Anda di halaman 1dari 2

Kecukupan Bukti

Kecukupan bukti adalah ukuan kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang resiko kesalahan penyajian material
dan juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti terutama diukur dengan
ukuran sampel yang dipilih auditor. Beberapa faktor menentukan ketepatan ukuran sampel
audit, dua yang terpenting ialah ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektifitas
pengendalian internal dalam organisasi klien.

Hubungan antara Resiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit


Dalam memahami hubungan antara resiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit,
perlu diingat bahwa tugas auditor ialah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat
dan cukup. Ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan reliabilitas bukti, sedangkan kecukupan
berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak” bukti yang haus dikumpulkan. Baik ketepatan
dan kecukupan dipengaruhi oleh resiko yang ada pada klien (yaitu profil resiko inheren dan
resiko pengendalian).
Dalam keadaan bagaimanapun, auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan
kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang beresiko tinggi
menjadi lebih sulit, misalnya karena sistem akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti
yang kurang relevan dan kurang bisa dipercaya. Oleh kaena itu, auditor perlu mencari bukti
pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber di luar klien. Dalam hal kecukupan, klien
beresiko tinggi menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih
banyak.

Sumber Bukti Audit


Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga resiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan:
a) Pengetahuan tentang klien yang bisa diperoleh dari audit tahun lalu, analisis resiko
klien, dan analisis penerimaan menjadi klien;
b) Informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim auditor sendiri dengan
menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis;
c) Sistem akuntansi, diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan
transaksi-transaksi;
d) Kualitas pengendalian internal, yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas rancangan
dan pengoperasian pengendalian internal.

Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit


Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilih
dari delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa mendapatkan
satu atau lebih tipe bukti berikut:
1) Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeiksaan atas catatan atau dokumen baik internal
maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan
fisik atas suatu aset. Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit
dengan beragam tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumbernya, serta
efektifitas pengendalian atas penyusunan catatan dan dokumen tersebut.
Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen
dari catatan-catatan klien yang berisi informasi yang dituangkan ke dalam laporan
keuangan. Dokumen dapat dikelompokkan menjadi dokumen internal dan dokumen
eksternal. Dokumen internal dibuat dan digunakan dalam organisasi klien dan
selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain, sedangkan dokumen
eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak
dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi sekarang berada di tangan klien atau
tersedia untuk diakses. Hal yang penting bagi auditor adalah memastikan bahwa
dokumen bisa dipercaya, entah itu dokumen internal atau eksternal.
2) Observasi
Obsevasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau posedur yang
dilakukan oleh orang lain, sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan
persediaan yang dilakukan oleh pesonel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan
aktivitas pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu
proses atau prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat
observasi dilaksanakan. Oleh karena itu, hasil observasi biasanya diikuti dengan
mencari bukti pendukung yang lain.
3) Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh audtor sebagai
respon langsung tertulis dari pihak ketiga dalam bentuk kertas, atau secara elektronik,
atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan selanjutnya klien minta kepada
pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada auditor. Agar menjadi bukti yang
bisa dipercaya, konfirmasi harus diawasi oleh auditor, sejak dari saat pembuatan
hingga saat diterima jawaban.
4) Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan
yang telah dilakukan klien. Sebagian besar rekalkulasi dilakukan auditor dengan
bantuan perangkat lunak komputer untuk pengauditan (computer assisted audit
software).
5) Pelaksanaan Kembali (Reperformance)
Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas
prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai
bagian dari akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Berbeda dengan
penghitungan ulang yang dilakukan dengan cara mengecek ulang suatu perhitungan,
pelaksanaan kembali dilakukan dengan mengecek prosedur lain.

Anda mungkin juga menyukai