Anda di halaman 1dari 90

MI: 3

MODUL

PENYUSUNAN RENCANA
KERJA DAN ANGGARAN

( Dalam Rangka Penyusunan


Rencana Kerja Perangkat Daerah )

Pelatihan Perencanaan Kesehatan Daerah


Tahun 2016
BAB I
DESKRIPSI SINGKAT
Dari berbagai fungsi administrasi yang dikenal, yang
terpenting diantaranya adalah fungsi perencanaan
(planning). Hal ini mudah dipahami karena berbagai
fungsi administrasi lainnya baru berperan apabila
fungsi perencanaan telah selesai dilaksanakan. Lebih
dari pada itu sebenarnya, pelaksanaan berbagai
fungsi administrasi lainnya tersebut, hanya akan
berjalan sempurna apabila selalu berpedoman
pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Karena pentingnya kedudukan dan peran
perencanaan tersebut, maka telah merupakan
kewajiban bagi semua pihak yang bergerak dalam
bidang kesehatan, untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dimaksud dalam ilmu administrasi
kesehatan tercakup dalam suatu cabang ilmu
khusus, yang disebut dengan nama perencanaan
kesehatan (Health Planning).
Modul ini memberikan pembekalan kepada
perencana program kesehatan dalam melakukan
perencanaan dan penganggaran serta analisis
stuasi yang bersifat spesifik terkait masalah kesehatan
dan indikator program kesehatan yang menjadi
tanggung jawabnya. Analisis situasi kesehatan
yang bersifat spesifik dapat dilakukan setelah dinas
kesehatan melaksanakan analisis situasi kesehatan
yang bersifat komprehensif.
2 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
BAB II
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan penyusunan rencana kerja
program dan anggaran kesehatan terpadu
daerah kabupaten/kota dengan benar.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Untuk mencapai tujuan pembelajaran umum
di atas, maka tujuan pembelajaran khusus
yang akan dicapai setelah mempelajari materi
ini peserta dapat:
1. Melakukan Penyusunan Rencana Kerja
Pogram Pembangunan Kesehatan
2. Melakukan Proses Teknokratik Penyusunan
Rencana Kerja Program Kesehatan Tahunan
3. Melakukan Penyusunan Anggaran Terpadu

BAB III
POKOK BAHASAN
Mengacu pada tujuan pembelajaran tersebut
di atas maka pokok bahasan dan sub pokok
bahasan pada materi ini yaitu:
1. Penyusunan Rencana Kerja Program Pemban-
gunan Kesehatan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 3


a. Jenis program kesehatan daerah
b. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan
Kesehatan.
• Program Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM)
• Program Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP)
• Program Penguatan Sistem Kesehatan
(PSisKes)
2. Proses Teknokratik Penyusunan Rencana Kerja
Program Kesehatan Tahunan
a. Penyusunan Rencana Program UKM
b. Penyusunan Rencana Program UKP
c. Penyusunan Rencana Program PSisKes
3. Penyusunan Anggaran Terpadu

BAB IV
LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian
• Fasilitator menyampaikan salam dan
memperkenalkan diri beserta asal
institusinya.
• Fasilitator mengkondisikan peserta
untuk siap menerima materi yang akan

4 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


disampaikan.
• Fasilitator menyampaikan tujuan
pembelajaran, metode yang digunakan
dan mengapa materi ini diperlukan
dalam pelatihan perencanaan kesehatan
daerah serta keterkaitan dengan materi
sebelumnya jika ada.
• Fasilitator melakukan apersepsi dengan
memberi kesempatan kepada peserta
yang sudah mempunyai pengetahuan
tentang penyusunan rencana kerja dan
anggaran.
• Fasilitator melanjutkan dengan
menyampaikan agenda pembelajaran
atau menyampaikan pokok bahasan pada
sesi ini .
2. Langkah 2. Membahas Pokok Bahasan 1. Pe-
nyusunan Rencana Kerja Program Pembangu-
nan Kesehatan.
• Secara singkat fasilitator menyampaikan
uraian materi Pokok Bahasan 1 dari modul
ini dengan menggunakan bahan tayang.
• Sebelum menjelaskan fasilitator dapat
melakukan jajak pendapat atau curah
pendapat kepada peserta terkait dengan
Penyusunan Rencana Kerja Program
Pembangunan Kesehatan.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 5


• Fasilitator menjelaskan tentang Penyusunan
Rencana Kerja Program Pembangunan
Kesehatan dan bagaimana langkah-
langkah untuk melakukan penyusunan
rencana kerja program pembangunan
kesehatan sambil berdialog dengan
peserta serta memberikan contoh-contoh
serta praktik dalam penyusunan rencana
kerja program pembangunan kesehatan.
4. Langkah 3. Membahas Pokok Bahasan 2. Pros-
es Teknokratik Penyusunan Rencana Kerja Pro-
gram Kesehatan Tahunan.
• Seperti yang dilakukan pada langkah 2,
fasilitator dapat memulai pokok bahasan
ini dengan menjelaskan tentang Proses
Teknokratik Penyusunan Rencana Kerja
Program Kesehatan Tahunan. Menanyakan
apa yang diketahui oleh peserta tentang
hal tersebut.
Langkah 4. Membahas Pokok Bahasan 3.
Penyusunan Anggaran Terpadu.
• Seperti yang dilakukan pada langkah 3,
fasilitator menjelaskan tentang penyusunan
anggaran terpadu. Menanyakan apa yang
diketahui oleh peserta tentang penyusunan
anggaran terpadu.
• Dilanjutkan dengan menjelaskan apa yang

6 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


dimaksud dengan penyusunan anggaran
terpadu berikut dengan contoh-contohnya
dan memberikan penugasan terkait.
Langkah 5. Meminta Feedback dari peserta
terhadap isi materi yang sudah disampaikan
sekaligus melakukan evaluasi hasil pembelajaran
modul ini.
• Fasilitator melanjutkan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait dengan
pokok bahasan 1, 2, dan 3.
• Fasilitator meminta peserta sharing
pengalaman selama proses pembelajaran
terkait dengan yang sudah dijelaskan
untuk mengetahui pemahaman peserta
terhadap materi modul ini
Langkah 6. Merangkum materi.
• Fasilitator melanjutkan dengan
merangkum materi untuk pokok bahasan
1 sampai dengan 3 selanjutnya fasilitator
menyampaikan hal-hal penting yang
perlu diingat dan dipahami oleh peserta
dalam rangka memberikan penguatan
pemahaman mereka terhadap materi
penyusunan rencan kerja dan anggaran.
Langkah 7. Menutup sesi pembelajaran materi ini.
• Fasilitator menyampaikan ucapan terima
kasih dan permohonan maaf kepada para
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 7
peserta bila dalam proses pembelajaran
terdapat kekhilafan serta hal-hal yang
kurang berkenan dan akhirnya fasilitator
menutup sesi dengan memberikan
motivasi kepada peserta untuk mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik di
tempat kerjanya nanti yang diakhiri dengan
salam penutup.

BAB V
BAHAN BACAAN
Bahan bacaan untuk materi ini:
1. Modul Materi Penyusunan Rencana Program
dan Anggaran Pembangunan Kesehatan
daerah Kabupaten/ Kota.
2. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012
tentang PBI Jaminan Kesehatan dan
perubahannya Peraturan Pemerintah No. 76
Tahun 2015
3. Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2014 tentang
Pedoman Peta Jalan Menuju Universal Health
Coverage (UHC).
4. Worksheet penugasan dan diskusi.

8 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


BAB V
URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1: Penyusunan Rencana Kerja
Pogram Pembangunan Kesehatan
Pendekatan perencanaan yang dilakukan
pemerintah saat ini adalah upaya penjabaran
tujuan dan sasaran pembangunan yang
berlandaskan pada Visi, Misi, dan Nawa Cita ke
dalam bentuk dimensi pembangunan, prioritas
nasional, program prioritas, dan kegiatan prioritas
yang di dalamnya mencakup bidang dan
urusan pemerintahan. Dalam penyusunannya
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
Holistik-Tematik, Integratif, dan Spasial, dimana:
1. Pendekatan Spasial/Pendekatan Kewilayahan
dimaknai sebagai pendekatan berbasis
kawasan terdeliniasi dengan peruntukan yang
jelas sesuai ketentuan perundang-undangan
yang telah ditetapkan tentang RTRW yang
juga memuat tentang penetapan Kawasan
Strategis;
2. Pendekatan Holistik-Tematik dimaknai
sebagai pendekatan berbasis pada Tema/Isu
Pembangunan dimana semua faktor potensi,
tantangan, hambatan dan masalah yang
dihadapi pemerintah diperhitungkan secara
keseluruhan, dikaji hal-hal apa saja yang saling

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 9


bergantungan satu sama lain untuk mencapai
sasaran yang diinginkan atau merupakan
kepentingan bersama dengan menyatukan
pada satu pokok permasalahan;
3. Pendekatan Integratif dimaknai sebagai
pendekatan berbasis pada keterpaduan
pencapaian sasaran pembangunan
dimana pokok permasalahan atau potensi
pembangunan yang akan dihadapi
pemerintah dirumuskan secara terpadu melalui
penetapan program dan kegiatan prioritas
serta fokus yang jelas termasuk kebutuhan
akan koordinasi multisektor;
4. Pendekatan Spasial/Pendekatan Lokus
dimaknai sebagai pendekatan berbasis
pada keterpaduan penetapan lokasi sasaran
pembangunan yang mempertimbangkan
indikasi lokasi yang selaras dan saling berkaitan
dalam pemecahan/pencapaian sasaran
pembangunan baik keselarasan pelaksanaan
multiyear atau pelaksanaan tahunan.
Sedangkan dalam kebijakan anggaran belanja
dilaksanakan berdasarkan prinsip money follows
program dengan cara memastikan hanya
program yang benar-benar bermanfaat yang
dialokasikan dan bukan sekedar karena tugas
fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian

10 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


prioritas pembangunan nasional memerlukan
adanya koordinasi dari seluruh pemangku
kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas
nasional/program prioritas/kegiatan prioritas yang
dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan.
Kebijakan pemerintah tersebut harus diterjemahkan
oleh kabupaten/kota dalam perencanaan jangka
pendek maupun jangka menengah. Hal tersebut
dimaksudkan untuk akselerasi pencapaian target
yang telah ditetapkan.
1. Jenis Program Kesehatan di Daerah
Program kesehatan dalam Renja terdiri dari
program prioritas yang telah ditetapkan
dalam kebijakan nasional dan daerah seperti
disebutkan dalam (1) UU No 36 Tahun 2009,
(2) Perpres No 72 Tahun 2012, (3) UU No 23
Tahun 2014, (4) RPJMN 2015-2019, (5) Renstra
Kemenkes 2015-2019, (6) RPJMD dan (7)
Renstrakesda. Apabila ada program lain yang
menurut daerah penting, bisa ditambahkan
dalam daftar program-program tersebut.
Khusus tentang UU No 23 Tahun 2014, ditetapkan
4 urusan kesehatan yang menjadi tanggung
jawab daerah, yaitu (1) Upaya kesehatan
yang terdiri dari UKM, UKP dan perizinan RS, (2)
SDM kesehatan, (3) Farmasi/ alkes/ makanan-
minuman dan (4) pembedayaan masyarakat.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 11


Kemudian program tertentu dalam UKM
ditetapkan sebagai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang ditetapkan dalam PP. SPM berisi
sejumlah pelayanan yang dianggap esensial
bagi kelompok umur sesuai dengan daur (siklus)
hidup, yaitu (1) bumil, (2) bulin, (3) neonatus, (4)
bayi/ balita, (5) usia sekolah pendidikan dasar,
(6) usia produktif dan (7) usia lanjut.
2. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan
Kesehatan
Kalau dicermati semua peraturan perundangan
serta kebijakan-kebijakan tersebut diatas,
secara umum ada 3 kelompok upaya
kesehatan yang perlu dimasukkan dalam
Renja Pembangunan Kesehatan Kabupaten/
Kota yaitu sebagai berikut:
(1). Upaya Kesehatan masyarakat (UKM)
(a) yang ada dalam daftar SPM
(b) yang tidak termasuk dalam SPM
(2). Upaya kesehatan Perorangan (UKP)
(3). Upaya Penguatan Sistem Kesehatan
(PSiKes) di daerah
UKM diluar SPM tetap perlu direncanakan oleh
daerah. Misalnya pengendalian berbagai
penyakit menular dan tidak menular yang
tidak masuk dalam SPM. Tentang UKP, sistem

12 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


pembiayaannya diselenggarakan melalui JKN.
Namun ketersediaan pelayanan (supply side
pelayanan) tetap menjadi tanggung jawab
sektor kesehatan.
Berikut ini disampaikan tabel-tabel yang
memuat jenis-jenis program tersebut:
1) Program Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM)
a) UKM yang ada dalam SPM

Daftar Jenis Pelayanan dalam SPM Bidang


Kesehatan (Mengacu Permendagri No 18
Tahun 2016)
No Jenis Pelayanan Target
1 Pelayanan 1 Setiap ibu hamil mendapatkan
kesehatan Ibu pelayanan antenatal sesuai
standar
2 Setiap ibu bersalin
mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai dengan
standar
2 Pelayanan 3 Setiap bayi baru lahir
kesehatan bayi mendapatkan pelayanan
& balita kesehatan sesuai standar
4 Setiap balita mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai
standar
3 Pelayanan 5 Setiap anak pada
kesehatan usia usia pendidikan dasar
pendidikan mendapatkan skrining
dasar kesehatan sesuai standar

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 13


4 Pelayanan 6 Setiap warga negara
kesehatan usia Indonesia usial 15 – 59 tahun
produktif mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
5 Pelayanan 7 Setiap warga negara
kesehatan Indonesia usia 60 tahun ke
Lansia atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
6 Pelayanan 8 Setiap penderita hipertensi
kesehatan mendapatkan pelayanan
Penyakit Tidak kesehatan sesuai standar
Menular 9 Setiap penderita DM
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
7 Pelayanan 10 Setiap Orang Dengan
kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa (ODGJ)
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
8 Pelayanan 11 Setiap orang dengan TB
kesesehatan mendapatkan pelayanan TB
P e n y a k i t sesuai standar
Menular 12 Setiap orang berisiko
terinfeksi HIV (ibu hamil,
pasien TB, pasien IMS, waria/
transgender, pengguna
NAPZA, dan warga binaan
lembaga pemasyarakatan)
mendapatkan pemeriksaan
HIV sesuai standar
9 Pelayanan 13 Setiap oranf di satuan
Hygiene Sanitasi pendidikan dasar
pangan mendapatkan pelayanan
hygiene sanitasi pangan sesuai
standar

b) UKM lain (selain yang ada dalam SPM)


Ada empat UKM penting yang
perlu dipertimbangkan oleh daerah

14 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


melengkapi UKM yang ada dalam SPM,
yaitu (1) Promosi kesehatan, (2) Keluarga
Berencana dan (3) Pengendalian
penyakit selain yang termasuk dalam
SPM dan (4) Kesehatan lingkungan.
(1) Promosi kesehatan
Promosi kesehatan sering kali
direduksi dan “dikerdilkan” sebatas
penyuluhan kesehatan (health
education). Padahal promosi
kesehatan jauh lebih luas dari
sekedar memberi nasihat kepada
pasien atau masyarakat, atau
memasang iklan di berbagai media
masa. Dalam Ottawa Charter
(1986) disebutkan 3 kegiatan utama
Promkes yang menghasilkan 5
outputs, seperti disampaikan dalam
diagram dan tabel berikut.

Promosi kesehatan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 15


Hasil Promkes Kemam- UKBM Lingkungan Re- Kebijakan
puan yg mendu- orientasi berwawasan
No Kegiatan Promkes
teknis kung pelkes kesehatan
1 Memberdayakan √ √
(a)PHBS, (b) UKBM
2 Advokasi: √ √ √
Pembangunan
berwawasan
kesehatan
3 Mediasi Kerja sama √ √ √ √
lintas sektor, LSM dan
swasta

Pemberdayaan adalah kegiatan untuk


meningkatkan kapasitas individu dan kelompok
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan. Pada level perorangan ini
disebut “Health Education” atau penyuluhan
kesehatan untuk mengembangkan PHBS. Pada
level masyarakat adalah menggerakan pranata
sosial (modal sosial) untuk kesehatan yang disebut
UKBM.
Advocacy adalah kegiatan untuk mendorong
agar permbangunan ekonomi, industri, politik dan
sosial budaya tidak mengorbankan kesehatan
– sebaliknya berkontribusi untuk meningkatkan
derajat kesehatan penduduk. Jadi advocacy
bertujuan untuk mendorong pembangunan
berwawasan kesehatan.
Mediasi adalah kegiatan untuk menggerakan
semua stakeholder agar bekerja sama secara
terkoordinasi, karena kesehatan tidak bisa hanya
diurus oleh sektor kesehatan saja. Ini termasuk kerja

16 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


sama lintas sektor dan kerja sama dengan pihak
swasta (public private partnership).
Dari uraian di atas dapat dirumuskan kegiatan
kongkrit yang merupakan program promosi
kesehatan di daerah, yaitu sebagai berikut:
Kegiatan promosi kesehatan
No Kegiatan Sasaran Kegiataan spesifik Otput/outcome
1 Pemberdayaan Individu PHBS terhadap PHBS
k e l o m p o k : dipraktekkan
Sekolah, Rumah
Tangga, Tempat
Kerja, dll
Kelompok. Membina dan Pemantapan
Masyarakat m e n d u k u n g UKBM
berbagai UKBM
2 Advocacy Pemda, Menyampaikan Pembangunan
sektor evidence tentang berwawasan
industri, dll dampak (+) dan kesehatan
(-) pembangunan
t e r h a d a p
kesesehatan
3 Mediasi Lintas sektor P e r t e m u a n Kesepakatan
koordinasi kerja sama
Swasta
dalam program
LSM kesehatan
tertentu

(2) Program KB
Total Fertility Rate (TFR) yang tinggi adalah salah
satu sebab utama tingginya kematian ibu dan
bayi, termasuk stunting yang mencapai 33%
balita (Riskesdas 2010). Selama lebih dari satu
dekade yang lalu, TFR di Indonesia stagnant
pada angka 2.6. Kemudian “unmet need KB”
(PUS yang ingin dan membutuhkan pelayanan
KB tapi tidak terlayani) juga tinggi, mencapai
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 17
11%.
Oleh sebab itu daerah perlu
mempertimbangkan untuk melakukan
revitalisasi KB. Dua kegiatan utama program KB
adalah:
a. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
b. Pelayanan kontrasepsi
b.1 pengadaan alat kontrasepsi dan
b.2 pelayanan kepada akseptor
KIE dan pengadaan alat kontrasepsi
sekarang ditangani oleh BKKBN dan Dinas
Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan
dan KB. Dinas Kesehatan perlu duduk bersama
instansi tersebut untuk merencanakan kegiatan
KIE dan merencanakan kebutuhan alat
kontrasepsi untuk tahun mendatang.
Untuk pelayanan kepada akseptor,
pelaksanaanya dilakukan pada fasilitas
kesehatan primer dan sekunder baik milik
pemerintah maupun swasta. Pembiayaan
untuk pelayanan KB bagi peserta jaminan
kesehatan nasional bisa diklaim ke BPJS.
Dinas Kesehatan perlu merencanakan
pemerataan akses dan mutu pelayanan KB
serta memantaunya di Puskesmas dan FKTP
lainnya.

18 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


(3) Pengendalian penyakit (PM dan PTM)
Dalam SPM hanya disebutkan 4 penyakit
yaitu (1) hipertensi, (2) Diabetes Mellitus (DM),
(3) gangguan jiwa dan (4) HIV. Oleh sebab
itu daerah perlu menetapkan pengendalian
penyakit lain sesuai dengan kebutuhan daerah,
misalnya: kanker, malaria, filariasis, ISPA, diare,
rabies, schistosomiasis, dan lain-lain.
(4) Kesehatan lingkungan
Beberapa masalah lingkungan adalah
1) Lingkungan dan kondisi rumah tempat
tinggal
a.1 akses terhadap air bersih,
a.2 kesehatan rumah tempat tinggal,
a.3 jamban keluarga
a.4 sampah domestik
2) Lingkungan umum
b.1 Polusi bahan beracun berbahaya
b.2 Vektor penyakit
3) Lingkungan tempat-tempat umum
c. 1 Kesehatan lingkungan di pasar
c.2 Kesehatan lingkungan industri Rumah
Tangga (RT)
c.3 Kesehatan lingkungan sekolah
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 19
c.4 Kesehatan lingkungan tempat ibadah
c.5 Kesehatan lingkungan tempat kerja
Daerah perlu menetapkan program
kesehatan lingkungan yang perlu disusun
perencanaannya dengan baik sesuai dengan
peraturan, pedoman dan juknis masing-masing
program tersebut.
2) Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Program UKP terdiri dari pelayanan primer di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan
pelayanan rujukan, baik sekunder dan tertier, di
Fasilitas Keseatan Tingkat Lanjut (FKTL). Dalam
modul ini hanya akan membahas pelayanan
primer saja, yaitu yang dilaksanakan di
Puskesmas.
Program UKP primer bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk berobat, yaitu dengan
cara:
a) memberikan perlindungan finansial
(financial protection) sehingga biaya
pelayanan tidak menjadi hambatan untuk
berobat.
b) meningkatkan akses dan mutu pelayanan
primer.
Penjelasan:
a) Perlindungan finansial bagi semua

20 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


penduduk (Universal Health Coverage).
Perlindungan finansial disediakan melalui
program JKN yang dikelola oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Target nasional adalah mencapai cakupan
JKN bagi semua penduduk pada tahun 2019
yang disebut “Universal Health Coverage”
atau UHC.
Penanggung jawab pencapaian target
ini adalah Dinas Sosial bersama-sama
dengan BPJS, untuk itu Dinas Kesehatan
harus berkoordinasi dengan Dinas Sosial
untuk penyediaan pembiayaannya dan
pelayanannya.
Ada 3 kelompok peserta JKN yaitu sebagai
berikut:
1). Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang
terdiri dari penduduk miskin;
2). Pekerja penerima upah di sektor formal;
3). Pekerja di sektor non-formal.
b) Akses dan mutu pelayaan primer
UKP primer di Puskesmas adalah pelayanan
perorangan yang terdiri dari:
1) Rawat jalan
2) Kunjungan rumah

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 21


3) Rawat Inap
4) Tindakan medis
Fokus program peningkatan akses dan
mutu pelayanan ini adalah :
1). mendekatkan pelayanan tersebut
kepada masyarakat secara merata.
2). melaksanakan sistem rujukannya.
3). menjamin mutu pelayanan tersebut.
Dalam tabel berikut disampaikan ringkasan 3
kegiatan dan sasaran program UKP primer
1). Meningkatkan cakupan kepesertaan
No Kelompok Kegiatan Dinkes BPJS Dinas Dinas Perusahaan
peserta Sosial Tenaga
Kerja
1 PBI Identifikasi Koordinasi √ √
PBI
Pemantauan √
Registrasi (*)
2 Pekerja Sosialisasi Koordinasi √ √ √
sektor √
Registrasi Pemantauan
formal
3 Pekerja Identifikasi Koordinasi √ √ √
sektor √
Sosialisasi Pemantauan
non- √
formal Registrasi

(*) termasuk pemberian kartu peserta


(2). Meningkatkan pemerataan/akses pelayanan
primer
a. Membangun Puskesmas di daerah terpencil
b. Melengkapi SDM Puskesmas daerah
terpencil
22 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
c. Meningkatkan pelayanan Puskesmas
Keliling
d. Menyusun dan sosialisasi pedoman rujukan
primer
(3). Meningkatkan mutu pelayanan primer
a. Melengkapi sarana, prasarana sesuai
standar.
b. Meningkatkan kompetensi medis untuk
menangani 155 Diagnosis.
c. Kecukupan dan kelengkapan obat/BMHP/
alkes.
d. Penggunaan obat rasional.
e. Melaksakan audit medis.
f. Melaksanakan program peningkatan
mutu.
g. Melaksanakan program akreditasi
Puskesmas.
c) Program Penguatan Sistem Kesehatan (PSisKes)
daerah
Kelompok ketiga yang perlu dilaksanakan di
daerah adalah penguatan sistem kesehatan.
Tanpa sistem kesehatan yang kuat, program
UKM dan UKP yang disampaikan di atas
tidak akan berhasil. Pada tahun 2007 WHO
menekankan pentingnya penguatan sistem

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 23


kesehatan (WHR 2010: Strengthening Health
Sistem).
Pada masa lalu, program kesehatan cenderung
bersifat “disease driven”, vertikal, terfragmentasi
dan ekslusif (contohnya: program “role back
malaria”, eradikasi cacar, eliminasi defisiensi Vit A,
dll). Program vertikal tersebut berdiri sendiri-sendiri
dan semua “ditumpangkan” pada satu sistem
kesehatan yang terabaikan (neglected); yang
jarang dikembangkan dan diperkuat. Keadaan ini
digambarkan dalam illustrasi berikut:

Muatan bus dalam ilustrasi tersebut adalah


sejumlah program-program vertical. Target atau
tujuan program tersebut tidak akan tercapai,
seperti ditetapkan dalam RPJMN dan RPJMD,
apabila bus yang membawanya tidak berfungsi
dengan baik. Bus dalam hal ini adalah representasi
dari Sistem Kesehatan.

24 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


Penguatan Sistem Kesehatan (PSisKes)
No Penguatan Sasaran Indikator Referensi
sistem
kesehatan
1 Tata kelola dan Peraturan Kelengkapan UU-23/2014, dll
regulasi kesehatan peraturan
sesuai
kebutuhan
2 Sistem informasi Penguatan Pemanfaatan Permenkes
kesehatan implementasi data/ tentang SIK
SP2TP, SIKDA, informasi untuk
Susenas perencanaan,
monitoring
dan evaluasi
3 SDMK SDM Dinkes, Kesesuaian Permenkes
Puskesmas, jenis & tentang
unit teknis lain kompetensi standar SDM
sesuai standar
4 Obat, BMHP, Puskesmas Ketersediaan Permenkes
alkes dan rumah obat dan tentang obat
sakit vaksin di dan vaksin
puskesmas
dan rumah
sakit
5 Peran serta & UKBM Efektifitas Peraturan/
pemberdayaan UKBM pedoman ttg
masyarakat UKBM
6 Penguatan Sumber Mobilisasi Peraturan ttg
pembiayaan pembiyaan: & integrasi pembiayaan
UKM BOK, Dana sumber- kesehatan
Desa, sumber
DBHCHT,
Pajak Rokok,
dll
7 Penguatan Pengelolaan Pepres-32/2014,
pembiayaan kapitasi PMK-19/2014
UKP (JKN)
8 Penguatan Puskesmas Akses PMK ttg
faskes primer: dan mutu akreditasi
akses, mutu/ pelayanan
akreditasi Akreditasi

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 25


9 Penguatan Puskesmas Efektivitas Peraturan lokal
rujukan UKP rujukan UKP
sesuai aturan
10 Penguatan Puskesmas, Efektivitas Peraturan lokal
rujukan UKM Balkesmas, rujukan UKM
Dinkes sesuai aturan

Berikut ini disampaikan beberapa contoh program


untuk memperkuat sistem kesehatan di daerah.
Penentuan jenis program tersebut tentu sesuai
dengan kebutuhan daerah.
No Elemen sistem Contoh
kesehatan
1 P e n i n g k a t a n (1) Penyusunan Perda SKD (Sistem Kesehatan
regulasi Daerah)
(2) Penyusunan Perbup tentang sistem rujukan
(3) Penyusunan SK Bupati tentang Tim DHA
(4) Dll
2 P e n i n g k a t a n (1) Peningkatan sistem supervisi terpadu
manajemen (2) Peningkatan perencanaan Puskesmas
(3) Dll
3 P e n i n g k a t a n (1) Pelatihan SP2TP bagi staf Puskesmas
sistem informasi (2) Pengembangan Bank Data Kesehatan
(3) Pengembangan SIKDA
(4) Dll
4 P e n i n g k a t a n (1) Penempatan SDM Puskesmas untuk
SDMK memenuhi standar
(2) Penempatan SDM Dinkes untuk menenuhi
standar
(3) Peningkatan Bidan D-1 menjadi D-3
(4) Fellowship untuk pendidikan dokter umum
dan dokter spesialis
(5) Peningkatan kapasitas teknis dan medis staf
Puskesmas
(6) Dll

26 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


5 Peningkatan (1) Aplikasi komputer untuk inventarisasi farmasi/
pengelolaan alkes
farmasi/ alkes (2) Peningkatan gudang farmasi
(3) Peningkatan sistem “cold storage” vaksin
(4) Dll
6 Peningkatan (1) Pengembangan Desa Siaga
peran serta dan (2) Pelatihan kader Posyandu
pemberdayaan
masyarakat (3) Pengembangan Posbindu
(4) Dll
7 Peningkatan (1) Pembiayaan UKM: integrasi DAK-non fisik,
sistem DD, DBHCHT, dll
pembiayaan (2) Pembiayaan UKP (JKN): pelatihan
pengelolaan kapitasi
(3) Dll
8 P e n g u a t a n (1) Akreditasi Puskesmas
Puskesmas (2) Pengadaan sarana/ prasarana Puskesmas
(3) Dll
9 Penguatan (1) Kerja sama dengan FKTP non-Puskesmas
sistem rujukan (2) Dll

Evaluasi/ Penugasan:
Diskusikan Elemen sistem untuk:
(1) Upaya Kesehatan masyarakat
(2) Upaya kehatan perorangan
(3) Penguatan Sistem Kesehatan
Pokok Bahasan 2: Proses Teknokratik Penyusunan
Rencana Kerja Program Kesehatan Tahunan
Sebetulnya sudah ada pedoman bagaimana
menyusun rencana untuk masing-masing
program dalam rangka menyusun Renja Tahunan
Kesehatan Daerah. Namun ada langkah-langkah
yang bersifat generik dalam proses perencanaan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 27


kesehatan yang merupakan proses teknokratik
yang terdiri dari 6 langkah sebagai berikut:
(1) Merumuskan masalah
(2) Analisis faktor-faktor yang berpengaruh
(3) Menetapkan tujuan/ target tahun depan
(4) Penentuan kegiatan
(5) Integrasi kegiatan
(6) Menyusun rencana operasional
Pelaksanaan langkah-langkah tersebut berbeda
ketika diterapkan pada program UKM, UKP dan
Penguatan Sistem Kesehatan. Ini disebabkan
karena adanya perbedaan dalam hal (a) sifat
masalahnya, (b) faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah tersebut, (c) indikator yang dipergunakan
dan (d) kegiatan yang dilakukan juga berbeda.
Oleh sebab itu berikut ini disampaikan proses
teknokratik tersebut untuk masing-masing
kelompok program (UKM, UKP dan Penguatan
Sistem).
1. Penyusunan Rencana Program UKM
a. Merumuskan masalah
Deskripsi besaran masalah: biasanya
dinyatakan sebagai kesenjangan (gap)
antara: Kinerja tahun lalu dengan
pencapaian target tahun lalu

28 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


Contoh-1: Target K4 tahun lalu adalah 90%, pencapaian
80%. Jadi ada gap 20% kinerja tahun lalu
dibandingkan dengan “benchmark” (patokan)
misalnya rata-rata provinsi atau target nasional.
Ini bisa diketahui dengan melihat hasil analisis
kinerja program.
Contoh-2: Cakupan K4 tahun lalu adalah 80%, sedangkan
dalam rata-rata kinerja kabupaten se provinsi
adalah 85%.
Contoh-3: Cakupan K4 tahun lalu adalah 80%, sedangka
target nasional adalah 90%.
Contoh-4: 7 dari 15 Puskesmas tidak memiliki tenaga analis
sesuai dengan ketentuan pada PMK-75/ 2014.

b. Analisis Faktor yang berpengaruh


Pengenalan tetang faktor-faktor yang
berkaitan dengan masalah atau program
tersebut. Faktor–faktor ini bisa diketahui dengan
menelaah hasil analisis situasi: risiko perilaku,
risiko lingkungan, kelemahan sumberdaya dll.
Contoh-1: Masalah: Angka API (annual parasite index)
di kabupaten “x” adalah 30%, padahal
ditargetkan 20%.
Faktor risiko perilaku: kepatuhan penggunaan
kelambu dan makan obat
Faktor risiko lingkungan: breeding places
meningkat akibat penggalian tambang
Faktor penghambat: petugas tidak memberikan
penyuluhan waktu membagi kelambu dan
hanya diserahkan kepada kepala desa
Faktor pendukung: ketersediaan obat, kelambu
dan insektisida

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 29


Contoh-2: Masalah: Sekitar 26% jajanan anak sekolah
mengandung bahan berbahaya
Faktor risiko perilaku: kebiasaan dan kesukaan
anak sekolah jajan di penjaja kaki lima/jalanan
Faktor risiko lingkungan: beredarnya bahan
pengawet dan pewarna makanan berbahaya
di kabupaten
Faktor penghambat: kelemahan sektor industri
mengendalikan pengolahan industri makanan
Rumah Tangga dan mengendalikan peredaran
bahan pengawet, penyedap dan pewarna
makanan yang berbahaya

Contoh-3: Masalah: Sejumlah 6 dari 16 Puskesmas adalah


terpencil dan semua tanpa dokter dan tanpa
tenaga farmasi.
Faktor berpengaruh: survey terhadap SDM
Puskesmas menemukan bahwa keengganan
bekerja di Puskesmas terpencil disebabkan
karena:
a. Total kapitasi kecil karena jumlah
penduduk yang sedikit.
b. Sarana perumahan tidak memuaskan.
c. Ada KKN dalam penempatan tenaga
di Puskesmas perkotaan dan ramai.
Faktor pendukung: BKD menetapkan formasi
yang cukup untuk SDM Puskesmas.
Catatan:
Salah satu makna “komprehensif dan terintegrasi”
dalam Renkesda adalah juga melakukan intevensi
(rencana) terhadap (a) faktor risiko perilaku, (b)
faktor risiko lingkungan dan (c) faktor penghambat
dan pendukung.
30 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
c. Penetapan tujuan/ target
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan tujuan program UKM, yaitu
sebagai berikut:
(1) Target atau tujuan yang merupakan komitmen
nasional
(2) Tujuan program lima tahunan seperti ditetapkan
dalam Renstra Kesehatan Daerah
(3) Trend (kecenderungan) kinerja tahun-tahun
sebelumnya
(4) Kemungkinan perubahan internal (sektor
kesehatan) misalnya:
a. prospek ketenagaan (bertambah atau
berkurang)
b. prospek pembiayaan (naik atau turun)
c. prospek fasilitas (bertambah atau
berkurang)
d. dan lain-lain
(5) kemungkinan perubahan eksternal (diluar
sektor kesehatan)
a. Komitment politis Pemda dan DPRD
b. Sumber dana kesehatan dari sektor lain
(misalnya Dana Desa)
c. Pemekaran wilayah

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 31


d. dan lain-lain

Alur pikir penentuan target program UKM

Penetapan tujuan/target atas dasar kebijakan.


Misalnya, Cure Rate (CR) Tb-paru di Kabupaten
“x” pada tahun 2016 adalah 70%, padahal target
nasional dan Renstra adalah 95%, Jadi ada “gap”
sebesar 25%. Dalam Renstra disebutkan bahwa
pada tahun 2017 CR tersebut harus naik menjadi
80% dan pada tahun 2019 CR Tb-paru bisa sama
dengan angka nasional sebesar 95%
Untuk sementara ditetapkan target CR tahun 2017
adalah 80%. Apakah target ini realistis (dapat
dicapai) ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
perlu dilihat trend kinerja CR pada tahun-tahun
yang lalu.
Analisis trend untuk penentuan tujuan tahun yang
akan datang
Pada grafik berikut disampaikan contoh
32 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
penggunaan trend (kecenderungan) masa lalu
dalam penentuan tujuan tahun yang akan datang.
Dari kinerja tahun-tahun sebelumnya, bisa dibuat
garis linier yang merupakan kecenderungan
kenaikan kinerja. Kalau diperkirakan tidak ada
hal-hal istimewa yang akan terjadi di tahun
mendatang, maka dapat diasumsikan bahwa
target tahun depan yang paling realistis adalah
mengikuti trend tahun-tahun sebelumnya.
Catatan:
Grafik trend untuk
proyeksi tahun
yang akan datang
dilakukan dengan
aplikasi excell yang
telah disiapkan. Grafik
trend akan muncul
otomatis dengan mengisi angka-angka pada
tabel.
Berdasarkan trend CR tb paru tahun 2012 s/d
2016, maka target CR tahun 2017 seharusnya
adalah 73.8%, naik 3.75% dibandingkan tahun
2016. Padahal diatas disebutkan target tersebut
seharusnya 80%.
Namun apabila diperkirakan akan terjadi hal-hal
khusus (faktor internal dan eksternal), maka target
atau tujuan tahun depan bisa menyimpang dari
trend tersebut. Penyimpangan tersebut bisa

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 33


berupa penurunan
atau kenaikan.
Naik atau turun
ditentukan atas dasar
“judgment“ setelah
mempertimbangkan
faktor internal dan eksternal seperti disampaikan
di atas.
Contoh faktor internal yang bisa mempengaruhi
CR Tb-paru (positif atau negatif) misalnya adalah:
• Semakin kuatnya implementasi Kartu
Kesehatan Keluarga yang memudahkan
monitor kepatuhan makan obat
• Angka DO Pengawas Menelan Obat (PMO)
yang tinggi
• Stock obat yang tidak stabil
• Kenaikan anggaran DAK-non fisik untuk
program UKM
Contoh faktor eksternal yang bisa mempengaruhi
CR Tb-paru (positif atau negatif) misalnya adalah:
• Kepadatan penduduk meningkat di daerah
pemukiman penduduk miskin.
• Mobilitas (perpindahan) penduduk yang tinggi
dalam wilayah kabupaten atau keluar - masuk
wilayah sehingga menyulitkan penerapan
PMO (DOTS).

34 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


• Angka inflasi yang sangat tinggi yang
menurunkan daya beli rumah tangga sehingga
mempengaruhi kepatuhan berobat (beban
ongkos transport).
• Dan lain-lain.
Kalau hasil pembahasan bersama menyimpulkan
bahwa faktor internal dan eksternal tersebut
lebih bersifat positif (mendukung), maka target
80% dalam contoh di atas bisa dipertahankan
atau bahkan lebih dari 80% (target definitif).
Sebaliknya kalau faktor internal dan eksternal
tersebut lebih bersifat negatif, maka yang realistis
adalah menetapkan target sesuai dengan
kecenderungan masa lalu (hasil analisis trend).
Catatan:
Dalam menentukan target program UKM, dikenal
istilah “soft rock“, “intermediate rock“ dan “hard
rock“. Soft rock adalah status pencapaian kinerja
yang masih di level rendah. Dikatakan “soft rock“
karena mudah menaikkan kinerja dari level
rendah tersebut. Sebaliknya disebut “hard rock“
kalau pencapaian kinerja di level tinggi karena
sulit menaikkannya.

Sebagai contoh, adalah relatif mudah menaikkan


CPR (Contraceptive Prevalence Rate) dari 20% ke
30%; akan tetapi sangat sulit menaikkan CPR dari

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 35


90% ke 92%. Pada level CPR 90%, mungkin sisanya
yang 10% adalah pasangan yang memang tidak
mau ber-KB karena berbagai alasan. Dalam hal ini,
CPR antara 25%-75% disebut “intermediate rock“
d. Penentuan kegiatan
Kegiatan UKM (dan juga UKP) secara garis
besar bisa dibagi dua yaitu:
1) Kegiatan langsung; kegiatan yang
dilakukan pada sasaran program, yaitu
penduduk dan lingkungannya. Termasuk
kegiatan langsung misalnya skrining
kesehatan, pengobatan, penyuluhan,
kesehatan lingkungan, pengendalian
vektor, membina Posyandu, dan lain-lain
2) Kegiatan tidak langsung; yaitu kegiatan
pendukung atau kegiatan yang tidak
mengintervensi sasaran program. Termasuk
kegiatan tidak langsung adalah kegiatan
manajemen, rapat kerja, pengelolaan
sistem informasi, pendidikan, pelatihan, dan
lain-lain.
Permendagri No 54 Tahun 2010 menekankan
pentingnya pembedaan kegiatan langsung
dan kegiatan tidak langsung. Efektivitas
pelayanan publik sangat ditentukan oleh
ketepatan dan intensitas kegiatan langsung.
Dengan perkataan lain, kegiatan langsung

36 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


adalah kunci keberhasilan pencapaian kinerja
program kesehatan.
Penentuan jenis kegiatan dilakukan didasarkan
pada pedoman baku atau juknis yang ada
untuk masing-masing program.
Berikut contoh berkaitan dengan kegiatan
Program Gizi Balita dan Malaria. Daftar kegiatan
selengkapnya bisa dilihat dalam buku juknis
masing-masing program tersebut.
Kegiatan utama program Gizi
Kegiatan tidak Kegiatan langsung
langsung
a. Manajemen a. Temuan kasus (skrining):
termasuk rapat, penimbangan di Posyandu
pencatatan b. Pengobatan kasus: PMT bagi
dan pelaporan balita gizi buruk
b. Pertemuan c. Intervensi perilaku: PMT
koordinasi lintas penyuluhan
program
d. Intervensi terhadap
c. Pertemuan lingkungan: meningkatkan
koordinasi lintas ketersediaan air bersih untuk
sektor mencegah diare yang
d. Pelatihan gizi memperparah kurang gizi
bagi kader balita
Posyandu e. Mobilisasi masyarakat:
e. Dan lain-lain supervisi Posyandu, dan lain-
lain

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 37


Kegiatan utama program Malaria
Kegiatan tidak Kegiatan langsung
langsung
a. Manajemen a. Temuan kasus: surveylans
termasuk rapat, malaria di masyarakat
pencatatan b. Intervensi pengobatan:
dan pelaporan pengobatan bagi kasus
b. Pertemuan yang ditemukan
kordinasi lintas c. Intervensi perilaku: sesuai
program dengan resiko perilaku yang
c. Pertemuan ditemukan, misalnya ketidak
kordinasi lintas patuhan makan obat atau
sektor menggunakan kelambu;
d. Pelatihan penyuluhan massal
e. Dll d. Intervensi lingkungan: IRS
(Indoor Ressidual Spraying),
kerja sama lintas sektor untuk
menghilangkan breeding
places akibat kegiatan
penambangan
e. Mobilisasi peran serta:
melibatkan masyarakat
untuk menghilangkan
sarang nyamuk di kawasan
pemukimannya

Setiap kegiatan yang telah ditetapkan, harus


dirumuskan secara jelas:
• Uraian kegiatan yang dilakukan
• Volume kegiatan (misalnya frekuensinya)
• Hasil atau outputnya
• Penduduk yang menjadi sasaran kegiatan
tersebut

38 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


• Lokasi dimana kegiatan tersebut dilakukan
• Jadwal waktunya
• Siapa yang menjadi pelaksana atau
penanggung jawab kegiatan tersebut
Berikut tabel kegiatan langsung dan kegiatan
tidak langsung untuk setiap intervensi.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 39


e. Integrasi kegiatan
Dari berbagai kegiatan program UKM,
kemungkinan ada kegiatan-kegiatan yang
bisa diintegrasikan. Potensi atau kemungkinan
mengintegrasikan kegiatan umumnya
terdapat pada kelompok kegiatan:
(a) intervensi perilaku,
(b) intervensi lingkungan
(c) intervensi mobilisasi peran serta dan
pemberdayaan masyarakat dan
(d) kegiatan manajemen
Sebagai contoh, intervensi perilaku
dan mobilisasi masyarakat (UKBM) bisa
diintegrasikan antara program gizi balita,
immunisasi dan pengobatan balita sakit;
yang semuanya dapat dilakukan di Posyandu.
Konsep MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
adalah contoh mengintegrasikan program
pencegahan dan pengobatan untuk balita.
Dalam melakukan integrasi kegiatan ini,
beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:
• Apakah antara kegiatan yang berbeda
ada kesamaan sasaran (kesamaan
populasi dan kesamaan wilayah/lokasi)
• Apakah antara kegiatan yang berbeda

40 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


ada kesamaan jadwal
• Apakah antara kegiatan yang berbeda
ada kesamaan output kegiatan
Apabila ada kesamaan, lakukan analisis
apakah kegiatan tersebut dapat
diintegrasikan (dalam satu program). Artinya
ada kemungkinan kegiatan manajemen dan
kegiatan penunjang sekaligus bermanfaat
untuk program yang berbeda-beda. Supervisi,
sistem informasi, pelatihan, dan pengadaan
alat adalah contoh kegiatan manajemen dan
pengembangan yang mungkin diintegrasikan
untuk beberapa program kesehatan yang
berbeda.
Kalau ditemukan kemungkinan integrasi
kegiatan, maka rencana kegiatan untuk
program bersangkutan perlu diubah. Pastikan
bahwa kegiatan tersebut dialihkan ke program
lain.
f. Menyusun rencana operasional
Rencana operasional (RO) berisi hal-hal
sebagai berikut yang dapat disajikan dalam
sebuah Gant Chart. RO disusun setelah
berbagai kegiatan program di-integrasikan.
1. Uraian kegiatan secara jelas/spesifik
2. Penentuan jadwal waktu (mulai dan
berakhir)
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 41
Penentuan jadwal waktu kegiatan sangat
penting karena hari kerja yang tersedia dalam
satu tahun adalah 365 hari, dikurangi 52 hari
minggu dan dikurangi berbagai macamhari
libur. Kalau realisasi anggaran program
mengalami keterlambatan, maka hari kerja
yang tersedia semakin berkurang.
Disamping itu, kalau jadwal kegiatan berbagai
program menumpuk dalam periode waktu
yang sama, beban kerja tenaga kesehatan
akan menjadi sangat berat.
2. Penyusunan Rencana kerja untuk program UKP
Seperti telah disampaikan sebelumnya, tiga
kegiatan utama program UKP adalah
(1) Meningkatkan cakupan kepesertaan JKN
(2) Meningkatkan pemerataan/akses
pelayanan UKP primer (Puskesmas)
(3) Meningkatkan mutu pelayanan UKP di
Puskemas

42 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


a. Identifikasi dan perumusan masalah
Pertama, perlu ditetapkan apa indikator kinerja
ke tiga kegiatan utama program UKP seperti
disebutkan di atas. Kemudian membandingkan
kinerja Daerah dengan target nasional/RPJMD/
Renstra dengan menggunakan indikator
tersebut.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 43


No Kegiatan UKP Indikator Target thn yll Kinerja thn yll
primer
1 Cakupan
kepesertaan
(1)PBI % pddk % %
miskin
( 2 ) P e k e r j a % pekerja % %
sektor formal s e k t o r
formal
( 3 ) P e k e r j a % pekerja % %
sektor non- non-formal
formal
2 A k s e s
pelayanan
primer
Rawat jalan P u s k
Puskesmas disetiap
kec.
Kunjungan T e n a g a
rumah utk PHN
T i n d a k a n Sarana &
medis tenaga
3 M u t u
pelayanan
Rawat jalan %
Puskesmas kepuasan
pasien
Kunjungan %
rumah kepuasan
pasien
Tindakan %
medis kepuasan
pasien

b. Faktor penyebab dan faktor yang berpengaruh

44 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


Untuk mengetahui faktor penyebab/faktor yang
berpengaruh terhadap masalah UKP primer bisa
dipergunakan pendekatan “diagram tulang
ikan” (fish bone diagram) atau “kerangka
pohon masalah”. Faktor penyebab atau yang
berpengaruh tersebut bisa berbagai macam
misalnya:
Kepesertaan:
(1) Lemahnya kordinasi dengan sektor lain atau
instansi lain (Dinsos, BPJS)
(2) Peraturan registrasi kepesertaan yang rumit,
tidak “ friendly”.
(3) Kesulitan akses ke fasilitas menyebabkan
orang enggan menjadi peserta
(4) Faktor sosial dan budaya masyarakat (nilai:
pasrah, “health believe”, dll)
Akses pelayanan primer
(1) Kekurangan sarana dan prasarana (dibawah
standar)
(2) Pusling tidak berfungsi
(3) Geografi: transport yang sulit
Mutu pelayanan primer
(1) Kelemahan SDM Puskesmas (jumlah, komposisi,
kompetensi)
(2) Kekurangan stok obat

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 45


(3) Kekurangan pendanaan, dll

Diagram tulang ikan


Dari hasil telahaan menggunakan “diagram tulang
ikan” seperti disampaikan di atas, dapat diketahui
penyebab atau faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap masalah yang dihadapi. Informasi ini
berguna untuk dua hal penting yaitu:
a. Kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah (untuk mencapai target/
tujuan);
b. Pihak atau sektor mana yang mempunyai
kewenangan dan kompetensi untuk melakukan
kegiatan tersebut.

c. Penentuan tujuan/ target


Tujuan/ target program UKP primer adalah
(a) meningkatkan cakupan kepesertaan, (b)
meningkatkan akses dan (c) meningkatkan
mutu pelayanan. Tabel perumusan masalah
(lihat butir-1 diatas) bisa dipergunakan untuk
46 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
menyatakan besaran tujuan/target yang akan
dicapai tahun depan.
Tujuan tersebut pada prinsipnya adalah (a)
mengurangi atau (b) menghilangkan masalah
yang besarannya telah dinyatakan dalam
rumusan masalah. Beberapa pertimbangan
dalam menentukan target reduksi masalah
berkaitan dengan UKP adalah sebagai berikut:
(1) Kalau masalah tersebut berkaitan
dengan prinsip dan bersifat urgent, maka
targetnya adalah menghilangkan masalah
tersebut se-segera mungkin. Misalnya
adalah buruknya mutu pelayanan seperti
diungkapkan dalam hasil survey kepuasan
pasien.
(2) Kalau penyebab atau faktor yang
berpengaruh sulit di-intervensi (hard rock)–
misalnya masalah jarak peseta PBI ke FKTP,
tentu penentuan target (tujuan) tahun
depan lebih kioservatif. Kalau penyebab
atau faktor yang berpengaruh terhadap
masalah tersebut mudah di-intervensi,
maka target tahun depan ditetapkan
secara lebih progresif.
d. Penentuan kegiatan
Pilihan jenis kegiatan untuk meningkatkan UKP
primer tergantung pada hasil telaahan “tulang

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 47


ikan” mengenai faktor penyebab atau faktor
berpengaruh.
Setiap kegiatan perlu diuraikan secara jelas
yang meliputi:
a. Narasi kegiatan yang jelas (menggunakan
kata kerja).
b. Sasaran.
c. Output setiap kegiatan (apa yang
dihasilkan).
d. Kapan dilakukan (jadwal waktu).
e. Dimana lokasi kegiatan tersebut.
f. Siapa yang melaksanakan atau yang
bertanggung jawab.
Contoh kegiatan meningkatkan mutu UKP di
Puskesmas disampaikan dalam tabel berikut.

48 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


e. Integrasi kegiatan
Program UKP juga harus dilaksanakan secara
terintegrasi, baik dari sisi penggunaan sumber
daya maupun pelaksanaan kegiatannya.
Pendataan dan penanganan masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat dapat
dlaksanakan secara terintegrasi melalui
pendekatan keluarga yang mulai dicanangkan
oleh Kementerian Kesehatan pada tahun
2016. Petugas puskesmas bersama-sama
dengan kader kesehatan berkunjung dari
rumah ke rumah untuk melakukan pendataan
dan penanganan masalah kesehatan
yang ada dimasing-masing rumah tangga.
Dengan demikian daerah akan memperoleh
gambaran yang lebih riil terkait kondisi
kesehatan masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik individual maupun
lingkungannya. Penanganan masalah UKP
akan lebih baik jika diintegrasikan dengan
penanganan masalah UKM, atau masalah UKP
yang satu diintegrasikan dengan masalah UKP
lainnya.
Sebagai contoh:
1. Meningkatkan kepesertaan JKN melibatkan
banyak instansi: Dinas Sosial untuk identifikasi
peserta PBI, BPJS yang menangani registrasi
dan pembagian kartu peserta, Dinas

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 49


Ketenagakerjaan dan Dinas Perindustrian
untuk mendorong kepesertaan pekerja
sektor formal dan non formal. Maka perlu
ada kerja sama yang baik antara Dinas
Kesehatan (sebagai penanggung jawab
wilayah dalam bidang kesehatan) dengan
instansi-instansi tersebut diatas. Untuk
peningkatan akses dan mutu pelayanan,
tanggung jawab utama berada dan
tergantung pada peran Dinas Kesehatan.

2. Penanganan masalah diare, perlu


didukung dengan penyediaan air bersih
yang memenuhi syarat kesehatan, perilaku
hidup bersih dan sehat, dan penyehatan
lingkungan.
3. Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Bentuk manajemen ini dilaksanakan
terpadu, yaitu pengelolaannya
50 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
dilaksanakan secara bersama dan
penanganan kasus yang tidak terpisah-
pisah meliputi manajemen anak sakit,
pemberian nutrisi, pemberian imunisasi,
pencegahan penyakit dan promosi untuk
tumbuh kembang.
f. Penyusunan Rencana Operasinal (RO)
Sebagaimana halnya program UKM, RO
pada program UKP juga dilakukan dengan
menambahkan variable waktu pada kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Penyusunan Rencana Kerja Program Penguatan
Sistem Kesehatan (PSisKes)
a. Pemahaman tentang Sistem Kesehatan
Untuk menyusun Renja Penguatan Sistem
Kesehatan diperlukan pemahaman tentang
dua hal yaitu:
(1) Apa saja elemen atau fungsi serta sub-
fungsi dalam sebuah sistem kesehatan
(2) Bagaimana melakukan “assessment” untuk
mengidentifikasi kelemahan yang mungkin
ada dalam sistem tersebut.
1) Elemen Sistem Kesehatan
Dalam Pokok Bahasan sebelumnya telah
disampaikan elemen sistem kesehatan seperti
ditetapkan dalam Perpres No 72 Tahun 2012.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 51


Berikut disampaikan lagi 7 elemen atau fungsi
sistem kesehatan, yaitu:
(1) Regulasi, Tata kelola dan Sistem Informasi
(2) SDM Kesehatan
(3) Farmasi/alkes
(4) Penelitian dan pengembangan
(5) Pemberdayaan masyarakat
(6) Pembiayaan Kesehatan
(7) Upaya kesehatan (UKM dan UKP)
Beberapa daerah sudah menyusun Sistem
Kesehatan Daerah (SKD) yang mengacu
pada format SKN dan sudah dikukuhkan
dalam Peraturan Daerah (PERDA). Akan tetapi
isinya diwarnai oleh situasi spesisik daerah.
Misalnya sistem pelayanan kesehatan di
daerah kepulauan (Kepri, NTT, Sulut, Maluku,
dll) berbeda dari daerah di pulau besar (Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dll).
Demikian juga, pendekatan pemberdayaan
masyarakat diwarnai oleh tata nilai budaya
setempat.
Kemudian fungsi Litbang tidak dimasukkan
dalam Renkesda karena sifat kegiatannya
yang sangat spesifik, menyangkut penerapan
“metode ilmiah” (scientific method) dalam
mencari data dan informasi yang secara ilmiah
balid.
52 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
Dengan demikian fokus rencana kegiatan
penguatan sistem kesehatan adalah pada:
(1) Regulasi, tata kelola
(2) Sistem Informasi
(3) SDM kesehatan
(4) Farmasi/Alkes
(5) Pembiayaan kesehatan
(6) Pelayanan kesehatan
Sebagai catatan WHO menyarankan 6 fokus
penguatan sistem kesehatan (the six health
sistem building blocks) yaitu:
(1) Pelayanan kesehatan (UKM dan UKP)
(2) SDM Kesehatan
(3) Informasi kesehatan
(4) Farmasi/alkes
(5) Pembiayaan kesehatan
(6) Kepemimpinan dan tata kelola

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 53


b. Langkah-langkah penyusunan rencana kerja
1. Rumusan masalah
Rumusan masalah sistem kesehatan adalah
hasil “assessment” kelemahan sistem kesehatan.
Dalam Pokok Bahasan tentang Analisis Situasi
sudah disampaikan beberapa tabel untuk
menginvetarisasi masalah-masalah yang ada
dalam sistem kesehatan di daerah. Masalah
tersebut bisa berkaitan dengan (a) kelemahan
regulasi, (b) sistem informasi kesehatan, (c) SDM
Kesehatan, (d) farmasi dan alat kesehatan, (e)
pembiayaan kesehatan. (Lihat Pokok Bahasan:
Analisis Situasi).
Berikut disampaikan kembali contoh tabel berisi
kelemahan/masalah sistem kesehatan berkaitan
dengan (a) Regulasi, (b) Sistem informasi dan (c)
SDM kesehatan.
Peraturan yang perlu direvisi:
No Nama Peraturan No Peraturan Alasan perlu direvisi
1
2
3
Dst

Peraturan baru yang perlu dikeluarkan:


No Nama Peraturan Alasan perlu disusun
1
2
3

54 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


dst

Sistem informasi
No Sistem Informasi yg ada Kelemahan Rencana
saat ini (*) solusi
1 SP2TP
2 Rekap SP2TP di Dinkes
3 PKP
4 SIKDA
5 Pemanfaatan Susenas
6 Dll

(*) Misalnya: pelaksana SP2TP, ketersediaan


formulir, aplikasi IT, kemampuan analisis di
Dinkes, dll
Situasi SDM Dinkes dibandingkan dengan standar
ketenagaan Dinkes
No Jenis/kualifikasi Jml yg ada Kekurangan
1
2
3
4
5
6
7

Perumusan masalah fungsi atau elemen sistem


kesehatan tidak cukup hanya dalam bentuk
tabel-tabel seperti di atas. Setiap masalah atau
kesenjangan yang ada dalam tabel tersebut perlu
diuraikan secara jelas dan lengkap.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 55


2. Faktor penyebab dan faktor yang berpengaruh
Penyebab masalah sistem kesehatan bisa
berasal dari :
(a) Faktor keterkaitan antar elemen/fungsi
sistem kesehatan
Keunikan sistem kesehatan adalah saling
keterkaitan satu elemen/fungsi dengan elemen/
fungsi lainnya. Masalah penempatan SDM
misalnya, bisa berkaitan dengan kelemahan
regulasi tentang penempatan SDM. Rendahnya
penyerapan anggaran BOK misalnya (masalah
pembiayaan), bisa disebabkan kurangnya
tenaga untuk melaksanakan kegiatan yang
dibiaya dari BOK tersebut (masalah SDM).
Sebagian besar masalah atau kelemahan
dalam sistem kesehatan adalah hubungan
dan interaksi yang tidak harmonis dan sinkron
antara elemen-elemen sistem kesehatan
tersebut.
(b) Faktor di luar sistem kesehatan
Selain faktor internal, bisa juga penyebab
masalah sistem kesehatan berada di luar sistem
kesehatan tersebut.
Misalnya kesulitan melengkapi SDM Dinkes
atau Puskesmas agar sesuai dengan standar,
bisa disebabkan karena keterbatasan formasi
untuk pegawai daerah yang ada di BKD.

56 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


Kekosongan alat kontrasepsi di Puskesmas bisa
disebabkan karena masalah pengadaan dan
distribusi alkon yang dikelola oleh BKKBN dan/
atau DKPKB.
Untuk setiap masalah sistem kesehatan di
daerah, perlu dianalisis faktor penyebabnya
seperti dijelaskan di atas, yaitu penyebab
internal di dalam sistem kesehatan daerah dan
penyebab eksternal.
3. Penentuan tujuan/target
Perumusaan tujuan/target progam penguatan
sistem kesehatan adalah reduksi atau eliminasi
masalah yang sudah diidentifikasi. Rumusan
tujuan tersebut harus jelas, spesifik dan terukur.
Narasi tujuan/target tersebut bervariasi
(berbeda-beda) sesuai dengan elemen sistem
yang memang khas/unik. Dalam tabel berikut
disampaikan contoh rumusan tujuan/target
dalam program penguatan sisten kesehatan
daerah.
No Fungsi SKD Contoh narasi tujuan penguatan sistim
kesehatan
1 Regulasi • Dikeluarganya PERDA tentang SKD
pada taun 2017
• Dikeluarkanya Perbup tentang
aplikasi ABK dalam perencanaan
SDM institusi kesehatan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 57


2 Tata kelola • Melaksanakan pelatihan
penyusunan perencanaan
anggaran bagi semua staf strukrural
Dinas Kesehatan pada tahun 2017
• Melakukan pelatihan supervisi
terpadu lintas program bagi staf
Dinkes pada tahun 2017
3 S i s t e m • Pelatihan SP2TP bagi semua staf
informasi Puskesmas pada tahun 2017
4 S D M • Menambah 1 tenaga analis pada
Kesehatan tahun 2017 di 5 Puskesmas yang
belum memiliki tenaga analis
• Melaksanakan program fellowship
bagi 4 dokter untuk menjadi
tenaga spesialis penyakit dalam,
Anak, Obgyn dan bedah, dimulai
pada tahun 2017
• Pelatihan aplikasi e-catalog untuk
perencanaan kebutuhan dan
pengadaan obat bagi semua
Puskesmas pada tahun 2017
5 Farmasi/ • Pengadaan Cold Storage baru
alkes pada tahun 2017
• Pelatihan tentang penggunaan
obat rasional bagi tenaga medis
dan farmasi dari semua Puskemas
6 Pembiayaan • Pelatihan Tim DHA sesuai standar
kesehatan (Pedoman PPJK) pada tahun 2017
• Melaksanakan DHA pada tahun
2017 terhadap belanja kesehatan
2016.

58 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


7 Pelayanan • Terakreditasinya 10 Puskesmas (dari
kesehatan 21 Puskesmas) pada tahun 2017
• Pelatihan manajemen klinik bagi
tenaga medis Puskesmas yang
mencakup 75 diagnosis (dari 155
diagnosis) pada tahun 2017

4. Penentuan kegiatan
Tidak ada pedoman yang berlaku umum untuk
menetapkan kegiatan penguatan sistem
kesehatan. Setiap elemen sistem memerlukan
kegiatan atau langkah-langkah yang berbeda.
Dari tata-cara yang sudah ditetapkan dan dari
pengalaman empiris, berikut ini disampaikan
jeni-jenis kegiatan yang diperlukan untuk
program penguatan elemen/fungsi sistem
tertentu.
Contoh-1:
Nama program: Penyusunan PERDA tentang SKD
Kegiatan:
(1) Penyusunan TOR
(2) Mencari dan mengontrak Tim Konsultan
(3) Penyusunan naskah akademik SKD sesuai
format SKN
(4) Konsultasi public tentang naskah akademik
SKD
(5) Pembahasan oleh Baleg (Badan Legislasi
DPRD)
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 59
(6) Penulisan naskah PERDA SDK
(7) Pengesahan PERDA SKD
Penyusunan PERDA tentang SKD
No Kegiatan Output Sasaran Waktu P. Jawab
1 Penyusunan TOR Kadinkes
TOR
2 Kontrak Tim Tim TA Kadinkes
TA
3 Menyusun D o k u m e n Tim TA
n a s k a h naskah akade-
akademik mik
4 Konsultasi Masukan untuk Stakeholder Dinkes
p u b l i c penyempurnaan terkait & Biro
t e n t a n g n a s k a h Hukum
n a s k a h akademik
akademik
5 Pembahasan Masukan untuk Baleg DPRD Dinkes
oleh Baleg revisi dan & Biro
DPRD persetujuan Hukum
Baleg
6 Penyusunan Naskah PERDA B i r o
n a s k a h Hukum
PERDA
7 Pengesyahan PERDA SKD Bupati
PERDA SKD

Contoh-2:
Nama program: Pelatihan Tim DHA untuk
memperkuat sistem pembiayaan kesehatan
No Kegiatan Output Sasaran Waktu P. Jawab
1 Penyusunan TOR
2 Seleksi anggota
Tim DHA
3 Kontrak tim pelatih
dari propinsi
4 Pelatihan DHA (5
hari di kelas)

60 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


5 Pelaksanan DHA
oleh Tim
6 P e r u m u s a n
rekomendasi
7 Lokakarya hasil
DHA

5. Integrasi kegiatan
Karena masing-masing elemen Sistem
Kesesehatan bersifat unik, dan jenis kegiatannya
pun berbeda-beda, tidak banyak kegiatan
yang bisa diintegrasikan antara program
penguatan sistem kesehatan daerah.
6. Penyusunan Rencana Operasional(RO)
Seperti disampaikan dalam penyusunan RO
untuk program UKM dan UKP, penyusuan RO
untuk program penguatan sistem kesehatan
adalah menambahkan dimensi atau perspektif
waktu dalam setiap jenis kegiatan.
Berikut adalah contoh RO untuk penyusunan
PERDA SKD.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 61


Evaluasi/ Penugasan:
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan
setiap kelompok melakukan penyusunan Rencana
Kerja Tahunan dengan mengacu pada 6 langkah
di bawah ini untuk 3 upaya yaitu UKM, UKP, dan
PSisKes.
(1) Merumuskan masalah
(2) Analisis faktor-faktor yang berpengaruh
(3) Menetapkan tujuan/ target tahun depan
(4) Penentuan kegiatan
(5) Integrasi kegiatan
(6) Menyusun rencana operasional
Pokok Bahasan 3: Penyusunan Anggaran Terpadu
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 136/
PMK.02/2014, dalam menyusun perencanaan dan
penganggaran diperlukan adanya pendekatan
sebagai berikut:
a. pendekatan kerangka penganggaran jangka
menengah (mediun term budget framework/
MTBF) yang dilakukan dengan menyusun
prakiraan maju yang berisi kebutuhan anggaran
untuk program dan kegiatan yang akan
dilakukan pada tahun anggaran berikutnya
dari tahun anggaran yang direncanakan dan
merupakan implikasi kebutuhan dana untuk
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut
62 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
pada tahun berikutnya.
b. pendekatan penganggaran terpadu yang
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran di
lingkungan PD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran.
c. Pendekatan penganggaran yang dilakukan
berdasarkan prestasi kerja yang dilakukan
dengan memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dan keluaran (output) yang
diharapkan dari kegiatan dan hasil yang
diharapkan dari program termasuk efisiensi
dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Dalam Pokok Bahasan sebelumnya sudah
disampaikan proses penyusunan rencana kerja
kesehatan daerah secara menyeluruh dan
terpadu. Ada 3 kelompok program kesehatan
yang direncanakan yaitu :
(1) Program UKM:
a. Program UKM yang termasuk dalam SPM
b. Program UKM lain yang tidak termasuk
dalam SPM
(2) Program UKP
(3) Program PSisKes (Penguatan Sistim Kesehatan)
Ketiga kelompok program tersebut saling berkaitan
dan saling mempengaruhi. Kegagalan program

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 63


UKM yang lebih bersifat promotif dan pencegahan,
akan mengancam keberlanjutan program UKP
yang lebih bersifat kuratif. Kemudian baik UKM
maupun UKP tidak berhasil tanpa didukung oleh
sistim kesehatan yang kuat. Hubungan timbal balik
tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Dari perspektif anggaran, diagram tersebut


menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Kecukupan anggaran untuk PSisKes akan
mendukung kelancaran program UKM dan
UKP.
b. Intensifikasi program UKM dan UKP akan
memerlukan penguatan sistim kesehatan (SDM,
Obat, fasilitas, dll). Berarti kebutuhan anggaran
untuk penguatan sistim juga bertambah.
c. Ketidakcukupan anggaran untuk UKM akan
mendorong pelayanan berorientasi kuratif
dengan konsekuensi eskalasi biaya
64 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
d. Ketidakcukupan anggaran untuk UKP
menyebabkan pelayanan kuratif tidak efektif
Uraian di atas menunjukan bahwa ke tiga
kelompok program tersebut perlu dicukupi
anggarannya. Pokok bahasan ini menjelaskan
bagaimana metode dan langkah-langkah
menyusun anggaran untuk ke tiga kelompok
program tersebut.
Kebijakan, Norma Dan Pendekatan Penyusunan
Anggaran Kesehatan Terpadu
Ada beberapa kebijakan dan norma yang perlu
diperhatikan dan dilaksanakan dalam penyusunan
anggaran program kesehatan. Kebijakan dan
norma tersebut dicantumkan dalam beberapa
peraturan dan perundangan seperti akan
dijelaskan berikut ini.
a. Komprehensif (menyeluruh)
Penyusunan anggaran program kesehatan
harus komprehensif (menyeluruh). Ketiga
kelompok program yang disampaikan di
atas harus mendapat anggaran yang cukup.
Seperti disampaikan di depan, ke tiga
kelompok program tersebut saling berkaitan
dan saling mempengaruhi. Jadi penyusunan
anggaran tidak boleh parsial, misalnya hanya
menekankan anggaran untuk UKP sedangkan
untuk UKM dan PSISKES tidak mencukupi.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 65


Pengertian “cukup” disini adalah tersedianya
anggaran sesuai dengan kebutuhan program.
Cukup bukan berarti sama banyak untuk UKM,
UKP dan PSisKes. Kebutuhan anggaran untuk
program-program tersebut memang berbeda.
Cukup juga berarti bahwa anggaran yang
dialokasikan untuk setiap program adalah
“cost based”; didasarkan pada perhitungan
biaya (costing) yang tepat.
b. Cara pembiayaan program kesehatan
Dalam Pokok Bahasan yang terdahulu sudah
disampaikan tentang kebijakan pembiayaan
kesehatan; yaitu seperti ditetapkan dalam (a)
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, (b)
Perpres No. 72 Tahun 2014 tentang SKN dan (c)
UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Ringkasnya
kebijakan pembiayaan tersebut disampaikan
dalam tabel berikut.
No K e l o m p o k S u m b e r Alasan
program permbiayaan
1 Penguatan APBN dan Pengaturan dan penguatan
S i s t e m APBD Sistem Kesehatan adalah
Kesehatan kewenangan pemerintah
2 Program APBN, APBD UKM bersifat “public goods”
UKM dan sulit dibiayai melalui sistim
tarif dan asuransi, tidak di-cover
dalam paket santunan asuransi

66 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


3 P r o g r a m Asuransi UKP lebih bersifat “private goods’
UKP (sosial dan dan penduduk perlu mendapat
komersial) perlindungan biaya melalui
dan Askes Sosial.
mekanisme Askes Komersial dan tarif adalah
tarif pilihan untuk pelayanan diluar
paket asuransi sosial

(1) Berbasis kinerja


Anggaran program harus berbasis kinerja
(Permendagri No. 59 Tahun 2007). Setiap item
(mata) anggaran harus mempunyai kaitan logis
dengan kinerja (output) yang terukur. Dalam
bahasa umum ini disebut “azas manfaat” atau
“value for money”.
Dengan demikian anggaran berbasis kinerja
berarti anggaran tersebut didasarkan pada:
(a) Besaran target atau volume output yang
akan dihasilkan.
(b) Kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencapai target tersebut.
(c) Jenis dan volume input yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
(d) Biaya satuan masing-masing input tersebut.
(2) Konsolidasi sumber-sumber pembiayaan
Sumber pembiayaan untuk program
kesehatan banyak dan beragam, yaitu yang
berasal dari pemerintah dan non pemerinah.
Sumber-sumber tersebut perlu dimanfaatkan,
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 67
dikonsolidasikan dan diintegrasikan dalam
pembiayaan program kesehatan daerah.
No Sumber biaya Jenis sumber
kesehatan
1 Pemerintah APBN, APBD, DAK (baik DAK Fisik maupun
DAK-non fisik), subsidi premi JKN untuk PBI,
ADD, DD, Pajak rokok, DBHCHT, dll
2 N o n - Askes (JKN), Askes komersial, CSR, belanja
pemerintah kesehatan RT, investasi swasta untuk fasilitas
kesehatan, dana dari badan sosial, dll
Catatan: DBHCHT = Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau. CSR = Corporate Social Responsibility
Sumber anggaran tersebut perlu di konsolidasikan
pemanfaatannya sehingga satu sama lain
menjadi saling melengkapi (komplementer) dan
tidak tumpeng tindih. Untuk itu perlu diketahui
ketentuan-ketentuan spesifik masig-masing
sumber anggaran, yaitu tentang peruntukannya
dan mekanisme realisasinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan berbagai sumber dana untuk
pembiayaan kegiatan bidang kesehatan di
daerah, yaitu:
a. Pemerintah Daerah perlu memilah kegiatan
mana yang sudah dan belum didanai agar
tidak ada duplikasi atau overlapping sumber
pendanaan untuk kegiatan di bidang
kesehatan.
b. Penggunaan dana yang bersumber dari APBN
yang sifatnya earmark seperti DAK, Pajak Rokok
68 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
dan DBHCHT tidak boleh digunakan selain
yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
c. Penggunaan pajak rokok hanya diperuntukan
untuk kegiatan bidang kesehatan yang belum
dibiayai dari APBN (DAU, DAK, DBHCHT, Dana
Dekonsentrasi dan TP), dan APBD Kabupaten/
Kota (PAD dan lain-Lain Pendapatan Yang
Sah). Pajak rokok lebih digunakan untuk
kegiatan UKM (promotif dan preventif) dan
pemberdayaan masyarakat, sementara
penggunaan DAK Fisik, Dana Dekonsentrasi dan
DBHCHT lebih diarahkan pada pembangunan
kesehatan secara fisik.
(3) Pendekatan “budget based targeting” dan
“target based budgeting”
Pendekatan “budget based targeting”
adalah menetapkan target dan kegiatan
sesuai dengan pagu anggaran yang sudah
disediakan/ditetapkan. Pendekatan ini
dominan di masa lalu. Rencana kerja disusun
menunggu “kabar” plafond anggaran. Kalau
“kabar” tersebut belum ada, maka angaran
tahun depan ditetapkan sebesar anggaran
tahun lalu ditambah “x”%. Ini dikenal sebagai
pendekatan “hystorical” dalam penyusunan
anggaran. Pendekatan semacam ini bersifat
pasif. Akibatnya anggaran kesehatan tidak

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 69


naik-naik, dan tidak responsif terhadap
kebutuhan riil penduduk.
Pendekatan “target based budgeting” adalah
kebalikannya. Besar anggaran ditentukan
oleh besaran masalah yang akan diatasi
(target) dan kegiatan yang akan dilakukan.
Hasil perhitungannya diperjuangkan dalam
pembahasan anggaran. Pendekatan ini
bersifat pro-aktif dan anggaran kesehatan
yang diusulkan biasanya jauh lebih besar
dari pada hasil pendekatan “hystorical”.
Pendekatan “target based budgeting” secara
bertahap akan menaikkan alokasi anggaran
kesehatan sehingga mencapai jumlah ideal:
sesuai dengan kebutuhan.
(4) Proses iteratif
Dalam perencanaan kesehatan dipergunakan
pendekatan “target based budgeting”.
Hasilnya diajukan dalam pembahasan alokasi
anggaran Pemda. Bisa terjadi anggaran
tersebut diluar batas kemampuan anggaran
daerah yang juga harus dialokasikan untuk
program-program sektor lain. Maka proses
negosiasi dilakukan. Dalam negosiasi tersebut
(konsultasi anggaran), anggaran yang diajukan
mempunya posisi yang kuat, karena didasarkan
pada target dan jenis program yang sudah
ditetapkan dalam kebijakan pembangunan

70 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


kesehatan (UU, Perpres, RPJMN/RPJMD dan
Renstra).
Setelah dicapai kesepakatan (misalnya
menurunkan target program kesehatan
dan mengurangi volume kegiatan), maka
dilakukan proses ulang menghitung kebutuhan
anggaran dengan target dan volume kegiatan
yang baru. Proses ini bisa dilakukan berulang
dan disebut proses “iteratif”.
Pada proses iteratif ini, beberapa tindakan
yang dapat dilakukan PD apabila pagu
anggaran dari APBD (PAD, DAU, DBH, dana
bagi hasil Provinsi/bantuan keuangan atau
jenis dana lainnya yang sifatnya umum) tidak
mencukupi untuk membiayaai kegiatan yang
direncanakan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penyesuaian volume kegiatan.
b. Mencoret usulan kegiatan yang kurang
prioritas.
c. Menggunakan sumber pembiayaan lain
seperti DBHCHT dan Dana Dekonsentrasi
untuk membiayai jenis kegiatan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(5) Integrasi anggaran
Dalam perencanaan kesehatan perlu
dilakukan integrasi anggaran secara cermat,
yaitu untuk meningkatkan efisiensi anggaran
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 71
dan menghindari tumpang tindih anggaran.
Dasar integrasi anggaran ini adalah kegiatan-
kegiatan dan sarana yang bisa dimanfaatkan
bersama oleh program yang berbeda. Jenis
kegiatan dan anggaran yang potensil untuk
diintegrasikan adalah (a) kegiatan manajemen
pendukung, (b) kegiatan monitoring dan
supervise dan (c) sarana tertentu seperti
kendaraan.
4. Langkah-Langkah Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan rencana seperti disampaikan
dalam Pokok Bahasan terdahulu menghasilkan
rencana yang terdiri dari: (a) target yang akan
dicapai dan (b) kegiatan yang perlu dilakukan
untuk mencapai target tersebut. Penyusunan
anggaran pada dasarnya adalah bagaimana
menterjemahkan target dan rencana kegiatan
tersebut dalam ukuran “uang” atau anggaran.
Ada enam hal perlu dipahami dalam
penyusunan anggaran yaitu sebagai berikut:
1. Ada tiga kelompok program yang perlu
dihitung kebutuhan anggarannya yaitu
(1) Program UKM, (2) Program UKP dan
(3) Program PSisKes (Penguatan Sistem
Kesehatan).
2. Diawal sudah disampaikan bahwa sumber
pembiayaan untuk ke tiga kelompok

72 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


program tersebut berbeda, khususnya
program UKP yang dibiayai melalui asuransi
dan tarif.
3. Ada dua kelompok kegiatan dalam
program UKM dan UKP yaitu
(1) Kegiatan langsung (pelayanan)
(2) Kegiatan tidak langsung (penunjang)
4. Ada dua kelompok jenis mata anggaran
yaitu
(1) anggaran belanja modal dan
(2) anggaran belanja operasional dan
pemeliharaan.
No Kelompok Jenis mata anggaran
anggaran
1 A n g g a r a n a. Pembebasan tanah
b e l a n j a b. Konstruksi gedung
modal
c. Pengadaan peralatan medis
dan non-medis`
d. Pendidikan
e. Dll

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 73


2 A n g g a r a n a. Gaji/upah
b e l a n j a b. Obat dan BMHP (Bahan Medis
operasional Habis Pakai)
d a n
c. Makanan
pemeliharaan
d. Utilities (listrik, air, telepon, ATK,
dll)
e. Perjalanan
f. Pelatihan
g. Pemeliharaan barang modal
h. Dll

5. Ada tiga langkah utama dalam menyusun


anggaran yaitu:
(1) Melakukan perhitunguan kebutugan
biaya (costing)
(2) Melakukan integrasi anggaran antar
program
(3) Menetapkan sumber biaya
6. Metode perhitungan biaya yang
dipergunakan dalam perencanaan
kesehatan adalah “Activity Based Costing”
(ABC). Prinsipnya adalah menghitung nilai
rupiah semua “input” yang diperlukan untuk
melaksanakan sejumlah kegiatan program.
Kegiatan tersebut sudah direncanakan
sebelumnya dalam proses penyusunan
rencana program.
Berikut ini disampaikan bagaimana hal-hal di
atas diterapkan dalam menyusun anggaran

74 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


program, berturut-turut untuk UKM, UKP dan
Penguatan Sistem Kesehatan.
a. Penyusunan Anggaran Program UKM
Langkah langkah:
1. Penyusunan anggaran dilakukan
terpisah untuk setiap program
2. Metode yang dipakai adalah ABC:
(1) Lihat kembali daftar kegiatan
program yang telah disusun dalam
proses penyusunan rencana kerja
(kegiatan langsung dan tidak
langsung).
(2) Tentukan output (apa yang
dihasilkan dari masing-masing
kegiatan tersebut) dan berapa
banyak.
(3) Tentukan jenis dan jumlah input yang
diperlukan untuk setiap kegiatan.
(4) Cari biaya satuan untuk setiap input
(pergunakan pedoman SBM atau
Standar Biaya Masukan)
(5) Hitung biaya per kegiatan
(6) Hitung total biaya untuk semua
kegiatan
3. Lakukan integrasi anggaran setelah

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 75


proses “ABC” tersebut di atas dilakukan
untuk semua program UKM.
4. Lakukan konversi setiap mata anggaran
untuk disesuaikan dengan mata
anggaran pemerintah seperti ditetapkan
dalam Lampiran Permendagri No. 59
Tahun 2007.
Untuk menerapkan langkah-langkah di
atas, berikut adalah contohnya untuk
program Tb Paru:
Program: pemberantasan Tb Paru
Kegiatan dalam program Tb Paru
(disederhanakan, lengkapnya lihat Juknis
Program Tb paru) terdiri dari:
1. Kegiatan Langsung:
a. Temuan kasus
b. Pengobatan
c. Intervensi perilaku
d. Intervensi lingkungan (ventilasi
rumah)
2. Kegiatan tidak langsung:
a. Pengembangan kemitraan
b. Kegiatan manajemen dan
pengembangan

76 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


Untuk masing-masing kegiatan tersebut
disiapkan instrument (template excell) yang
merupakan penyempurnaan dari aplikasi
dalam P2KT Edisi-3 (tahun 2005). Aplikasi
tersebut memudahkan penghitungan biaya
dengan metode ABC. Dalam contoh ini ada
6 template – satu untuk masing-masing jenis
kegiatan. Kemudian 1 template terakhir
(tambahan) berisi rekapitulasi biaya program
Tb-paru secara keseluruhan.
Template dan pedoman pengisiannya
disampaikan terpisah dari Modul ini.

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 77


1.1.1 Temuan kasus Kolom Input ini bisa ditambah (di insert) sesuai kebutuhan ATM, APBD dll

78
Slide Reagensia Buku register Transport Input-dst Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pemeriksaan dahak 250 250 10,000 2,500,000 0 0 0 0 0 3,750,000
2 Sweeping ke Pustu (kunjungan) 10 0 12 25,000 300,000 0 0 0 300,000
3 Pengiriman slide ke PRM 12 0 - 0 12 10,000 120,000 0 120,000
4 Buku register (1 per Puskesmas + Dinkes) 50 0 - 50 25,000 1,250,000 0 0 1,250,000
5 Raegensia 250 0 250 5,000 1,250,000 0 0 0 1,250,000
6 0 - 0 0 0 -
7 0 - 0 0 0 -
8 0 - 0 0 0 -
8 0 - 0 0 0 -
10 0 - 0 0 0 -
dst 0 - 0 0 0 -
Catatan: 2,500,000 1,550,000 1,250,000 120000 0 6,670,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"
1.1.2 Pengobatan
Paket OAT Pelatihan PMO Slide + Reagensia Input-dst Input-dst Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pengobatan kasus BTA+ 250 250 400,000 100,000,000 - - 0 0 100,000,000
2 DOTS (Pelatihan PMO) 250 - 250 25,000 6,250,000 - 0 0 6,250,000
3 Pemeriksaan BTA ulang 100 - - 100 5,000 500,000 0 0 500,000
4 - - - 0 0 -
5 - - - 0 0 -
6 - - - 0 0 -
7 - - - 0 0 -
8 - - - 0 0 -
8 - - - 0 0 -
10 - - - 0 0 -
dst - - - 0 0 -
Catatan: 100,000,000 6,250,000 500,000 0 0 106,750,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"
1.2.2 Intervensi perilaku
Biaya Siaran Konsumsi Transpor Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Radio spot ttg tbc (frekuensi) 24 12 1,000,000 12,000,000 0 0 0 0 12,000,000
2 Pertemuan dengan tokoh agama (frek) 20 - 20 25000 500000 20 25000 500000 0 0 1,000,000
3 - 0 0 0 0 -
4 - 0 0 0 0 -
5 - 0 0 0 0 -
6 - 0 0 0 0 -
7 - 0 0 0 0 -
8 - 0 0 0 0 -
8 - 0 0 0 0 -
10 - 0 0 0 0 -
dst - 0 0 0 0 -
12,000,000 500000 500000 0 0 13,000,000
Catatan:
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


1.2.1 Intervensi lingkungan
Pemasangan jendela Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pembuatan jendela rumah pasien Gakin 20 20 750000 15000000 0 0 0 0 15,000,000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
15000000 0 0 0 0 15,000,000
Catatan:
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"
1.2.3 Pengembangan kemitraan
Biaya pertemuan Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pertemuan dg provider swasta (2x/th) 2 2 500000 1000000 0 0 0 0 1,000,000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


8 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 1000000 0 0 0 0 1,000,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"
2.1 Kegiatan manajemen
Komputer Honor 1 org operator (12 bln) Kertas Mikroskop Transport Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Peningkatan sistem inform tbc 1 1 4000000 4000000 12 650000 7800000 10 2500 25000 2 5000001000000 0 12,825,000
2 Supervisi ke Pustu 15 0 0 0 0 15 25000 375000 375,000
3 Pertemuan 27 Puskesmas utk tbc 4 0 0 0 0 108 25000 2700000 2,700,000
4 Pelatihan tenaga medis (2x @ 20 org) 40 0 0 0 0 40 20000 800000 800,000
5 Pengadaan mikroskop utk PRM 3 0 0 0 3 15000000 45000000 0 45,000,000
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 4000000 7800000 25000 46000000 3875000 61,700,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input "tenaga lembur"

79
Dalam ke enam template di atas tersedia kolom
terakhir untuk mengisi “sumber dana”. Kolom ini
diisi dengan nama sumber dana yang potensial
untuk membiayai kegiatan yang sesuai dengan
peruntukan sumber dana bersangkutan, antara
lain sebagai berikut:
a. Alokasi Dana Desa (ADD). Penggunaan ADD
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu untuk Belanja
Aparatur dan Operasional Pemerintahan
Desa (30%) serta untuk biaya pemberdayaan
masyarakat (70%). Biaya pemberdayaan
masyarakat dapat dipergunakan untuk
belanja modal publik sebesar 70% yang dapat
dipergunakan untuk perbaikan lingkungan,
perumahan, kesehatan dan pendidikan
serta Penguatan Kapasitas Lembaga
Kemasyarakatan sebesar 30%, termasuk
didalamnya untuk operasional PKK, kader dan
lain-lain.
b. Dana Desa (DD). Sesuai dengan Peraturan
Menteri Desa, pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015
disebutkan bahwa DD dapat dipergunakan
untuk pembangunan, pengembangan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana
kesehatan masyarakat. Prioritas penggunaan
DD untukprogram dan kegiatan bidang
pemerdayaan masyarakat desa bertujuan

80 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


untuk meningkatkan kapasitas masyarakat,
antara lain untuk promosi kesehatan dan
edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan
hidup bersih dan sehat, termasuk peningkatan
kapasitas pengelolaan Posyandu, Poskesdes,
Polindes, dan ketersedian atau berfungsinya
tenaga medis di desa.
c. Dana BOK (DAK-non fisik) bisa untuk berbagai
kegiatan UKM yang bersifat operasional non-
gaji.
d. DAK Fisik untuk berbagai kegiatan peningkatan
sarana prasarana kesehatan, termasuk
penguatan sistem kesehatan.
e. Dana Dekonsentrasi dapat dipergunakan
untuk berbagai kegiatan UKM, UKP atau
penguatan sistem kesehatan sesuai dengan
petunjuk teknisnya.
Setelah mengisi semua template seperti
disampaikan diatas, ada dua langkah lagi yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Integrasi anggaran antara program-program
UKM
Setelah penghitungan biaya program
dilakukan untuk semua program, selanjutnya
masing-masing pengelola program duduk
bersama untuk melihat apakah ada jenis
anggaran yang bisa di integrasikan. Perhatian

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 81


perlu diberikan pada :
(1) kegiatan manajemen, misalnya kegiatan
supervisi d
(2) belanja modal yang mungkin bisa di “share”
bersama oleh beberapa program. seperti
kenderaan, mikroskop, dll.
Kalau ada mata anggaran yang bisa
diintegrasikan, maka masing-masing pengelola
program melakukan revisi angka-angka dalam
template tersebut.
2. Konversi mata anggaran agar sesuai dengan
Kode Mata Anggaran Permendagri No. 59
Tahun 2007.
Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan
jenis-jenis belanja yang dihasilkan dari
perhitungan diatas dengan Kode Mata
Anggaran menurut Permendagri No. 59 Tahun
2007.
b. Penyusunan Anggaran Program UKP
Jenis kegiatan untuk meningkatkan kinerja
program UKP primer beragam, tergantung
pada hasil telahaan faktor penyebab (telahaan
diagram tulang ikan). Kegiatan tersebut
tetap ada dalam tiga kelompok kegiatan,
yaitu (a) meningkatkan kepesertaan JKN, (b)
meningkatkan akses dan (c) meningkatkan
mutu pelayanan UKP primer. Dalam tabel

82 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


berikut disampaikan contoh-contoh jenis
kegiatan tersebut.
Contoh kegiatan UKP primer untuk dianggarkan
M e n i n g k a t k a n Meningkatkan akses Meningkatkan mutu
kepesertaan JKN pelayanan UKP-primer pelayanan UKP-primer
a. Rapat a. Membangun a. Pelatihan tentang
kordinasi lintas Puskesmas di penggunaan obat
instansi daerah terpencil rasional
b. Sosialisasi b. Meningkatkan b. Kegiatan Quality
bersama ke pelayanan Pusling Assurance (QA) di
perusahaan c. Melengkapi SDM Puskesmas
c. Rapat Puskesmas c. Mengembangkan
penentuan d. Mengembangkan audit medis di
target PBI sistim rujukan Puskesmas
d. Pertemuan horizontal (antar d. Akreditasi
menentukan Puskesmas) dan Puskesmas
strategi utk vertical (Puskesmas e. Dll
mencakup – RS)
sektor non- e. Dll
formal
e. Dll

Contoh-contoh kegiatan seperti diatas sifatnya


adalah “paket kegiatan” dan bukan kegiatan
rutin. Jadi anggaranya disusun seperti menyusun
anggaran “proyek”. Kebutuhan anggarannya
dihitung satu persatu.
Cara menghitung kebutuhan anggaran tersebut
bisa menggunakan pendekatan/ metode “ABC”
(Activity Based Costing) dengan menggunakan
tabel bantu seperti disampaikan berikut. Isinya
adalah sbb:
a. Uraian semua kegiatan yang akan dilakukan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 83


b. Tetapkan sasaran setiap kegiatan
c. Identifikasi jenis dan jumlah input yang
diperlukan untuk setiap kegiatan
d. Data tentang biaya satuan masing-masing
input (sesuai SBU)
e. Perhitungan kebutuhan biaya untuk setiap
kegiatan
f. Menetapkan sumber dana untuk biaya
tersebut
g. Menjumlahkan total kebutuhan biaya
Berikut ini contoh template menghitung
kebutuhan anggaran untuk (a) Sosialisasi JKN
ke perusahaan,(b) Pelatihan penggunaan obat
rasional di Puskesmas.
Sosialisasi JKN ke perusahaan
Gedung Alat OH BHP Konsumsi Tranport Dst TOTAL
No Kegiatan Sasaran Output Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Rp
1 Rapat persiapan sektor terkait Tim sosialisasi 0 0 10 100000 1000000 0 10 50000 500000 10 100000 1000000 0 2,500,000
2 Bahan sosialisasi Tim sosialiasi 30 set Ppnt 0 30 25000 750000 0 0 0 750,000
3 Mengudang perusahaan-2 10 perusahaan Undangan 0 10 25000 0 0 0 -
4 Pelaksanaan sosialisasi 20 peserta RTL perusahaan 1 5000000 5000000 0 30 50000 1500000 30 100000 3000000 0 9,500,000
5 Dst 0 0 0 0 0 -
0 0 0 0 0 -
0 0 0 0 0 -
5000000 0 1000000 750000 2000000 4000000 0 12,750,000

Pelatihan penggunaan obat rasional untuk 10 Puskesmas @ 3 peserta, 3 hari


Gedung Alat OH BHP Konsumsi Tranport Dst TOTAL
No Kegiatan Sasaran Output Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Rp
1 Rapat persiapan Staf Dinkes 0 0 0 0 5 50000 250000 0 0 250,000
2 Pengadaan bahan pelatihan 35 set 0 0 35 25000 875000 0 0 0 875,000
3 TA (Pelatih) 10 perusahaan 4 tim pelatih 0 12 500000 6000000 0 0 0 6,000,000
4 Pelaksanaan pelatihan 30 peserta 0 30 100000 3000000 0 40 50000 2000000 30 100000 3000000 0 8,000,000
5 Dst 0 0 0 0 0 0 -
0 0 0 0 0 0 -
0 0 0 0 0 0 -
0 0 9000000 875000 2250000 3000000 0 15,125,000

(3) Penyusunan Anggaran Untuk Penguatan Sistem


Kesehatan
Berbeda dari perhitungan anggaran untuk

84 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


UKM dan UKP, untuk PSisKes (Penguatan
Sistim Kesehatan) anggarannya ditentukan
berdasarkan rincian kegiatan yang akan
dilakukan, yang berbeda-beda antara jenis
program PSisKes. Oleh sebab itu untuk setiap
jenis program penguatan sistim, langkah
pertama adalah menetapkan kegiatan apa
yang perlu dilakukan.
Dihalaman berikut disampaikan 2 contoh
tabel bantu menghitung kebutuhan anggaran
untuk program PSisKes dengan menggunakan
metode ABC (Activity Based Costing). Tabel
pertama adalah contoh untuk menyusun
angngaran Penyusunan PERDA SKD. Tabel
kedua contoh untuk menyusun anggaran
pelatihan Tim DHA Kabupaten.
Nama Program Penyusunan PERDA Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
Output PERDA SKD
OH BHP Konsumsi Perjalanan Dll
No Kegiatan (*) Output Jml UC Rp UC UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Total
1 Penyusunan TOR 1 naskah TOR 1 5000000 5000000 0 0 0 0 5,000,000
2 Kontrak Tim TA Tim TA 1 10000000 10000000 0 0 0 0 10,000,000
3 Menyusun naskah akademik 1 naskah 0 0 0 0 0 -
4 Konsultasi publik naskah akademik Masukan 0 0 0 0 0 -
5 Pembahasan oleh Baleg DPRD Keputusan 0 0 0 0 0 -
6 Penyusunan naskah PERDA Draft PERDA 0 0 0 0 0 -
7 Pengesyahan PERDA ADK PERDA 0 0 0 0 0 -
8 Dst 0 0 0 0 0 -
9 Dst 0 0 0 0 0 -
(*) 15000000 0 0 0 0 15,000,000
Daftar kegiatan diatas adalah contoh, bisa dikemangkan lebih lanjut
sesuai kebutuhan

.
Nama Program Pelatihan Tim DHA
Output Tim DHA Kabupaten
OH BHP Konsumsi Perjalanan Dll Total
No Kegiatan (*) Output Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp Jml UC Rp
1 Penyusunan TOR 1 naskah TOR 0 0 0 0 0 -
2 Seleksi anggota Tim DHA 0 0 0 0 0 -
3 Kontrak Tim Pelatih dari Prop 1 Team (5 org) 25 150000 3750000 0 0 25 200000 5000000 0 8,750,000
4 Pelatihan Tim DHA 5 hari 7 orang 35 150000 5250000 0 140 25000 3500000 7 100000 700000 0 9,450,000
5 Cetak modul 15 copy 0 15 25000 375000 0 0 0 0
6 Palaksanaan DHA di lapangan 1x 0 0 0 0 0 -
7 Perumusan rekomendasi 0 0 0 0 0 -
8 Lokakarya hasil DHA 20 org 1 hari 20 0 0 0 0 0 -
9 Dst 0 0 0 0 0 -
10 Dst 0 0 0 0 0 -
9000000 375000 3500000 5700000 0 18,200,000
(*)
Daftar kegiatan diatas adalah contoh, bisa dikemangkan lebih lanjut
sesuai kebutuhan

Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 85


Untuk kegiatan PSisKes lainnya, disesuaikan
dengan perhitungan sesuai kebutuhan spesifik.
Misalnya:
1. Anggaran fellowship untuk mengirim 4 dokter
umum mengikuti pendidikan spesialis di FK
tertentu:
(a) SPP 2 semester (untuk tahun yad)
(b) Biaya hidup 12 bulan x UC/bulan
(c) Buku dan BHP: 1 paket
(d) Transpor PP ke FK bersangkutan: 2 x Rp xxxx
(PP)
(e) Dll
2. Pengembangan Bank Data Kesehatan dan
Manajemen Kesehatan (SIK dan SIM) di dinas
Kesehatan:
(a) Konsultan IT
(b) Pengadaan computer
(c) Pelatihan staff pengelola data bank
(d) Dll
Evaluasi/ Penugasan
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan
melakukan tugas menyusunanggaran secara
terpadu mengacu pada langkah-langkah
penyusunan anggaran dan memperhatikan
prinsip-prinsip perencanaan terpadu.
86 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah
BAB VII
RANGKUMAN
1. Dalam konteks UU No. 23 Tahun 2014, ditetapkan
4 urusan kesehatan yang menjadi tanggung
jawab daerah, yaitu (1) Upaya kesehatan
yang terdiri dari UKM, UKP dan perizinan RS, (2)
SDM kesehatan, (3) Farmasi/ alkes/ makanan-
minuman dan (4) pembedayaan masyarakat.
2. Tiga kelompok upaya kesehatan yang harus
ada dalam Renja Pembangunan Kesehatan
Kabupaten/ Kota yaitu sbb:
(1) Upaya Kesehatan masyarakat (UKM)
a. yang ada dalam daftar SPM
b. yang tidak termasuk dalam SPM
(2) Upaya kesehatan Perorangan (UKP)
(3) Upaya Penguatan Sistem Kesehatan
(PSiKes) di daerah
3. Enam langkah-langkah yang bersifat generik
dalam proses perencanaan kesehatan yang
merupakan proses teknokratik :
1. Merumuskan masalah
2. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh
3. Menetapkan tujuan/ target tahun depan
4. Penentuan kegiatan
5. Integrasi kegiatan
6. Menyusun rencana operasional
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 87
4. Enam langkah tersebut diatas penerapannya
pada program UKM, UKP dan Penguatan
Sistem Kesehatan terdapat perbedaan yang
dipengaruhi oleh (a) sifat masalahnya, (b)
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
tersebut, (c) indikator yang dipergunakan dan
(d) kegiatan yang dilakukan juga berbeda.
5. Kebijakan dan norma yang perlu diperhatikan
dan dilaksanakan dalam penyusunan
anggaran program kesehatan terpadu : a)
Komprehensif; b) Cara pembiayaan program
kesehatan (bersumber Pemerintah APBN dan
APBD, serta bersumber non pemerintah melalui
mekanisme asuransi sosial dan komersial, CSR,
investasi swasta, belanja kesehatan Rumah
Tangga)
6. Ada enam hal perlu difahami dalam
penyusunan anggaran kesehatan sebagai
berikut:
a. Ada tiga kelompok program yang perlu
dihitung kebutuhan anggarannya yaitu
(1) Program UKM, (2) Program UKP dan
(3) Program PSisKes (Penguatan Sistem
Kesehatan).
b. Sumber pembiayaan untuk ke tiga
kelompok program tersebut berbeda,
khususnya program UKP yang dibiayai
melalui asuransi dan tarif.

88 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah


c. Ada dua kelompok kegiatan dalam
program UKM dan UKP yaitu
1) Kegiatan langsung (pelayanan)
2) Kegiatan tidak langsung (penunjang)
d. Ada dua kelompok jenis mata anggaran
yaitu (1) anggaran belanja modal dan
(2) anggaran belanja operasional dan
pemeliharaan.
No K e l o m p o k Jenis mata anggaran
anggaran
1 A n g g a r a n f. Pembebasan tanah
belanja modal g. Konstruksi gedung

h. Pengadaan peralatan medis


dan non-medis`
i. Pendidikan
j. Dll
2 A n g g a r a n i. Gaji/upah
b e l a n j a j. Obat dan BMHP (Bahan
operasional Medis Habis Pakai)
d a n
pemeliharaan k. Makanan
l. Utilities (listrik, air, telepon, ATK,
dll)
m. Perjalanan
n. Pelatihan
o. Pemeliharaan barang modal
p. Dll

e. Ada tiga langkah utama dalam menyusun


anggaran yaitu:
(1) Melakukan perhitunguan kebutugan biaya
Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah 89
(costing)
(2) Melakukan integrasi anggaran antar program
(3) Menetapkan sumber biaya
f. Metode perhitungan biaya yang
dipergunakan dalam P2KT adalah “Activity
Based Costing” (ABC). Prinsipnya adalah
menghitung nilai rupiah semua “input” yang
diperlukan untuk melaksanakan sejumlah
kegiatan program. rencana program

BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
1. UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
2. Modul P2KT edisi lima, Biro Perencanaan dan
Anggaran Kemenkes RI, PKEKK FKM UI. 2006
3. Perpres 72 tentang Sistem Kesehatan Nasional
4. Gani, Ascobat, “Kompilasi Makalah
Perencanaan & Anggaran Kesehatan “, FKM
UI.

90 Modul Pola Pikir Perencanaan Kesehatan Daerah

Anda mungkin juga menyukai