Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak terbatas hanya akan
terealisasi apabila aset tetap tersebut telah berpindah tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi
melalui proses penjualan. Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas
dapat terealisasi dengan dua cara yaitu :
a. Pindah tangan kepihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).
b. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis. Laba
Antarperusahaan akan terealisasi selama terdapat aset entitas induk atau anak yang
berasal dari transaksi antarperusahaan. Apabila aset tersebut sudah tidak lagi dimiliki pihak
pembeli, laba antarperusahaan sudah terealisasi. Aset tetap yang sudah habis masa pakainya
secara akuntansi sudah bernilai nol, sekalipun secara fisik aset tersebut masih ada. Apabila nilai
buku aset tersebut telah nol, itu berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam
hubungan induk – anak melalui proses alamiah (penyusutan), sehingga laba perusahaan juga
sudah terealisasi secara alamiah.
1
Kesalahan dalam perhitungan laba entitas anak akan menyebabkan entitas induk
melakukan kesalahan dalam pencatatan pendapatan investasi yang memerlukan koreksi. Laba
antarperusahaan menyebabkan laba tercatat berlebih sehingga pendapatan investasi juga
dicatat terlalu besar dan harus dikoreksi sebagai berikut :
Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi karena pihak pembeli
dalam hubungan induk-anak telah menjual aset tersebut kepada pihak eksternal, maka laba
yang telah ditunda pada tahun lalu direalisasi. Entitas induk harus mengembalikan nilai
investasi yang telah dikurangi pada tahun lalu dengan jurnal penyesuaian (adjustment)
berikut :
Dampak laba antarperusahaan terhadap pendapatan investasi dan nilai investasi secara
detail dijelaskan sebagai berikut :
2
200.000.000,- dan terjadi penjualan antarperusahaan – downstream yang menghasilkan laba
antarperusahaan atas aset sebesar Rp. 40.000.000,-. Hingga tanggal laporan konsolidasi, aset
tersebut masih dimiliki pihak pembeli (PT. Andika).
Laba entitas induk sebesar Rp. 40.000.000,- dalam penjualan downstream ini
memerlukan koreksi karena aset antarperusahaan masih berada diperusahaan anak pada tanggal
laporan konsolidasi. Laba antarperusahaan ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya
dari pendapatan investasi karena laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi
pendapatan investasi dalam penjualan downstream merupakan laba antarperusahaan. Jurnal
penyesuaian (adjustment) entitas induk atas laba antarperusahaan ini adalah sebagai berikut :
Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah laba entitas anak atas aset
entitas induk. Laba antarperusahaan dari penjualan upstream akan mempengaruhi pendapatan
investasi sebesar persentase kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak, sehingga
pendapatan investasi harus dikoreksi sebesar :
Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan berasal dari penjualan upstream,
pendapatan investasi dikoreksi sebesar Rp. 36.000.000,- (90% x Rp. 40.000.000,-). Laba
entitas anak (sebagai pihak penjual) mempengaruhi pendapatan investasi 90%, sehingga
koreksi laba antarperusahaan yang berasal dari entitas anak akan mengharuskan entitas induk
mengoreksi pendapatan investasi 90% dari laba antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai
berikut :
3
menggunakan metode perpetual. Penjualan aset tetap tidak dicatat sebagai penjualan melainkan
dengan pengkreditan akun “aset tetap”, sedangkan pembelian aset tetap dicatat dengan
menimbulkan akun “aset tetap” bagi pihak pembeli.
Karena perbedaan pencatatan transaksi jual beli barang dagang dan aset tetap,
pengeliminasian akun antarperusahaan juga berbeda bagi transaksi jual beli antar perusahaan
atas kedua jenis aset tersebut.
Barang Dagang
Jual beli barang menimbulkan akun “penjualan” bagi pihak penjual. Sementara itu, penjualan
kredit akan memunculkan piutang usaha yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar persediaan dicatat
sebagai berikut :
Hpp xxx
Persediaan xxx
Sedangkan dari sisi pembeli, jual beli barang dagang memunculkan akun pembelian yang
dicatat dengan metode periodic sebagai berikut :
Pembelian xxx
Utang Usaha xxx
Persediaan xxx
Utang Usaha xxx
Transaksi jual beli antarpersahaan menyebabkan keterkaitan akun akun perusahaan dalam
hubungan induk-anak :
1. Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika diterapkan metode
periodik)” atau “HPP (jika diterapkan metode perpetual)”
2. Akun “Utang usaha” dan akun “Piutang” atas penjualan – pembelian yang belum
dilunasi.
3. Laba antarperusahaan dan persediaan. Laba antarperusahaan atas persediaan pada akhir
tahun dieliminasi dengan mengurangi nilai persediaan pada harga pokoknya. Laba
4
penjualan akan mengecil jika HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi
dengan mendebet HPP.
HPP xxx
Persediaan xxx
C. Aset Tetap
Pihak yang melakukan penjualan aset akan mengkredit “aset” dan “keuntungan” serta
mendebet “kas” atau “piutang” dan “rugi penjualan” pada saat transaksi penjualan terjadi.
Pihak pembeli akan mendebet “aset” dalam pembukuannya dan
mengkredit“kas” atau “utang”.
Transaksi jual beli aset antarperusahaan menyebabkan aset tetap hasil penjualan
menjadi akun hubungan induk-anak. Keuntungan penjualan aset tetap dieliminasi dari laporan
laba-rugi pihak penjual dengan mengurangi nilai aset tetap pada harga pokoknya.
Contoh :
Terjadi penjualan downstream tanah antara PT. Indah dengan PT. Andi, yaitu
perusahaan anak yang dikuasai 80%, pada tanggal 1 Maret 2012 dengan harga penjualan Rp.
500.000.000,- dimana harga pokoknya bagi PT. Andi adalah Rp 400.000.000,-. Pencatatan PT.
Indah pada tanggal 1 Maret 2012 adalah ssebagai berikut :
Kas Rp 500.000.000,-
Tanah Rp 400.000.000,-
Keuntungan Rp 100.000.000,-
PT. Andi akan melakukan pencatatan pada tanggal 1 Maret 2012 sebagai berikut:
Tanah Rp 500.000.000,-
Kas Rp 500.000.000,-
Laporan keuangan individu PT. Andi yang berakhir 31 Desember 2012 mencatat tanah senilai
Rp 500.000.000,- sedangkan dalam laporan keuangan PT. Indah terdapat keuntungan sebesar
Rp 100.000.000,- Kertas kerja konsolidasi harus mengeliminasi keuntungan sebesar Rp
100.000.000,- tersebut dengan mengurangi nilai tanah menjadi sebesar harga pokoknya bagi
pihak penjual, yaitu dengan jurnal eliminasi sebagai berikut :
5
Keuntungan Rp 100.000.000,-
Tanah Rp 100.000.000,-
Aset yang memiliki umur ekonomi akan mengalami penyusutan, sehingga dalam
jangka panjang waktu tertentu nilai bukunya akan menjadi nol atau terhapus dari neraca
sekalipun aset tersebut tidak dijual. Jadi, transaksi aset antarperusahaan yang memiliki umur
ekonomis hanya akan mempengaruhi kertas kerja konsolidasi maksimum selama umur
ekonomis aset tersebut, jika tidak dijual kepada pihak eksternal sebelum umur ekonomisnya
habis.
Contoh :
Pada tanggal 1 Juli 2013 terjadi transaksi penjulaan downstream atas peralatan seharga
Rp 600.000.000,- antara PT. Impal dan PT. Abia, yaitu perusahaan anak yang sahamnya
dikuasai 90% oleh PT. Impal, dimana harga pokoknya bagi pihak penjual adalah Rp
450.000.000,- .
Aset tetap tersebut masih memiliki umur ekonomis 6 tahun, dan disusutkan dengan
metode garis lurus. Dalam penyusutan kertas kerja konsolidasi per 31 Desember 2013,
eliminasi dilakukan sebagai berikut :
Keuntungan Rp 150.000.000,-
Peralatan Rp 150.000.000,-
Dalam penyusunan kertas kerja per 31 Desember 2014, beban penyusutan harus
dikoreksi satu tahun penuh sebesar Rp 25.000.000,- dengan jurnal :
6
Akumulasi penyusutan Rp 25.000.000,-
Beban penyusutan Rp 25.000.000,-
Selain koreksi beban penyusutan, kertas kerja tahun 2014 juga harus mengoreksi laba
antarperusahaan yang terdapat dalam peralatan. Laba antarperusahaan telah teramortisasi
sebesar Rp 12.500.000,- pada tahun lalu, sehingga laba antarperusahaan kini bersaldo Rp
137.500.000,- .
Laba antarperusahaan yang ditunda ini menyebabkan catatan investasi entitas induk lebih kecil,
sehingga harus dikoreksi pada nilai peralatan pada jurnal :
Pada tahun – tahun berikutnya, laba antarperusahaan akan terus diamortisasi hingga
mencapai nol ketika umur ekonomisnya habis, seperti tabel diatas. Jurnal eliminasi pada kertas
kerja per 31 Desember 2016 adalah :
7
Akuisisi dilakukan dengan total harga perolehan Rp 531.000.000.000,- atas 90% dari
harga yang wajar. Selsih harga perolehan dan nilai buku disebabkan oleh goodwill. Penurunan
nilai (impairment) goodwill terjadi 20% pada tahun 2014.
Hubungan induk-anak antara PT. Lucia dan PT. Angelica terjadi sejak tangggal 31
Desember 2012. Harga akuisisi yang wajar atas kekayaan PT. Angelica adalah Rp
531.000.000.000,- / 90%, yakni Rp 590.000.000.000,- Harga akuisisi tersebut menimbulkan
Goodwill sebesar Rp 10.000.000.000,- yang dialokasikan ke entitas induk 90% atau Rp
9.000.000.000,- . Nilai buku yang diperoleh pada tanggal akuisisi sebesar persentase
kepemilikan yakni 90% x Rp 580.000.000.000,- = Rp 522.000.000.000,-
Laporan Keuangan
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (000)
Laporan Laba-Rugi PT Lucia PT Angelica
Penurunan nilai Goodwill baru terjadi pada tahun 2014 sebesar 20% atau Rp
2.000.000.000,- yang dialokasikan ke entitas induk Rp 1.800.000.000,- .
Pendapatan investasi PT. Lucia tahun 2014 dipengaruhi oleh Goodwill yang diimpair
Rp 2.000.000.000,- serta laba antarperusahaan dalam persediaan awal dan akhir atas penjualan
8
downstream, keuntungan penjualan tanah upstream, dan realisasi laba antarperusahaan atas
peralatan yang transaksinya terjadi pada tahun lalu.
Laba perusahaan yang ditangguhkan terdapat dalam persediaan akhir, tanah dan
peralatan, tetapi laba antarperusahaan dalam peralatan telah teramortisasi 2 tahun sehingga
nilainya berkurang karena telah terealisasi. Nilai investasi PT. Lucia dalam saham PT. Angelica
per 31 Desember 2014 :
9
Laba kepentingan nonpengendali 9.400.000.000
Dividen 8.000.000.000
Kepentingan nonpengendali 1.400.000.000
3. Eliminasi saldo awal. Nilai Investasi per 01/01/2014 adalah Rp 532.700.000.000,- tetapi
nilai ini disesuaikan dengan dampak realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal
sebesar Rp 10.000.000.000,- pada jurnal eliminasi dan laba antarperusahaan dalam peralatan
sebesar Rp 6.300.000.000,- yang meningkatkan saldo
investasi sehingga nilai investasi yang harus dieliminasi berjumlah
Rp 549.000.000.000,-
Penjualan 400.000.000.000,-
HPP 400.000.000.000,-
HPP 16.000.000.000,-
10
Persediaan 16.000.000.000,-
9. Laba antarperusahaan dalam tanah atas penjualan upstream tahun berjalan sebesar Rp
5.000.000.000,-
Kertas Kerja laporan konsolidasi PT Lucia dan PT Angelica tahun 2014 disajikan setelah jurnal
eliminasi dan dibuat sebagai berikut:
11
Laporan Laba Rugi PT Lucia PT Eliminasi Konsolidasi
Angelica
Penjualan 1.400.000 500.000 400.000 1.500.000
Keuntungan penjualan tanah 5.000 5.000
Pendapatan PT Angelica 78.600 78.600
HPP (350.000) (300.000) 16.000 400.000 (256.000)
10.000
Beban Penyusutan (760.000) (40.000) 1.000 (799.000)
Beban operasi lainnya (68.400) (65.000) 2.000 (135.000)
Laba kep nonpengendali 9.400 (9.400)
Laba bersih 300.200 100.000 300.200
Laba ditahan 1/1/2014 150.000 100.000 100.000 150.000
Deviden (160.000) (80.000) 80.000 (160.000)
Laba ditahan 31/12/2014 290.200 120.000 290.200
Kas 70.900 80.000 149.900
Piutang 140.000 70.000 100.000 110.000
Persediaan 90.000 50.000 16.000 124.000
Tanah dan bangunan 370.000 450.000 5.000 815.000
Perlatan 170.000 140.000 8.000 302.000
Akumulasi penyusutan (40.000) (50.000) 2.000 (88.000)
Investasi saham PT Angelica 539.300 - 10.000 6.600
6.300 549.000
Goodwill 10.000 2.000 8.000
Total Aktiva 1.340.200 740.000 1.420.900
Utang usaha 250.000 120.000 100.000 270.000
Modal saham 800.000 400.000 400.000 800.000
Agio saham 100.000 100.000
Laba ditahan 290.200 120.000 290.200
Kepentingan nonpengendali 700 1.400
61.000 60.700
DAFTAR PUSTAKA
Karyawati Golrida, 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi IFRS, Penerbit Erlangga :
Jakarta
12
Drebin Allan R., 1999. Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan), Penerbit
Erlangga : Jakarta
Sumber Website :
??
Tunggu entar aku kirim link nya ji
NB
Tolong liat ada yg typo terus liat ada kerangka penulisan yang ga sesuai missal ada yg
mereng2
Check ya ji
13