Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN - ASET

2.1 LABA ANTARPERUSAHAAN

Berdasarkan PSAK 7 Tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-pihak berelasi,


mensyaratakan transaksi pihak-pihak berelasi meliputi entitas induk dan anak dilakukan
menurut ketentuan yang setara dengan yang berlaku dalam transaksi yang wajar. Transfer asset
mengharuskan pihak yang menerima mencatat asset itu sebesar nilai buku yang dicatat pihak
yang memberi. Laporan Konsolidasi memandang seluruh entitas dalam hubungan induk-anak
sebagai satu, sehingga setiap transaksi antar perusahaan harus di eliminasi. Jual-beli
antarperuusahaan merupakan salah satu transaksi yang harus dieliminasi dalam kerta kerja
konsolidasi. Dalam sudut pandang konsolidasi, jual-beli antarperusahaan dipandang sebagai
transfer atau pindah tangan saja. Prinsip “arms length transaction”juga harus diterapkan dalam
transaksi antara entitas induk dan anak. Dengan prinsip ini apabila entitas induk menjual barang
dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antara induk – anak harus sama dengan
harga jual kepada pihak eksternal. Untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi yang
menganggap induk – anak adalah satu, maka laba yg terjadi saat penjualan dianggap laba diri
sendiri sehingga harus di eliminasi.

Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak terbatas hanya akan
terealisasi apabila aset tetap tersebut telah berpindah tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi
melalui proses penjualan. Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas
dapat terealisasi dengan dua cara yaitu :
a. Pindah tangan kepihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).
b. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis. Laba

Antarperusahaan akan terealisasi selama terdapat aset entitas induk atau anak yang
berasal dari transaksi antarperusahaan. Apabila aset tersebut sudah tidak lagi dimiliki pihak
pembeli, laba antarperusahaan sudah terealisasi. Aset tetap yang sudah habis masa pakainya
secara akuntansi sudah bernilai nol, sekalipun secara fisik aset tersebut masih ada. Apabila nilai
buku aset tersebut telah nol, itu berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam
hubungan induk – anak melalui proses alamiah (penyusutan), sehingga laba perusahaan juga
sudah terealisasi secara alamiah.

2.2 LABA ANTARPERUSAHAAN & PENDAPATAN INVESTASI

Laba antarperusahaan tidak diakui untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi,


sehingga harus dieliminasi. Pendapatan investasi menurut metode ekuitas berasal dari laba
entitas anak.

1
Kesalahan dalam perhitungan laba entitas anak akan menyebabkan entitas induk
melakukan kesalahan dalam pencatatan pendapatan investasi yang memerlukan koreksi. Laba
antarperusahaan menyebabkan laba tercatat berlebih sehingga pendapatan investasi juga
dicatat terlalu besar dan harus dikoreksi sebagai berikut :

Pendapatan Investasi xxx


Investasi dalam Saham xxx

Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi karena pihak pembeli
dalam hubungan induk-anak telah menjual aset tersebut kepada pihak eksternal, maka laba
yang telah ditunda pada tahun lalu direalisasi. Entitas induk harus mengembalikan nilai
investasi yang telah dikurangi pada tahun lalu dengan jurnal penyesuaian (adjustment)
berikut :

Investasi dalam saham biasa xxx


Pendapatan Investasi xxx

Dampak laba antarperusahaan terhadap pendapatan investasi dan nilai investasi secara
detail dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendapatan investasi dan nilai investasi dalam saham berkurang


- Bila terdapat persediaan akhir yang berasal dari transaksi antarperusahaan
- Keuntungan penjualan aset tetap antarperusahaan tahun berjalan baik yang memiliki umur
ekonomis maupun tidak memiliki umur ekonomis.

b. Pendapatan investasi dan nilai investasi bertambah


- Bila terdapat persediaan awal antarperusahaan (penjualan tahun berjalan berasal dari
persediaan awal)
- Pada saat penjualan aset antarperusahaan yang tidak memiliki umur ekonomis kepada
pihak eksternal.
- Jika laba antarperusahaan diamortisasi untuk aset tetap antarperusahaan yang memiliki
umur ekonomis.

2.3 LABA ANTARPERUSAHAAN – PENJUALAN DOWNSTREAM & UPSTREAM

Koreksi atas pendapatan investasi harus dilakukan karena laba antarperusahaan


jumlahnya sama dengan dampak laba antarperusahaan terhadap pendapatan investas. Dampak
laba antarperusahaan atas pendapatan investasi berbeda antara penjualan downstream dan
penjualan upstream.

Laba antarperusahaan atas penjualan downstream menyebabkan entitas induk memiliki


laba laba atas aset antarperusahaan milik entitas anak. Misalkan PT. Indira memiliki 90%
saham biasa PT. Andika. Pada tahun 2012, PT. Andika mengumumkan laba sebesar Rp.

2
200.000.000,- dan terjadi penjualan antarperusahaan – downstream yang menghasilkan laba
antarperusahaan atas aset sebesar Rp. 40.000.000,-. Hingga tanggal laporan konsolidasi, aset
tersebut masih dimiliki pihak pembeli (PT. Andika).

Laba entitas induk sebesar Rp. 40.000.000,- dalam penjualan downstream ini
memerlukan koreksi karena aset antarperusahaan masih berada diperusahaan anak pada tanggal
laporan konsolidasi. Laba antarperusahaan ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya
dari pendapatan investasi karena laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi
pendapatan investasi dalam penjualan downstream merupakan laba antarperusahaan. Jurnal
penyesuaian (adjustment) entitas induk atas laba antarperusahaan ini adalah sebagai berikut :

Pendapatan investasi Rp. 40.000.000,-


Investasi Saham PT. Andika Rp. 40.000.000,-

Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah laba entitas anak atas aset
entitas induk. Laba antarperusahaan dari penjualan upstream akan mempengaruhi pendapatan
investasi sebesar persentase kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak, sehingga
pendapatan investasi harus dikoreksi sebesar :

Laba antarperusahaan x Persentase kepemilikan entitas induk

Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan berasal dari penjualan upstream,
pendapatan investasi dikoreksi sebesar Rp. 36.000.000,- (90% x Rp. 40.000.000,-). Laba
entitas anak (sebagai pihak penjual) mempengaruhi pendapatan investasi 90%, sehingga
koreksi laba antarperusahaan yang berasal dari entitas anak akan mengharuskan entitas induk
mengoreksi pendapatan investasi 90% dari laba antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai
berikut :

Pendapatan investasi Rp. 36.000.000,-


Investasi dalam saham PT. Andika Rp. 36.000.000,-

2.4 TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN – ASET DAN KERTAS KERJA


KONSOLIDASI

A. Transaksi Antarperusahaan – Barang Dagang dan Aset Tetap

Kertas kerja konsolidasi harus mengeliminasi setiap transaksi antarperusahaan dan


dampaknya sehingga laporan konsolidasi menggambarakan kesatuan entitas indukdan anak.
Transaksi aset antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun akun laporan keuangan entitas
induk dan akan dalam kertas kersa konsolidasi. Keterkaitan akun akun antarperusahaan itu
didasarkan pada jenis aset. Penjualan barang dagang bagi pihak penjual menimbulkan
akun “penjualan”, sedangkan bagi pihak pembeli menimbulkan akun “pembelian” jika
perusahaan menggunakan metode periodik, dan akun “persediaan” jika perusahaan

3
menggunakan metode perpetual. Penjualan aset tetap tidak dicatat sebagai penjualan melainkan
dengan pengkreditan akun “aset tetap”, sedangkan pembelian aset tetap dicatat dengan
menimbulkan akun “aset tetap” bagi pihak pembeli.
Karena perbedaan pencatatan transaksi jual beli barang dagang dan aset tetap,
pengeliminasian akun antarperusahaan juga berbeda bagi transaksi jual beli antar perusahaan
atas kedua jenis aset tersebut.

Barang Dagang

Jual beli barang menimbulkan akun “penjualan” bagi pihak penjual. Sementara itu, penjualan
kredit akan memunculkan piutang usaha yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Piutang Usaha xxx


Penjualan xxx

Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar persediaan dicatat
sebagai berikut :

Hpp xxx
Persediaan xxx

Sedangkan dari sisi pembeli, jual beli barang dagang memunculkan akun pembelian yang
dicatat dengan metode periodic sebagai berikut :

Pembelian xxx
Utang Usaha xxx

Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, pencatatannya adalah sebagai berikut :

Persediaan xxx
Utang Usaha xxx

Transaksi jual beli antarpersahaan menyebabkan keterkaitan akun akun perusahaan dalam
hubungan induk-anak :
1. Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika diterapkan metode
periodik)” atau “HPP (jika diterapkan metode perpetual)”

2. Akun “Utang usaha” dan akun “Piutang” atas penjualan – pembelian yang belum
dilunasi.

3. Laba antarperusahaan dan persediaan. Laba antarperusahaan atas persediaan pada akhir
tahun dieliminasi dengan mengurangi nilai persediaan pada harga pokoknya. Laba

4
penjualan akan mengecil jika HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi
dengan mendebet HPP.

Jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut :

HPP xxx
Persediaan xxx

C. Aset Tetap

Pihak yang melakukan penjualan aset akan mengkredit “aset” dan “keuntungan” serta
mendebet “kas” atau “piutang” dan “rugi penjualan” pada saat transaksi penjualan terjadi.
Pihak pembeli akan mendebet “aset” dalam pembukuannya dan
mengkredit“kas” atau “utang”.

Transaksi jual beli aset antarperusahaan menyebabkan aset tetap hasil penjualan
menjadi akun hubungan induk-anak. Keuntungan penjualan aset tetap dieliminasi dari laporan
laba-rugi pihak penjual dengan mengurangi nilai aset tetap pada harga pokoknya.

Aset Tetap yang tidak disusutkan

Contoh :

Terjadi penjualan downstream tanah antara PT. Indah dengan PT. Andi, yaitu
perusahaan anak yang dikuasai 80%, pada tanggal 1 Maret 2012 dengan harga penjualan Rp.
500.000.000,- dimana harga pokoknya bagi PT. Andi adalah Rp 400.000.000,-. Pencatatan PT.
Indah pada tanggal 1 Maret 2012 adalah ssebagai berikut :
Kas Rp 500.000.000,-
Tanah Rp 400.000.000,-
Keuntungan Rp 100.000.000,-

PT. Andi akan melakukan pencatatan pada tanggal 1 Maret 2012 sebagai berikut:

Tanah Rp 500.000.000,-
Kas Rp 500.000.000,-

Laporan keuangan individu PT. Andi yang berakhir 31 Desember 2012 mencatat tanah senilai
Rp 500.000.000,- sedangkan dalam laporan keuangan PT. Indah terdapat keuntungan sebesar
Rp 100.000.000,- Kertas kerja konsolidasi harus mengeliminasi keuntungan sebesar Rp
100.000.000,- tersebut dengan mengurangi nilai tanah menjadi sebesar harga pokoknya bagi
pihak penjual, yaitu dengan jurnal eliminasi sebagai berikut :

5
Keuntungan Rp 100.000.000,-
Tanah Rp 100.000.000,-

Aset Tetap yang Memiliki Umur Ekonomis

Aset yang memiliki umur ekonomi akan mengalami penyusutan, sehingga dalam
jangka panjang waktu tertentu nilai bukunya akan menjadi nol atau terhapus dari neraca
sekalipun aset tersebut tidak dijual. Jadi, transaksi aset antarperusahaan yang memiliki umur
ekonomis hanya akan mempengaruhi kertas kerja konsolidasi maksimum selama umur
ekonomis aset tersebut, jika tidak dijual kepada pihak eksternal sebelum umur ekonomisnya
habis.

Contoh :
Pada tanggal 1 Juli 2013 terjadi transaksi penjulaan downstream atas peralatan seharga
Rp 600.000.000,- antara PT. Impal dan PT. Abia, yaitu perusahaan anak yang sahamnya
dikuasai 90% oleh PT. Impal, dimana harga pokoknya bagi pihak penjual adalah Rp
450.000.000,- .

Aset tetap tersebut masih memiliki umur ekonomis 6 tahun, dan disusutkan dengan
metode garis lurus. Dalam penyusutan kertas kerja konsolidasi per 31 Desember 2013,
eliminasi dilakukan sebagai berikut :

Keuntungan Rp 150.000.000,-
Peralatan Rp 150.000.000,-

Keuntungan penjualan sebesar Rp 150.000.000,- yang melekat dalam peralatan pada


neraca pihak pembeli menyebabkan penyusutan per tahun tercatat terlalu besar Rp
150.000.000,- / 6 tahun = Rp 25.000.000,- atas transaksi aset antarperusahaan tersebut. Karna
konsolidasi memandang transaksi aset antarperusahaan sebagai transfer aset, maka harus
dilakukan koreksi penyusutan sebesar Rp 25.000.000,- per tahun. Jadi kertas kerja konsolidasi
harus mengurangi akumulasi penyusutan Rp 25.000.000,-/tahun. Untuk tahun 2013, koreksi
akumulasi penyusutan Rp 12.500.000,-untuk setengah tahun karena transaksi jual-beli
dilakukan pada pertengahan tahun dengan jurnal :

Akumulasi penyusutan Rp 12.500.000,-


Beban penyusutan Rp 12.500.000,-

Dalam penyusunan kertas kerja per 31 Desember 2014, beban penyusutan harus
dikoreksi satu tahun penuh sebesar Rp 25.000.000,- dengan jurnal :

6
Akumulasi penyusutan Rp 25.000.000,-
Beban penyusutan Rp 25.000.000,-

Selain koreksi beban penyusutan, kertas kerja tahun 2014 juga harus mengoreksi laba
antarperusahaan yang terdapat dalam peralatan. Laba antarperusahaan telah teramortisasi
sebesar Rp 12.500.000,- pada tahun lalu, sehingga laba antarperusahaan kini bersaldo Rp
137.500.000,- .

Laba antarperusahaan yang ditunda ini menyebabkan catatan investasi entitas induk lebih kecil,
sehingga harus dikoreksi pada nilai peralatan pada jurnal :

Investasi dalam saham Rp 137.500.000,-


Akumulasi penyusutan Rp 12.500.000,-
Peralatan Rp 150.000.000,-

Pada tahun – tahun berikutnya, laba antarperusahaan akan terus diamortisasi hingga
mencapai nol ketika umur ekonomisnya habis, seperti tabel diatas. Jurnal eliminasi pada kertas
kerja per 31 Desember 2016 adalah :

Akumulasi penyusutan Rp 25.000.000,-


Beban penyusutan Rp 25.000.000,-

Investasi dalam saham Rp 87.500.000,-


Akumulasi penyusutan Rp 62.500.000,-
Peralatan Rp 150.000.000,-

2.5 CONTOH KASUS MENYELURUH

Penyusunan Kertas Kerja Konsolidasi

Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai dampak transaksi


antarperusahaan, berikut ini disajikan contoh aplikasi transaksi antarperusahaan dalam
penjualan downstream dan upstream atas barang dagang serta aset tetap.

Sebagai contoh, PT Lucia mengakuisisi 90% saham PT Angelica pada tanggal 31


Desember 2012. Kekayaan PT Angelica pada tanggal tersebut:

Modal Saham Rp 400.000.000.000,-


Agio Saham Rp 100.000.000.000,-
Laba Ditahan Rp 80.000.000.000,-
Total kekayaan pemegang saham Rp 580.000.000.000,-

7
Akuisisi dilakukan dengan total harga perolehan Rp 531.000.000.000,- atas 90% dari
harga yang wajar. Selsih harga perolehan dan nilai buku disebabkan oleh goodwill. Penurunan
nilai (impairment) goodwill terjadi 20% pada tahun 2014.
Hubungan induk-anak antara PT. Lucia dan PT. Angelica terjadi sejak tangggal 31
Desember 2012. Harga akuisisi yang wajar atas kekayaan PT. Angelica adalah Rp
531.000.000.000,- / 90%, yakni Rp 590.000.000.000,- Harga akuisisi tersebut menimbulkan
Goodwill sebesar Rp 10.000.000.000,- yang dialokasikan ke entitas induk 90% atau Rp
9.000.000.000,- . Nilai buku yang diperoleh pada tanggal akuisisi sebesar persentase
kepemilikan yakni 90% x Rp 580.000.000.000,- = Rp 522.000.000.000,-

Laporan Keuangan
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (000)
Laporan Laba-Rugi PT Lucia PT Angelica

Penjualan 1.400.000.000 500.000.000


Keuntungan penjual tanah ˉ 5.000.000
Pendapatan dari PT Angelica ?
HPP (350.000.000) (300.000.000)
Beban Penyusutan (760.000.000) (40.000.000)
Beban Operasi lainnya (69.400.000) (65.000.000)
Laba Bersih ? 100.000.000
Laba ditahan 1 Januari 2014 150.000.000 100.000.000
Deviden (160.000.000) (80.000.000)
Laba ditahan 31/12/2014 ? 120.000.000
Kas 69.900.000 80.000.000
Piutang 140.000.000 70.000.000
Persediaan 90.000.000 50.000.000
Tanah dan bangunan 370.000.000 450.000.000
Peralatan 170.000.000 140.000.000
Akumulasi penyusutan (40.000.000) (50.000.000)
Investasi saham PT Angelica ? -
Total Aktiva ? 740.000.000
Utang usaha 250.000.000 120.000.000
Modal saham 800.000.000 400.000.000
Agio saham 100.000.000
Laba ditahan ? 120.000.000
Total Pasiva / kewajiban ? 740.000.000

Penurunan nilai Goodwill baru terjadi pada tahun 2014 sebesar 20% atau Rp
2.000.000.000,- yang dialokasikan ke entitas induk Rp 1.800.000.000,- .
Pendapatan investasi PT. Lucia tahun 2014 dipengaruhi oleh Goodwill yang diimpair
Rp 2.000.000.000,- serta laba antarperusahaan dalam persediaan awal dan akhir atas penjualan

8
downstream, keuntungan penjualan tanah upstream, dan realisasi laba antarperusahaan atas
peralatan yang transaksinya terjadi pada tahun lalu.

Laba perusahaan yang ditangguhkan terdapat dalam persediaan akhir, tanah dan
peralatan, tetapi laba antarperusahaan dalam peralatan telah teramortisasi 2 tahun sehingga
nilainya berkurang karena telah terealisasi. Nilai investasi PT. Lucia dalam saham PT. Angelica
per 31 Desember 2014 :

Akun & transaksi eliminasi :


 Investasi
 Akun investasi dielimiasi dengan ekuitas entitas anak
 Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan muncul kepentingan nonpengendali
 Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus diperhitungkan dalam konsolidasi (nilai wajar
yang dikonsolidasi)
 Goodwill muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan nilai wajar
 Akun => Utang – Piutangyang muncul antara anak dan induk harus dieliminasi
 Transaksi => Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi kepada pihak ketiga, transaksi
anak dan induk harus dieliminasi
 Persediaan
 Penjualan dan harga pokok penjualan
 Jika barang belum terjual makalaba yang belum direalisasi harus
dikurangkan dari nilai inventory dan mempengaruhi laba yang telah diakui.
 Aset tetap
 Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui keuntungan/kerugian dari transaksi tersebut
 Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi
 Nilai penyusutan => disesuaikan
 Obligasi
 Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak eksternal.
 Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi

Jurnal eliminasi dibuat sebagai berikut :


1. Eliminasi atas pendapatan investasi (induk) dan laba yang dibagi anak

Pendapatan investasi 78.600.000.000


Dividen 72.000.000.000
Investasi dalam saham 6.600.000.000

2. Alokasi laba kepentingan nonpengendali. Laba kepentingan nonpengendali dipengaruhi


oleh keuntungan penjualan upstream tanah sebesar Rp 5.000.000.000,- yang harus
ditangguhkan, dan realisasi laba antarperusahaan Rp 1.000.000.000,- dari penjualan upstream
tahun lalu. Laba kepentingan nonpengendali adalah :
Jurnal alokasi laba kepentingan nonpengendali adalah sebagai berikut :

9
Laba kepentingan nonpengendali 9.400.000.000
Dividen 8.000.000.000
Kepentingan nonpengendali 1.400.000.000

3. Eliminasi saldo awal. Nilai Investasi per 01/01/2014 adalah Rp 532.700.000.000,- tetapi
nilai ini disesuaikan dengan dampak realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal
sebesar Rp 10.000.000.000,- pada jurnal eliminasi dan laba antarperusahaan dalam peralatan
sebesar Rp 6.300.000.000,- yang meningkatkan saldo
investasi sehingga nilai investasi yang harus dieliminasi berjumlah
Rp 549.000.000.000,-

Modal Saham 400.000.000.000,-


Agio Saham 100.000.000.000,-
Laba ditahan 100.000.000.000,-
Goodwill 10.000.000.000,-
Investasi dalam saham biasa 549.000.000.000,-
Kepentingan nonpengendali 61.000.000.000,-

4. Penurunan nilai goodwill pada tahun 2014 sebesar Rp 2.000.000.000,-

Beban operasi 2.000.000.000,-


Goodwill 2.000.000.000,-

5. Penjualan antarperusahaan sebesar Rp 400.000.000.000,-

Penjualan 400.000.000.000,-
HPP 400.000.000.000,-

6. Utang-piutang usaha antarperusahaan sebesar Rp 100.000.000.000,-

Utang usaha 100.000.000.000,-


Piutang usaha 100.000.000.000,-

7. Realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal sebesar Rp 10.000.000.000,- (40%


x Rp 25.000.000.000,-)

Investasi dalam saham 10.000.000.000,-


HPP 10.000.000.000,-

8. Pengeliminasian laba antarperusahaan dalam persediaan akhir sebesar Rp


16.000.000.000,- (40% x Rp 40.000.000.000,-)

HPP 16.000.000.000,-

10
Persediaan 16.000.000.000,-

9. Laba antarperusahaan dalam tanah atas penjualan upstream tahun berjalan sebesar Rp
5.000.000.000,-

Keuntungan penjualan tanah 5.000.000.000,-


Tanah 5.000.000.000,-

10. Pengembalian nilai investasi akibat laba antarperusahaan sebesar Rp 6.300.000.000,-dan


kepentingan nonpengendali Rp 700.000.000,- akibat laba antarperusahaan tahun lalu atas
peralatan sebesar Rp 8.000.000.000,- yang telah terealisasi Rp 1.000.000.000,-

Akumulasi penyusutan 1.000.000.000,-


Investasi dalam saham 6.300.000.000,-
Kepentingan nonpengendali 700.000.000,-
Peralatan 8.000.000.000,-

11. Amortisasi laba antarperusahaan dalam peralatan sebesar Rp 8.000.000.000,- / 8


tahun

Akumulasi penyusutan 1.000.000.000,-


Beban penyusutan 1.000.000.000,-

Kertas Kerja laporan konsolidasi PT Lucia dan PT Angelica tahun 2014 disajikan setelah jurnal
eliminasi dan dibuat sebagai berikut:

Kertas Kerja Konsolidasi


PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (dalam ribuan)

11
Laporan Laba Rugi PT Lucia PT Eliminasi Konsolidasi
Angelica
Penjualan 1.400.000 500.000 400.000 1.500.000
Keuntungan penjualan tanah 5.000 5.000
Pendapatan PT Angelica 78.600 78.600
HPP (350.000) (300.000) 16.000 400.000 (256.000)
10.000
Beban Penyusutan (760.000) (40.000) 1.000 (799.000)
Beban operasi lainnya (68.400) (65.000) 2.000 (135.000)
Laba kep nonpengendali 9.400 (9.400)
Laba bersih 300.200 100.000 300.200
Laba ditahan 1/1/2014 150.000 100.000 100.000 150.000
Deviden (160.000) (80.000) 80.000 (160.000)
Laba ditahan 31/12/2014 290.200 120.000 290.200
Kas 70.900 80.000 149.900
Piutang 140.000 70.000 100.000 110.000
Persediaan 90.000 50.000 16.000 124.000
Tanah dan bangunan 370.000 450.000 5.000 815.000
Perlatan 170.000 140.000 8.000 302.000
Akumulasi penyusutan (40.000) (50.000) 2.000 (88.000)
Investasi saham PT Angelica 539.300 - 10.000 6.600
6.300 549.000
Goodwill 10.000 2.000 8.000
Total Aktiva 1.340.200 740.000 1.420.900
Utang usaha 250.000 120.000 100.000 270.000
Modal saham 800.000 400.000 400.000 800.000
Agio saham 100.000 100.000
Laba ditahan 290.200 120.000 290.200
Kepentingan nonpengendali 700 1.400
61.000 60.700

Total Pasiva 1.340.200 740.000 1.240.000 1.240.000 1.420.900

DAFTAR PUSTAKA

Karyawati Golrida, 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi IFRS, Penerbit Erlangga :
Jakarta

12
Drebin Allan R., 1999. Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan), Penerbit
Erlangga : Jakarta

Sumber Website :

??
Tunggu entar aku kirim link nya ji

NB
Tolong liat ada yg typo terus liat ada kerangka penulisan yang ga sesuai missal ada yg
mereng2
Check ya ji

13

Anda mungkin juga menyukai