Wiekandyne Duaja Undana HB
Wiekandyne Duaja Undana HB
USULAN
HIBAH BERSAING
TIM PENGUSUL
NAMA NIDN
Ir. WIEKANDYNE DUAJA, MS 0005075513
PETERS O. BAKO, SP., M.Si 0007107205
MORESI M. AIRTUR, SP., M.Si 0004067706
1
ABSTRAK
Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Indigen dan Abu Sekam Padi dalam Upaya
Pengendalian Dampak Cekaman Salinitas dan Peningkatan Produksi
Sorgum pada Tanah Salin di Kabupaten Kupang
Oleh:
2
pada penelitian tahap kedua. Luaran yang dihasilkan pada tahapan penelitian yang kedua
adalah diperolehnya kombinasi perlakuan isolat FMA dan dosis abu sekam padi yang
memiliki efektivitas tertinggi dalam menurunkan salinitas tanah, meningkatkan serapan hara
(N, P, K), serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil sorgum pada tanah salin di Kabupaten
Kupang.
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………………… 3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………. 4
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 5
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………………….. 5
1.2. Tujuan Khusus…………………………………………………………………………….. 6
1.3. Urgensi Penelitian…………………………………………………………………………. 7
3.1.2 Tahapan II (Pelaksanaan Penelitian Tahun 2017). Uji Efektivitas Isolat Mikoriza
Indigen dan Abu Sekam Padi dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Sorgum
Pada Lahan Salin pada Skala Rumah Kaca dan Lapangan……………………….. 23
3
a. Percobaan I. Uji Efektivitas Isolat Mikoriza Indigen dan Abu Sekam Padi
terhadap Penurunan Salinitas Tanah, Peningkatan Serapan Hara dan Produksi
Sorgum pada Percobaan Skala Rumah Kaca…………………………………… 23
b. Percobaan II. Uji Efektivitas Isolat Mikoriza Indigen dan Abu Sekam Padi
terhadap Penurunan Salinitas Tanah, Peningkatan Serapan Hara dan Produksi
Sorgum pada Percobaan Skala Lapangan…………………………………….. 24
3.2. Luaran Penelitian, Indikator Capaian, dan Bagan Alir Penelitian……………………….. 25
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………………………… 31
BAB I
PENDAHULUAN
4
penyusun garam secara berlebihan, seperti natrium (Na); (b) penurunan penyerapan air
(cekaman air); dan (c) penurunan penyerapan beberapa unsur hara penting bagi tanaman
khususnya kalium (K).
Pengaruh buruk konsentrasi garam berlebih terhadap pertumbuhan tanaman
menyiratkan pentingnya upaya pengelolaan tanah salin dalam kegiatan budidaya tanaman.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan penggunaan tanaman yang toleran
terhadap salinitas dan/atau dengan cara memodifikasi lingkungan tumbuh sehingga tanaman
dapat tumbuh pada kondisi tersebut (Brady and Weil, 2002).
Salah satu jenis tanaman yang cukup toleran terhadap kondisi salinitas tanah yang
tinggi adalah tanaman shorgum. Soeranto (2011) mengemukakan tanaman shorgum memiliki
sifat tahan terhadap kekeringan, salinitas yang tinggi dan genangan air (water lodging). Sifat
ini sangat sesuai dengan kondisi keberadaan lahan produktif yang semakin menipis sehingga
pengembangan sorgum dapat diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal termasuk lahan
dengan salinitas tinggi.
Upaya modifikasi lingkungan tumbuh pada tanah salin dapat dilakukan melalui upaya
pengelolaan tanah dengan memanfaatkan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan bahan-bahan
amelioran organik misalnya abu sekam padi. Mekanisme perlindungan yang diberikan oleh
FMA terhadap tanaman pada kondisi salinitas tinggi belum diketahui dengan pasti, tetapi
diduga FMA berperan sebagai filter bagi unsur hara tertentu yang tidak dikehendaki oleh
tanaman namun berada dalam konsentrasi tinggi misalnya unsur natrium (Na). Selain itu,
mikoriza juga berperan penting dalam meningkatkan penyerapan unsur hara N, P, dan K dari
dalam tanah (Sieversing, 1991; Nuhamara, 1994).
Mekanisme penurunan salinitas melalui aplikasi amelioran organik berupa abu
sekam padi sangat dimungkinkan karena adanya penyeimbangan hara terutama rasio antara
Na, Ca, dan Mg atau menurunkan nilai ESP (Exchangable Sodium Percentage) dari tanah
tersebut. Folleto (2006 dalam Siswanto, 2011) mengemukakan bahwa abu sekam padi
banyak mengandung unsur Ca, Mg, dan K. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
penurunan salinitas karena kation Ca, Mg, dan K tersebut dapat menggantikan posisi Na
yang membahayakan tanaman. Dengan demikian kombinasi antara FMA dan amelioran
organik khususnya abu sekam padi diharapkan akan mampu menurunkan pengaruh buruk
salinitas tanah terhadap pertumbuhan tanaman sehingga produktivitas tanah salin dapat
ditingkatkan.
5
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. diperolehnya informasi mengenai biodiversitas dan identitas FMA pada rhisozfer
beberapa jenis tanaman yang tumbuh pada tanah salin di Kabupaten Kupang
2. diperolehnya isolat FMA yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan
dan hasil sorgum pada tanah salin di Kabupaten Kupang
3. diperolehnya dosis abu sekam padi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
penurunan salinitas tanah, Serapan hara (N, P, dan K) serta pertumbuhan dan hasil
shorgum pada tanah salin di Kabupaten Kupang.
4. diperolehnya kombinasi perlakuan isolat FMA dan dosis abu sekam padi yang
memiliki efektivitas tertinggi dalam menurunkan salinitas tanah, meningkatkan
serapan hara (N, P, K) oleh tanaman, serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil
shorgum pada tanah salin di Kabupaten Kupang.
6
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah rendahnya produktivitas lahan di Nusa Tenggara Timur. Tanah
salin adalah salah satu bentuk lahan marginal yang penyebarannya cukup luas di
Pulau Timor, khususnya di Kabupaten Kupang. Kadar garam yang tinggi pada tanah
salin ternyata memberikan dampak buruk bagi tanah dan tanaman sehingga lahan
tersebut kurang produktif untuk dijadikan sebagai lahan pertanian khususnya bagi
tanaman pangan yang tergolong sensitif terhadap salinitas.
Pengaruh buruk salinitas terhadap tanah dan tanaman mengindikasikan perlunya
kegiatan pengelolaan tanah salin untuk kegiatan budidaya tanaman. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan Fungi Mikoriza
Arbukula (FMA) indigen dan abu sekam padi sebagai amelioran organik. Beberapa
hasil penelitian telah membuktikan bahwa inokulasi FMA mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman pada tanah salin dibandingkan dengan tanaman yang tidak
diinokulasi. Hal ini diduga karena mikoriza mampu meningkatkan ketersediaan unsur
hara dan menjadi filter yang dapat mengikat Na, serta meningkatan ketersediaan air
di tanah salin.
Beberapa hasil penelitian mengenai pemanfaatan abu sekam padi sebagai
ameioran organik pada tanah salin menujukkan bahwa bahan organik mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pada tanah salin. Hasil penelitian
Woda (2006) menunjukkan bahwa pemberian abu sekam padi nyata menurunkan
salinitas tanah, meningkatkan hara P, K, Ca, dan dapat menurunkan pH tanah serta
meningkatkan hasil bayam cabut. Hasil bayam cabut tertinggi diperoleh pada
perlakuan dosis abu sekam padi 80 ton ha-1. Selanjutnya, hasil penelitian Ndua (2015)
juga menunjukkan pemberian abu sekam padi dengan dosis 60 ton ha -1 memiliki
kemampuan terbaik dalam menurunkan salinitas tanah dari 4,35 mmhos/cm menjadi
0,83 mmhos/cm dan mampu menghasilkan bobot segar polong buncis pertanaman
tertinggi yakni 24,73 g.
(3) Penelitian ini diarahkan pada pemanfaatan berbagai potensi lokal yang keberadaanya
relatif berlimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal, seperti lahan salin yang
sebarannya relatif luas. Isolat FMA yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
isolat mikoriza indigen yang telah lama berkembang dan beradaptasi dengan baik
pada kondisi lingkungan setempat sehingga diasumsikan akan lebih efektif
pengaruhnya dibandingkan isolat FMA eksogen.
7
Eksplorasi jenis-jenis FMA pada suatu daerah merupakan studi awal yang
penting dan diperlukan untuk dapat mengidentifikasi jenis-jenis FMA dominan dan
spesifik yang ada pada suatu kawasan. Dari eksplorasi tersebut akan diperoleh
informasi tentang keanekaragaman jenis-jenis FMA sebagai sumber material penting
untuk seleksi guna mendapatkan isolat FMA yang potensial dan efektif, serta mampu
beradaptasi pada kondisi lahan dan komoditas spesifik. Hasil penelitian Adu Tae dkk,
(2007) pada tanaman jagung di daerah Babau Kupang Timur juga membuktikan
bahwa inokulasi FMA indigen yang diisolasi dari rhizofer jeruk keprok So’E
memberikan respons yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
dibandingkan dengan cMVA eksogen asal Serpong.
(4) Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dihasilkan paket teknologi budidaya tanaman
sorgum pada lahan salin yang relatif mudah dan murah serta terjamin
keberlanjutannya. Mudah dalam artian, teknologi pengelolaan tanah salin melalui
aplikasi FMA dan abu sekam padi sangat memungkinkan untuk diterapkan di tingkat
petani. Murah dalam artian isolat mikoriza yang digunakan merupakan isolat mikoriza
indigen sehingga tidak perlu didatangkan dari tempat lain. Demikian pula,
ketersediaan abu sekam padi di Kabupaten Kupang relatif berlimpah sehingga tidak
memerlukan biaya besar untuk pengadaannya.
Penelitian ini dirancang dalam dua tahapan (2 tahun pelaksanaan) kegiatan. Tahapan
pertama dilakukan melalui 2 set percobaan terpisah. Percobaan pertama adalah Isolasi dan
Seleksi FMA Indigen dari Rhizosfer Berbagai Jenis Tanaman yang Tumbuh di Tanah Salin
Kabupaten Kupang. Percobaan kedua adalah uji pengaruh dosis abu sekam padi terhadap
penurunan salinitas tanah dan peningkatan pertumbuhan serta produksi tanaman sorgum pada
penanaman skala kaca. Luaran yang dihasilkan dari tahapan penelitian yang pertama
adalah: (1) diperolehnya informasi mengenai biodiversitas dan identitas FMA pada rhisozfer
berbagai jenis tanaman yang tumbuh pada tanah salin di Kabupaten Kupang; (2)
diperolehnya dua isolat FMA yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan
serta hasil tanaman sorgum pada tanah salin di Kabupaten Kupang; (3) diperolehnya dua
perlakuan dosis abu sekam padi yang memberikan pengaruh terbaik terhadap penurunan
salinitas tanah, serapan hara, pertumbuhan serta hasil shorgum pada tanah salin di
Kabupaten Kupang.
Tahapan penelitian yang kedua (pelaksanaan tahun kedua) merupakan lanjutan
dari tahapan penelitian pertama. Dua isolat FMA dan dua perlakuan dosis abu sekam padi
terbaik kemudian dikombinasikan dan diuji efektivitasnya terhadap penurunan salinitas dan
8
produksi tanaman sorgum pada percobaan skala rumah kaca dan skala lapangan. Luaran
yang dihasilkan pada tahapan penelitian yang kedua adalah diperolehnya kombinasi
perlakuan isolat FMA dan dosis abu sekam padi yang memiliki efektivitas tertinggi dalam
menurunkan salinitas tanah, meningkatkan serapan hara (N, P, K), serta meningkatkan
pertumbuhan dan hasil shorgum pada tanah salin di Kabupaten Kupang. Hasil penelitian
pada masing-masing tahapan akan dimuat pada sekurang- kurangnya dua jurnal ilmiah
nasional terakreditasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Hasil pengukuran EC meter dapat memberikan indikasi jumlah elektrolit dalam larutan tanah.
Semakin tinggi nilai EC maka semakin banyak pula garam yang terkandung dalam larutan
tanah tersebut (FAO, 2005).
Berdasarkan nilai DHL, Tan (1998) menyatakan tanah dikatakan salin jika nilai DHL-
nya lebih besar atau sama dengan 4 mmhos/cm, dengan pH tanah < 8,5 pada suhu 25oC serta
Persentase Natrium Tertukar (PNT)-nya adalah < 15%. Lebih lanjut, Follet et al (1981)
dalam FAO (1985) mengklasifikasikan salinitas tanah kedalam 3 kelompok yaitu : (a) tanah
salin; daya hantar listriknya > 4,0 dS/m, pH < 8,5 dan Na-dd < 15%, (b) tanah sodik; daya
hantar listrik < 4,0 dS/m, pH > 8,5 dan Na-dd > 15%, (c) tanah salin sodik; daya hantar listrik
> 4,0 dS/m, pH < 8,5 dan Na-dd > 15%.
2.1.2. Pengaruh Salinitas Tanah Terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman
Konsentrasi garam berlebih dalam tanah dapat berpengaruh buruk terhadap sifat fisik
dan kimia tanah, seperti terjadinya peningkatan tekanan osmotik dan potensial ionisasi;
memburuknya infiltrasi; kerusakan struktur tanah, memburuknya permeabilitas tanah, serta
menurunnya konduktivitas (Brady and Weil, 2002). Lebih lanjut, Tan (1998) mengemukakan
kehadiran ion Na+ pada tanah salin juga menyebabkan partikel-partikel tanah tersuspensi.
Dengan pengeringan, tanah membentuk lempeng-lempeng keras dan terjadi pembentukan
kerak di permukaan tanah yang berdampak pada penurunan porositas tanah dan terhambatnya
aerasi tanah. Di samping itu, Kandungan Na+ yang tinggi dalam air tanah dapat menyebabkan
pH tanah dapat menjadi lebih tinggi karena kompleks jerapan dipenuhi oleh Na + dan hal ini
akan meningkatkan presentase pertukaran Natrium (Na-dd). Pertumbuhan tanaman secara
drastis akan menurun bila Na-dd mencapai 10% (Singh, Chabra dan Abrol, 1985 dalam Basri,
1991).
Keseluruhan pengaruh merugikan yang ditimbulkan oleh salinitas terhadap sifat tanah
pada gilirannya juga akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman dapat terjadi melalui tiga aspek yaitu
tekanan osmosis, keseimbanagn hara, dan pengaruh racun (Havlin et al., 1999; Brady and
Weil, 2002). Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan
tekanan osmotik sehingga akan menghambat penyerapan air dan hara. Tingginya konsentrasi
garam dalam tanah dibandingkan dengan sel-sel akar juga berakibat pada penyerapan air oleh
tanah dari sel-sel akar atau yang dikenal dengan istilah plasmolisis sel. Selain pengaruh
merusak dari garam melalui daya osmosis, konsentrasi Na + yang tinggi juga dapat
10
maningkatkan nilai pH tanah yang akan berdampak pada kekurangan unsur hara mikro
(Follet et al., 1981 dalam FAO, 1985).
Menurut Maas dan Nieman (1987) dalam Basri (1991) dampak salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman diantaranya adalah terhambatnya pembesaran dan pembelahan sel,
rusaknya sel-sel tanaman. Kerusakan struktur sel tanaman akibat salinitas meliputi
kehilangan integritas membran, kerusakan lamella, kekacauan organel sel, dan akumulasi Ca-
oksalat dalam sitoplasma, vakuola, dinding sel, dan ruang antar sel. Kerusakan struktur sel ini
akan mengganggu transportasi air dan hara mineral dalam jaringan tanaman. Disamping itu,
salinitas juga menyebabkan terhambatnya sintesis protein dan terhambatnya suplai hasil
metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel.
Putri (2011) melaporkan beberapa hasil penelitian tentang pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Ping-An et al., (2003) menunjukkan bahwa salinitas
tanah menyebabkan terhambatnya pemanjangan dan perkembangan sel akar tanaman kedelai
varietas Dare dan Tachiyutaka. Pemberian NaCl sebanyak 40 mM menyebabkan penurunan
pertumbuhan akar sebanyak 24 % dan 54% pada masing-masing varietas tersebut, demikian
juga halnya terjadi pada tanaman melon varietas honey dew dan Eshkolit Ha’ Amaqim.
Selanjutnya hasil penelitian Neto et al (2004) menunjukkan bahwa salinitas menyebabkan
perubahan pada parameter morfologi tanaman jagung seperti tinggi tanaman, jumlah daun
dan juga rasio tajuk/akar, salinitas juga dilaporkan mampu menurunkan berat tajuk dan akar
tanaman. Pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin, terjadi penurunan dalam
analisis pertumbuhan seperti luas daun, berat kering tajuk, berat kering akar, laju asimilasi
bersih dan laju pertumbuhan nisbi. Selanjutnya hasil penelitian
2.1.3. Aplikasi Mikoriza Indigen dan Abu Sekam Padi Terhadap Sifat tanah,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman pada Tanah Salin
11
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah kelompok mikroba tanah yang
menguntungkan dan ditemukan dalam jumlah besar di berbagai tipe ekosistem alami maupun
ekosistem buatan. FMA memegang peranan penting dalam penyediaan nutrisi bagi tanaman
baik pada lahan pertanian maupun pada ekosistem alami dan dan memberikan fungsi
perlindungan bagi tanaman terhadap berbagai kondisi cekaman lingkungan.
Manfaat dari cendawan mikoriza secara umum menurut Sieversing (1991) dan
Nuhamara (1994) adalah sebagai berikut: mikoriza berperan penting dalam meningkatkan
penyerapan air dan hara dari dalam tanah. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman
bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran masa
seperti N, K, dan S sehingga serapan unsur tersebut juga meningkat. Serapan P juga
mengalami peningkatan karena hifa mikoriza mengeluarkan enzim fosfatase dan/atau asam
organik yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik sehingga tersedia bagi
tanaman.
Mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen dan unsur toksik. Mekanisme
perlindungan terhadap infeksi patogen berhubungan kuat dengan perubahan morfologi dan
fisiologi atau biokimia dari tanaman inang. Perubahan morfologi seperti lignifikasi dari
dinding sel, produksi polisakarida, dan peningkatan sistem vaskular dari tanaman yang
semuanya dapat melindungi akar dari patogen karena sulitnya penetrasi patogen pada akar.
Perubahan fisiologi seperti peningkatan konsentrasi P dan K pada jaringan tanaman
menyebabkan ketahanan akar terhadap patogen juga meningkat.
Mekanisme perlindungan FMA terhadap tanaman dari pengaruh buruk logam berat
dan unsur toksik dapat terjadi melalui: (a) efek filtrasi, (b) menonaktifkan secara kimiawi,
dan (c) penimbunan unsur tersebut dalam hifa cendawan mikoriza, (d) Mikoriza dapat
meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan. Jalinan hifa yang berkembang intensif
pada akar tanamn yang diinfeksi akan memperluas daerah penyerapan akar tanaman, serta
ukuran hifa yang lebih halus memungkinkan hifa mampu menyusup ke pori kapiler sehingga
serapan air untuk kebutuhan tanaman inang meningkat. Keberadaan FMA juga dapat
meningkatkan produksi hormon tumbuh dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auksin yang
sangat membantu dalam pertumbuhan awal tanaman
Mikoriza dapat memperbaiki status fisika dan nutrisi tanah. Fungi mikoriza diketahui
dapat mengikat dan mengagresi pertikel tanah melalui pertumbuhan miselium yang intensif
dan hal ini menjadi konteol potensial untuk erosi tanah. Fungi mikoriza juga mempunyai
peranan penting sebagai jalur transportasi untuk nutrisi dalam prosis siklus nutrisi. Melalui
eksploitasi yang ekstensif oleh miselium, cendawan mikoriza dapat mengekstrak nutrisi yang
12
terlarut dengan lebih intensif dan efisien dari dalam tanah, dengan demikian dapat
menghindari fiksasi kimia atau pencucian nutrisi.
Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa inokulasi mikoriza pada
perakaran tanaman mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tanah salin
dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi. Hal ini diduga karena mikoriza mampu
meningkatkan ketersediaan P menjadi filter yang dapat mengikat Na, serta meningkatan
ketersediaan air di tanah salin. Lozano et al (2000) dalam Subiksa (2002) menujukan isolat
FMA seperti Glomus SPP. mampu hidup dan berkembang pada kondisi salinitas tinggi serta
secara signifikan mampu menekan penurunan hasil tanaman akibat salinitas. Penelitian lain
yang dilakukan oleh AL-kariki (2000) juga menujukan bahwa inokulasi FMA pada tanaman
tomat yang ditumbuhkan pada beberapa tingkat salinitas menghasilkan bobot kering tanaman
dan serapan hara P dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi
FMA. Diduga FMA mampu meningkatkan serapan hara seperti P, Zn, Cu, dan dapat
berperan sebagai filter bagi unsur hara tertentu yang tidak dikehendaki oleh tanaman seperti
Na.
Aplikasi abu sekam padi dapat menurunkan salinitas tanah karena abu sekam padi
mengandung unsur Ca, Mg, dan K yang relative tinggi sehingga dapat dipertukarkan dengan
ion Na. Hal tersebut dapat terjadi karena abu sekam padi adalah adsorban (adsorban kimia),
dimana adsorbsi dapat terjadi akibat daya tarik molekul di permukaan adsorban. Adsorbsi
terjadi dengan cara mempertukarkan ion. Brady dan Weil (2002) mengemukakan bahwa ion
Na+ merupakan ion yang terikat paling lemah dalam deret lyotropic sehingga mudah
dipertukarkan. Dengan demikian, pemberian abu sekam padi yang mengandung kation Ca 2+,
Mg2+, dan K+ akan memungkinkan terjadinya pertukaran kation-kation tersebut dengan kation
Na yang terikat lemah pada koloid tanah.
13
Sorgum merupakan tanaman dengan beragam kegunaan. Sebagai bahan pangan, biji
sorgum dapat dikonsumsi langsung dengan cara ditanak seperti beras (nasi). Sorgum juga
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, yakni biji sorgum untuk bahan campuran ransum
pakan ternak unggas, sedangkan batang dan daun sorgum untuk pakan ternak ruminansia.
Selain sebagai pakan ternak, biji sorgum yang mengandung karbohidrat tinggi sering juga
digunakan sebagai bahan baku bermacam-macam industri seperti industri beer, pati, gula cair
(sirup), jaggery (semacam gula merah), etanol, lem, cat, kertas, degradable plastics, dan lain-
lain.
Rismunandar (1989) mengemukakan, sorgum merupakan tanaman yang mempunyai
daya adaptasi yang luas. Hal ini terlihat dari kemampuannya yang dapat tumbuh pada dataran
rendah hingga 1500 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman sorgum juga toleran
terhadap kondisi iklim yang berbeda-beda, termasuk kondisi iklim ekstrim seperti daerah
kering dengan suhu udara yang tinggi, dan juga toleran pada kisaran kondisi tanah yang luas.
Dengan daya adaptasi yang luas tersebut, sangat memungkinkan untuk mengarahkan
pengembangan sorgum manis pada lahan-lahan marginal, lahan tidur, atau lahan non-
produktif lainnya, sehingga tidak berkompetisi dengan tanaman lain.
14
TTS (Desa Silu dan Desa Karang Sirih) dan isolat mikoriza dari Kabupaten TTU (Desa
Oeluan dan Desa Webrimata.
Delvian (2010) telah melakukan penelitian tentang Keberadaan Cendawan Mikoriza
Arbuskula di Hutan Pantai Berdasarkan Gradien Salinitas. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa status mikoriza pada tegakan hutan pantai Pulau Pandang Kabupaten
Batubara, Sumatera Utara termasuk kategori tinggi (95% tanaman) dengan kisaran kolonisasi
antara 8,9% - 68,5%. Kepadatan spora CMA dan persentase kolonisasi berhubungan negatif
dengan tingkat salinitas tanah. Spora CMA tipe Glomus mempunyai frekuensi kehadiran
paling tinggi yang diikuti berturut-turut spora tipe Acaulospora, Sclerocystis dan Gigaspora.
Sujana, dkk., (2013) telah melakukan penelitian mengenai Perubahan Usur Hara
Makro C, N, P, K dan C/N Rasio Tanah Salin Karawang Akibat Pemberian Bokashi Jerami
dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pemberian bokashi dan FMA pada tanah salin Pakis Karawang dapat meningkatkan nitrogen
total dan C organik tanah dan berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan
beberapa komponen hasil tanaman kedelai.
Rahmawati, dkk., (2013) telah melakukan penelitian tentang Eksplorasi dan
Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula sebaga Upaya Penyediaan Biofertilizer di Lahan
Salin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jenis fungi mikoriza arbuskular yang
berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari lahan salin di Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang pada DHL 5 – 6 mmhos/cm dan 7 – 8 mmhos/cm ada 5 jenis yaitu
Glomus sp.-1, Glomus sp.-2, Glomus sp.-3, Glomus sp.-4 dan Glomus sp.-5. Jumlah spora
pada kelima tipe FMA tersebut meningkat setelah dilakukan trapping (pemerangkapan)
baik pada tanah salin, sedangkan tipe spora tidak mengalami penambahan jenis setelah
dilakukan trapping. Persentase kolonisasi pada akar tanaman inang kudzu cukup tinggi yaitu
lebih dari 70% dan terlihat adanya vesikel pada akar yang terinfeksi yang menunjukkan
isolate yang dihasilkan berpotensi digunakan sebagai biofertilizer pada tanah salin.
2.2.2. Hasil Penelitian Aplikasi Abu Sekam Padi pada Lahan Pertanian
Batha (2003) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Abu Sekam
Padi pada Tanah Salin terhadap Tingkat Salinitas dan Hasil Sawi (Brasica juncea L). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis abu sekam padi yang diberikan
pada tanah salin maka salinitas tanah semakin menurun. Hasil sawi tertinggi diperoleh pada
perlakuan dosis abu sekam padi sebesar 40 ton ha-1.
15
Woda (2006) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi
Terhadap Salinitas, Status Hara N, P, dan K Dan Hasil Bayam Cabut Di Tanah Salin. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian abu sekam padi nyata menurunkan
salinitas tanah, meningkatkan kandungan hara P, K, Ca, dan dapat menurunkan pH tanah
serta meningkatkan hasil bayam cabut. Dosis bayam cabut tertinggi diperoleh pada perlakuan
dosis abu sekam padi sebesar 80 ton ha-1
Ndua (2015) telah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi
dan Dosisi Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap Perubahan Salinitas dan Hasil Tanaman
Baby Buncis (Phaseolis vulgaris L.) pada Tanah Salin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian abu sekam padi dengan dosis 60 ton ha-1 memiliki kemampuan terbaik dalam
menurunkan salinitas tanah dari 4,35 mmhos/cm menjadi 0,83 mmhos/cm dan mampu
menghasilkan bobot segar polong buncis pertanaman tertinggi yakni 24,73 g.
Mendapatkan keragaman
Isolasi dan seleksi cMVA cMVA indigen dan
indigen dari berbagai memperoleh jenis isolat
tumbuhan /tanaman yang unggul pada tanah salin di
tumbuh di tanah salin kabupaten kupang NTT
PENELITIAN
TAHAP I
(TAHUN 2016)
Mendapatkan kombinasi
perlakuan isolate FMA dan
Uji Efektivitas Isolat Mikoriza
dosis abu sekam yang
Indigen dan Abu Sekam Padi
memberikan pengaruh terbaik
dalam Meningkatkan
terhadap penurunan salinitas
Produktivitas Tanaman Sorgum
dan peningkatan produksi
Pada Lahan Salin pada Skala
sorgum pada penanaman skala
Rumah Kaca
rumah kaca
PENELITIAN
TAHAP II
(TAHUN 2017)
Mendapatkan kombinasi
Uji Efektivitas Isolat Mikoriza
perlakuan isolate FMA dan
Indigen dan Abu Sekam Padi
dosis abu sekam yang
dalam Meningkatkan
memberikan pengaruh terbaik
Produktivitas Tanaman Sorgum
terhadap penurunan salinitas
Pada Lahan Salin pada Skala
dan peningkatan produksi
Lapangan
sorgum pada penanaman skala
lapangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Percobaan I. Isolasi dan Seleksi FMA Indigen dari Rhizosfer Berbagai Jenis
Tanaman yang Tumbuh di Tanah Salin Kabupaten Kupang
17
wilayahnya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Sampel tanah yang
diambil kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Isolasi spora FMA dilakukan dengan metode wet sieving secara bertingkat (Melville,
1993). Contoh tanah sebanyak 50 g disuspensikan dalam 1 liter air dan disaring pada saringan
500 µm (menampung akar dan partikel kasar) dan 45 µm (menampung spora dan partikel
halus) yang letaknya dibuat bertingkat. Spora akan tertahan pada saringan 45 µm dan
selanjutnya ditampung pada tabung sentrifuse sebanyak 100 ml. Kemudian larutan gula 70 %
dimasukkan melalui dasar tabung secara perlahan hingga mencapai volume 150 ml.
Selanjutnya larutan tersebut disentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Larutan
gula dan air akan terpisah oleh suatu lapisan pemisah yang berisi spora hasil isolasi, lalu
spora tersebut bisa diambil dengan suntikan sebanyak 50 ml dan disaring kembali pada
saringan 45 µm untuk membersihkan larutan gula. Spora disimpan dalam cawan petri dan
diamati pada mikroskop untuk dilakukan pemurnian dan perhitungan jumlah spora.
Perhitungan jumlah spora dilakukan menggunakan mikroskop. Untuk jumlah spora yang
banyak maka penentuan jumlah spora dilakukan dengan terlebih dahulu membagi wilayah
menjadi 4 kuadran.
Pemurnian spora isolat dilakukan dengan cara memisahkan masing-masing isolat
spora cMVA dengan menggunakan pipet yang berdiameter 0,5 mm. Pemisahan dilakukan
berdasarkan ukuran dan warna spora yang berbeda. Spora tersebut kemudian dipisahkan dan
disimpan dalam cawan petri lain untuk dihitung jumlahnya. Spora dalam cawan petri ini
selanjutnya digunakan sebagai inokulum.
Parameter yang diamati pada tahapan ini adalah: (1) jumlah spora per 100 g tanah, (2)
warna spora, dan (3) ukuran spora (diameter) pada masing-masing rhizosfer tumbuhan yang
tumbuh di tanah salin. Penentuan jumlah spora juga akan dilakukan pada masing-masing
warna dan ukuran spora. Penentuan jumlah spora, warna, dan diameter spora dilakukan
secara deskriptif dengan menggunakan mikroskop.
2) Perbanyakan Isolat
Media tumbuh yang digunakan untuk perbanyakan isolat adalah tanah salin dengan
DHL 6 dS/m asal Desa Manikin Kabupaten Kupang, dengan tanaman sorgum varietas
Numbu sebagai tanaman inang. Tanah dikeringanginkan selama 1 minggu lalu dibersihkan
dari sisa-sisa tanaman dan kotoran lainnya kemudian dihancurkan dan disaring dengan
saringan 2 mm. Tanah dimasukkan dalam kantung plastik tahan panas dan disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C pada tekanan 15 atm selama 2 jam sebanyak 2 kali
dengan selang waktu sehari.
18
Benih shorgum disteril permukaan dengan cara direndam dalam clorox 3% selama 5
menit, lalu dibilas dengan aquades steril 3 kali dan direndam dalam air panas selama 2 menit.
Benih kemudian dibilas lagi dengan aquades steril sebanyak 2 kali lalu direndam dalam air
dingin selama 1 jam, setelah itu benih siap digunakan.
Tanah steril sebanyak 30 kg BKU (berat kering udara) dimasukkan dalam wadah
penanaman berupa ember besar yang telah dilubangi bagian dasarnya. Isolat hasil pemurnian
disebar di atas media lalu ditimbun dengan tanah tipis kemudian 6 benih sorgum dibenamkan
dan ditimbun kembali dengan sisa tanah yang ada. Tanaman disiram dengan air bebas ion,
setelah umur 2 minggu disiram dengan larutan hyponex merah (25% N, 5% P2O5, 20% K2O)
sebanyak 1 g L-1 air, setiap 2 kali seminggu.
Parameter yang diamati pada tahapan ini meliputi: (1) jumlah spora per 100 gram
tanah; dan (2) tingkat infeksi akar. Pengamatan jumlah spora dan tingkat infeksi akar
dilaksanakan pada dua bulan setelah dilakukan perbanyakan. Penentuan jumlah spora
dilakukan secara manual dengan membagi wilayah menjadi 4 kuadran untuk jumlah spora
yang sangat banyak, sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akar pada morfologi
akar diamati secara visual maupun dengan melakukan clearing dan staining. Untuk
pewarnaan digunakan Lactophenol (trypan blue). Secara visual dilakukan pengamatan
terhadap permukaan akar karena diketahui bahwa akar tanaman sorgum yang terinfeksi
mikoriza terpigmentasi berwarna kuning dan biasanya larut dalam air.
Pengamatan ada tidaknya infeksi dengan metode clearing dan staining dilakukan
dengan mencuci semua sampel akar, kemudian dimasukkan ke dalam tabung film dan
direndam dalam larutan KOH 5% yang dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90 0C
selama 20 sampai 30 menit. Setelah itu akar dikeluarkan dan dicuci dengan air aquades
kemudian direndam dalam HCL 1% selama 20 menit. Selanjutnya akar direndam dalam
trypan blue yang dipanaskan pada suhu 900C selama 20 sampai 30 menit. Setelah pewarnaan
selesai, contoh akar disimpan dalam larutan gliserol.
Tingkat infeksi ditentukan dengan metode Gridline Intersection (Giovanetti dan
Mosse, 1980). Dalam hal ini, contoh akar diletakkan dalam cawan petri yang sudah dibuat
petak 1 x 1 cm dan diatur letaknya dengan menggunakan pinset. Akar terinfeksi yang
berpotongan dengan garis petak dihitung persentasenya berdasarkan seluruh sampel akar
yang juga berpotongan.
3) Seleksi Isolat
19
Seleksi isolat dilakukan saat perbanyakan spora masing-masing isolat. Kriteria seleksi
dilakukan berdasarkan tinggi tanaman, bobot kering pupus, jumlah spora per 100 gram tanah,
dan tingkat infeksi akar. Dari hasil pengamatan tersebut, selanjutnya dipilih isolat-isolat
terbaik berdasarkan hasil analisis kelompok (cluster analysis) (Johnson and Wichern, 1988),
dengan menggunakan Software Minitab Versi 14. Penggunaan analisis kelompok
dimaksudkan untuk mengelompokkan isolat menjadi beberapa kelompok dengan nilai
kemiripan atau nilai kesamaan (similarity) yang sama dibandingkan dengan isolat dari
kelompok yang berlainan. Dua kelompok isolat yang mempunyai tinggi tanaman, bobot
kering pupus tertinggi, jumlah spora terbanyak, dan tingkat infeksi tertinggi akan digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
b. Percobaan II. Uji Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi terhadap Penurunan
Salinitas Tanah, Peningkatan Serapan Hara, Pertumbuhan dan Hasil Sorgum
pada Tanah Salin
Aplikasi abu sekam padi pada tanah salin diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan hidup dan hasil sorgum di daerah pesisir yang terkena dampak salinitas.
1) Rancangan Perlakuan
Tahapan penelitian ini dirancang dalam percobaan penanaman tanaman sorgum pada
skala rumah kaca dengan mengaplikasikan perlakuan dosis abu sekam padi dengan
menggunakan rancangan lingkungan berupa rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang
dicobakan adalah: tanpa aplikasi abu sekam padi (Ao); aplikasi abu sekam padi dengan dosis
10 ton ha1 (A1); 20 ton ha-1 (A2); dosis 30 ton ha-1 (A3); dosis 40 ton ha-1 (A4). Masing-
masing perlakuan dibuat dalam 3 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 15 satuan
percobaan berupa pot penanaman.
2) Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan untuk tahapan ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
(a) Pembuatan Abu Sekam Padi; diawali dengan penyiapan limbah sekam padi yang
diambil dari tempat penggilingan padi. Sekam padi lalu ditumpuk pada permukaan
tanah kemudian dituangkan minyak tanah secukupnya pada tumpukan tersebut dan
dibakar. Pembakaran sekam padi menjadi abu dilakukan selama kurang lebih satu
hari.
(b) Persiapan Media Tanam dan Aplikasi Abu Sekam Padi. Media tanam yang
digunakan adalah tanah salin asal Desa Manikin, Kecamatan Kupang Tengah yang
20
diambil pada jarak 50 hingga 100 meter dari bibir pantai pada kedalaman 0 – 20 cm
(analisis salinitas tanah awal dilakukan untuk mendapatkan tingkat salinitas (DHL) >
4,0 dS/m). Pengambilan tanah dilakukan secara komposit kemudian dikeringanginkan
selama 2 minggu. Setelah itu, tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, batuan, kerikil
dan kotoran lainnya lalu dihaluskan dan diayak dengan saringan 2 mm. Tanah
kemudian ditimbang sebanyak 30 kg kemudian dicampur secara merata dengan abu
sekam padi dengan dosis sesuai perlakuan kemudian ditempatkan pada wadah berupa
ember dengan kapasitas tampung tanah sebanyak 30 kg yang bagian dasarnya telah
dilubangi.
(c) Penanaman; Benih sorgum yang akan ditanam terlebih dahulu disterilisasi
permukaan dengan 70% larutan chlorox 3% lalu dibilas dengan aquades sebanyak 3
kali. Sebelum benih jagung ditanami, media tanam disiram terlebih dahulu sampai
kapasitas lapang. Tiap pot ditanami 3 benih dan pada umur tanaman 2 minggu setelah
tanam dilakukan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman sehat per pot.
(d) Aplikasi Pupuk; Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk urea
dengan dosis 200 kg ha-1, pupuk KCl dengan dosis 150 kg ha-1, dan pupuk SP-36
dengan dosis 200 kg ha-1. Pemupukan dilakukan dilakukan saat tanam secara tugal di
permukaan pot sedalam 5 cm.
(e) Pemeliharaan Tanaman; Tanaman disiram setiap hari sampai kadar airtanah
mencapai kapasitas lapang. Penyiangan dilakukan setiap ada gulma yang tumbuh
pada pot dengan cara mencabut gulma tersebut. Pengendalian hama dengan penyakit
dilakukan dengan metode kimiawi menggunakan pestisida yang disesuaikan dengan
jenis hama dan patogen yang menyerang tanaman dengan memperhatikan tingkat
serangan hama dan patogen tersebut.
(f) Pemanenan; Panen dilakukan setelah tanaman berumur 120 HST yang ditandai
dengan ciri-ciri fisik tanaman seperti warna biji telah berubah dari putih menjadi
coklat muda, biji sudah keras dan bila digigit terasa tepungnya.
3) Variable pengamatan
Variabel yang diamati pada tahapan ini adalah: (1) Daya Hantar Listrik/DHL; (2)
Kandungan hara N, P, dan K tanah saat panen; (3) Kandungan hara N, P, dan K, jaringan
tanaman pada saat panen; (4) variabel pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman, jumlah
daun, dan biomassa tanaman; dan variabel hasil tanaman berupa bobot kering biji per
tanaman dan bobot kering 1000 biji per tanaman.
21
4) Analisis Data
Data hasil pengamatan akan dianalisis dengan sidik ragam (anova) untuk melihat
pengaruh perlakuan yang dicobakan dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan dan melihat kombinasi perlakuan yang
memberikan hasil terbaik menurut petunjuk Gomez dan Gomez (1995), .
Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan penelitian I. Dua perlakuan isolat
FMA terbaik dan dua perlakuan dosis abu sekam padi terbaik yang diperoleh pada penelitian
tahun pertama kemudian dikombinasikan dan diuji efektivitas terhadap penurunan laju
salinitas dan produksi tanaman sorgum pada percobaan skala rumah kaca dan skala
lapangan.
a. Percobaan I. Uji Efektivitas Isolat Mikoriza Indigen dan Abu Sekam Padi
terhadap Penurunan Salinitas Tanah, Peningkatan Serapan Hara dan Produksi
Sorgum pada Percobaan Skala Rumah Kaca
1) Rancangan Perlakuan
Percobaan dirancang dalam pola percobaan faktorial dua faktor dengan
menggunakan rancangan lingkungan berupa rancangan acak lengkap (RAL). Faktor
perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut. Faktor pertama berupa Perlakuan Isolat
Mikoriza indigen (M), yang terdiri dari 3 level perlakuan yakni: tanpa isolat mikoriza (M0);
isolat mikoriza jenis I (M1); dan isolat mikoriza jenis II (M2). Faktor kedua berupa
perlakuan dosis abu sekam padi (A), yang terdiri dari 3 level perlakuan yakni: tanpa abu
sekam padi (A0); dosis terbaik I abu sekam padi (A1); dan dosis terbaik II abu sekam padi
(A2). Masing-masing kombinasi perlakuan dibuat dalam 3 ulangan sehingga secara
keseluruhan terdapat 27 satuan percobaan berupa pot pertanaman.
2) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini relatif sama dengan pelaksanaan penelitian
pada Kegiatan Tahap I percobaan II, yakni sebagai berikut:
(a) Pembuatan Abu Sekam Padi
(b) Persiapan Media Tanam dan Aplikasi Abu Sekam Padi
(c) Penanaman dan Inokulasi Spora Mikoriza
(d) Aplikasi Pupuk
(e) Pemeliharaan Tanaman
22
(f) Pemanenan
3) Variable pengamatan
Variabel yang diamati pada tahapan ini adalah: (1) Daya Hantar Listrik/DHL tanah;
(2) jumlah spora per 100 gram tanah; (3) tingkat infeksi akar; (4) kandungan hara N, P, dan K
tanah saat panen; (5) kandungan hara N, P, K jaringan tanaman pada saat panen; (4) variabel
hasil tanaman berupa bobot kering biji per tanaman; bobot kering 1000 biji per tanaman; dan
bobot biomassa tanaman.
4) Analisis Data
Data hasil pengamatan akan dianalisis dengan sidik ragam (anova) untuk melihat
pengaruh perlakuan yang dicobakan dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan dan melihat kombinasi perlakuan yang
memberikan hasil terbaik.
b. Percobaan II. Uji Efektivitas Isolat Mikoriza Indigen dan Abu Sekam Padi
terhadap Penurunan Salinitas Tanah, Peningkatan Serapan Hara dan Produksi
Sorgum pada Percobaan Skala Lapangan
1) Rancangan Perlakuan
Percobaan dilakukan pada lahan salin milik masyarakat di Desa Maninikin
Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih
dahulu dilakukan survai lokasi dengan menggunakan sistem transek untuk mendapatkan
tingkat salinitas yang diinginkan (DHL > 4 dS/m). Titik awal transek dimulai dari 10 m
dari garis pantai menuju ke 3 arah diagonal menjauh dari garis pantai. Setiap 25 meter dari
tiap garis diagonal yang telah ditetapkan akan diberi tanda lapangan dan dicatat titik
koordinatnya. Pada titik tersebut diambil masing-masing 5 sampel tanah untuk dianalisis
DHLnya di laboratorium. Lokasi yang memiliki nilai DHL tanah > 4 dS/m kemudian
ditetapkan sebagai lokasi percobaan.
Percobaan dirancang dalam pola percobaan faktorial dua faktor dengan
menggunakan rancangan lingkungan berupa rancangan acak kelompok (RAK). Faktor
perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut. Faktor pertama berupa Perlakuan Isolat
Mikoriza indigen (M), yang terdiri dari 3 level perlakuan yakni: tanpa isolat mikoriza (M0);
isolat mikoriza jenis I (M1); dan isolat mikoriza jenis II (M2). Faktor kedua berupa
perlakuan dosis abu sekam padi (A), yang terdiri dari 3 level perlakuan yakni: tanpa abu
sekam padi (A0); dosis terbaik I abu sekam padi (A1); dan dosis terbaik II abu sekam padi
(A2). Masing-masing perlakuan dibuat dalam 3 ulangan (blok) sehingga secara keseluruhan
23
terdapat 27 satuan percobaan berupa bedengan penanaman.
2) Pelaksanaan Kegiatan
(a) Pembuatan Abu Sekam Padi
(b) Persiapan Lahan dan Aplikasi Abu Sekam Padi
(c) Penanaman dan Inokulasi Spora Mikoriza
(d) Aplikasi Pupuk
(e) Pemeliharaan Tanaman
(f) Pemanenan
3) Variable pengamatan
Variabel yang diamati pada tahapan ini adalah: (1) Daya Hantar Listrik/DHL tanah;
(2) jumlah spora; (3) tingkat infeksi akar; (4) kandungan hara N, P, dan K tanah saat panen;
(5) kandungan hara N, P, dan K jaringan tanaman pada saat panen; (4) variabel hasil tanaman
berupa bobot kering biji per tanaman; bobot kering 1000 biji per tanaman; dan bobot
biomassa tanaman.
4) Analisis Data
Data hasil pengamatan akan dianalisis dengan sidik ragam (anova) untuk melihat
pengaruh perlakuan yang dicobakan dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan dan melihat kombinasi perlakuan yang
memberikan hasil terbaik.
Tabel 3.1. Luaran dan indikator capaian kinerja penelitan selama dua tahun.
Tahapan Kegiatan Luaran Indikator Capaian
24
Penelitian
(1) (2) (3) (4)
Tahap I Percobaan I. Isolasi dan Diperolehnya informasi Tersedianya data jumlah spora,
(Tahun 2016) Seleksi FMA Indigen mengenai biodiversitas dan warna spora, ukuran spora
dari Rhizosfer Berbagai identitas FMA pada rhisozfer (diameter), tingkat infeksi akar
Jenis Tanaman yang beberapa jenis tanaman yang pada masing-masing rhizosfer
Tumbuh di Tanah Salin tumbuh pada tanah salin di tumbuhan yang tumbuh di tanah
Kabupaten Kupang Kabupaten Kupang; salin;
25
Gambar 3.1. Fishbone/Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
26
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Adinugraha, H. A., 2013. Sifat-sifat Tanah dan Problematika Lahan Terdegradasi serta Cara
Mengatasinya. http://forestryinformation.wordpress.com/. Diakses tanggal 20 Maret
2014.
Adu Tae, A. S. J dan M. Kasim, W. Duaja, IGB Adwita Arsa, J.A. Londingkene. 2005.
Eksplorasi dan Isolasi Cendawan Mikoriza Indigen Potensial dari Rhizosfer Jeruk
Keprok So’E sebagai Agensia Pupuk Hayati. Fakultas Pertanian, Universitas Nusa
Cendana, Kupang.
Adu Tae, A.S.J., L.F. Ishaq, dan M.M. Airtur, 2006. Efek Pemberian Mikoriza Indigen dan
Dosis Pupuk P Terhadap pH Tanah, P Jaringan, Biomassa Pupus dan Hasil Biji
Kedelai pada Alfisols.
Adu Tae, A.S.J., L.F. Ishaq, dan M.M. Airtur., 2008. Eksplorasi Endomikoriza
Indigen Potensial dari Rhizosfer Berbagai Tanaman Semi Ringkai Pulau Timor
sebagai Agensia Pupuk Hayati. Laporan Penelitian Hibah Bersaing (Tahun 1).
Universitas Nusa Cendana.
Bako, P.O., R. Pollo, dan M.M. Airtur. 2009. Seleksi dan Aplikasi Isolat Mikoriza Indigen
Lahan Kering Pulau Timor Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air,
Serapan Hara dan Hasil Tanaman Jagung
Basri. H., 1991. Pengaruh Stress Garam Terhadaap Pertumbuhan dan Produski Empat Varietas
Kedelai. Thesis Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Batha, Y.J., 2003. Pengaruh Pemberian Dosis Abu Sekam Padi pada Tanah Salin terhadap
Tingkat Salinitas dan Hasil Sawi (Brassica juncea L). Skripsi Fakultas Pertanian
Undana, Kupang.
Billy, N., 2003. Pengaruh Tingkat Salinitas Terhadap Nodulasi Rhizobium Dan Kemampuan
Tumbuh Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea, L.). Skripsi, Fakultas Pertanian
Undana, Kuapang.
FAO, 1985. Irrigation Methods. Land and Water Development Division. Irrigation Water
Management Training Manual No. 5.
FAO, 2005. Panduan Lapang FAO. Dua Puluh Hal untuk Diketahui tentang Dampak Air Laut
pada Lahan Pertanian Di Provinsi NAD.
Gomez, K. A. Dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi
Kedua. UI Press, Jakarta.
Havlin, J. L., D. Beaton, S. Tisdale, W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility And Fertilizers. Am
Introduction To Nutrient Management. 6th Eddition. Prentice Hall. New Jersey.
Ndua, N.D.Dj., 2015. Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi dan Dosis Pupuk Kandang Kotoran
Sapi Terhadap Perubahan Salinitas dan Hasil Tanaman Baby Buncis pada Tanah Salin.
Skripsi Fakultas Pertanian Undana, Kupang.
Nuhamara, S. T., 1994. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan
Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Putri, I., 2011. Penurunan Hasil Tanaman Akibat Peningkatan Salinitas Tanah.
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/491-
penurunan-hasil-tanaman-akibat-peningkatan-salinitas-lahan/ Diakses tanggal 25
Maret 2015.
Rahmawati, N. Rosmiyati, Delvian, dan M. Basyui, 2013. Eksplorasi dan Identifikasi Fungi
Mikoriza Arbuskula sebagai Upaya Penyediaan Biofertilizer di Lahan Salin. Penelitian
Masalah Lingkungan di Indonesia. Hal 23 – 59.
Sudjana, B., W. Rianti dan Muharam, 2013. Perubahan Unsur Hara Makro C, N, P, K dan C/N
Rasio Tanah Salin Karawang Akibat Pemberian Bokashi Jerami dan Fungi Mikoriza
Arbuskula Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max
L. Merril). Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. Vol. 2 No. 2. Hal: 109-119. Diakses
tanggal 25 Maret 2015.
Tan, K. H., 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Woda, Y. B., 2006. Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi Terhadap Salinitas, Status Hara N, P, dan
K Dan Hasil Bayam Cabut Di Tanah Salin. Skripsi, Fakultas Pertanian Undana,
Kupang.
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian Tahap Pertama (Tahun 2013)
‘
Lampiran 2. Ketersediaan sarana dan prasaran penelitian
A. Identitas
Nama Lengkap ( dengan gelar) : Ir. Wiekandyne Duaja, MS
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
NIP : 19550705 198103 2 003
NIDN : 0005075513
Tempat dan Tanggal Lahir : Kupang, 5 Juli, 1955
Alamat Rumah : Perumahan Undana III/5 Kelapa Lima
Nomor Telepon/Faks/HP : 081339117566
Alamat Kantor : Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Jln.
Adisucipto Penfui Kupang 85001
Nomor Telepon/Faks : (0380) 881085/881085
Alamat e-mail : wduaja@yahoo.com
Lulusan yang Telah Dihasilkan : S-1=80 orang; S-2=2 orang; S-3= - orang
Mata Kuliah yang Diampu : 1. Dasar-dasar Ilmu Tanah
2. Kesuburan Tanah
3 Pupuk dan Pemupukan
4. Konservasi Tanah dan Air
5. Kimia Tanah
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Hasanuddin Universitas Padjadjaran -
Makassar Bandung
Bidang Ilmu Ilmu Tanah Pemuliaan Tanaman -
Tahun Masuk-Lulus 1973-1980 1987-2000 -
Judul Skripsi/Thesis/ Pengaruh Air Buangan Pengaruh Tiga Jenis -
Disertasi Pabrik Kertas Gowa Pupuk Nitrogen Dalam
Terhadap Kualitas Tanah di Meningkatkan Ketersediaan P dan
Maros, Sulawesi Selatan Hasil tanaman Kedelai di Tanah
Berkapur (Calcareous Soil)
Nama Pembimbing 1. DR. Ir. Muslimin Mustafa 1. Prof. Sulya Djaka Sutamii, Ir., -
2. Ir. Tangkai Sari M.Sc., Ph.D.
2. Dr. Ir. Aisah Aini, M.S
3. Ir. Husein Djayasukanta, M.Sc,
Ph.D
C. Pelaksanaan Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Sumber* Jumlah
(Juta Rp)
1. 2006 Eksplorasi dan Isolasi Mikroorganisme Indigen LPIU-IAEUP 11
Potensial Pada Rhizosfer Tanaman Jeruk Undana
Keprok Soe Sebagai Agensia Pupuk Hayati
37
38
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti
A. Identitas
Nama Lengkap ( dengan gelar) : Peters Oktovians Bako, SP., M.Si
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Jabatan Struktural : -
NIP : 19721007 199802 1 001
NIDN : 0007107205
Tempat dan Tanggal Lahir : Kupang, 07 Oktober 1972
Alamat Rumah : Jl. Meranti No. 15/c Kupang – NTT
Nomor Telepon/Faks/HP : 081353873804
Alamat Kantor : Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Jln.
Adisucipto Penfui Kupang 85001
Nomor Telepon/Faks : (0380) 881085/881085
Alamat e-mail : Peter_meranti@yahoo.co.id
Lulusan yang Telah Dihasilkan : S-1=20 orang; S-2=- orang; S-3= - orang
Mata Kuliah yang Diampu : 1. Agroklimatologi
2. Agrohidrologi
3 Kesuburan dan Pemupukan Tanah
4. Pupuk dan Pemupukan
5. Agrogeologi
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Nusa Cendana, Universitas Gadjah -
Kupang Mada, Yogyakarta
Bidang Ilmu Agronomi Ilmu Lingkungan -
Tahun Masuk-Lulus 1991-1996 2005-2007 -
Judul Skripsi/Thesis/ Disertasi Hubungan antara Analisis Faktor -
Kandungan Air Tanah Lingkungan untuk
dengan Status Air di Daun Penentuan dan Zonasi
pada Tanaman Kedelai Daerah Resapan Air pada
(Glicyne max L. Merril) Ekosistem Kawasan Karst
di Kota Kupang dan
Sekitarnya
Nama Pembimbing 3. Ir. W.I.I. Mella, M.Sc. 4. Prof. Dr. Suratman -
4. Ir. A.S.J. Adu Tae, MP Wirosuprodjo, M.Sc.
5. Drs. Eko Haryono,
M.Si
39
C. Pelaksanaan Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Sumber* Jumlah
(Juta Rp)
1 2009 Koleksi dan Aplikasi Mikoriza Indigen Lahan DIPA Undana 100
Kering Pulau Timor dalam Upaya Peningkatan
Ketersediaan Air, Serapan Hara, dan Hasil Jagung
2 2010 Peningkatan Efisiensi Pemupukan Nitrogen DIPA Undana 15
dan hasil Cabai Hibrida pada Tanah Alfisol
Melalui Aplikasi Zeolit Sebagai Bahan
Pembenah Tanah
3 2014- Aplikasi Sistem Irigasi Kendi dan Isolat Mikoriza Hibah Bersaing 50
2015 Indigen Lahan Kering pada Pertanaman Paprika
Dalam Upaya Pengembangan Teknologi Budidaya
Tanaman Hemat Air di Kota Kupang
40
9. 2012 Budidaya Paprika Organik pada Kelompok DIPA Undana
Tani Agromandiri Kelurahan Lasiana,
Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang
10. 2012 Pembuatan Pupuk Organik Padat dengan DIPA Undana
Bahan Dasar Kotoran Sapi pada Kelompok
Tani Agromandiri Kelurahan Lasiana
Kecamatan Kelapa
11. 2014 IbM Kelompok Tani Mentari dan Dahlia di DP2M Dikti 50
Kelurahan Manutapen Kota Kupang. Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan di Sekitar Embung dalam
Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman
Sayuran dan Pendapatan Petani.
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir
Volume/ Nama Jurnal
No. Judul Artikel Ilmiah
Nomor/Tahun
1 Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Volume 11 Media Exacta.
PulauTimor Pada Beberapa Tingkat Ketersediaan Air Nomor 1. Journal of
Tanah dalam Meningkatkan Serapan Nitrogen Januari 2011. Science and Engineering.
dan Hasil Jagung pada Tanah Alfisol. Lembaga Penelitian
Universitas Nusa Cendana.
2. Peningkatan Efisiensi Pemupukan Nitrogen (N) Volume 12 No. Media Exacta
melalui Aplikasi Zeolit pada Pertanaman Cabai 2. Juli 2011 (Journal of Science and
Hibrida di Tanah Alfisol Kota Kupang (Penulis Utama) Engineering, Lembaga
Penelitian Universitas Nusa
Cendana
3. Tingkat Infeksi Akar dan Perkembangan Spora V olume 18. Jurnal Leguminosae , Fakultas
Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Timor pada Nomor 1. Edisi Pertanian
Rhizosfer Tanaman Jagung Pada Alfisol April 2012 Undana
4. Serapan Phospor (P) dan Hasil Tanaman Jagung yang Vol 18 (1) April Jurnal Leguminosae , Fakultas
Diinokulasi mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau 2012. Pertanian
Timor pada Beberapa Tingkat Ketersedian Air Tanah Undana
5. Efektivitas Mikoriza Indigen Lahan Kering Pulau Vol 18 (3), Jurnal Leguminosae , Fakultas
Timor dalam Meningkatkan Serapan Hara Kalium, Desember 2012 Pertanian
Efisiensi Penggunaan Air dan Hasil Jagung Muda di Undana
Kota Kupang
6. Penerapan Teknik Olah Tanah dan Pupuk Hijau dalam Vol 20a (1a), Juni Jurnal Leguminosae , Fakultas
Upaya Peningkatan Ketersediaan Air Tanah, Efisiensi 2014 Pertanian
Penggunaan Air dan Hasil Cabai. Undana
7. Mengenal Karakteristik Hidrogeologi Kawasan Karst Vol 20 (2), Jurnal Leguminosae , Fakultas
Agustus 2014 Pertanian
Undana
8. Kajian Aplikasi Bokashi dan Pupuk Phospor Organik Vol 20 (2), Jurnal Leguminosae , Fakultas
sebagai Upaya Perbaikan Beberapa Sifat Fisik Tanah Agustus 2014 Pertanian
dan Peningkatan Hasil Bawang Merah di Desa Undana
Oehandi, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote
Ndao
9. Pengaruh Komposisi Kendi Irigasi Terhadap Oktober 2014 Proceeding Seminar Nasional,
Konduktivitas Hidraulik Kendi dan Pola Pembasahan Undana Press: A122 –A 127
Tanah dalam Rangka Budidaya Tanaman Hemat Air di
Kota Kupang.
Lammpiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti
A. Identitas Diri:
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Nusa Universitas Gajah Mada -
Cendana
Bidang Ilmu Ilmu Tanah Pertanian Lahan Kering -
Tahun Masuk-Lulus 1995 - 2000 2002 – 2004 -
Judul Skripsi/Thesis/ Peranan Azolla sp. Pengaruh Dosis Mikoriza dan -
Disertasi Dalam Mensubstitusi Urea Tingkat Kadar Air Tanah
dan Meningkatkan Terhadap Efisiensi
Efisiensi Penggunaan Air Penggunaan Air, Serapan P
Serta Hasil Sawi dan Hasil Kedelai (Glycine
(Brasicca junceae)Pada max L.) pada Tanah Alfisol.
Tanah Mediteran
Nama 1.Ir. Tamad,M.Si. 1. Prof. Ir. I Gusti Ayu Mas
Pembimbing/Promotor 2.Ir. Lily F. Ishaq, Sri Agung, M.Rur.Sc.,
MPhil. Ph.D
2. Dr. Ir. Ni Luh Kartini,
M.S.
C. Pengalaman peneiltian 5 tahun terakhir
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Jt Rp)
1 2008 Explorasi endomikoriza indigen potensial dari rizosfer Hibah 45
berbagai tanaman semi ringkai pulau Timor sebagai Bersaing
agensia pupuk hayati. (Anggota)
2 2008 Respon tanaman cendana dengan berbagai tanaman Hibah 45
inangnya yang diinokulasi mikoriza pada iklim kering Bersaing
pulau Timor. (Anggota)
3 2009 Explorasi endomikoriza indigen potensial dari rizosfer Hibah 45
berbagai tanaman semi ringkai pulau Timor sebagai Bersaing
agensia pupuk hayati. Uji efektifitas isolat cendawan
Endomikoriza di Rumah Kaca. (Anggota)
4 2009 Koleksi dan Aplikasi Isolat Mikoriza Indigen pada Stranas 100
Lahan Kering di Pulau Timor dalam Upaya Peningkatan
Efisiensi Penggunaan Air, Serapan Hara, dan Hasil
Tanaman Jagung.(Anggota)
5 2009 Peranan Inokulasi Mikoriza dan Bahan Organik pada Dosen 10
Tanah Alfisol Terhadap Efisiensi Penggunaan Air, Muda
Serapan P dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (l)
Merril). (Ketua)
6 2010 Peningkatan Efisiensi Pemupukan Nitrogen dan DIPA 15
Hasil Cabai Hibrida Pada Tanah Alfisol Melalui Undana
AplikasiZeolit Sebagai Bahan Pembenah Tanah
(Anggota)
7 2010 Perubahan Beberapa Sifat Tanah Alfisol dan Hasil Dosen 9,25
Kacang Buncis Di Lahan Kering Kota Kupang Akibat Muda
Aplikasi Jenis Pupuk Organik dan Pupuk Urea
8 2014-2015 Aplikasi Sistem Irigasi Kendi dan Isolat Mikoriza Hibah 50
Indigen Lahan Kering pada Pertanaman Paprika Dalam Bersaing
Upaya Pengembangan Teknologi Budidaya Tanaman
Hemat Air di Kota Kupang
1.
2.
1.
2.