Samuel Gideon
MySuperEmail1988@gmail.com
Universitas Kristen Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan sebagai alternatif pembelajaran untuk materi pencitraan CT (computed
tomograpghy) dengan menggunakan teknik rekonstruksi citra yaitu teknik inversi matriks,
teknik back projection dan teknik filtered back projection. Algoritma pemrograman yang mu-
dah dipahami dan diaplikasikan serta fitur-fitur menarik yang tersedia di dalam software
Matlab. Pencitraan CT dapat menghasilkan citra dari obyek yang tidak saling tumpang tindih.
Obyek lebih mudah dibedakan walaupun kontras yang diberikan relatif rendah. Adapun citra
yang dihasilkan pada pencitraan CT merupakan hasil rekonstruksi dari obyek yang asli. Pada
penelitian ini, rekonstruksi citra penampang lintang tubuh dengan menggunakan software
Matlab. Hal tersebut memungkinkan para praktisi medis (seperti dokter onkologi, radiografer
dan fisikakawan medis) maupun akademisi kesehatan untuk melakukan simulasi rekonstruksi
citra CT yang hampir menyerupai teknik visualisasi CT yang sebenarnya.
ABSTRACT
161
J D P, Volume 8, Nomor 3, November 2015: 161-170
buku maupun jurnal-jurnal bersifat abstrak dan Media dalam proses pembelajaran merujuk
pembelajaran yang dilakukan masih sebatas pada pada perantara atau pengantar sumber pesan dengan
penjelasan konsep yang abstrak dengan metode penerima pesan, merangsang pikiran, perasaan,
ceramah dan diskusi. Selain itu, alokasi waktu yang perhatian dan kemauan sehingga terdorong serta
diberikan sering kali lebih ditekankan pada terlibat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran
penggunaan perangkat CT-scan secara instan tanpa pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi,
pengetahuan lebih dalam mengenai proses sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran
pembentukan citra CT-scan yang menggunakan disebut media pembelajaran. Metode pembelajaran
persamaan matematika yang rumit. Akibatnya, banyak memegang peranan yang penting dalam proses
praktisi medis yang telah menjadi lulusan akademisi pembelajaran. Penggunaan media pendidikan,
kesehatan, lebih banyak memiliki pemahaman dan khususnya media visual dan simulasi dapat membantu
terlalu mengandalkan sistem komputasi CT-scan untuk pengajar dalam menyampaikan materi ajar.
mendapatkan citra tubuh manusia dibandingkan Penggunaan media pembelajaran dapat menghemat
pemahaman mendalam mengenai prinsip waktu persiapan mengajar, meningkatkan motivasi
pembentukan citra CT-scan itu sendiri. belajar dan mengurangi kesalahpahaman terhadap
Dari permasalahan tersebut diatas, penelitian penjelasan yang diberikan (Ali, 2004).
ini mencoba untuk memberikan salah satu alternatif Pengajar dapat memilih media yang bisa
solusi yaitu dengan menggunakan media pembelajaran diterima dengan mudah oleh siswa yang bertujuan
simulasi rekonstruksi pencitraan CT di dalam software untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan
Matlab. Media pemebelajaran ini memungkinkan matematika dengan cara melibatkan teknologi
akademisi kesehatan maupun praktisi medis untuk sekarang ini. Media pembelajaran yang berkualitas
merekonstruksi citra CT sesuai dengan prinsip dapat digunakan berulang-ulang sehingga biaya yang
pencitraan CT yang sebenarnya (yang digunakan di dikeluarkan untuk pembelajaran dapat lebih hemat.
klinik maupun di rumah sakit). Di samping itu, citra CT Media pembelajaran yang berkualitas adalah media
yang dihasilkan juga dapat diamati dan diperbaiki yang pengembangannya melalui proses seleksi,
kualitas citranya. Dengan demikian, pada akhirnya desain, produksi dan digunakan sebagai bagian
didapatkan citra CT yang menyerupai citra CT yang integral sistem instruksional (Heinrich dalam Ali,
sebenarnya. Melalui metode simulasi rekonstruksi citra 2004). Baik media audiovisual maupun komputer,
dapat menjadi salah satu solusi permasalahan tersebut. program pengajaran komputer dapat dikembangkan
Dengan metode simulasi konsep pencitraan CT yang pada kurikulum, sebagai contoh penerapannya dalam
hanya tergantung pada teknologi yang telah ada, dapat pembelajaran matematika adalah operasi aritmatika
dikembangkan sehingga dapat memudahkan para dan grafik (Hamalik dalam Mulyani, 2007). Namun
akademisi kesehatan maupun praktisi medis untuk demikian, belum banyak penelitian mengenai
terus mengembangkan penelitiannya dapat saling penggunaan media pembelajaran interaktif
berkolaborasi terkait dengan teknologi CT-scan. berbantuan komputer dalam proses pembelajaran
Sesuai dengan latar belakang tersebut maka formal di kelas.
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Dalam penerapannya, komputer sudah
bagaimana membuat program simulasi sebagai diprogram terlebih dahulu oleh programmer (pembuat
pembelajaran rekonstruksi citra CT yang inovatif. program). Pada umumnya program-program
Penelitian ini dibatasi hanya pada pembuatan dan komputer ini akan memberikan/menyediakan
simulasi listing program dengan menggunakan teknik beberapa informasi/teori sehingga peserta ajar dapat:
rekonstruksi citra yaitu inversi matriks, back projection mempelajarinya; memberikan respon atau tanggapan
dan filtered back projection. Penelitian ini diharapkan jika terdapat pertanyaan yang perlu dijawab siswa;
dapat menawarkan salah satu alternatif pembelajaran komputer kembali merespon/mengevaluasi terhadap
yang inovatif dengan simulasi teknik rekonstruksi citra jawaban siswa ataupun memberikan tambahan
CT informasi baru (Kartika, 2014).
Pada proses pembelajaran diperlukan media
Media Pembelajaran pembelajaran sebagai pencapaian hasil pembelajaran
yang maksimal. Pemanfaatan teknologi informasi
162
Gideon, Pembelajaran simulasi pencitraan CT dengan menggunakan prinsip rekonstruksi citra dalam software Matlab
berbasis komputer sebagai media pembelajaran sangat X. Data dalam bentuk sinyal-sinyal listrik tersebut
sesuai dengan hakikat standar proses pembelajaran. diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital
Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam
Pencitraan CT system computer dan diolah oleh computer.
Teknik rekonstruksi Tiga dimensi (3D) dari Kemudian, Data Acquistion System (DAS) melakukan
proyeksi obyek telah digunakan selama bertahun- pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau
tahun dalam pencitraan medis. Pada radiologi numerik.
konvensional seperti radiografi dan fluoroskopi, Data-data inilah yang merupakan informasi
menggunakan sistem pencitraan yang bersifat dua komputer dengan rumus matematika atau algoritma
dimensi, sehingga hanya dapat digunakan untuk yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi
pencitraan obyek dengan kontras tinggi, namun tidak tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa
demikian untuk kontras rendah seperti perbedaan irisan tomografi dari objek yang dikehendaki yaitu
antara berbagai jaringan lunak. Citra obyek yang saling dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari
tumpang tindih (overlapping) karena obyek adalah tiga kehitaman dan keputihan. Pada CT-Scanner
dimensi, sementara itu citra adalah dua dimensi mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari
(Dowsett & Johnston, 2006). Hal tersebut dapat suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number
mengaburkan perbedaan antar obyek yang memiliki (bilangan CT). Tulang memiliki nilai besaran bilangan
kontras rendah. Pencitraan dengan modalitas CT yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield
computed tomography (CT) memberikan Unit), dan udara mempunyai nilai bilangan CT yang
kemungkinan untuk memperbaiki pencitraan terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit),
konvensional tersebut. Keunggulan yang didapat dari sedangkan sebagai standar digunakan air yang
CT dibandingkan dengan pencitraan konvensional memiliki bilangan CT 0 HU. Nilai di atas merupakan
adalah perolehan citra penampang lintang tubuh yang nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor
dihasilkan berupa obyek yang tidak saling tumpang pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas suatu
tindih. Obyek lebih mudah dibedakan walaupun struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang
kontras yang diberikan relatif rendah. mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang
Pencitraan computed tomograpghy (CT) dari 10% maka dapat digunakan window width untuk
merupakan modalitas pencitraan yang dapat memperoleh rentang yang lebih luas.
memproduksi citra tampang lintang yang
menggambarkan karakteristik serapan sinar-X dalam Pengolahan Citra (Image Processing)
tubuh pasien (Wolsbarst, 2005; Bushberg dkk, 2002). Pengolahan citra merupakan proses
Tujuan utama pada pencitraan CT adalah untuk pengolahan data dan analisis citra yang banyak
menghasilkan gambaran secara serial dengan melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri
menggunakan metode tomografi dimana tiap-tiap data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk
gambaran berasal dari potongan-potongan pokok citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum
tomografi, gambaran yang tajam dan bebas didefinisikan sebagai pengolahan citra dua dimensi
superposisi dari kedua struktur di atas dan di dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas,
bawahnya. Computer Tomography Scanner (CT- pengolahan citra digital juga mencakup semua data
Scan) merupakan teknik pengambilan gambar dari dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata
suatu objek secara sectional aksial, koronal dan sagital maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu.
dimana berkas sinar mengitari objek (Dendy & Pengolahan citra adalah suatu metode yang digunakan
Heaton, 1999). untuk mengolah atau memanipulasi gambar dalam
Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, bentuk dua dimensi (Gonzalez, Woods & Eddins,
setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang 2009). Pengolahan citra adalah suatu bentuk
mempunyai sifat sangat sensitif dalam menangkap pengolahan atau pemrosesan sinyal dengan input
perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian berupa gambar (image) dan dapat ditransformasikan
mengubah sinar-X tersebut menjadi sinyal-sinyal listrik. menjadi gambar lain sebagai keluarannya dengan
Kemudian sinyal-sinyal listrik tersebut diperkuat oleh teknik tertentu. Pengolahan citra dilakukan untuk
Photomultiplier Tube (tabung pengganda foton) sinar- memperbaiki kesalahan data sinyal gambar yang
163
J D P, Volume 8, Nomor 3, November 2015: 161-170
terjadi akibat transmisi dan selama akuisisi sinyal, serta titik pada objek dipetakan menjadi proyeksi sinusoidal
untuk meningkatkan kualitas penampakan gambar (Gambar 3).
agar lebih mudah diinterpretasi oleh sistem
penglihatan manusia baik dengan melakukan
manipulasi dan juga analisis terhadap gambar.
Pengolahan citra dapat juga dikatakan sebagai segala
operasi untuk memperbaiki, menganalisis atau
mengubah suatu gambar. Konsep dasar pengolahan
suatu obyek pada gambar dengan menggunakan
pengolahan citra diambil dari kemampuan penglihatan
manusia yang selanjutnya dihubungkan dengan Gambar 3. Sinogram dari obyek
kemampuan otak manusia.
(𝑠𝑠, 𝜃𝜃) = ∑𝑖𝑖,𝑗𝑗 𝑊𝑊𝑖𝑖,𝑗𝑗 𝐴𝐴𝑖𝑖,𝑗𝑗 = 𝑊𝑊. 𝐴𝐴
Prinsip Rekonstruksi Inversi Matriks
Proyeksi tomografi dari obyek didapatkan Solusi dari Persamaan 2 adalah. W adalah faktor bobot
ketika berkas foton (sinar-X atau sinar gamma) (matrika pemberat) atau luas daerah pada pixel yang
melewati obyek. Obyek mempunyai karakteristik bersangkutan yang dilewati berkas foton. Sedangkan
seperti massa diam atau densitas spesifik yang A merupakan koefisien atenuasi pada pixel yang
memberikan efek resistan dan mengurangi intensitas bersangkutan.
dari berkas foton secara eksponensial (Gambar 1). Contoh sederhana dari perhitungan P(s,θ)
adalah sebagai berikut. Misal dengan jumlah pixel 4 x
4 dilewati oleh berkas foton seperti gambar di bawah
𝐼𝐼 = 𝐼𝐼0 exp �− ∫𝐿𝐿 𝑓𝑓(𝑥𝑥, 𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑� (1)
ini:
I0 1 1 1 1 I
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
164
Gideon, Pembelajaran simulasi pencitraan CT dengan menggunakan prinsip rekonstruksi citra dalam software Matlab
165
J D P, Volume 8, Nomor 3, November 2015: 161-170
166
Gideon, Pembelajaran simulasi pencitraan CT dengan menggunakan prinsip rekonstruksi citra dalam software Matlab
X1=reshape(X0,N,1);
P=A*X1;%Data proyeksi berdasar
image awal
%
%Menghitung rekonstruksi
X1R=A'*P;
XR=reshape(X1R,n,n);
%
%Tampilkan hasil reskonstruksi
figure;
subplot(1,2,1);imagesc(X0);title('
Citra Asli');
subplot(1,2,2);imagesc(XR);title('
Gambar 6. Ilustrasi faktor bobot Citra Hasil Rekonstruksi');
A(count1,1:N)=A1(1,1:N);
A0=zeros(n); Gambar 6. Contoh citra untuk daerah pelvis
end
end
m=count1; Bagian yang berwarna biru tua menunjukkan jaringan
save matrixproyeksi.amt A N n m tubuh yang terdiri atas air; biru muda menunjukkan
dtheta -mat dinding-dinding pelvis; kuning menunjukkan organ-
figure;imagesc(A) organ daerah pelvis berturut-turut dari atas ke bawah
yaitu: bladder, prostat, dan rectum; dan yang berwarna
Rekonstruksi Citra
Setelah citra dan faktor pemberat telah merah kecil adalah sel tumor. Bagian yang kiri adalah
dibuat, maka selanjutnya akan dilakukan rekonstruksi citra asli dari hasil algoritma program sedangkan
citra. Rekonstruksi tersebut merupakan contoh bagian kiri adalah citra yang telah diputar, di mana
simulasi dari CT-scan yang riil. Pertama kali dicoba maksudnya adalah untuk menghaluskan tepi dari citra
menggunakan rekonstruksi biasa (matriks invers).
Adapun algoritmanya adalah sebagai berikut: yang dihasilkan.
167
J D P, Volume 8, Nomor 3, November 2015: 161-170
load ('MyImage.dat','X0','-mat')
dtheta=1;
nD=round(180/dtheta+.5);
sizeX0=size(X0);
n=sizeX0(1);
bpB=zeros(n);
bpBF=zeros(n);
bpA=zeros(n);
L =-n:1:n;
H =(1/2)*sinc(L)-
(1/4)*(sinc(L/2)).^2;%Fungsi
filter h(=Filter Shepp-Logan)
for i=1:nD-1
theta=(i-1)*dtheta;
B=imrotate(X0,-
Gambar 7. Faktor bobot theta,'bilin','crop');%Rotation
sumB=sum(B);
Rekonstruksi Citra for j=1:n
Dengan menjalankan program algoritma yang telah bpB1(j,1:n)=sumB(1,1:n)/n;
%Back projection
dipaparkan dalam metode penelitian, dihasilkan
end
gambar sebagai berikut: tmp=conv(sumB,h); %Menghitung
konvolusi antara Proyeksi (sumB)
dan fungsi filter h
P1=tmp(n+1:2*n);%Hasil
konvolusi diambil elemen yang
paling tengah sebanyak n elemen
saja
for j=1:n
bpBF1(j,1:n)=P1(1,1:n)/n;
%Back projection hasil filter
end
bpB=bpB+imrotate(bpB1,-
theta,'bilin','crop');%Hasil
proyeksi tanpa filter digabung
dengan image sebelumnya
bpBF=bpBF+imrotate(bpBF1,-
theta,'bilin','crop');%Hasil
proyeksi dg filter digabung dengan
image sebelumnya
figure (1);
Gambar 8. Citra asli dan hasil rekonstruksi biasa subplot(1,3,1);imagesc(B);
title('Citra Asli (Yang
Dari gambar 8, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi Diputar)');
biasa belum menghasilkan citra yang sesuai dengan
subplot(1,3,2);imagesc(bpB);title(
citra asli dari obyek diperiksa. Tepi-tepi organ tidak
'Citra Back Projection');
dapat terlihat terutama dinding-dinding pelvis.
Berangkat dari hasil gambar 8, maka diperlukan subplot(1,3,3);imagesc(bpBF);title
rekonstruksi yang lebih baik yakni dengan teknik back ('Citra Filtered Back
Projection');
projection dan filtered back projection. Berikut adalah
algoritma program Matlab yang digunakan untuk end
menunjukkan sekaligus melakukan rekonstruksi
dengan teknik back projection dan filtered back
projection:
168
Gideon, Pembelajaran simulasi pencitraan CT dengan menggunakan prinsip rekonstruksi citra dalam software Matlab
169
J D P, Volume 8, Nomor 3, November 2015: 161-170
Widiarsono, T. (2005). Tutorial praktis belajar Matlab. Wolbarst, A.B. (2005). Physics of radiology. Madison,
Jakarta. Diakses pada tanggal 1 September Wisconsin: Medical Physics Publishing.
170