Anda di halaman 1dari 38

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

si
Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus permohonan pernyataan pailit pada tingkat
kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:

do
gu PT. DELPHIA PRIMA JAYA, diwakili oleh Direksi/ Direktur Utama
Willy Widjaja yang berkedudukan di Jalan Raya Jemursari Nomor

In
A
97, Surabaya, dalam hal ini memberi kuasa kepada WARDOJO,
S.H., JUDHA SASMITA, S.H., M.H., DIDIT WICAKSONO, S.H.,
ah

lik
M.H., dan AMROZI SURYA PUTRA, S.H., Para Advokat, dari
Kantor Hukum/Advokat WARDOJO & Rekan, beralamat Jalan
Ketintang Nomor 205, Surabaya, berdasarkan Surat Kuasa
am

ub
Khusus tanggal 12 Oktober 2012, sebagai Pemohon kasasi dahulu
Pemohon Pailit;
ep
terhadap
k
ah

PT. IGLAS (Persero), diwakili oleh Direksi/ Direktur Utama Ir. H.


R

si
AGUS ANDIYANI berkedudukan di Jalan Ngagel Nomor 153,
Surabaya, Jawa Timur, sekarang beralamat di Jalan Kapten

ne
ng

Darmosugondo, Segoromadu, Gresik 61153, dalam hal ini


memberi kuasa kepada ADIYONO WIJAYANTO, SH. Advokat,

do
gu

beralamat di Perum Cerme Indah, Jalan Strawbery Blok O – 137


Cerme, Gresik berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23
Oktober 2012, sebagai Termohon kasasi dahulu Termohon Pailit;
In
A

Mahkamah Agung tersebut:


Membaca surat - surat yang bersangkutan;
ah

lik

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang


Pemohon kasasi dahulu sebagai Pemohon pailit telah mengajukan permohonan
m

ub

pernyataan pailit di depan persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan


Negeri Surabaya, pada pokoknya sebagai berikut:
ka

Dalam Pokok Perkara:


ep

I. Pendahuluan:
ah

1. Bahwa antara Pemohon dengan Termohon telah terikat dalam


R

Perjanjian Perdamaian, yang telah disahkan (dihomologasi) oleh


es

Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Putusan Perdamaian


M

ng

Pengadilan Niaga Surabaya tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397 K/


on

Hal. 1 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor 01/Pailitl2009/PN-Niaga.Sby;

si
2. Bahwa dalam Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga Surabaya
tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor

ne
ng
01/Pailit/ 2009/PN-Niaga.Sby. tersebut, Termohon berkewajiban untuk
membayar utang kepada 67 (enam puluh tujuh) Kreditor Konkuren
sebesar Rp1 miliar per bulan secara pro - rata, yang dalam proposal

do
gu usulan perdamaian yaitu berasal dari penyisihan laba usaha Termohon
sebesar Rp3 miliar per bulan;

In
A
3. Bahwa ternyata dalam memenuhi isi putusan perdamaian yang telah di-
homologasi tersebut telah lalai, tidak melaksanakan isi perdamaian
ah

lik
dengan baik dan benar. Faktanya Termohon tidak melakukan
pembayaran kepada sebagaian besar Kreditornya, khusus untuk
Pemohon, berdasarkan Putusan Perdamaian tersebut di atas,
am

ub
Termohon berkewajiban untuk membayar kepada Pemohon
Rp1.819.397,37 per bulan, namun demikian ternyata sejak bulan
ep
Pebruari 2012 sampai permohonan ini diajukan, Termohon TIDAK LAGI
k

MEMBAYAR KEWAJIBAN kepada Pemohon;


ah

4. Bahwa usulan rencana perdamaian tersebut yang mengajukan adalah


R

si
Termohon, usulan Termohon dimaksud telah disepakati oleh Para
Kreditor termasuk Pemohon, jika kemudian faktanya Termohon tidak

ne
ng

memenuhi isi perjanjian perdamaian sebagaimana mestinya maka usulan


perdamaian tersebut adalah bukti bahwa Termohon telah merekayasa

do
gu

dan membuat akal-akalan untuk maksud mengulur-ulur waktu


pembayaran kewajibannya kepada Para kreditur. Termohon yang lalai
karena tidak melaksanakan isi putusan perdamaian tersebut adalah
In
A

suatu bukti bahwa Termohon selaku Debitor layak untuk dinyatakan pailit
kembali, agar segera dapat dilakukan pemberesan dan pengurusan
ah

lik

terhadap asset-assetnya untuk membayar utang-utangnya kepada


pemohon dan Para Kreditur lainnya;
m

ub

5. Bahwa Pemohon telah pula berulang kali mengingatkan Termohon agar


segera memenuhi kewajibannya sejak bulan Pebruari 2012. Awalnya
ka

Termohon masih bersedia menerima telpon dari Pemohon, dengan


ep

berbagai alasan minta untuk menunda pembayaran kewajiban, dan


ah

Pemohon dengan iktikad baik telah memberikan kesempatan kepada


R

Termohon, namun demikian sejak bulan Mei 2012 Termohon tidak lagi
es

dapat dihubungi, dan tidak melakukan pembayaran kepada Pemohon


M

ng

sejak Pebruari 2012 sampai permohonan ini diajukan. Dengan demikian


on

Hal. 2 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
maka Termohon selaku Debitor telah melanggar kesepakatan

si
perdamaian yang telah di-homologasi tersebut. Kelalaian Termohon
selaku Debitor berkali-kali sejak bulan Pebruari 2012 kepada Pemohon

ne
ng
tersebut adalah suatu bukti bahwa gugatan pembatalan perdamaian ini
patut dikabulkan untuk seluruhnya;
6. Bahwa ternyata kelalaian Termohon terhadap pembayaran kewajiban

do
gu atas Putusan Perdamaian tersebut, juga dilakukan Termohon terhadap
Kreditor - Kreditor lainnya, dengan demikian maka suatu fakta bahwa

In
A
Termohon selaku Debitor telah wanprestasi dan tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban pembayaran kesepakatan dalam Putusan
ah

lik
Surabaya tanggal 13 Januari Nomor 01/Pailitl2009/PN-Niaga.Sby.,
Kreditor yang pada intinya dikarenakan kesulitan keuangan Termohon
tersebut, maka kepailitan adalah mekanisme penyelesaian utang-piutang
am

ub
yang sah menurut hukum yang dapat menjadi jalan keluar yang terbaik;
7. Bahwa bilamana merujuk pada Usulan Perdamaian yang telah disahkan
ep
menjadi perdamaian, Termohon telah berhasil meyakinkan Para Kreditor,
k

termasuk Pemohon, bahwa seolah-olah Termohon akan mendapatkan


ah

bantuan keuangan dari PT. PPA, apabila benar maka seharusnya


R

si
segala kewajiban Termohon selaku Debitor kepada Para Kreditor
sudah lunas sejak tanggal 10 Oktober 2010, tetapi kenyataannya hingga

ne
ng

saat ini belum ada kejelasan realisasi usulan pembayaran pelunasan dari
bantuan PT. PPA tersebut kepada Pemohon dan Para Kreditur lainnya;

do
gu

8. Bahwa usulan perdamaian Termohon sebagaimana suratnya tanggal 10


November 2009 Nomor 0822/Q-11-2009 yang telah disahkan menjadi
perdamaian, secara keseluruhan faktanya tidak terbukti berjalan sesuai
In
A

dengan kenyataan yang ada, sehingga rekayasa dan akal-akalan Debitur


semakin terbukti dalam perdamaian tersebut;
ah

lik

9. Bahwa dengan kenyataan tersebut maka Termohon sudah tidak lagi


memungkinkan untuk melanjutkan usaha (going concern) dikarenakan
m

ub

ternyata Termohon hingga saat ini masih kesulitan cash flow, pada hal
kalau melihat dari usulan perdamaian yang disampaikan dahulu,
ka

Termohon menyatakan memiliki peluang bisnis yang bagus ke depannya


ep

karena permintaan komoditi botol sangat besar dengan menguasai 30%


ah

market di Indonesia tetapi kenyataannya semua itu adalah kebohongan


R

yang tidak ada realisasinya;


es

10. Bahwa oleh karena kelalain pembayaran Termohon telah dilakukan


M

ng

terhadap sebagian besar Kreditor dan Termohon telah menutup diri


on

Hal. 3 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
maka tidak ada alasan hukum lagi untuk menunda kepailitan

si
Termohon yang telah membawa kerugian terhadap pemohon dan Para
kreditornya selama bertahun-tahun ini;

ne
ng
II. Kewenangan Pengadilan Niaga Surabaya Dalam Memeriksa, Mengadili
Dan Memutus Perkara In Casu:
11. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor

do
gu 37 Tahun 2004 yang menentukan: "Putusan atas permohonan
pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atau diatur dalam

In
A
Undang-Undang ini diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor";
ah

lik
12. Bahwa dengan demikian, Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri
Surabaya memiliki kewenangan absolut dan relatif untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara in casu dikarenakan domisili Termohon
am

ub
berada di wilayah hukum Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri
Surabaya;
ep
III. Legal Standing Pemohon (P.T. Delphia Prima Jaya) Dalam Mengajukan
k

Permohonan/Tuntutan Pembatalan Putusan Perdamaian Dalam Perkara


ah

In Casu:
R

si
13. Bahwa pemohon (P.T. Delphia Prima Jaya) adalah salah satu dari
67 (enam puluh tujuh) Kreditor Konkuren dari Termohon yang telah

ne
ng

mencocokkan piutang dan tagihannya dalam rapat verifikasi tanggal 16


Desember 2009 ketika Terrnohon/P.T. IGLAS (Persero) telah dinyatakan

do
gu

PAILlT, tanpa ada sanggahan dari Termohon;


14. Bahwa dikarenakan Pemohon memiliki hubungan hukum dan
kepentingan hukum terhadap pelaksanaan putusan perdamaian in casu,
In
A

terutama tentang janji Termohon selaku Debitor untuk melunasi


segala kewajibannya kepada Pemohon dan Para Kreditor, Termohon
ah

lik

seolah-olah pasti akan mendapat bantuan keuangan dari PT. PPA


pada bulan Juni 2010 sebesar Rp33.480.000.000,00 dan pada bulan
m

ub

September 2010 sebesar Rp13.210.000.000,00, kalaupun terdapat


pergeseran jadwal tetapi hingga saat ini faktanya tidak ada realisasinya.
ka

Dan kewajiban pembayaran utang Termohon kepada Pemohon (dan


ep

sebagian besar Kreditor), dari kewajiban pembayaran Termohon sebesar


ah

Rp1.000.000.000,00/bulan pun tidak dilaksanakan sejak bulan Pebruari


R

2012. Dengan demikian Termohon terbukti telah lalai/wanprestasi


es

terhadap Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga Surabaya tanggal 13


M

ng

Januari 2010 Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN-


on

Hal. 4 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Niaga.Sby.;

si
15. Bahwa oleh karena Termohon merupakan perseroan yang modalnya
terbagi atas saham, bertujuan untuk mencari keuntungan dan tidak

ne
ng
secara langsung hasil produksinya untuk kepentingan publik, lain
halnya seperti Perum Bulog, P.T. Perusahaan Listrik Negara (PLN),
DAMRI (Perum), Perusahaan Percetakan Negara, dan lain sebagainya

do
gu yang mana perusahaan tersebut modalnya tidak terbagi atas saham
dan usahanya langsung bersentuhan dengan kepentingan publik,

In
A
maka dengan demikian permohonan kepailitan terhadap Termohon
tidak memerlukan persetujuan dan/atau ijin dari Menteri Keuangan
ah

lik
atau Menteri BUMN;
16. Bahwa selain itu, memperhatikan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
am

ub
(BUMN) yang menentukan bahwa "Modal BUMN merupakan dan berasal
dari kekayaan Negara YANG DIPISAHKAN', sedangkan dalam
ep
penjelasan Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa "Yang dimaksud dengan
k

DIPISAHKAN adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran


ah

Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal


R

si
negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya
tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja

ne
ng

Negara namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-


prinsip perusahaan yang sehat;

do
gu

IV. Permohonan/Tuntutan Pembatalan Atas Putusan Perdamaian


Tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor
01/Pailit/2009/PN-Niaga.Sby., Oleh Sebab Termohon Telah Melanggar
In
A

Putusan Perdamaian Tersebut Mempunyai Akibat Hukum Pernyataan


Paillt Terhadap PT. IGLAS (Persero):
ah

lik

17. Bahwa dalam permohonan/tuntutan pembatalan perdamaian ini,


Pemohon (Kreditor) memohonkan agar Termohon dinyatakan dalam
m

ub

keadaan pailit dengan segala akibat hukum-nya;


18. Bahwa adapun dasar utama yang menjadi dasar dan alasan pemohon
ka

mengajukan permohonan/tuntutan pembatalan perdamaian in casu


ep

adalah oleh karena Termohon telah lalai (wanprestasi) dalam


ah

memenuhi pelaksanaan Perjanjian Perdamaian terhadap Pemohon


R

dan Para Kreditornya, sehingga Pemohon tidak memperoleh hak


es

pembayaran kewajiban utang Termohon terhadap Pemohon sesuai


M

ng

kesepakatan yang tertuang dalam Putusan Perdamaian tanggal 13


on

Hal. 5 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Januari 2010 Perkara Register Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo.

si
01/Pailit/2009/PN-Niaga.Sby.yang sudah dijadwalkan pembayarannya
oleh Termohon sendiri;

ne
ng
19. Bahwa kelalaian Termohon melakukan pembayaran kewajiban sesuai
jumlah dan jadwal yang telah ditetentukan Termohon sendiri dalam
Putusan Perdamaian dimaksud adalah merupakan alasan yang sah

do
gu dan utama agar gugatan Pembatalan Perdamaian (perkara in casu)
haruslah dikabulkan Majelis Hakim untuk seluruhnya sesuai ketentuan

In
A
Pasal 170 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004;
20. Bahwa ketentuan Pasal 170 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37
ah

lik
Tahun 2004 menentukan: "Pengadilan berwenang memberikan
kelonggaran kepada debitor untuk memenuhi kewaiibannya paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah putusan pemberian kelonggaran
am

ub
diucapkan", sehingga dalam perkara in casu, kiranya sejak Majelis
Hakim memberikan kesempatan/kelonggaran kepada Termohon
ep
selaku Debitur untuk membayar kewajibannya kepada segenap Para
k

Kreditor nya. Oleh karena pemohon sudah tidak percaya dengan sikap
ah

ingkar janji, iktikad buruk dan kelalaian yang disengaja oleh


R

si
Termohon;
V. Termohon/P.T. IGLAS (Persero) Adalah Bumn Yang Kekayaannya

ne
ng

Terpisah Dengan Kekayaan Negara Karena Berbentuk Perseroan


Terbatas:

do
gu

21. Bahwa salah satu karakteristik BUMN Perseroan adalah terdapat


pemisahan harta kekayaan antara harta kekayaan perseroan dengan
harta kekayaan negara dikarenakan perseroan adalah badan hukum
In
A

yang mandiri dan memiliki hak dan kewajiban sebagai subjek hukum;
22. Bahwa menurut pendapat Arifin P. Soeria Atmadja (Tim Pakar Hukum
ah

lik

Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI) dalam bukunya


yang berjudul "Gagasan dan Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum
m

ub

Nasional, Volume 11, 2003 halaman 62, menyatakan bahwa "implikasi


hukum yang ditimbulkan terhadap kekayaan negara yang dipisahkan
ka

dalam bentuk penyertaan modal pemerintah pada suatu persero tidak


ep

dapat dikatakan sebagai keuangan publik lagi. Status hukum keuangan


ah

publik tersebut saat menjadi saham pada Persero tidak lagi merupakan
R

keuangan publik yang tunduk pada Undang Undang Keuangan Negara


es

dan Undang Undang Perbendaharaan Negara. Status hukum keuangan


M

ng

publik (kekayaan negara yang dipisahkan dalam bentuk saham) telah


on

Hal. 6 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
berubah menjadi uang Persero yang tunduk pada KUH Perdata dan

si
Undang Undang Perseroan Terbatas";
23. Bahwa dengan demikian, Termohon sebagai BUMN yang berbentuk

ne
ng
Persero merupakan badan hukum dan subjek hukum, yang
kekayaannya terpisah dan tidak tunduk pada sistem APBN, Keuangan
Negara dan atau ketentuan Perbendaharaan Negara. Kekayaan Negara

do
gu yang dipisahkan menjadi permodalan Termohon adalah sebagai
inbreng perseroan, terpisah dengan harta kekayaan Negara cq.

In
A
Pemerintah cq. Menteri Keuangan, dengan demikian maka harta
kekayaan Termohon tunduk pada ketentuan tentang Perseroan
ah

lik
Terbatas;
24. Bahwa hal tersebut dikuatkan pula dengan terbitnya Akta Tanggal 12
Agustus 2008, Nomor 5, yang dibuat di hadapan Notaris Soeprayitno,
am

ub
S.H., Surabaya tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa Tentang Perubahan Anggaran Dasar PT.
ep
Perusahaan Perseroan Industri Gelas (Persero)/PT. IGLAS (Persero),
k

ternyata dalam akta tersebut dinyatakan bahwa maksud dan tujuan


ah

didirikannya Perseroan PT.lglas (Persero) adalah untuk mendapatkan


R

si
keuntungan dan menundukkan diri pada prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas;

ne
ng

25. Bahwa menurut pendapat Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeni,S.H.


(Guru Besar Hukum Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga

do
gu

Surabaya) dalam bukunya berjudul:"HUKUM KEPAILlTAN


Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan",
In
A

2009, Penerbit: PT. Pusaka Utama Grafiti, Jakarta, halaman 125-126


dinyatakan bahwa "Menurut Penjelasan Pasal 2 avat (5) UUK-PKPU,
ah

lik

yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara vang bergerak


dibidang kepentingan Publik adalah BUMN yang seluruh modalnya
m

ub

dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham. BUMN yang


dimaksud, misalnya Pertamina, PLN, PT. KAI, dan Jasa Marga".
ka

26. Bahwa faktanya, modal Termohon tidak secara keseluruhan dimiliki


ep

oleh Negara, karena sebagaian dimiliki oleh PT. BNI '46 Tbk. yang
ah

berarti dimiliki oleh umum. Maka jelas modal Termohon terbagi atas
R

saham dan bidang usahanya bergerak dibidang produksi botol yang


es

bukan merupakan kepentingan publik (atau tidak menguasai hajat hidup


M

ng

orang banyak), sehingga tunduk pada karakteristik perseroan terbatas


on

Hal. 7 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagaimana Undang-Undang Nomor Tahun 2007 dan dapat diajukan

si
permohonan pailit oleh Para Kreditornya tanpa ijin/persetujuan Menteri
yang terkait;

ne
ng
27. Bahwa konsep dan karakteristik pemisahan kekayaan negara atas
saham-saham yang ada pada persero BUMN telah dijelaskan dan
ditegaskan pula pada Fatwa Mahkamah Agung Republik Indonesia

do
gu Nomor WKMA/Yud./20/III/2006 tanggal 16 Agustus 2006, yang ditanda-
tangani oleh Mariana Sutandi, S.H. (Wakil Ketua Mahkamah Agung RI)

In
A
atas permintaan fatwa dari Menteri Keuangan RI Sri Mulyani tentang
"Pemisahan kekayaan Negara yang pada intinya bahwa kerugian
ah

lik
BUMN atas bisnisnya yang dijalankan tidak dapat diartikan kerugian
keuangan Negara karena sudah terpisah dengan kekayaan
Negara";
am

ub
28. Bahwa mengutip pendapat Adrian Sutedi, S.H., M.H. dalam bukunya
yang berjudul: "HUKUM KEUANGAN NEGARA", 2010, Penerbit: Sinar
ep
Grafika, Jakarta, halaman 49, dinyatakan bahwa "Pada sisi lain, Pasal
k

11 Undang-Undang BUMN menvebutkan pengelolaan BUMN Persero


ah

dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007


R

si
tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannva. Berarti,
Undang-Undang PT sesuai dengan asas lex specialis derograt lex

ne
ng

generalis yang berlaku bagi BUMN Persero. Dengan demikian, jika


terjadi kerugian di suatu BUMN Persero, maka kerugian tersebut bukan

do
gu

merupakan kerugian keuangan negara melainkan kerugian perusahaan


atau lazim juga disebut resiko bisnis sebagai badan hukum privat;
29. Bahwa mengutip pendapat Dr. Andriani Nurdin, S.H., M.H. (Mantan
In
A

Ketua Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat) dalam


bukunya yang berjudul:"KEPAILlTAN BUMN PERSERO Berdasarkan
ah

lik

Asas Kepastian Hukum", 2012, Penerbit: PT. ALUMNI, Bandung,


halaman 288, menyatakan bahwa "Penulis berpendapat, pertama-tama
m

ub

bahwa dari sejak pendiriannya PT. IGLAS (Persero) dari namanya dan
dinyatakan dalam anggaran dasarnya, berkeinginan untuk membangun
ka

suatu badan hukum berbentuk PT Persero yang tunduk pada ketentuan


ep

UUPT. Bahwa dengan status PT sebagai badan hukum, sejak saat itu
ah

hukum memperlakukan pemilik/pemegang saham dan pengurus/direksi,


R

terpisah dari PT itu sendiri yang dikenal dengan istilah separate legal
es

personality, yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. Implikasinya,


M

ng

pemegang saham tidak mempunyai kepentingan dalam kekayaan PT.


on

Hal. 8 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sehingga juga tidak bertanggung jawab atas utang-utang perusahaan

si
atau PT”;
30. Bahwa ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

ne
ng
tentang BUMN menentukan: "Terhadap Persero berlaku segala ketentuan
dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 (diubah Undang-

do
gu Undang Nomor 40 Tahun 2007) tentang Perseroan Terbatas",
sehingga prinsip dan karakteristik perseroan terbatas berlaku dan

In
A
mengikat Termohon P.T. IGLAS (Persero) sebagai subjek hukum
mandiri yang memiliki kekayaan tersendiri dan terpisah dengan harta
ah

lik
kekayaan pemegang saham sehingga dapat diajukan permohonan
pernyataan pailit tanpa persetujuan/ijin dari Menteri yang terkait
berdasarkan ketentuan Pasal 170 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37
am

ub
Tahun 2004;
VI. Sita Umum Terhadap Harta Kekayaan Debitur Paillt (Pt. IGLAS
ep
(Persero) Adalah Sah Menurut Hukum Karena Bukan Kekayaan
k

Negara:
ah

31. Bahwa pemahaman tentang harta kekayaan negara dan harta


R

si
kekayaan negara yang dipisahkan menjadi saham BUMN (persero)
harus dicermati dengan saksama, karena terdapat banyak

ne
ng

perbedaannya. Harta kekayaan negara apabila sudah dipisahkan


menjadi saham BUMN Persero maka bukan lagi merupakan harta

do
gu

kekayaan negara, oleh karena harta kekayaan negara tersebut telah


menjadi saham atau modal persero, maka dalam hal ini Negara cq.
Pemerintah cq. Menteri Keuangan selaku pemegang saham telah
In
A

menundukkan diri pada ketentuan Perseroan Terbatas dimaksud


dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang telah diubah
ah

lik

dengan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007. Maka terhadap


Termohon selaku persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip
m

ub

yang berlaku bagi perseroan terbatas;


32. Bahwa harta kekayaan negara apabila telah menjadi saham atau
ka

modal persero bukan lagi merupakan harta kekayaan negara adalah


ep

sesuai dengan pendapat Dr. Andriani Nurdin, S.H., M.H. (Mantan


ah

Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat)


R

dalam bukunya yang berjudul "KEPAILlTAN BUMN PERSERO


es

Berdasarkan Asas Kepastian Hukum", 2012, Penerbit: PT. ALUMNI,


M

ng

Bandung, halaman 271, dinyatakan bahwa "Selanjutnya,


on

Hal. 9 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pertimbangan Majelis Hakim Kasasi mengklasifikasikan kekayaan

si
PT.DI (Persero) sebagai kekayaan negara sehingga tidak dapat
dilakukan sita sebagaimana ditentukan Pasal 50 UUPN. Pertimbangan

ne
ng
ini sehubungan dengan ketentuan apabila debitor dinyatakan pailit
maka harta kekayaan debitor pailit berada dalam sita umum. Sikap
Majelis Hakim kasasi ini INKONSISTEN terhadap Fatwa Mahkamah

do
gu Agung Nomor: WKMA/Yud/VII/2006 yang menyatakan bahwa
kekayaan negara yang telah dipisahkan dalam BUMN bukan

In
A
merupakan kekayaan negara. Pertimbangan Majelis kasasi ini
menimbulkan banyak kritikan baik dari kalangan praktisi hukum
ah

lik
maupun kalangan akademisi;
33. Bahwa kembali lagi menurut pendapat Arifin P. Soeria Atmadja (Tim
Pakar Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI) dalam
am

ub
bukunya yang berjudul "Gagasan dan Pemikiran tentang
Pembaharuan Hukum Nasional", pemisahan kekayaan negara yang
ep
dipisahkan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah pada suatu
k

persero. maka mengakibatkan putusnya keuangan yang ditanamkan


ah

dalam perseroan terbatas sebagai keuangan negara, sehingga


R

si
berubah status hukumnya menjadi keuangan perseroan terbatas,
karena telah menjadi transformasi hukum dari keuangan publik

ne
ng

menjadi keuangan privat;


34. Bahwa berdasarkan kedudukan BUMN Persero sebagai badan hukum

do
gu

privat, Pasal 50 Undang Undang tentang Perbendaharaan Negara


yang menentukan tentang larangan penyitaan terhadap barang-
barang milik negara/daerah atau yang dikuasai oleh negara/daerah,
In
A

TIDAK BERLAKU terhadap BUMN Persero;


35. Bahwa oleh karena itu, bilamana terjadi kepailitan terhadap BUMN
ah

lik

(persero) maka demi hukum harta kekayaan BUMN (persero) akan


terbebani sita umum, yaitu terhadap barang-barang bergerak
m

ub

maupun yang tidak bergerak. Dan faktanya, pendapat tentang harta


kekayaan BUMN (persero) adalah harta kekayaan negara dan tidak
ka

dapat dilakukan sita umum tersebut ternyata tidak didukung aleh


ep

peraturan perundang-undangan. Tidak ada satupun ketentuan


ah

manapun bahwa dalam kepailitan suatu BUMN (persera) harta


R

kekayaan BUMN (persero) dilarang untuk dibebani sita umum atau


es

dijadikan harta pailit;


M

ng

36. Bahwa masalah sita umum dan inventaris/pencatatan harta pailit


on

Hal. 10 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adalah tugas Kurator pasca putusan kepailitan, sehingga dalam

si
gugatan ini tidak diuraikan lebih lanjut;
VI. Putusan Peninjauan Kembali Nomor 111 Pk/Pdt.Sus/2009

ne
ng
Tanggal 24 April 2010 Yang Menyatakan Permohonan Paillt
Ditolak, Tidak Mengikat Dan Harus Dikesampingkan Karena
Melanggar Asas-Asas Hukum Perdata, Dan Ketika Perkara

do
gu Peninjauan Kembali Tersebut Diputuskan, P.T. IGLAS (Persero)
Sudah Tidak Sedang Dalam Keadaan Pallit, Oleh Karena Sudah

In
A
Terdapat Putusan Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo.
01/Pailit/2009/Pn-Niaga.Sby. Tanggal 13 Januari 2010, Yang
ah

lik
Terlebih Dahulu Diputuskan Dan Telah Berkekuatan Hukum
Tetap:
37. Bahwa sepanjang tidak bertentangan dengan hukum acara kepailitan
am

ub
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004,
maka hukum acara dan asas-asas hukum perdata pada HIR maupun
ep
KUH Perdata tetap mengikat dan berlaku, yahni sejalan dengan asas
k

"lex Specialis derogat legi generalis" yaitu hukum yang khusus


ah

mengalahkan hukum yang umum;


R

si
38. Bahwa dengan demikian, apabila dalam perkara putusan perdamaian
in. casu, yang masuk dalam lingkup perdata khusus, maka

ne
ng

perdamaian dari Para pihak (Debitor dan Para Kreditor ) yang telah
dihomologasi adalah merupakan putusan tertinggi dari Para pihak,

do
gu

sekalipun dibandingkan dengan Putusan Mahkamah Agung ditingkat


Peninjauan Kembali sekalipun;
39. Bahwa bilamana dalam perkara kepailitan Termohon terdapat
In
A

perdamaian maka sepututnya segala upaya hukum terhenti, dan


Pengadilan (Mahkamah Agung) juga harus menghentikan
ah

lik

pemeriksaan sengketa yang diajukan kepadanya, oleh karena Para


pihak yang bersengketa telah bersepakat untuk berdamai. Namun
m

ub

dalam Perkara in casu ternyata didapati Mahkamah Agung dalam


tingkat peninjauan kembali tetap memutus suatu perkara yang telah
ka

terjadi perdamaian, sehingga demi hukum putusan tersebut patut


ep

diabaikan dan tidak memiliki kekuatan mengikat dan eksekutorial


ah

karena melanggar asas-asas hukum perdata;


R

40. Bahwa permohonan PK sepatutnya tidak diputus karena Para


es

pihaknya telah berdamai adalah sesuai dengan pendapat Prof. Dr


M

ng

on

Hal. 11 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sutan Remy Sjahdeini, S.H. (Guru Besar Universitas Indonesia dan

si
Universitas Airlangga Surabaya) dalam bukunya berjudul: "HUKUM
KEPAILlTAN: Memahami Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

ne
ng
Tentang Kepailitan". 2009. Penerbit: PT.Pusaka Utama Grafiti. Jakarta.
halaman 415 yang menyatakan bahwa "Dalam hal pengesahan
perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka kepailitan

do
gu debitor berakhir. Demikian menurut ketentuan Pasal 166 ayat (1) UUK-
PKPU. Sehubungan dengan Pasal 166 ayat (1) berarti perdamaian

In
A
yang diajukan oleh debitor merupakan salah satu jalan bagi debitor
pailit untuk dapat mengakhiri keadaan pailit. sebagaimana ditentukan
ah

lik
oleh Pengadilan";
41. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 166 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 yang menentukan: "Dalam hal pengesahan
am

ub
perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap kepailitan
berakhir, maka dalam hal ini dapat diperoleh fakta dengan jelas bahwa
ep
Termohon PT. IGLAS (Persero) pada saat putusan Peninjauan
k

Kembali dijatuhkan adalah dalam keadaan tidak pailit. Maka


ah

keputusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung yang menyatakan


R

si
mencabut pailit Termohon PT. IGLAS (Persero) adalah keliru, karena
Termohon PT. IGLAS (Persero) ketika itu tidak sedang dalam keadaan

ne
ng

pailit;
42. Bahwa Putusan Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor

do
gu

01/pailit/ 2009/PN-Niaga.Sby. tanggal 13 Januari 2010 adalah telah


mengikat dan berkekuatan hukum tetap karena berdasarkan ketentuan
Pasal 160 ayat (2), upaya hukum kasasi terhadap putusan homologasi
In
A

adalah 8 (delapan) hari setelah tanggal pengesahan tersebut


diucapkan. Dan ternyata dalam kurun waktu itu tidak ada upaya
ah

lik

hukum terhadap putusan perdamaian tersebut. Sedangkan putusan


PK faktanya baru diputuskan pada tanggal 21 April 2010 sehingga
m

ub

putusan PK Nomor 111 PK/Pdt.Sus/2009 diputus pada saat Putusan


Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor
ka

01/Pailit/2009/PN-Niaga.Sby. tanggal 13 Januari 2010 telah


ep

berkekuatan hukum tetap;


ah

43. Bahwa hal tersebut di atas adalah sesuai dengan pendapat Dr.
R

Andriani Nurdin, S.H., M.H. (Mantan Ketua Pengadilan Niaga Pada


es

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat) dalam bukunya yang berjudul:


M

ng

"KEPAILlTAN BUMN PERSERO Berdasarkan Asas Kepastian


on

Hal. 12 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hukum", 2012, Penerbit: PT. ALUMNI, Bandung, halaman 286-287

si
demikian: "Namun, ternyata Majelis Hakim PK Mahkamah Agung tidak
mempertimbangkan adanya Putusan Pengesahan Perdamaian P. T.

ne
ng
IGLAS (Persero), dan dalam Putusan Peninjauan Kembali Nomor
11/PK/Pdt.Sus/2009 tanggal 21 April 2010 telah membatalkan Putusan
Mahkamah Agung Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009

do
gu yang membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan
Negeri Surabaya Nomor 01/Pailit/2009/PN-Niaga.Sby. tanggal 31

In
A
Maret 2009. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (5) UUK - PKPU,
dengan adanya putusan PK yang membatalkan putusan pailit tingkat
ah

lik
pertama (dalam kasus ini putusan tingkat kasasi), berarti perdamaian
tersebut gugur demi hukum. Dalam hal ini penulis berpendapat,
ketentuan Pasal 17 ayat (5) ini terasa ganjil apabila diaplikasikan pada
am

ub
permohonan kasasi atau PK yang diajukan oleh debitor pailit yang
mana telah menawarkan perdamaian. Karena dengan disahkannya
ep
perdamaian oleh putusan Majelis Hakim, status kepailitan debitor demi
k

hukum berakhir. Ketika putusan kasasi atau PK membatalkan putusan


ah

yang menyatakan debitor pailit. status debitor memang sudah tidak


R

si
dalam pailit. Lain halnya apabila permohonan kasasi atau PK diajukan
oleh satu atau beberapa Kreditor yang tidak setuju dengan

ne
ng

perdamaian tersebut, ketentuan Pasal17 ayat (5) UUKPKPU sangat


tepat ..... Terbukti dalam kasus PK PT.lGLAS (Persero), status PT.

do
gu

IGLAS (Persero) tersebut ketika putusan PK dijatuhkan, kepailitannya


sudah berakhir. Terlebih lagi, yang terlihat ganjil dengan
dihomologasinya perdamaian antara PT. IGLAS (Persero) dengan
In
A

Para krediturnya dan dengan dikirimnya putusan homologasi tersebut


oleh kurator sebanyak 2 (dua) kali kepada Mahkamah Agung, ternyata
ah

lik

Mahkamah Agung tidak mempertimbangkannya dan tetap memutus


perkara PK-nya";
m

ub

44. Bahwa, perlu pula untuk dipertimbangkan bilamana PT. IGLAS


(Persero) sebagai Debitur seharusnya tidak mengajukan
ka

permohonan peninjauan kembali ketika Debitur menawarkan rencana


ep

perdamaian, dikarenakan dengan adanya rencana perdamaian yang


ah

telah dihomologasi, maka Debitur mengakui akan keadaan dan fakta-


R

fakta hukum bahwa Debitur memenuhi syarat-syarat kepailitan


es

sebagaimana Pasal 2 ayat (1) UUK-PKPU, sehingga dengan


M

ng

pengajuan upaya hukum peninjauan kembali oleh Debitur adalah


on

Hal. 13 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
iktikad buruk dari Debitur pailit yang seharusnya ditolak

si
permohonannya;
45. Bahwa, fakta lainnya, amar Putusan Peninjuan Kembali tersebut sama

ne
ng
sekali tidak membatalkan Putusan Perdamaian atau Perdamaian yang
telah dihomologasi Pengadilan antara PT. IGLAS (Persero) selaku
debitor dengan Para Kreditornya sehingga Putusan Perdamaian

do
gu tersebut tetap mengikat dan eksis sepanjang tidak dibatalkan oleh
Pengadilan. Maka akibat pelanggaran perdamaian oleh Termohon

In
A
selaku Debitur dan dengan diajukannya permohonan Tuntutan
Pembatalan Perdamaian in casu maka berdasarkan ketentuan Pasal
ah

lik
170 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Putusan
Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN-
Niaga.Sby. tanggal 13 Januari 2012 menjadi batal dan Termohon
am

ub
harus dinyatakan dalam keadaan pailit dengan segala akibat
hukumnya;
ep
VIII. Fakta Adanya 2 (Dua) Atau Lebih Kreditur, Adanya Utang Yang
k

Telah Jatuh Waktu Dan Dapat Ditagih Dan Dapat Dibuktikan


ah

Secara Sederhana Adalah Hal Yang Tidak Perlu Dibuktikan Lagi


R

si
Dalam Perkara In Casu, Karena Dalam Permohon Tuntutan
Pembatalan Perdamaian Yang Harus Dibuktikan Oleh Termohon

ne
ng

Selaku Debitor Adalah Tidak Melakukan Pelanggaran Terhadap


Putusan Perdamaian, Dan Tuntutan Pembatalan Perdamaian In

do
gu

Casu Berakibat Putusan Kepailltan Terhadap Termohon Yang


Berkekuatan Hukum Tetap:
46. Bahwa fakta-fakta hukum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
In
A

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak perlu


dibuktikan lagi dalam pemeriksaan perkara in casu oleh karena fakta-
ah

lik

fakta adanya 2 (dua) atau lebih kreditur, adanya utang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dan dapat dibuktikan secara sederhana
m

ub

telah dapat dibuktikan dalam pemeriksaan permohonan pernyataan


pailit sebelumnya, yang kemudian dilakukan perdamaian dan
ka

dihomologasi;
ep

47. Bahwa fakta yang harus dibuktikan dalam gugatan/tuntutan


ah

pembatalan perdamaian in casu adalah apakah Termohon (PT. IGLAS


R

(Persero)) telah lalai memenuhi perdamaian tersebut? Sesuai


es

ketentuan Pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 37
M

ng

Tahun 2004 yang menentukan bahwa (1). "Kreditor dapat menuntut


on

Hal. 14 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila debitor

si
lalai memenuhi isi perdamaian tersebut (2). "Debitor wajib
membuktikan bahwa perdamaian telah dipenuhi, sehingga dalam

ne
ng
perkara in casu (gugatan/tuntutan pembatalan perdamaian) demi
hukum kewajiban untuk membuktikan atau beban pembuktian berada
pada pihak Termohon selaku Debitor,apakah Termohon sudah

do
gu menenuhi kewajibannya sesuai isi kesepakatan yang telah
dibuat dalam Putusan Perdamaian antara Termohon dengan Para

In
A
krediturnya. Dan bilamana Termohon selaku Debitor terbukti lalai,
maka Majelis Hakim demi kepastian hukum wajib membuka kembali
ah

lik
kepailitan dengan menyatakan pailit PT. lGLAS (Persero) dengan
segala akibat hukum-nya;
48. Bahwa oleh karena faktanya, Termohon tidak melakukan pembayaran
am

ub
kewajiban sesuai kesepakatan yang tertuang dalam Putusan
Perdamaian maka jelas dan terbukti bahwa Termohon telah lalai
ep
terhadap kesepakatan perdamaian yang disahkan (homologasi) oleh
k

Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya. Dan secara


ah

jelas Termohon tidak memiliki iktikad baik dalam perdamaian tersebut


R

si
sehingga patut untuk dinyatakan pailit dengan segala akibat hukum-
nya;

ne
ng

49. Bahwa fakta lainnya, Termohon tidak melakukan pembayaran


kewajiban sesuai kesepakatan dalam Putusan Perdamaian kepada

do
gu

Para Kreditor lainnya, maka bukti bahwa sampai saat ini Termohon
tetap saja dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan dan cash
flow. Dengan demikian Proposal Perdamaian yang diajukan
In
A

Termohon sebagaimana suratnya tanggal 10 Nopember 2009 Nomor


0822/Q-11-2009, yang kemudian disahkan dalam Putusan
ah

lik

Perdamaian adalah omong kosong dan sama sekali tidak terbukti.


Apabila telah terbukti sebelum dan sesudah bertahun-tahun setelah
m

ub

putusan perdamaian ternyata Termohon tetap saja tidak memenuhi


kewajiban pembayaran hutangnya kepada Para Kreditor maka
ka

tuntutan pembatalan perdamaian yang berakibat kepailitan terhadap


ep

Termohon adalah merupakan mekanisme yang terbaik, adil dan


ah

menjamin kepastian hukum terhadap Para Kreditornya;


R

50. Bahwa dengan pembatalan perdamaian yang berakibat Termohon


es

dinyatakan pailit sengan segala akibat hukumnya maka akan dapat


M

ng

memulihkan kepercayaan publik, khususnya Para Kreditor bahwa


on

Hal. 15 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
supremasi hukum di Indonesia masih dapat ditegakkan;

si
Apabila Proposal usulan perdamaian yang diajukan Termohon yang
telah tidak terbukti benar, dan tidak diakhiri dengan pembatalan

ne
ng
perjanjian perdamaian, maka kepercayaan publik terhadap kepastian
hukum akan hancur. Sehingga peran Majelis Hakim Pengadilan Niaga
Surabaya dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara in casu

do
gu haruslah mempertimbangkan aspek kepastian hukum dan
perlindungan hukum terhadap Para Kreditor;

In
A
51. Bahwa apabila memperhatikan dalil-dalil Termohon PT. IGLAS
(Persero) yang menolak kepailitan dengan alasan Termohon memiliki
ah

lik
mesin- mesin baru yang akan optimal berproduksi ternyata tidak,
apabila tidak dinyatakan pailit akan dapat meraup laba bersih Rp3
miliar perbulan karena menguasai sebagaian besar pasar botol gelas
am

ub
ternyata tidak benar, dan janji-janji akan dibantu pemegang saham
melalui PT. PPA ternyata nihil dan dalil memiliki asset yang sangat
ep
besar daripada kewajibannya kepada Para Kreditur tetapi
k

kenyataannya tidak dapat membayar kewajibannya kepada Para


ah

Kreditor serta setelah diberikan kesempatan dalam perdamaian,


R

si
ternyata Termohon PT. IGLAS (Persero) sebagai BUMN tidak mampu
lagi atau tidak mau melunasi kewajiban pembayaran utang sesuai

ne
ng

jadwal yang disepakati, maka mekanisme penyelesaian kewajiban


melalui kepailitan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

do
gu

Nomor 37 Tahun 2004 adalah jalan keluar yang sah dan fairness;
52. Bahwa putusan pernyataan pailit akibat pembatalan putusan
perdamaian tidak terbuka upaya hukum lagi dan berkekuatan
In
A

hukum tetap oleh karena dalam Hukum Acara Kepailitan dalam


Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak menetapkan adanya
ah

lik

upaya hukum atas putusan pembatalan perdamaian yang


mengakibatkan dibukanya kembali kepailitan Debitur pailit;
m

ub

Suatu upayahukum hanya dapat diajukan bilamana ditetapkan dan


diaturdalam hukum acara dalam peraturan perudang-undangan yang
ka

mengaturnya. Apabila dalam hukum acara tidak mengatur adanya


ep

upaya hukum atas putusan kepailitan akibat pembatalan putusan


ah

perdamaian maka tidak ada dasar bagi Termohon untuk mengajukan


R

upaya hukum. Maka hemat Pemohon sangat beralasan apabila


es

putusan perkara in casu dinyatakan bahwa putusan pembatalan


M

ng

(perkara in casu) telah berkekuatan hukum tetap;


on

Hal. 16 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
IX. Permohonan Dan Usul Hakim Pengawas Dan Kurator Dalam Perkara

si
Kepailltan In Casu:
53. Bahwa pemohon memohonkan agar dalam perkara ini ditunjuk seorang

ne
ng
hakim pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri
Surabaya. Dan mohon agar supaya Saudara MICHAEL MARCUS
ISKANDAR POHAN, S.H. Kurator dan Pengurus Terdaftar sebagaimana

do
gu dimaksud Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor
C.HT.05.15-47 tanggal 06 Juni 2007, dari Kantor Pohan & Co. Advocates,

In
A
yang beralamat kantor di Gedung Arva, Lt.2, Jalan R.P. Soeroso Nomor
40, Menteng, Jakarta Pusat, sebagai kurator dalam perkara in casu
ah

lik
dan/atau sebagai pengurus bilamana terdapat Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU);
54. Bahwa kurator yang bersangkutan telah menyatakan kesanggupannya
am

ub
dan menyatakan tidak ada benturan kepentingan bilamana ditunjuk
menjadi Kurator atas perkara in casu, yaitu sebagaimana Surat
ep
Pernyataan tanggal 8 September 2012. Sedangkan Kurator dalam
k

Kepailitan Termohon sebelumnya tidak kami mohonkan oleh karena


ah

faktanya dalam perkara perdamaian kepailitan Termohon in casu tidak


R

si
terselesaikan dengan sebaik-baiknya sehingga kepentingan Para
Kreditor dilanggar oleh Termohon, sehingga Pemohon mengajukan

ne
ng

tuntutan pembatalan perkara a quo. Oleh karena itu, dalam hal penunjukan
kurator, kewenangan dimaksud dalam ketentuan Pasal 172 ayat (2) UUK-

do
gu

PKPU mohon untuk tidak menunjuk kurator terdahulu;

Dalam Provisi:
In
A

55. Bahwa pada asasnya dalam putusan kepailitan adalah serta-merta


dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada upaya hukum, hal
ah

lik

ini sesuai ketentuan Pasal 1 angka 1, Undang Undang Nomor 37


Tahun 2004 ditetapkan bahwa "Kepailitan adalah sita umum atas semua
m

ub

kekayaan debitor pailit, yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan


oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim pengawas ... ". Sesuai
ka

ketentuan dalam Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 dalam


ep

kepailitan diberlakukan keadaan diam secara


ah

otomatis karena hukum, baik terhadap harta maupun utang debitor


R

yang tujuannya adalah untuk melindungan Kreditor dari upaya debitor


es

yang berkehendak untuk menyembunyikan atau mengalihkan harta


M

ng

kekayaannya;
on

Hal. 17 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
56. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut maka cukup alasan apabila

si
dalam perkara in casu Pemohon mohon putusan provisionil, dengan
menetapkan Termohon dihukum untuk tidak menjual atau mengalihkan

ne
ng
harta kekayaannya terhitung sejak perkara ini didaftarkan;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Pemohon mohon kepada
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya agar memberikan putusan

do
gu sebagai berikut:
Dalam Provisionil:

In
A
Menetapkan melarang Termohon untuk menjual atau mengalihkan harta
kekayaannya;
ah

lik
Dalam Pokok Perkara:
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan tuntutan Pemohon untuk
seluruhnya;
am

ub
2. Menyatakan membatalkan Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga
Surabaya Pada Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 13 Januari 2010
ep
No.397 K/Pdt.Sus/2009 Jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby. dengan
k

segala akibat hukum-nya;


ah

3. Menyatakan Termohon PT. IGLAS (Persero) dalam keadaan PAILlT


R

si
dengan segala akibat hukum-nya;
4. Menyatakan Putusan Kepailitan ini telah berkekuatan hukum tetap dan tidak

ne
ng

terbuka upaya hukum lagi;


5. Menetapkan dan mengangkat Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan

do
gu

Negeri Surabaya sebagai Hakim Pengawas dalam perkara ini;


6. Menetapkan dan mengangkat Saudara MICHAEL MARCUS ISKANDAR
POHAN, S.H. Kurator dan Pengurus Terdaftar sebagaimana dimaksud
In
A

Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus Nomor C.HT.05.15-47


tanggal 06 Juni 2007, dari Kantor Pohan & Co. Advocates, yang beralamat
ah

lik

kantor di Gedung Arva, Lt.2, Jalan R.P. Soeroso Nomor 40, Menteng,
Jakarta Pusat sebagai kurator yang akan mengurus dan membereskan
m

ub

harta pailit dalam perkara ini dengan segala akibat hukum-nya dan/atau
sebagai pengurus bilamana terdapat Penundaan Kewajiban Pembayaran
ka

Utang (PKPU);
ep

7. Menghukum Termohon untuk tunduk dan mentaati putusan ini;


ah

8. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara ini sesuai hukum


R

yang berlaku;
es

Atau, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);


M

ng

on

Hal. 18 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa terhadap permohonan tersebut Pengadilan Niaga pada

si
Pengadilan Negeri Surabaya telah mengambil putusan, yaitu Putusan Nomor
26/Pailit/2012/PN.Niaga.Sby. Jo. Nomor 1/Pailit/2009/ PN.Niaga Sby. tanggal

ne
ng
12 Oktober 2012, yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
- Menolak Eksepsi yang diajukan oleh Termohon;

do
gu Dalam Provisi:
- Menolak permohonan Provisi dari Pemohon;

In
A
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak seluruh Permohonan Pemohon;
ah

lik
Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara yang hingga kini
ditaksir sebesar Rp4.986.000,00 (empat juta sembilan ratus delapan puluh
enam ribu rupiah) .
am

ub
Menimbang, bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya yaitu Putusan Nomor 26/Pailit/2012/PN.Niaga.Sby. Jo. Nomor
ep
1/Pailit/2009/ PN.Niaga Sby. tersebut diucapkan dengan dihadiri oleh Kuasa
k

Pemohon dan Kuasa Termohon pada tanggal 12 Oktober 2012, terhadap


ah

R
putusan tersebut Pemohon/Termohon Pailit melalui Kuasanya berdasarkan

si
Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Oktober 2012 mengajukan permohonan kasasi

ne
pada tanggal 19 Oktober 2012 sebagaimana ternyata dari Akta permohonan
ng

kasasi Nomor Kas/Pailit/PN.Niaga Surabaya Nomor 26/Pailit/2012/ PN.Niaga


Surabaya Jo. Nomor 01/Pailit/2009/ PN.Niaga Surabaya yang dibuat oleh

do
gu

Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya, permohonan tersebut disertai


dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
In
Surabaya pada tanggal 19 Oktober 2012 itu juga;
A

Bahwa memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Termohon


Kasasi/Pemohon Pailit tanggal 22 Oktober 2012,kemudian Termohon
ah

lik

Kasasi/Pemohon Pailit mengajukan kontra memori kasasi yang diterima di


Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya pada tanggal 30 Oktober
m

ub

2012;
Menimbang bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-
ka

keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,


ep

diajukan dalam jangka waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam Undang-
ah

Undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat
R

diterima;
es
M

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh


ng

Pemohon kasasi dalam memori kasasinya adalah:


on

Hal. 19 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dalam Eksepsi:

si
1. Bahwa benar, Pemohon Kasasi adalah salah satu Kreditur Konkuren yang
ikut dan menyetujui usulan perdamaian kepailitan Termohon Kasasi dalam

ne
ng
Rapat Kreditur tanggal 16 Desember 2009, yang disahkan dalam Putusan
tanggal 13 Januari 2010. Oleh karena itu Pemohon Kasasi mempunyai
kapasitas hukum mengajukan permohonan perkara a quo;

do
gu 2. Bahwa benar, sesuai ketentuan Pasal 170 ayat (1) Undang Undang
Nomor 37 Tahun 2004 untuk mengajukan permohonan pembatalan

In
A
Putusan Perdamaian tidak disyaratkan untuk mengikut sertakan seluruh
kreditur. Dalam ayat (2) nya ditetapkan, beban pembuktian suatu Putusan
ah

lik
Perdamaian dipenuhi atau tidak menjadi kewajiban Termohon Kasasi
selaku Debitur. Sedangkan untuk kasasi, berdasarkan ketentuan Pasal
171 yang secara mutatis mutandis memberlakukan Pasal 11 ayat (3)
am

ub
cukup seorang Kreditur konkuren dan atau Kreditur lain;
3. Bahwa benar, eksepsi tentang gugatan kabur atau tidak jelas (obscuur
ep
libel) karena perincian hutang tidak jelas harus ditolak, oleh karena jumlah
k

hutang akan diverifikasi dalam frase pencocokan hutang jika Termohon


ah

dinyatakan pailit. Lagi pula dalam permohonan pembatalan perdamaian,


R

si
yang disyaratkan adalah adanya keadaan Debitor lalai memenuhi isi
perdamaian dimaksud (vide Pasal 170 ayat (2) Undang Undang Nomor

ne
ng

37 Tahun 2004). Dan ternyata, telah dibuktikan sendiri oleh Termohon


Kasasi yang merupakan alat bukti sempurna dengan diajukannya Bukti

do
gu

T-1, ternyata TERMOHON KASASI TELAH WANPRESTASI KARENA


BARU MEMBAYAR TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012, setelah
permohonan perkara a quo didaftarkan. Demikian pula Eksepsi bahwa
In
A

Pemohon Kasasi telah menyalahgunakan hak karena jumlah piutang


Pemohon Kasasi kecil nilainya dibanding aset Termohon sudah tepat
ah

lik

ditolak, oleh karena masuk dalam pokok perkara. Lagi pula dalam
ketentuan Pasal 170 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak
m

ub

ada limitasi berapa jumlah piutang Kreditur yang telah dilalaikan


Debitur sebagai syarat untuk dapat mengajukan permohonan pembatalan
ka

perdamaian;
ep

4. Bahwa pertimbangan Judex Facti atas eksepsi perkara a quo nebis in


ah

idem dan eksepsi kompetensi absolut tersebut di atas sudah tepat. Lagi
R

pula Permohonan Tuntutan Pembatalan Perdamaian atas kelalaian


es

Termohon Kasasi selaku Debitur adalah sesuai ketentuan Pasal 170


M

ng

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004. Oleh karena itu menjadi


on

Hal. 20 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kewenangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya untuk

si
memeriksa dan memutuskan;
5. Bahwa Eksepsi tentang Penggugat/Pemohon tidak berwenang karena

ne
ng
Termohon Kasasi adalah BUMN yang berhak adalah Menteri sudah tepat
ditolak, karena eksepsi dimaksud telah masuk dalam pokok perkara. Lagi
pula, Legal Standing Termohon Kasasi tidak berkualifikasi sebagai BUMN

do
gu yang bergerak di bidang kepentingan publik dimaksud dalam ketentuan
Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU. Hal ini dapat kami sampaikan alasan-alasan

In
A
sebagaimana uraian sebagai berikut:
a. Bahwa Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
ah

lik
Usaha Milik Negara (“BUMN”), dalam Pasal 1 angka 1 memberikan
definisi BUMN sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
am

ub
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan;
Lebih lanjut bentuk-bentuk BUMN dapat berupa:
ep
i. Pasal 1 angka 2: Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut
k

Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang


ah

modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51


R

si
% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan;

ne
ng

ii. Pasal 1 angka 3: Perusahaan Perseroan Terbuka, yang


selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal

do
gu

dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau


Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; dan
In
A

iii. Pasal 1 angka 4: Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut


Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
ah

lik

tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan


umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
m

ub

tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip


pengelolaan perusahaan;
ka

b. Bahwa Termohon Kasasi bukan merupakan BUMN berbentuk Persero


ep

Terbuka karena tidak melakukan penawaran umum saham di pasar


ah

modal;
R

c. Bahwa Termohon Kasasi juga bukan merupakan BUMN berbentuk


es

Perum, karena bentuk badan hukum Termohon adalah perseroan


M

ng

terbatas dan modalnya terbagi atas saham (bukti T-13). Status badan
on

Hal. 21 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum Termohon didasarkan pada ketentuan Undang-undang tentang

si
perseroan terbatas dan tidak berdasarkan Peraturan Pemerintah yang
khusus tentang pendirian Perum sebagaimana dimaksud dalam

ne
ng
ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang Undang BUMN. Selain itu
maksud dan tujuan dari kegiatan usaha Termohon Kasasi tidak hanya
terbatas menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan

do
gu umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat sebagaimana

In
A
dimaksud dalam ketentuan Pasal 36 ayat (1) Undang Undang
BUMN;
ah

lik
d. Bahwa Termohon Kasasi adalah BUMN berbentuk Persero. Hal ini
didasarkan pada fakta hukum, antara lain:
- Status badan hukum Termohon diperoleh berdasarkan pendirian
am

ub
perseroan terbatas berdasarkan Undang-undang tentang perseroan
terbatas (Bukti T-13);
ep
- Dalam anggaran dasar Termohon modalnya dibagi atas saham,
k

terlepas saham-saham tersebut seluruhnya atau sebagian besar


ah

dimiliki oleh negara;


R

si
- Selain menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat, maksud dan tujuan utama pendirian Termohon

ne
ng

adalah untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai


perusahaan.

do
gu

e. Bahwa Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan


dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UUK-PKPU”)
In
memberikan pengecualian terkait permohonan pailit terhadap Debitor
A

yang merupakan perusahaan asuransi, reasuransi, dana pensiun, atau


Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
ah

lik

publik. Terhadap debitor tersebut permohonan hanya dapat diajukan


oleh Menteri Keuangan;
m

ub

f. Bahwa berdasarkan BUMN yang dikecualikan permohonannya adalah


BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik. Berdasarkan
ka

penjelasan Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU, maka yang dimaksud “BUMN


ep

yang bergerak di bidang kepentingan publik” adalah BUMN yang


ah

seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham;


R

g. Jika mengacu pada ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang Undang


es

BUMN, maka badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara
M

ng

dan tidak terbagi atas saham adalah BUMN berbentuk Perum. Badan
on

Hal. 22 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
usaha ini tidak berbentuk persero dan tujuan utamanya bukan untuk

si
mengejar keuntungan;
h. Sebaliknya berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang Undang

ne
ng
BUMN, terlepas modal perusahaan dimiliki seluruhnya oleh negara
(tidak ada pemegang saham lain), sepanjang penyertaan modal milik
Negara tersebut dibagi atas saham perseroan, maka BUMN dimaksud

do
gu dikategorikan sebagai Perusahaan Perseroan yang tunduk pada
Undang Undang Perseroan Terbatas;

In
A
i. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang Undang BUMN,
modal yang dibagi atas saham dapat dimilik seluruhnya oleh Negara.
ah

lik
Pengkategorian BUMN kepentingan publik bukan hanya didasarkan
pada pemilikan penuh modal oleh Negara, tetapi juga berdasarkan
struktur permodalan yang tidak dibagi atas saham. BUMN yang
am

ub
demikian tidak berbentuk perseroan dan tujuan utamanya bukan untuk
mengejar keuntungan;
ep
j. Bahwa modal Termohon Kasasi yang terbagi atas saham,
k

berdasarkan Akta Tanggal 23 Desember 1999 Nomor 123 Notaris


ah

Ny.Machrani Moertolo Soenarto, S.H., berikut perubahannya yaitu


R

si
Akta Tanggal 12 Agustus 2008 Nomor 5 Notaris Soeprayitno, S.H.
yang mendasari terbitnya Bukti T-13, sejak tahun 1999 struktur modal

ne
ng

Termohon Kasasi dimiliki oleh Negara sebesar 64 (enam puluh empat)


persen dan dimiliki oleh PT. BNI Tbk. sebesar 36 (tiga puluh enam)

do
gu

persen. Penyertaan modal oleh PT. BNI Tbk. adalah penyertaan modal
sementara berdasarkan ketentuan Undang Undang Perbankan
dikarenakan sebelumnya Termohon mengalami kesulitan
In
A

pengembalian kredit yang diberikan oleh PT. BNI Tbk;


k. Bahwa sampai dengan saat ini PT.BNI Tbk. belum melakukan
ah

lik

penarikan penyertaan modal sementaranya sehingga struktur


pemegang saham Termohon secara de facto adalah dimiliki oleh
m

ub

Negara sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah),


sebanyak 30.000 lembar saham atau 64 (enam puluh empat) persen
ka

dan dimiliki oleh PT.BNI. Tbk. sebesar Rp17.007.000.000,00 (tujuh


ep

belas miliar tujuh juta rupiah), sebanyak 17.007 lembar saham atau 36
ah

(tiga puluh enam) persen;


R

l. Jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 7 huruf c Undang Undang


es

Perbankan, maka seharusnya penyertaan modal sementara PT. BNI


M

ng

Tbk. hanya dapat berlangsung paling lama 5 (lima) tahun. Jika


on

Hal. 23 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
demikian maka seharusnya sejak tahun 2005, PT. BNI Tbk. tidak lagi

si
menjadi pemegang saham Termohon. Hal ini tidak berarti terjadi
perubahan struktur modal yang terbagi saham. Berdasarkan Anggaran

ne
ng
Dasar maka permodalan Termohon tetap terbagi atas saham terlepas
secara hukum seharusnya hanya dimiliki oleh negara (PT. BNI Tbk.
tidak berhak lagi menguasai kepemilikan atas saham Termohon);

do
gu m. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka Termohon Kasasi tidak
termasuk Debitor yang dikecualikan berdasarkan ketentuan Pasal 2

In
A
ayat (5) UUK-PKPU. Termohon Kasasi tidak termasuk BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publik, sehingga permohonan pailit
ah

lik
terhadapnya dapat dilakukan oleh selain Menteri Keuangan;

Dalam Pokok Perkara


am

ub
I. Judex Facti Telah Salah Menerapkan Hukum Atau Menerapkan Hukum
Tidak Sebagaimana Mestinya;
ep
6. Bahwa Putusan Judex Facti yang menolak permohonan Pemohon Kasasi
k

dengan pertimbangan bahwa adanya Putusan PK Mahkamah Agung


ah

Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby


R

si
tanggal 21 April 2010, maka secara hukum tidak berlaku pula (batal)
Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30

ne
ng

Juli 2009 jo. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, tanggal 31 Maret 2009, maka

do
gu

Putusan Perdamain Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya


Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13
Januari 2010 dengan sendirinya juga batal, adalah pertimbangan putusan
In
A

yang salah dalam menerapkan hukum atau menerapkan hukum tidak


sebagaimana mestinya;
ah

lik

7. Bahwa fakta persidangan yang tidak terbantahkan dan mutlak menjadi


fakta hukum adalah, Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada
m

ub

Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor


01/Pailit/ PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari 2010, adalah merupakan
ka

Putusan Pokok (Putusan Utama dan Putusan Tertinggi) dari permasalahan


ep

hukum antara Termohon Kasasi dengan Para Krediturnya (termasuk


ah

Pemohon/Pemohon Kasasi) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan


R

Pasal 164 jo. Pasal 166 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
es

jo. Pasal 1338 KUH Perdata;


M

ng

on

Hal. 24 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
8. Bahwa dengan tercapainya perdamaian diantara Termohon Kasasi

si
dengan Para Krediturnya (termasuk Pemohon Kasasi), yang kemudian
telah di-homologasi melalui Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada

ne
ng
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor
01/Pailit/ PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari 2010, maka secara hukum
Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya

do
gu Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13
Januari 2010 telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 166 ayat (1) Undang

In
A
Undang Nomor 37 Tahun 2004). Sedangkan terhadap Putusan
Mahkamah Agung Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009 dan
ah

lik
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, tanggal 31 Maret 2009, maka secara hukum
serta merta menjadi dikesampingkan;
am

ub
9. Bahwa dengan adanya Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor
ep
01/Pailit/ PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari 2010, maka kepailitan terhadap
k

Termohon Kasasi adalah BERAKHIR dan Termohon Kasasi TIDAK


ah

SEDANG DALAM KEADAAN PAILIT (Pasal 166 ayat (1) Undang Undang
R

si
Nomor 37 Tahun 2004). Termohon Kasasi bersama dengan
Krediturnya (termasuk Pemohon Kasasi) tunduk dan terikat dengan

ne
ng

Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya


Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13

do
gu

Januari 2010;
10. Bahwa rasio pertimbangan Judex Facti perkara a quo jelas-jelas
bertentangan dengan hukum yang berlaku. Oleh karena kesepakatan
In
A

perdamaian dalam Rapat Kreditur Konkuren tanggal 16 Desember 2009,


yang menyetujui Usulan Perdamaian dari Debitor Pailit PT. IGLAS
ah

lik

(Persero), yang kemudian dihomologasi tanggal 13 Januari 2010


sebagaimana tertuang dalam Putusan Perdamaian tersebut, telah sesuai
m

ub

dengan asas konsensual berdasarkan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata


jis. Pasal 162, Pasal 164, Pasal 166 ayat (1) Undang Undang Nomor 37
ka

Tahun 2004 yang mengikat Para Kreditur Konkuren, merupakan alas hak
ep

yang dapat dijalankan terhadap Debitur dan semua orang yang


ah

menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan dengan piutang yang


R

sudah diakui, dan kesepakatan antara Debitur PT. IGLAS (Persero)


es

dengan Para Kreditur tersebut berlaku sebagai undang undang. Oleh


M

ng

karena kesepakatan dimaksud berlaku sebagai undang undang maka


on

Hal. 25 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kepailitan dinyatakan berakhir. Apabila Debitur wanprestasi maka alas

si
hak Kreditur terhadap Debitur dapat dilaksanakan, pailit dibuka kembali
berdasarkan ketentuan Pasal 170 UUK-PKPU. Oleh karena itu Rasio

ne
ng
pertimbangan Judex Facti yang menyatakan amar putusan Bukti P-8
(Putusan Perdamaian) menjadi tidak berlaku lagi karena Bukti P-7
(Putusan Kasasi) yang mendasari timbulnya P-8, amarnya tidak berlaku

do
gu lagi karena telah dianulir oleh Bukti P-9 (Putusan PK) adalah bertentangan
dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1338 KUH Perdata

In
A
jis. Pasal 162, Pasal 164, Pasal 166 ayat (1) Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004;
ah

lik
11. Bahwa Putusan Perdamaian Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby
tanggal 13 Januari 2010 tersebut, kemudian juga diakomodir dan
am

ub
dikuatkan dalam Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor
111 PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby tanggal 21
ep
April 2010, yang menyatakan menolak Permohonan Pemohon Peninjauan
k

Kembali in casu Termohon Kasasi. Maka pertimbangan Judex Facti yang


ah

menyatakan Putusan PK telah menjadikan Putusan Perdamaian tidak


R

si
berlaku lagi jelas telah salah menerapkan hukum;
12. Bahwa oleh karena Judex Facti melakukan kekhilafan yang nyata maka

ne
ng

disini harus Pemohon/Pemohon Kasasi sampaikan kembali tentang Amar


Putusan Mahkamah Agung perkara Peninjauan Kembali tanggal 21 April

do
gu

2010 Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/ PN.Niaga.


Sby, tertulis sebagai berikut (Bukti P-9):
Mengadili:
In
A

- Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon


Peninjauan Kembali PT. IGLAS (Persero) tersebut;
ah

lik

- Membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 397K/Pdt.Sus/2009


tanggal 30 Juli 2009 yang membatalkan Putusan Pengadilan Niaga
m

ub

pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor


01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sbya tanggal 31 Maret 2009;
ka

Mengadili Kembali:
ep

Dalam Eksepsi:
ah

- Menyatakan bahwa Eksepsi dari Termohon tidak dapat diterima;


R

Dalam Pokok Perkara:


es

- Menolak Permohonan Pemohon seluruhnya;


M

ng

on

Hal. 26 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya

si
perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat peninjauan
kembali ditetapkan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) ;

ne
ng
8. Bahwa dalam amar putusan Peninjauan Kembali tersebut jelas dan terang
bahwa Putusan Perdamaian tanggal 13 Januari 2010 Nomor
397K/Pdt.Sus/ 2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby. yang dimohonkan

do
gu pembatalan oleh Pemohon/Pemohon Kasasi TIDAK DINYATAKAN BATAL
ATAU DIBATALKAN. Yang dinyatakan batal adalah justru Putusan

In
A
Mahkamah Agung Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009 yang
membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
ah

lik
Surabaya Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sbya tanggal 31 Maret 2009.
Dan amar selanjutnya menyatakan “Menolak Permohonan Pemohon untuk
seluruhnya” (mohon periksa Bukti P-9 hal.12 dan 13);
am

ub
9. Bahwa amar putusan peninjauan kembali yang Menyatakan batal Putusan
Mahkamah Agung Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009, yang
ep
membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
k

Surabaya Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sbya tanggal 31 Maret 2009


ah

dan mengadili kembali, dengan amar putusan yang menyatakan Menolak


R

si
Permohonan Pemohon seluruhnya maka RASIO terbitnya putusan
peninjauan kembali dimaksud yang berlaku adalah Putusan Perdamaian

ne
ng

tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor


01/Pailit/PN.Niaga.Sby.

do
gu

10. Bahwa Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung dimaksud sesuai


pula dengan kronologis duduk perkara kepailitan Termohon Kasasi PT.
In
IGLAS (Persero). Bahwa dalam Putusan Pengadilan Niaga pada
A

Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 31 Maret 2009 Nomor


01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby permohonan pailit dinyatakan ditolak.
ah

lik

Diajukan kasasi dan dalam Putusan Kasasi tanggal 30 Juli 2009 Nomor
397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/ PN.Niaga.Sby Termohon
m

ub

Kasasi PT. IGLAS (Persero) dinyatakan pailit. Kemudian pada tanggal 15


Oktober 2009 diajukan Permohonan Peninjauan Kembali. Pada tanggal 10
ka

Nopember 2009 juga diajukan usulan perdamaian, dan pada tanggal 16


ep

Desember 2009 usulan dimaksud telah disetujui oleh Para Kreditor


ah

Konkuren dalam rapat Kreditor, selanjutnya di-homologasi sebagaimana


R

dimaksud dalam Putusan Perdamaian tanggal 13 Januari Nomor


es

397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/ PN.Niaga.Sby. Dengan adanya


M

ng

putusan perdamaian tersebut maka akibat hukumnya Putusan Kasasi


on

Hal. 27 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tanggal 30 Juli 2009 Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor

si
01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby. menjadi TIDAK BERLAKU berdasarkan
ketentuan Pasal 166 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004.

ne
ng
Status Kepailitan Termohon Kasasi PT. IGLAS (Persero) berakhir;
11. Bahwa Putusan Perdamaian tanggal 13 Januari Nomor
397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby. dapat dianalogikan

do
gu sebagai PERJANJIAN POKOK, sedangkan Putusan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 31 Maret 2009 Nomor

In
A
01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby. dan Putusan Kasasi tanggal 30 Juli 2009
Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby.
ah

lik
adalah assesoirnya. Oleh karena yang berlaku adalah Putusan
Perdamaian, maka dalam Putusan Peninjauan Kembali tanggal 21 April
2010 Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/
am

ub
2009/PN.Niaga.Sby. permohonan Peninjauan Kembali dari PT. IGLAS
(Persero), in casu Termohon Kasasi, sudah tepat untuk dinyatakan
ep
DITOLAK UNTUK SELURUHNYA (Permohonan Pemohon PK adalah
k

mohon PT. IGLAS (Persero) menjadi tidak pailit, oleh karena dengan
ah

Putusan Perdamaian kedudukan PT. IGLAS (Persero) sudah dalam


R

si
keadaan tidak pailit, maka permohonan PK tidak pailit yang sudah dalam
kondisi tidak pailit, dinyatakan ditolak untuk seluruhnya);

ne
ng

12. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka pertimbangan dan


putusan Judex Facti yang menyatakan bahwa Bukti P-8 (vide Putusan

do
gu

Perdamaian Tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo.


Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby.) sudah TIDAK RELEVAN untuk
dimohonkan pembatalan, oleh karena Bukti P-9 (vide Putusan PK
In
A

Mahkamah Agung Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009) telah MENGANULIR


Bukti P-7 (vide Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Tanggal 30 Juli 2009
ah

lik

Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby),


maka amar putusan kasasi tersebut tidak berlaku lagi. Dan oleh karena
m

ub

Bukti P-7 adalah dasar timbulnya Bukti P-8 maka amar putusan P-8 juga
menjadi tidak berlaku lagi, adalah pertimbangan yang jelas-jelas
ka

bertentangan dengan amar Putusan PK Mahkamah Agung itu sendiri,


ep

karena amarnya jelas dan tegas menyatakan bahwa “Menolak


ah

Permohonan Pemohon untuk seluruhnya” (mohon periksa Bukti P-9


R

hal.12 dan 13). Jika permohonan PK yang memohon PT. IGLAS (Persero)
es

tidak pailit ditolak maka yang berlaku adalah amar Putusan Perdamaian
M

ng

on

Hal. 28 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tersebut. Maka dalam perkara in casu Judex Facti telah salah dalam

si
menerapkan hukum;
13. Bahwa rasio legis yang diuraikan Pemohon Kasasi di atas adalah

ne
ng
bersesuaian dengan rumusan Pasal 17 Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004, dimana ketika Putusan Peninjauan Kembali diputus oleh
Mahkamah Agung, maka dalam perkara kepailitan PT. IGLAS (Persero)

do
gu nyatanya ketentuan Pasal 17 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
tidak dilaksanakan oleh Kurator maupun Majelis Hakim Pengadilan yang

In
A
memutus perkara kepailitan tersebut. Fakta hukumnya kepailitan
Termohon Kasasi telah BERAKHIR atau Termohon Kasasi TIDAK
ah

lik
SEDANG DALAM KEADAAN PAILIT berdasar Putusan Perdamaian
Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13
Januari 2010;
am

ub
14. Bahwa demikian juga maksud rumusan Pasal 17 ayat (5) Undang Undang
Nomor 37 Tahun 2004, tidak dapat diberlakukan terhadap keadaan
ep
Termohon Kasasi dengan Para Krediturnya (termasuk Pemohon Kasasi).
k

Bahwa jelas dan tegas sesuai rumusan Pasal 166 (1) Undang Undang
ah

Nomor 37 Tahun 2004, Putusan Perdamaian Nomor


R

si
397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari
2010 telah berkekuatan hukum tetap dan berlaku mutlak terhadap

ne
ng

Termohon Kasasi dengan Para Krediturnya (termasuk Pemohon Kasasi),


sehingga tidak dapat dinyatakan gugur demi hukum sebagaimana

do
gu

ketentuan Pasal 17 ayat (5) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004;


15. Bahwa Pasal 17 ayat (5) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
haruslah dimaknai khusus terhadap rencana perdamaian, atau
In
A

perdamaian yang belum mendapat persetujuan dari Rapat Kreditur


Konkuren atau belum mendapat Putusan Perdamaian (homologasi) yang
ah

lik

berkekuatan hukum tetap. Sehingga apabila terdapat Putusan Kasasi atau


Putusan Peninjauan Kembali (Pasal 17 ayat (1) Undang Undang Nomor
m

ub

37 Tahun 2004) yang membatalkan putusan pernyataan pailit, maka


yang berlaku adalah Putusan Perdamaian. Hal ini adalah sesuai dengan
ka

realitas yang dipahami oleh Kurator, Hakim Pengawas, Termohon Kasasi


ep

dan Para Kreditur Konkuren selama ini, bahwa yang berlaku adalah
ah

Putusan Perdamaian dimaksud. Sesuai Bukti Pemohon dan Termohon


R

Kasasi yang diajukan dalam persidangan perkara a quo, Termohon Kasasi


es

telah wanprestasi terhadap Pemohon Kasasi, maka dalam perkara a quo


M

ng

Pemohon Kasasi mengajukan permohonan pembatalan putusan


on

Hal. 29 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perdamaian tersebut. Pertimbangan Judex Facti yang menyatakan Bukti

si
P-8, Putusan Perdamaian, menjadi tidak berlaku lagi adalah pertimbangan
yang salah dalam menerapkan hukum;

ne
ng
16. Bahwa Pasal 17 ayat (5) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 akan
bertentangan dengan hukum dan tidak memberikan kepastian hukum
sebagaimana tujuan ditegakkannya hukum, apabila dimaknai berlaku pula

do
gu terhadap Putusan Perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap (telah
di-homologasi). Tujuan ditegakkannya hukum yaitu adanya kepastian

In
A
hukum bagi pencari keadilan akan menjadi cidera (tercoreng), karena
putusan yang telah berkekuatan hukum dan ditaati Para Pihak dengan
ah

lik
mudahnya digugurkan;
17. Bahwa frasa “perdamaian yang mungkin terjadi” sebagimana rumusan
Pasal 17 ayat (5) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah
am

ub
bermakna kejadian yang belum pasti atau kejadian yang masih
digantungkan pada proses. Frasa tersebut bukanlah bermakna akhir atau
ep
sudah menjadi putusan berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu,
k

berdasarkan uraian Pemohon Kasasi tersebut di atas, membuktikan


ah

bahwa pertimbangan dan putusan Judex Facti yang menyatakan Bukti P-8
R

si
menjadi tidak berlaku lagi adalah nyata Judex Facti telah salah dalam
menerapkan hukum;

ne
ng

18. Bahwa perlu Pemohon Kasasi sampaikan, munculnya atau sampai


diputuskannya Putusan Peninjauan Kembali Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009

do
gu

jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby tanggal 21 April 2010 adalah


didasari iktikad buruk Termohon Kasasi untuk menciderai Para Krediturnya
(termasuk Pemohon Kasasi) dan juga menciderai hukum;
In
A

19. Bahwa Termohon Kasasi setelah menyatakan mengajukan upaya


Peninjauan Kembali tanggal 15 Oktober 2009, selanjutnya pada tanggal 10
ah

lik

Nopember 2009 mengajukan rencana perdamaian kepada Para Kreditur


Konkuren (termasuk Pemohon Kasasi), yang selanjutnya dalam Rapat
m

ub

Kreditur Konkuren dengan Hakim Pengawas dan Kurator tanggal 16


Desember 2009 disetujui dan dihomologasi tanggal 13 Januari 2010
ka

sebagai Putusan Perdamaian. Dalam Rapat Kreditur tersebut telah


ep

disepakati oleh Para Keditur Konkuren (termasuk Pemohon Kasasi),


ah

Hakim Pengawas, Kurator, dan Termohon Kasasi bahwa Permohonan


R

Peninjauan Kembali akan dicabut oleh Termohon Kasasi dan Peninjauan


es

Kembali akan dikesampingkan. Namun faktanya, Termohon Kasasi


M

ng

on

Hal. 30 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan iktikad buruk tidak melaksanakan kesepakatan dalam Rapat

si
Kreditur;
20. Bahwa iktikad buruk Termohon Kasasi yang tidak mencabut Permohonan

ne
ng
Peninjauan Kembali ternyata dimengerti oleh Majelis Hakim Peninjauan
Kembali dengan memberikan amar putusan “Menolak Permohonan
Pemohon seluruhnya”, dan mengembalikan permasalahan hukum

do
gu kepailitan PT. IGLAS (Persero) pada Putusan Perdamaian Nomor
397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari

In
A
2010. Dengan demikian semakin tegas bahwa Putusan Perdamaian
dimaksud adalah Putusan Tertinggi yang mengikat Termohon Kasasi
ah

lik
dengan Para Krediturnya (termasuk Pemohon Kasasi);
21. Bahwa selanjutnya dalam perkara kepailiatan PT. IGLAS (Persero)
tersebut yang berlaku adalah Putusan Perdamaian Tanggal 13 Januari
am

ub
2010 Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby.
maka dalam perkara Permohonan Tuntutan Pembatalan Putusan
ep
Perdamaian a quo, berdasarkan ketentuan Pasal 170 ayat (1) Undang
k

Undang Nomor 37 Tahun 2004, yang perlu dibuktikan dalam perkara


ah

in casu adalah apakah benar Termohon Kasasi telah wanprestasi dalam


R

si
melaksanakan kesepakatan yang tertuang dalam Putusan Perdamaian
tersebut terhadap Pemohon Kasasi dan terhadap Kreditor Konkuren

ne
ng

yang lain. Dan beban pembuktian hal itu berdasarkan ketentuan Pasal
170 ayat (2) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah di pihak

do
gu

Termohon Kasasi PT. IGLAS (Persero);


22. Bahwa ternyata dalam pertimbangan dan putusan Judex Facti tidak
mempertimbangkan materi pokok dari permohonan Pemohon Kasasi.
In
A

Justru mempertimbangkan hal-hal di luar permasalahan materi pokok


permohonan Pemohon Kasasi, yang pertimbangannya Judex Facti justru
ah

lik

bertolak belakang dengan bunyi amar Putusan Peninjauan Kembali


Mahkamah Agung tanggal 21 April 2010 Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009 jo.
m

ub

Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby;
23. Bahwa oleh karena Judex Facti telah salah dalam menilai bunyi amar
ka

putusan PK Mahkamah Agung, maka Judex Facti dalam perkara a quo


ep

telah salah dalam menerapkan Hukum Acara Kepailitan Pasal 170 ayat (2)
ah

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004;


R

24. Bahwa berdasarkan Bukti yang diajukan Termohon Kasasi dalam


es

persidangan, justru terbukti bahwa Termohon Kasasi telah melakukan


M

ng

wanprestasi terhadap isi kesepakatan perdamaian yang tertuang dalam


on

Hal. 31 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Putusan Perdamain Tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397K/Pdt.Sus/2009

si
jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby;

ne
ng
II. Pertimbangan Judex Facti Tidak Cermat, Dan Saling Bertentangan Adalah
Berkualifikasi Sebagai Telah Salah Dalam Menerapkan Hukum Atau
Menerapkan Hukum Tidak Sebagaimana Mestinya

do
gu 25. Bahwa dalam perkara a quo Judex Facti memberikan pertimbangan
bahwa berdasarkan Bukti P-1, P-2, P-3, P-4 dan P-5 Pemohon telah

In
A
terbukti mempunyai kapasitas dalam perkara ini. Berdasarkan Bukti P-
6, P-7, dan P-8 benar telah terjadi perdamaian antara Termohon dengan
ah

lik
Para Krediturnya, termasuk Pemohon. Maka perdamaian tersebut masuk
dalam putusan kepailitan sebagaimana dimaksud dalam Bukti P-6, P-7
dan P-8. Dan Bukti P-8 adalah pengesahan perdamaian dari Para Kreditur
am

ub
Konkuren dengan Termohon dalam permohonan ini, sehingga perdamaian
tersebut mengikat Para Kreditur dengan Termohon dalam permohonan ini
ep
(vide Putusan halaman 41 dan 42);
k

26. Bahwa apabila Judex Facti telah mempertimbangkan dan berkeyakinan


ah

bahwa perdamaian tersebut mengikat Para Kreditur dengan Termohon


R

si
dalam permohonan ini ternyata bertentangan dengan pertimbangan
selanjutnya bahwa P-7 yang mendasari timbulnya P-8, sedangkan amar

ne
ng

putusan P-7 ini sudah tidak berlaku lagi adanya Bukti P-9, maka P-8
tersebut dengan sendirinya juga tidak berlaku lagi. Maka dalam hal ini

do
gu

pertimbangan Judex Facti telah saling bertentangan satu dengan yang


lainnya, satu sisi menyatakan bahwa Putusan Perdamaian dimaksud
berlaku karena telah mengikat Para Kreditur dengan Termohon Kasasi,
In
A

tetapi dalam pertimbangan selanjutnya justru menyatakan sebaliknya


bahwa Putusan Perdamaian dengan sendirinya tidak berlaku;
ah

lik

27. Bahwa pertimbangan Judex Facti yang saling bertentangan dalam satu
putusan adalah berkualifikasi sebagai tindakan salah dalam menerapkan
m

ub

hukum dan atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya. Untuk


itu layak dinyatakan batal dan mohon diadili sendiri dengan menerima dan
ka

mengabulkan permohonan Pemohon Kasasi;


ep

28. Bahwa ketidak cermatan pertimbangan hukum Judex Facti tersebut telah
ah

terjadi sejak dalam pemeriksaan perkara. Persidangan dilakukan “secara


R

borongan”, yaitu tanggal 8 Oktober 2012, dengan acara Termohon Kasasi


es

menyampaikan Jawaban. Tanggal 9 Oktober 2012 pembuktian Pemohon


M

ng

dan Termohon. Karena Para pihak tidak lengkap bukti, maka sidang
on

Hal. 32 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ditunda dan dilanjutkan tanggal 10 Oktober 2012 sekaligus Kesimpulan

si
Para Pihak. Dan tanggal 12 Oktober 2012 perkara diputus. Mengingat
beban perkara yang dihadapi masing-masing anggota Majelis Judex Facti

ne
ng
di Pengadilan Surabaya yang sangat padat maka sidang maraton tersebut
sangat berpeluang tidak cukup waktu untuk dapat mencermati bukti-bukti
yang diajukan. Hal ini terbukti sebagaimana uraian Romawi I, angka 5 s/d

do
gu 9 di atas. Judex Facti telah salah membaca dan menafsirkan amar
Putusan PK tanggal 21 April 2010 Nomor 111PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor

In
A
01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby. sebagaimana dalam Bukti P-9;
29. Bahwa pertimbangan dan putusan yang berkualifikasi sebagai telah salah
ah

lik
dalam menerapkan hukum dan atau menerapkan hukum tidak
sebagamana mestinya tersebut layak untuk dibatalkan dan mohon untuk
diadili sendiri dengan menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon
am

ub
Kasasi;
III. Judex Facti Telah Melampaui Batas Wewenang;
ep
30. Bahwa pertimbangan Judex Facti yang menyatakan bahwa Bukti P-8
k

(Putusan Perdamaian) amarnya sudah tidak berlaku lagi oleh karena Bukti
ah

P-7 (Putusan Kasasi) yang mendasarinya menjadi tidak berlaku dengan


R

si
adanya Bukti P-9 (Putusan PK) adalah justru bertentangan dengan bunyi
amar Bukti P-9 itu sendiri;

ne
ng

31. Bahwa dalam amar Putusan PK tanggal 21 April 2010 Nomor 111
PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby. (Bukti P-9)

do
gu

jelas-jelas menyatakan “Menolak permohonan Pemohon seluruhnya” dan


sama sekali TIDAK MENYATAKAN BATAL ATAU MEMBATALKAN Bukti
P-8. Yang dinyatakan batal adalah justru Putusan Mahkamah Agung
In
A

Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009 yang membatalkan


putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
ah

lik

01/Pailit/2009/ PN.Niaga.Sbya tanggal 31 Maret 2009, yang berlaku


adalah Bukti P-8;
m

ub

32. Bahwa berdasarkan hal tersebut maka pertimbangan Judex Facti yang
menilai dan menyatakan bahwa Putusan PK tanggal 21 April 2010
ka

Nomor 111 PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby.


ep

TELAH MENGANULIR dan MENJADIKAN TIDAK BERLAKU AMAR


ah

Putusan Perdamain Tanggal 13 Januari 2010 Nomor 397K/Pdt.Sus/2009


R

jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby adalah jelas pertimbangan yang tidak


es

sesuai dan berlawanan dengan Bukti P-9 itu sendiri. Maka Judex Facti
M

ng

on

Hal. 33 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang telah salah menilai dan menafsirkan sendiri amar putusan Bukti P-9

si
adalah telah melampaui batas wewenang;
33. Bahwa dengan menfsirkan secara keliru Putusan PK tanggal 21 April 2010

ne
ng
Nomor 111 PK/Pdt.Sus/2009 jo. No .01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby., selain
melampaui batas wewenangnya, dalam perkara in casu Judex Facti juga
telah melanggar asas lex superior derogat lex imperior. Sehingga Putusan

do
gu Judex Facti tersebut harus dibatalkan;

In
A
IV. Judex Facti Telah Lalai Memenuhi Syarat-Syarat Yang Diwajibkan Oleh
Peraturan Perundang-Undangan;
ah

lik
34. Bahwa berdasar ketentuan Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBG, dan Pasal 19
Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004, putusan yang dijatuhkan harus
berdasar alasan-alasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu
am

ub
bertitik tolak dari ketentuan pasal-pasal dalam perundang-undangan,
hukum kebiasaan, yurisprudensi, dan atau doktrin hukum;
ep
35. Bahwa Putusan Judex Facti yang menolak permohonan Pemohon Kasasi
k

dengan pertimbangan bahwa adanya Putusan Peninjauan Kembali


ah

Mahkamah Agung Nomor 111 PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor


R

si
01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby tanggal 21 April 2010, maka secara hukum
tidak berlaku pula (batal) Putusan Mahkamah Agung Nomor 397

ne
ng

K/Pdt.Sus/2009 tanggal 30 Juli 2009, Putusan Pengadilan Niaga pada


Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, tanggal

do
gu

31 Maret 2009, dan oleh karena Putusan Kasasi tersebut menjadi dasar
timbulnya Putusan Perdamain Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby
In
A

tanggal 13 Januari 2010, maka Putusan Perdamaian tersebut juga tidak


berlaku adalah merupakan pertimbangan putusan yang nyata
ah

lik

menunjukkan Judex Facti telah lalai memenuhi syarat-syarat yang


diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan;
m

ub

36. Bahwa kelalaian nyata Judex Facti jelas dari pertimbangan hukumnya
yang hanya mendasarkan pada logika Judex Facti yang ternyata keliru,
ka

tanpa (sama sekali) tidak berdasarkan dan mempertimbangkan ketentuan


ep

pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan, hukum kebiasaan,


ah

yurisprudensi, dan atau doktrin hukum. SEHARUSNYA MENJADI


R

KEWAJIBAN bagi Judex Facti untuk memberikan pertimbangan putusan


es

berdasarkan pasal-pasal dalam perundang-undangan, hukum kebiasaan,


M

ng

yurisprudensi, dan atau doktrin hukum, sebagaimana diwajibkan Pasal 178


on

Hal. 34 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
HIR, Pasal 189 RBG, dan Pasal 19 Undang Undang Nomor 4 Tahun

si
2004;
37. Bahwa sebagaimana telah diuraikan Pemohon Kasasi di atas,

ne
ng
berdasarkan rumusan Pasal 17 ayat (5) Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004, Putusan Perdamaian Nomor 397K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor
01/Pailit/PN.Niaga.Sby, tanggal 13 Januari 2010 adalah putusan pokok

do
gu yang telah berkekuatan hukum tetap, yang mengikat Para Pihak laksana
Undang Undang. Termohon Kasasi bersama dengan Para Krediturnya

In
A
(termasuk dengan Pemohon Kasasi) telah pula menundukkan diri dan
terikat. Jika seandainya amar Putusan Perdamaian menjadi tidak berlaku,
ah

lik
semestinya Termohon Kasasi tidak perlu mengindahkan jadwal dan jumlah
pembayaran yang telah disepakati. Pada hal, berdasarkan ketentuan
sebagaimana Pemohon Kasasi sebutkan di atas maka Putusan
am

ub
Perdamaian dimaksud tidak ikut batal atau gugur demi hukum dengan
adanya Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 111
ep
PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, tanggal 21 April
k

2010;
ah

38. Bahwa Putusan Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor


R

si
01/Pailit/PN.Niaga.Sby, tanggal 13 Januari 2010 tetap hidup dan menjadi
Putusan Tertinggi bagi Termohon bersama Para Krediturnya (termasuk

ne
ng

dengan Pemohon Kasasi). Fakta hukum nyata yang tak terbantahkan


terhadap hidup dan mengikatnya Putusan Perdamaian Nomor

do
gu

397K/Pdt.Sus/ 2009 jo. Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby tanggal 13 Januari


2010 adalah Termohon Kasasi menundukkan diri dan melaksanakan isi
Putusan Perdamaian setelah mendapat homologasi, maupun setelah
In
A

adanya Putusan Peninjauan Kembali (April 2010), sampai kemudian


Termohon Kasasi mulai tidak memenuhi kewajiban isi Putusan
ah

lik

Perdamaian pada Februari 2012;


39. Bahwa uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa nyata Judex Facti
m

ub

telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan


perundang-undangan, oleh karena pertimbangan hukum putusannya tidak
ka

berdasarkan ketentuan Pasal-Pasal dalam Undang Undang Nomor 37


ep

Tahun 2004. Dengan demikian, maka sudah menjadi keharusan Putusan


ah

Judex Facti dalam perkara a quo dibatalkan dan terhadap Permohonan


R

Pemohon Kasasi dikabulkan untuk seluruhnya;


es

40. Bahwa berdasarkan rumusan Pasal 170 ayat (2) Undang Undang Nomor
M

ng

37 Tahun 2004, yang harus dibebani pembuktian terhadap perkara a quo


on

Hal. 35 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adalah Termohon Kasasi, namun demikian Judex Facti telah lalai

si
menerapkan ketentuan Pasal 170 ayat (2) Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004 tersebut;

ne
ng
41. Bahwa fakta hukum yang sempurna tak dibantah oleh Termohon Kasasi
adalah Termohon Kasasi melaksanakan isi Putusan Perdamaian sejak di-
homologasi (berkekuatan hukum tetap) sama persis dengan apa yang

do
gu tertuang dalam isi Putusan Perdamaian, sampai kemudian pada bulan
Pebruari 2012, Termohon Kasasi mengalami kesulitan cash flow, sehingga

In
A
berhenti total melakukan pembayaran kewajiban kepada Pemohon Kasasi
sebagaimana isi Putusan Perdamaian terhitung sejak Pebruari 2012;
ah

lik
42. Bahwa selain uraian Termohon Kasasi telah wanprestasi di atas, ternyata
dalam perkara in casu Termohon Kasasi dalam Jawaban Gugatan telah
TEGAS MEMBERIKAN PENGAKUAN bahwa Termohon Kasasi memang
am

ub
telah tidak melaksanakan isi Putusan Perdamaian, namun Termohon
Kasasi berpendapat perihal tersebut adalah wanprestasi dalam ranah
ep
hukum perdata biasa, bukan ranah hukum perdata khusus. Dengan
k

demikian menjadi nyata dan fakta bahwa Termohon Kasasi memberikan


ah

pengakuan dirinya tunduk pada Isi Putusan Perdamaian, namun sejak


R

si
bulan Pebruari 2012 sampai dengan diajukannya Permohonan oleh
Pemohon Kasasi, Termohon Kasasi telah lalai memenuhi isi Putusan

ne
ng

Perdamaian;
43. Bahwa menyatakan dirinya (Termohon Kasasi) terikat, tunduk dan

do
gu

melaksanakan Putusan Perdamaian Nomor 397 K/Pdt.Sus/2009 jo.


Nomor 01/Pailit/PN.Niaga.Sby, tanggal 13 Januari 2010, haruslah
dimaknai secara hukum bahwa Termohon Kasasi telah mengesampingkan
In
A

berlakunya Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 111


PK/Pdt.Sus/2009 jo. Nomor 01/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, tanggal 21 April
ah

lik

2010. Meskipun Putusan Peninjauan Kembali dimaksud beramar menolak


permohonan Pemohon (Termohon Kasasi) seluruhnya;
m

ub

Bahwa berdasar uraian-uraian di atas, nyata telah menunjukkan bahwa


Judex Facti telah lalai memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Undang
ka

Undang Nomor 37 Tahun 2004. Judex Facti tidak mendasarkan putusan


ep

pertimbangannya pada Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004, juga Judex


ah

Facti telah lalai menerapkan ketentuan Pasal 170 ayat (2) Undang Undang
R

Nomor 37 Tahun 2004. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Putusan
es

Judex Facti tersebut dibatalkan dan Pemohonan Pemohon/Pemohon Kasasi


M

ng

dikabulkan untuk seluruhnya;


on

Hal. 36 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa terhadap keberatan – keberatan tersebut Mahkamah

si
Agung berpendapat sebagai berikut:
mengenai keberatan ke - 1 sampai dengan ke - 43 tersebut:

ne
ng
Bahwa keberatan – keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan karena
setelah meneliti secara saksama Memori Kasasi tanggal 19 Oktober 2012 dan
Kontra kasasi Memori Kasasi tanggal 30 Oktober 2012 dihubungkan dengan

do
gu pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya tidak salah dalam menerapkan hukum dengan pertimbangan

In
A
sebagai berikut:
Bahwa Judex Facti Pengadilan Niaga Surabaya telah benar bahwa
ah

lik
perdamaian dalam perkara a quo (bukti P-8) adalah perbuatan hukum asesoris
yaitu tindak lanjut dari Putusan Pengadilan Niaga (bukti P-7) yang telah
dibatalkan oleh Putusan Pengadilan yang lebih tinggi (bukti P-9) yang pada
am

ub
intinya menolak permohonan pailit sehingga Termohon tidak berada dalam
keadaan pailit, dan oleh karena itu telah benar permohonan pembatalan
ep
putusan perdamaian (bukti P-8) tidak relevan karena dasar hukum lahirnya
k

Putusan perdamaian telah dinyatakan batal;


ah

Menimbang, keberatan selain dan selebihnya berisi mengenai penilaian


R

si
hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana
tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena

ne
ng

pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan


penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian

do
gu

dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-


undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas
In
A

wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang


Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
ah

lik

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
m

ub

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata


Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
ka

26/Pailit/2012/PN.Niaga.Sby. Jo. Nomor 1/Pailit/2009/ PN.Niaga Sby. tanggal 12


ep

Oktober 2012, dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
ah

Undang-Undang, sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon


R

Kasasi PT. DELPHIA PRIMA JAYA tersebut harus ditolak;


es
M

ng

on

Hal. 37 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon

si
Kasasi ditolak, Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini;

ne
ng
Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

do
gu Mahkamah Agung, sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3

In
A
Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI
ah

lik
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Pemohon Pailit
PT. DELPHIA PRIMA JAYA tersebut;
Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon Pailit PT. DELPHIA PRIMA
am

ub
JAYA untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi yang ditetapkan
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);
ep
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
k

Mahkamah Agung pada hari Senin tanggal 29 April 2013 oleh SYAMSUL
ah

MAARIF, SH., LL.M., Ph.D., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua
R

si
Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, MAHDI SOROINDA NASUTION, SH.,
M.Hum., dan SOLTONI MOHDALLY, SH., MH., Hakim-Hakim Agung, masing-

ne
ng

masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka


untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri Anggota-anggota

do
gu

tersebut dan ENDAH DETTY PERTIWI, SH., MH., Panitera Pengganti, dengan
tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak.
Anggota - anggota, Ketua,
In
A

ttd/MAHDI SOROINDA NASUTION, SH., M.Hum ttd/SYAMSUL MAARIF, SH. LL.M.PhD


ttd/SOLTONI MOHDALLY, SH., MH
Panitera Pengganti,
ah

lik

ttd / ENDAH DETTY PERTIWI, SH., MH


Biaya – biaya:
1. M a t e r a i ……………………. Rp6.000,00;
m

ub

2. R e d a k s i …………………… Rp5.000,00;
3. Administrasi Kasasi …………. Rp4. 989.000,00;
Jumlah Rp5.000.000,00;
ka

Untuk Salinan
ep

Mahkamah Agung R.I


a.n. Panitera
ah

Panitera Muda Perdata Khusus


R

es

RAHMI MULYATI, SH., MH.


M

ng

NIP. 19591207 1985 12 2 002


on

Hal. 38 dari 38 Hal. Put. Nomor 31 K/Pdt.Sus/2013


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Anda mungkin juga menyukai