dan penghasil Isyarat Pulsa. Seperti
namanya, Uni Junction Transistor atau UJT juga digolongkan sebagai salah
satu anggota dari keluarga transistor, namun berbeda dengan transistor
bipolar pada umumnya, UJT ini tidak memiliki terminal/elektroda Kolektor.
UJT yang memiliki tiga terminal ini terdiri dari 1 terminal Emitor (E) dan 2
terminal Basis (B1 dan B2). Oleh karena itu, transistor UJT ini sering disebut
juga dengan Dioda Berbasis Ganda (Double Base Diode).
Struktur dasar UJT dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada
dasarnya UJT terdiri dari semikonduktor jenis silikon yang bertipe N yang
didoping ringan dan sepotong silikon bertipe P yang berukuran kecil dengan
doping tinggi (berat) di satu sisinya untuk menghasilkan sambungan tunggal
P-N (P-N Junction). Sambungan Tunggal inilah yang kemudian dijadikan
terminologi UJT yaitu Uni Junction Transistor. Di kedua ujung batang silikon
yang bertipe N, terdapat dua kontak Ohmik yang membentuk terminal B1
(Basis 1) dan (Basis 2). Daerah Semikonduktor yang bertipe P menjadi
Terminal Emitor (E) pada UJT tersebut.
Berikut ini adalah Bentuk dan Struktur dasar serta Simbol Uni Junction
Transistor (Transistor Sambungan Tunggal).
Hal 190
Gambar 5.36 Bentuk, struktur dan simbol UJT
Saat tegangan diantara Emitor (E) dan Basis 1 (B1) adalah Nol, UJT
tidak menghantarkan arus listrik, Semikonduktor batang yang bertipe N akan
berfungsi sebagai penghambat (memiliki resistansi yang tinggi). Namun akan
ada sedikit arus bocor yang mengalir karena bias terbalik (reverse bias).
Pada saat tegangan di Emitor (E) dan Basis 1 (B1) dinaikan secara
bertahap, resistansi diantara Emitor dan Basis 1 akan berkurang dan arus
terbalik (reverse current) juga akan berkurang. Ketika Tegangan Emitor
dinaikan hingga ke level bias maju, arus listrik di Emitor akan mengalir. Hal
ini dikarenakan Hole pada semikonduktor yang di doping berat bertipe P
mulai memasuki daerah semikonduktor tipe N dan bergabung kembali
dengan Elektron yang di Batang Semikonduktor bertipe N (yang di doping
ringan). Dengan demikian Uni Junction Transistor atau UJT ini kemudian
mulai menghantarkan arus listrik dari B2 ke B1.
Hal 191
a. Cara Mengukur Resistansi antara Terminal B1 dan B2
Di bawah ini adalah cara mengukur resistansi antara Terminal Basis1
(B1) dan Basis (B2) UJT.
Hal 192
b. Cara Mengukur Bias Terbalik (Reverse Bias) pada Persimpangan Emitor
Pengujian atau Pengukur Bias Terbalik atau Reverse Bias pada
Persimpangan Emitor UJT ini hampir sama dengan Pengujian Bias Terbalik
pada Dioda.
Hal 193
c. Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) Pada Persimpangan Emitor UJT
Pengujian atau Pengukuran Bias Maju pada Persimpan Emitor UJT ini
hampir sama dengan pengujian Bias Maju pada Dioda.
Gambar 5.39 Cara Mengukur Bias Maju (Forward Bias) pada Persimpangan Emitor
UJT
Catatan:
Dengan cara pengukuran/pengujian bias maju diatas, apabila Layar
Multimeter menunjukkan nilai Resistansi yang sangat tinggi, maka UJT
tersebut dapat dinyatakan Rusak atau Putus.
Hal 194
5.6.3 FIELD EFFECT TRANSISTOR (FET)
Field Effect Transistor atau disingkat dengan FET adalah komponen
elektronika aktif yang menggunakan medan listrik untuk mengendalikan
konduktifitasnya. FET dalam bahasa Indonesia disebut dengan Transistor
Efek Medan. Dikatakan Field Effect atau Efek Medan karena pengoperasian
transistor jenis ini tergantung pada tegangan (medan listrik) yang terdapat
pada input gerbangnya. FET merupakan komponen elektronika yang
tergolong dalam keluarga transistor yang memilki tiga terminal kaki
yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
FET memiliki fungsi yang hampir sama dengan transistor bipolar pada
umumnya. Perbedaannya adalah pada pengendalian arus outputnya. Arus
Output (IC) pada transistor bipolar dikendalikan oleh arus input (IB)
sedangkan arus output (ID) pada FET dikendalikan oleh tegangan input (VG)
FET. Jadi perlu diperhatikan bahwa perbedaan yang paling utama antara
transistor bipolar (NPN & PNP) dengan FET adalah terletak pada
pengendalinya (Bipolar menggunakan arus sedangkan FET menggunakan
tegangan).
Hal 195
Besarnya arus listrik tergantung pada tinggi rendahnya tegangan yang
diberikan pada terminal gerbangnya (GATE (G)). Fluktuasi tegangan pada
terminal gate (VG) akan menyebabkan perubahan pada arus listrik yang
melalui saluran IS atau ID. Fluktuasi yang kecil dapat menyebabkan variasi
yang cukup besar pada arus aliran pembawa muatan yang melalui JFET
tersebut. Dengan demikian terjadi penguatan tegangan pada sebuah
rangkaian elektronika.
Junction FET atau sering disingkat dengan JFET memiliki 2 tipe
berdasarkan tipe bahan semikonduktor yang digunakan pada saluran atau
kanalnya. JFET tipe N-Channel (Kanal N) terbuat dari bahan semikonduktor
tipe N dan P-Channel (Kanal P) yang terbuat dari semikonduktor tipe P.
a. JFET Kanal-N
Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-N.
Hal 196
b. JFET Kanal-P
Berikut di bawah ini adalah gambar struktur dasar JFET jenis Kanal-P.
Hal 197
Salah kelemahan pada MOSFET adalah tipisnya lapisan oksidasi
sehingga sangat rentan rusak karena adanya pembuangan elektrostatik
(Electrostatic Discharge).
Seperti yang disebut sebelumnya, bahwa MOSFET pada dasarnya
terdiri dari 2 tipe yaitu MOSFET tipe N dan MOSFET tipe P.
a. MOSFET tipe N
MOSFET tipe N biasanya disebut dengan NMOSFET atau nMOS.
Berikut di bawah ini adalah bentuk struktur dan simbol MOSFET tipe N.
b. MOSFET tipe P
MOSFET tipe P biasanya disebut dengan PMOSFET atau pMOS. Di
bawah ini adalah bentuk struktur dan Simbol MOSFET tipe P.
Hal 198
dengan baik di rangkaian elektronika yang bersinyal rendah seperti pada
perangkat komunikasi dan alat-alat penerima (receiver). FET juga sering
digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronika yang memerlukan
impedansi yang tinggi. Namun pada umumnya, FET tidak dapat digunakan
pada perangkat atau rangkaian elektronika yang bekerja untuk penguatan
daya tinggi seperti pada perangkat komunikasi berdaya tinggi dan alat-alat
pemancar (transmitter).
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Menganalisis prosedur pemeliharaan dan perbaikan sistem elektronika
dengan membaca modul ini dan mengamati komponen elektronika.
Menganalisis elektronika,
prosedur 2. Menemukan kemungkinan-kemungkinan
pemeliharaan
kesalahan pada komponen elektronika
dan perbaikan
sistem pasif dengan cara pengukuran.
elektronika 3. Menemukan kemungkinan-kemungkinan
kesalahan pada komponen elektronika
aktif dengan cara pengukuran.
2. Mengerjakan latihan.
Hal 199