Askep Varicella
Askep Varicella
Askep Varicella
LILY.NEBANGKA
NIRM.1101071
SMESTER.V/B
TAHUN 2013/2014
Kata Pengantar
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana dengan
limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kelompok Kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa dan raganya
untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang benderang dan
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka berpegang dari
itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝
Wassalammualaikum Wr.Wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit cacar dalam bahasa medis disebut variola, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut small pox.
Penyakit yang disebabkan oleh virus poks (pox virus) ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu dan
sangat mudah menular. Gejala yang terjadi bagi yang terinfeksi adalah demam, dan muncul gelembung-
gelembung berisi nanah secara serentak di kulit daerah wajah, tangan, kaki, dan akhirnya seluruh tubuh.
Penyakit ini kerap berakibat fatal, terutama bila mengenai bayi atau lanjut usia. Bagi yang bisa sembuh
pun, akan memberikan bekas di kulit berupa bopeng-bopeng.
Untungnya, penyakit ini sudah tidak ada lagi dunia. Di abad 19, seluruh dunia berupaya memberantas
penyakit ini dengan imunisasi. Di wilayah Indonesia, imunisasi cacar telah dilakukan sejak tahun 1856,
oleh Pemerintahan Hindia, Belanda. Setelah proses yang panjang dan penuh kerja keras, akhirnya
penyakit ini tidak ditemukan lagi di Indonesia sejak tahun 1974 dan selanjutnya WHO menetapkan
Indonesia bebas dari cacar. Berkat kerjasama seluruh dunia, akhirnya tahun 1980 pun dunia dinyatakan
sudah bebas dari penyakit cacar.
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai ‘Herpes’ oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit
yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit
Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian
kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang
disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain ‘shingles’
adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan
hampir pada bagian seluruh tubuh.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
·
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
• Varisela adalah infeksi akut primer oleh Virus Varisela Zoster yang
menyerang kulit dan mukosa. Klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan
kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral. ( Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Fakultas Kedokteran UI )
• Varisela adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit
dan selaput lendir yang disebabkan oleh Virus Varisela. ( Ngasyiyah, 2000
)
• Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. ( Mawarti Harahap, 2000 )
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus Varisela Zoster. Penamaan virus ini
memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit
Varisela, sedangkan reaktivitasnya menyebabkan Herpes Zoster.
C. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung sekitar 8 – 12 hari. Gejala klinis
dimulai dengan gejala prodormal yaitu demam yang tidak terlalu tinggi,
cepat merasa lemah, lelah, lesu, tidak mau makan, pusing, kadang-kadang
sakit perut, sakit punggung, dan anoreksia. Kemudian disusul timbulnya
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan emben
(tear drops). Vesikel akan berubah menjadi
D. PATHOFISIOLOGI
Virus masuk ke dalam tubuh melaui mukosa traktur respiratorius bagian
atas/ orofaring yaitu virus berpindah dari satu orang ke orang lain melalui
percikan ludah yang berasal dari batuk/ bersin penderita dan diterbangkan
melalui udara dan kontak langsung melalui kulit yang terinfeksi.
Kemudian virus tersebut mengalami multiplikasi awal setempat dan virus
yang menyebar ke pembuluh darah dan saluran limfe (Viremia Primer).
Kemudian akan dimakan oleh sel-sel system retikuloendotial. Disini terjadi
replikasi virus lebih banyak lagi (pada periode inkubasi). Pada masa ini,
infeksi dihambat oleh imunitas non spesifik. Pada kebanyakan individu,
replikasi virus lebih menonjol atau lebih dominan dibandingkan imunitas
tubuhnya, sehingga dalam waktu 2 minggu setelah infeksi, terjadi viremia
yang lebih hebat (Viremia Sekunder). Hal ini menyebabkan panas dan
malaise, serta virus menyebar ke seluruh tubuh lewat aliran darah,
terutama di kulit dan membran mukosa.
E. EPIDEMIOLOGI
Dapat mengenai semua umur, termasuk neonatus tetapi tersering pada
anak atau masa anak-anak. Di Indonesia data mengenai penyakit varisela
ini hanya ada di beberapa rumah sakit, sedangkan data di Indonesia
secara menyeluruh belum ada.
F. KOMPLIKASI
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat
berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
• Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air
terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang
dewasa.
• Acute Cerebral Ataxia
Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi
pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot
yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan
berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat.
Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa
minggu atau bulan.
H. DIAGNOSIS BANDING
Varisela harus dibedakan dengan Variola. Pada Variola, penyakit lebih
berat, gambaran lesi monomorf dan penyebarannya sentripetal (dari
bagian akral tubuh baru ke badan)
I. PROGNOSIS
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan hygiene, prognosis
penyakit ini adalah baik.
J. PENCEGAHAN
1. Isolasi
Isolasi ketat di Rumah Sakit dilakukan sampai vesikek mengering.
2. Pemberian VIZG ( Varicella_Zooster Immune Globulin )
3. Pemberian vaksinasi
Yaitu live, attenuated varicella virus vaccine.
Vaksin ini diberikan pada anak usia diatas 12 bulan. Pada anak usia 12
bulan – 12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5
ml.
Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12-18 bulan. Pemberian
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain seperti
vaksinasi MMR (Measles Mumps_Rubella).
Sedangkan pada anak usia 13 tahun diberikan dosis 0,5 ml subkutan
dengan 2 dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu
K. PENGOBATAN
a. Pengobatan Simptomatik
- menghilangkan rasa gatal
- menurunkan panas
b. Menjaga Kebersihan
- terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk
- kebersihan pakaian
c. Pengobatan dengan Anti virus
- acyclovir digunakan secara oral maupun intravena.
- acyclovir oral yaitu tablet 800 mg/hr setiap 4 jam
- 7 sampai 10 hari diberi salep acyclovir 5%
- acyclovir intravena diberikan pada kasus dengan komplikasi berat
d. Setelah Masa Penyembuhan
- perawatan bekas luka dengan mengkonsumsi banyak air dan mineral,
vitamin C placebo atau yang alami seperti jus jambu biji, tomat dan anggur
- vitamin E untuk kelembaban kulit, missal minuman dari lidah buaya atau
rumput laut
- penggunaan lotion yang mengandung pelembab
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu ( pernah menderita penyakit sejenis )
3. Riwayat alergi kulit, reaksi alergi makanan, obat serta zat kimia dan
riwayat kanker kulit
4. Kaji kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membran mukosa, kulit
kepala dan kuku
5. kaji vital sign
6. kaji riwayat imunisasi
7. kaji nyeri
8. kaji nutrisi
9. Riwayat kesehatan sekarang ( pernah kontak dengan penderita sejenis,
adakah penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah dan beberapa
lama menderita, kapan gejala terasa. )
Dx 1 infeksi
NOC
• Klien dapat mengetahui tentang faktor resiko infeksi dan dapat
melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi
• Jumlah leukosit dalam batas normal
NIC
• Kaji tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan klien tanda tanda infeksi
• Tingkatkan intake nutrisi
• Berikan terapi antibiotik
• Pertahankan teknik asepsis
• Kaji kondisi luka kulit
Dx 2 Nyeri akut
NOC :
• Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk, untuk mengurangi nyeri mencari bantuan).
• Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
• Tanda vital dalam rentang normal.
NIC :
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
• Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan.
• Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
• Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
• Pilih rute pemberian secara intravena atau intramuscular untuk
pengobatan nyeri.
• Evaluasi aktivitas analgesic tanda dan gejala.
Dx 3 Hipertermi
NOC :
• Suhu tubuh dalam rentang normal.
• Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing serta pasien merasa
nyaman.
• Nadi dan RR dalam rentang normal.
NIC :
• Monitor suhu sesering mungkin.
• Monitor warna dan suhu kulit.
• Monitor tekanan darah, nadi dan RR
• Berikan antipiretik.
• Berikan intravena.
• Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
• Monitor intake dan output
NIC :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
• Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
• Monitor kulit akan adanya kemerahan.
• Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan.
• Monitor status nutrisi pasien
BAB III
KESIMPULAN
• Varisela adalah infeksi akut primer oleh Virus Varisela Zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Klinis terdaoat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi
di bagian sentral.
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Varisela Zoster. Penamaan virus ini memberi
pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit Varisela, sedangkan
reaktivitasnya menyebabkan Herpes Zoster.
• Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius
seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk
dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
• Perikarditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan
darah (beberapa macam purpura).
Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital,
sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
varisela congenital pada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, dkk. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta.
Graham, Robin, dkk. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Erlangga : Jakarta.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta.
Whaley & Wong’s. 2002. Nursing Care of Infants and Children. Mosby : America.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta.
www.indomedia.com
www.mafia.or.id
www.sehatgroup.com