Anda di halaman 1dari 8

Q.

S YUNUS AYAT 101


A. Kandungan Q.S Yunus Ayat 101
Allah swt memerintahkan umat manusia untuk memerhatikan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam semesta ini seperti jalannya tata surya yang teratur dan tepat
waktu, terjadi gerhana matahari dan bulan, pergantian malam dan siang, air hujan
turun ke bumi dan sebagainya.
Semua tanda-tanda kebesaran Allah swt. yang ada di alam ini bermanfaat bagi
manusia. Oleh karena itu, umat manusia hendaknya mengambil manfaat dari tanda-
tanda kekuasaan Allah dan mengambil peringatan yang disampaikan kepada para rasul.
Alqur'an bukanlah buku ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi alqur'an adalah
firman Allah swt. yang berisi pedoman hidup bagi manusia. Di dalam alqur'an juga
terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan iptek.
Allah swt memerintahkan kepada manusia agar melakukan pengkajian dan
penelitian terhadap alam semesta beserta isinya. Sesungguhnya semua ciptaan Allah itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berfikir dan yakin terhadap
penciptanya.

B. Hikmah Q.S Yunus Ayat 101


 Menambah keimanan kepada Allahswt. dan bertambah yakin bahwa Allah swt
Maha Kuasa menciptakan alam semesta ini, dan Dia pula yang mengatur seluruh
kehidupan yang ada di bumi.
 Memacu umat manusia untuk berlomba dalam menemukan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Sebagai sumber motivasi dan semangat dalam mencari ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya.
 Semakin giat dan bekerja keras untuk memahami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknoogi.

C. Kesimpulan
 Dari fakta akan penciptaan diri manusia dan alam raya cukup kiranya bahwa alam
raya dan isinya bukan dicipta dengan gurauan belaka. Allah telah merancang,
menyusun dan menyediakan alam raya ini untuk hajat manusia sebagai
khalifah/penggantinya di bumi, maka tidak wajar dan bahkan terlarang bagi
manusia merusaknya.
 Untuk memanfaatkan alam raya, manusi dituntuk untuk mencari dan memperoleh
ilmu pengetahuan serta menemukan hukum-hukum, teori dari pangalaman
ilmiahnya itu. Penemuan hukum-hukum alam teori ilmu pengetahuan harus
didasari dan dikembangkan berdasar nilai-nilai Ilahiyah sehingga dapat bermanfaat.
SURAT AL ALAQ AYAT 1-5

A. Asbabun Nuzul Surat Al Alaq ayat 1-5


Dalam hadis diriwayatkan oleh Aisyah r.a., ia berkata bahwa permulaan wahyu
kepada Rasulullah saw. ialah mimpi baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat
itu jelas, sebagaimana cuaca pagi. Kemudian, timbullah pada diri beliau keinginan
meninggalkan keramaian. Untuk itu, beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau
melakukannya beberapa hari. Khadijah, istri beliau, menyediakan perbekalan untuk
beliau.
Pada suatu saat, datanglah malaikat kepada beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra'
(bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak pandai membaca." Malaikat mendekap beliau
sehingga beliau merasa kepayahan. Malaikat itu kembali berkata, "Bacalah!" Beliau
menjawab lagi. "Aku tak pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti
itu, malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagaana tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun menghilang.
Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut). Beliau segera pulang
menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil berkata, "Zammiluni,
zammiluni(selimuti aku, selimuti aku)." Stelah mereda rasa takut dan dinginnya,
Khadijah meminta beliau untuk menceritakan kejadian yang dialami. Setelah
mendengar cerita yang dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau aadalah orang yang suka menghubungkan
kasih sayang yang memikul yang berat."
Khadijah segera mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman
Khadijah. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat memahami Kitab Injil.
Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw. untuk menceritakan
kejadian yang dialami semalam.
Setelah Rasulullah saw, Selesai menceritakan pengalamannya semalam, Waraqah
berkata, "Inilah utusan, sebagaimana Allah swt. pernah mengutus Nabi Musa a.s.
Semoga aku masih dikaruniai hidup sampai saatnya engkau diusir kaummu." Rasulullah
saw. bertanya, "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Benar!
belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi wahyu seperti engkau, yang tidak
dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong
engkau seuat-kuatnya." (H.R al- Bukhari, Bada' ul Wahyi No. 3)

B. Penjelasan / Kandungan Ayat


 Ayat pertama berisi perintah untuk belajar, menuntut ilmu. Perintah yang dimaksud
dalam ayat ini bersifat umum, tidak tertuju pada ilmu tertentu saja. Dengan
demikian, kewajiban untuk menuntut ilmu meliputi ilmu yang menyangkut ayat-ayat
qauliyah dan ayat-ayat kauniyah.
 Ayat kedua, Allah swt menyatakan bahwa manusia adalah makluk yang diciptakan
dari segumpal darah. Allah swt menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai
sebaik-baiknya ciptaan (QS. At-Tin 95:4).
 Ayat ketiga, terdapat dua pengertian pokok, yakni perintah untuk membaca sebagai
penegasan Allah SWT yang Maha Mulia. Oleh karena itu islam mendidik umatnya
agar menjadi umat yang pandai sehingga bisa memahami ayat-ayat qauliyah dan
kauniyah.
 Ayat keempat, Allah swt menjelaskan bahwa dia mengajarkan manusia dengan pena.
Pena merupakan sebuah benda mati dan beku. Namun setelah digunakan oleh
manusia bisa dipahami secara orang lain. Dengan pena maka manusia bisa mencatat
segala ilmu pengetahuan.
 Ayat kelima, Allah swt menjelaskan bahwa Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya. Manusia lahir kedunia ini dalam keadaan tidak diketahuinya. Manusia
lahir ke dunia ini dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Kemudia Allah swt
menganugrahkan pendengaran dan penglihatan agar memudahkan manusia untuk
belajar dan menunut ilmu sebanyak-banyaknya.

C. Hikmah Kandungan Ayat


 Surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang pertama turun kepada nabi Muhammad pada dasarnya
merupakan bentuk perintah untuk memperhatikan pengetahuan. Hal ini karena
pengetahuaan adalah sangat penting peranananya bagi manusia, sehingga surat al-
‘Alaq lebih menggunakan kata iqra’ dan al-qalam. Diakui atau tidak, keduanya sangat
penting perannya dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mempelajari sains
dan teknologi. Dalam mempelajari sains dan teknologi, membaca tidak sekedar
melihat catatan. Namun lebih jauh dari itu adalah untuk membaca asma dan
kemuliaan Allah, membaca teknologi genetika, membaca teknologi komunikasi, dan
membaca segala yang belum terbaca, sehingga dengan membaca ini terjadi suatu
perubahan, baik perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu atau bahkan
pada perubahan tingkah laku dan sikap yang merupakan ciri dari keberhasilan
aktifitas belajar.
 Di samping itu, dengan membaca diharapkan membawa tertanamnya keimanan dan
ketakwaan seseorang sebagai wujud dari perubahan yang merupakan hasil dari
proses pembelajaran. Oleh karena itu, wahyu pertama yang diterima oleh nabi
Muhammad saw adalah komunikasi verbal pertama Allah SWT kepada nabi
Muhammad saw. Menurut Muhammad Abduh bahwa dalam ayat ini yang dibaca
adalah “nama”, sebab “nama” mengantarkan kepada pengetahuan tentang dzat.
Penciptaan kemampuan membaca akan menarik perhatian manusia ke arah
pengetahuan tentang dzat Allah SWT serta sifat-sifat-Nya semuanya. Karena
membaca merupakan suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang aktif, sedangkan
pengetahuan tersebut masuk ke dalam pikiran manusia atas ijin Allah SWT melalui
kemurahan-Nya, ilmu-Nya, qudrat-Nya serta iradah-Nya. Di samping itu, membaca
yang dimaksudkan dalam surat al-‘Alaq juga sebagai bentuk pencerahan intelektual.

D. Kesimpulan
 Pesan pertama wahyu al-Qur’an adalah mengajarkan manusia untuk belajar,
sehingga dengan belajar ini, manusia dapat memperoleh Ilmu pengetahuan.
 Pengetahuaan adalah sangat penting peranannya bagi manusia. Barang siapa
menguasai pengetahuan, maka dia dapat berkuasa (knowledge is power).
 Surat al-‘Alaq yang diajarkan kepada nabi Muhammad shalallahu ‘alaih wassalam.
pada dasarnya merupakan konsep dasar Islam tentang pembelajaran, yang
dikenalkan melalui konsep baca dan tulis.
 Bahwa Allah telah memuliakan/ menjunjung martabat manusia dengan memalui
pena (tulis baca). Artinya dengan proses belajar mengajar itu manusia dapat
menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini manusia
dapat mengetahui rahasia alam semesta yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan
hidupnya.
SURAT AL BAQARAH AYAT 155-157

A. Penjelasan / Kandungan Ayat Surat Al Baqarah ayat 155-157


Banyak orang mengeluh pada diri mereka sendiri dan orang lain lantaran dirinya
ditimpakan sebuah musibah dari Allah. Banyak diantara manusia lalai dan tidak
bersabar. Bahkan banyak dari mereka melalaikan kehidupan mereka hanya karena
mereka berputus asa karena apa yang ditimpakan oleh Allah padanya. Padahal, sebagai
seorang muslim, sudah seharusnya kita tidak boleh berputus asa. Jika kita menghadapi
suatu masalah atau ujian, maka jangan ragu untuk mengadukannya pada Allah!
Lihatlah ayat di atas! Kalimat awal ayat tersebut mengatakan bahwa, “dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu,”. Hal merupakan bentuk penegasan bahwa
setiap manusia pasti mengalami yang namanya ujian atau musibah. Musibah ini tentu
saja bermacam-macam bentuknya, apakah itu kemiskinan, kekurangan fisik atau
makanan, ketakutan, kegelisahan, dll. Dan jika kita tertimpa ujian atau musibah
tersebut, maka yang kita lakukan adalah mengadu pada Allah. Bagaimana caranya?
Yaitu dengan cara bertawakkal pada Allah.
“mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah? Padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap
gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah saja
orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri" (Q.S. Ibrahim: 12)
Di surah al-Baqarah ayat yang ke-155 sampai 157 juga menyebutkan bahwa jika kita
ditimpakan suatu musibah, maka kita harus mengucapkan “innalillahi wa inna ilaihi
raji’uun” yang artinya, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali,“. Ucapan ini juga sekaligus menandakan sikap tawakkal atau berserah diri
kepada Allah.
Bayangkan! Allah memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang mengucapkan
kalimat itu jika dirinya sedang ditimpa musibah. Dan Allah mengakhiri potongan ayat ini
dengan kata-kata yang sangat indah
“…mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,”

B. Hikmah Kandungan Ayat Al Baqarah ayat 155-157


 Informasi tentang sesuatu yang bisa terjadi sehari-hari. Alamiah. Rasa takut akan
kekurangan harta benda, jiwa, uang, dsb adalah fenomena sehari-hari yang terjadi
pada siapa saja, dan kapan saja;
 mengajarkan tentang cara menyikapi semua rasa takut di atas, yaitu dengan sikap
sabar;
 mengajarkan bahwa siapa yang sabar pasti mendapatkan petunjuk Allah SWT.
C. Kesimpulan
yang sangat penting kita camkan dari setiap peristiwa kematian adalah bagaimana
agar kita semakin mendapat petunjuk. Hidup kita semakin terarah dan kita terus
terdorong untuk mempersiapkan diri menghadapai kematian dengan ketaatan kepada
Allah. Karena itu, seiring apresiasi kita pada setiap kemukjizatan kata al-Quran dan
susunannya, maka “membaca” tiga ayat di atas dapat kita mulai dari ayat 157,
kemudian 156, baru ayat 155.
Dari peristiwa kematian, hendaknya kita semakin mendapat petunjuk atau hidayah
(157); hidayah dimaksud adalah berupa petunjuk akidah agar kita meyakini sedalam-
dalamnya bahwa segala sesuatu di muka bumi ini adalah milik Allah, yang dapat Dia
ambil –termasuk diri kita–kapan saja Dia mau (156). Dengan keyakinan seperti ini, akan
tumbuh sifat sabar dalam menghadapi berbagai macam ujian yang Allah cobakan dalam
hidup kita (155).
SURAT AL-FURQAN AYAT 48 – 50

A. Penjelasan / Kandungan Surat Al-Furqan Ayat 48 – 50


 Ayat 48 menerangkan bahwa angin merupakan pembawa berita gembira kepada
manusia. Bagi manusia yang menanti kedatangan hujan, maka begitu angin
berhembus secara spontan merasa gembira karena pertanda akan turunnya hujan.
Angin berfungsi menghalau awan yang di dalamnya terkandung air. Kemudian, awan
itu digerakkan oleh angin sehingga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam surah al-Hijr ayat 22 dijelaskan bahwa “Allah mengirim angin untuk
mengawinkan pepohonan dan menurunkan hujan dari langit”. Jadi, angin juga
berfungsi mengwinkan tumbuh-tumbuhan, dengan proses penyerbukan silang yaitu
mempertemukan serbuk sari (jenis kelamin jantan) dengan kepala putik (jenis
kelamin betina). Kemudian, adanya awan positif dan negatif yang digabungkan oleh
angin dapat menimbulkan hujan. Apabila saatnya tiba, hujan pun turun membasahi
bumi dan pepohonan.
 Dalam ayat 49, dijelaskan bahwa dengan air hujan itu Allah menghidupkan tanah
yang mati dan menyuburkan tanah yang gersang. Di samping itu, air hujan juga dapat
dijadikan sebagai air minum bagi manusia dan hewan; untuk mandi dan mencuci
pakaian.
 Ayat 50 menerangkan bahwa air hujan itu digilirkan di antara manusia secara merata
dan seimbang. Proses terjadinya hujan dan pendistibusiannya dapat menjadi
pelajaran bagi manusia. Banyak hal dapat dipelajari dari hujan ini, antara lain
manusia dapat mengetahui proses terjadinya hujuan, siklus perputaran air,
hubungan laut, angin, dan awan, manfaat air hujan bagi kehidupan makhluk di bumi,
dan kualitas air hujan bagi tumbuh-tumbuhan. Pada gilirannya, manusia juga
mencoba membuat hujan sendiri, seperti yang pernah dilakukan di negeri kita setiap
musim kemarau panjang meskipun sering mengalami kegagalan. Namun, kualitas
hujan buatan manusia tidak sama dengan buatan Allah. Karena pentingnya hujan ini,
maka Allah bersumpah dengan langit yang mengandung hujan dan bumi yang
menampung tumbuh-tumbuhan (surah ath-Tahriq ayat 11-12).

B. Hikmah Kandungan Ayat


 Ayat ini sebuah pengetahuan, bahwa saat sebelum hujan tentunya akan ada angin
kencang penanda akan turun hujan. Tentu saja hujan adalah kabar gembira, karena
dengan adanya air hujan yg sangat bersih dari langit (tidak terkontaminasi dengan
hal2 lain, ex: bahan2 kimia) memberi manfaat bagi kesuburan tanah, penambah
sumber air, dan pembersih udara.
 Bahwa dengan air hujan dapat menyuburkan tanah yang kering, sebagai sumber air
minum untuk makhluk hidup yang ada di bumi, seperti manusia, hewan dan
tumbuhan.
 Kita telah tahu adanya pergantian musim disetiap daerah. Misalnya di Kota
Bukittinggi sedang hujan. Awan yg membawa hujan akan terus berjalan sampai pada
tempat dimana kandungan air pada awan akan habis (pada batas min), misalnya kota
Padang. Lalu, bisa saja bergilir ke daerah lain, dst. Pergiliran hujan ini juga sebuah
pelajaran dar ALLAH bagi kita agar kita lebih bersyukur lagi dengan apa yg telah
diberikan ALLAH kepada kita.

C. Kesimpulan
Allah sebagai Tuhan semesta alam telah menurunkan berbagai rahmat-Nya
berupa adanya matahari sehingga terjadi waktu malam untuk tidur dan waktu siang
untuk kembali berusaha, angin yang membawa awan hujan sehingga terjadi hujan,
kemudian air hujan itu menyuburkan tanah yang tandus, dan air itu pun dapat diminum
oleh makhluk-Nya (manusia, binatang dan tumbuhan). Allah mempenggilirkan waktu
hujan supaya makhluk-Nya dapat mengambil pelajaran, akan tetapi banyak manusia
yang mengingkari nikmat dari-Nya. Karena itu sebagai makhluk-Nya, hendaknya
bersyukur dan menjaga kelestarian lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai