Infark Serebri Pada Meningitis
Infark Serebri Pada Meningitis
Oleh:
Maulana Bayhaqi NIM. 17174001
T Ilham Akbar NIM. 17174014
Agus Saputra NIM. 17174009
Pembimbing:
dr. Eva Meutia, M.Ked, Sp.S
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infark serebri adalah kematian neuron-neuron, sel glia dan sistem pembuluh
darah yangdisebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi. Infark cerebri juga di kenal
sebagai stroke iskemik, terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai darah ke
otak terganggu sehingga aliran darah otak terganggu.
2
c. Piameter
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis
yang menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure
dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak.
Meningens
3
2.2.2 Liquor Cerebrospinalis (LCS)
LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti
jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan
mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit, dan
memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan
tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal). Pada orang
dewasa, volume cairan cerebrospinal total dalam seluruh rongga secara
normal ± 150 ml. Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal
adalah 70-180 mm air.
4
besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di
dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Hal lain seperti
peradangan atau infeksi (meningitis) dapat menyebabkan menyempitnya
pembuluh darah yang menuju ke otak, sehingga mengganggu aliran darah ke otak.
2.5 Patogenesis
Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan meningitis.
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :
1. Hematogen: oleh karena infeksi di tempat lain seperti faringitis,
tonsillitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi.
2. Perluasan langsung dari infeksi (perkontinuitatum) : yang disebabkan
oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus
cavernosus.
3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak,
pungsi lumbal dan mielokel.
5
portal of entry of meningitis bacteria
Bakteri masuk dalam cairan serebrospinal, menyebabkan terjadi reaksi
inflamasi. Komponen membran dari bakteri merangsang sel endotel dan makrofag
di susunan saraf pusat (sel astrosit dan mikroglia) memproduksi mediator
inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF). Mediator
inflamasi berperan dalam proses awal dari beberapa mekanisme yang selanjutnya
mengakibatkan menurunnya aliran darah otak, dan menyebabkan terjadinya
iskemik dan akhirnya terjadi infark serebri.
6
Bagan Patogenesis Infark serebri karena Meningitis
2.6 Patofisiologi
Dalam kondisi normal, aliran darah otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100
gram. Berat otak normal rata-rata dewasa adalah 1300-1400 gram. Pada keadaan
demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen kurang lebih 3,5
ml/100gr. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gr akan terjadi
kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jarinagn otak sehingga
fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak, juga menyebabkan kerusakan neural
yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler, sehingga kadar
intraseluler akan meningkat melalui transport glutamat, dan akan menyebabkan
ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran. Secara umum
patofisiologi iskemik cerebri meliputi dua proses yang terkait, yaitu:
1. Perubahan Fisiologi pada Aliran Darah Otak
Adanya sumbatan pembuluh darah akan menyebabkan otak
mengalami kekurangan nutrisi penting seperti oksigen dan glukosa, sehingga
daerah pusat yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami
7
iskemik sampai infark. Pada otak yang mengalami iskemik, terdapat gradien
yang terdiri dari ischemic core (inti iskemik) dan penumbra (terletak di
sekeliling iskemik core). Pada daerah ischemic core, sel mengalami nekrosis
sebagai akibat dari kegagalan energi yang merusak dinding beserta isinya
sehingga sel akan mengalami lisis. Sedangkan daerah di sekelilingnya,
dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-sel belum mati, tetapi
metabolisme oksidatif dan proses depolarisasi neuronal oleh pompa ion akan
berkurang. Daerah ini disebut sebagai penumbra iskemik. Bila proses
tersebut berlangsung terus menerus, maka sel tidak lagi dapat
mempertahankan integritasnya sehingga akan terjadi kematian sel yang
secara akut timbul melalui proses apoptosis.
Daerah penumbra berkaitan erat dengan penanganan stroke, dimana
terdapat periode yang dikenal sebagai window therapy, yaitu 6 jam setelah
awitan. Bila ditangani dengan baik dan tepat, maka daerah penumbra akan
dapat diselamatkan sehingga infark tidak bertambah luas.
2. Perubahan Kimiawi yang Terjadi pada Sel Otak akibat Iskemik
Pengurangan terus menerus ATP yang diperlukan untuk metabolisme
sel. Bila aliran darah dan ATP tidak segera dipulihkan maka akan
mengakibatkan kematian sel otak. Otak hanya bertahan tanpa penambahan
ATP baru selama beberapa menit saja. Berkurangnya aliran darah ke otak
sebesar 10-15cc/100gr akan mengakibatkan kekurangan glukosa dan oksigen
sehingga proses metabolisme oksidatif terganggu. Keadaaan ini
menyebabkan penimbunan asam laktat sebagai hasil metabolisme anaerob,
sehingga akan mempercepat proses kerusakan otak. Terganggunya
keseimbangan asam basa dan rusaknya pompa ion karena kurang tersedianya
energi yang diperlukan untuk menjalankan pompa ion. Gagalnya pompa ion
akan menyebabakan depolarisasi anoksik disertai penimbunan glutamat dan
aspartat. Akibat dari depolarisasi anoksik ini adalah keluarnya kalium disertai
8
masuknya natrium dan kalsium. Masuknya natrium dan kalsium akan diikuti
oleh air, sehingga menimbulkan edema dan kerusakan sel.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang bermanfaat dalam menegakkan diagnosis
meningitis adalah tanda-tanda infeksi secara umum seperti peningkatan suhu
tubuh, penurunan kesadaran atau perubahan tingkat kesadaran, parese saraf
otak, tanda –tanda perangsangan meingen seperti kaku kuduk positif, atau
ditemukan adanya gangguan motorik seperti paralisis atau plegia. Defisit
neurologis seperti parese saraf otak, gangguan motorik atau sensorik
menunjukkan adanya komplikasi vaskulitis/arteritis yang dapat
menyebabkan infark. Lesi kulit berupa eksantema atau ptekiae yang disebut
Sindrom Waterhouse sering ditemukan pada infeksi meningokokus.
9
Tabel 1. Temuan pada pemeriksaan CSS pada meningitis
b. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
c. Pemeriksaan Radiologi
Peran yang paling penting dari CT scan pada pasien dengan
meningitis yaitu untuk mengidentifikasi kontraindikasi punksi lumbal
dan komplikasi yang memerlukan intervensi bedah saraf segera, seperti
hidrosefalus simptomatik, empiema subdural, dan abses serebral. CT
scan dengan kontras juga dapat mendeteksi komplikasi seperti
thrombosis vena, infark, dan ventrikulitis.
10
Gambar 1
Serebritis dan pembentukan abses
pada pasien dengan meningitis
purulenta. CT scan dengan
kontras, potongan aksial dilakukan
1 bulan setelah bedah dan
menunjukkan adanya massa kecil,
ring-enhanced, hipoattenuasi
(abses rekuren) di ganglia basalis
(panah) dan kumpulan cairan
subdural berbentuk lentiformis
dengan enhanced meningens
(anak panah).
Gambar 2
Infark watershed dan lacunar pada
pasien dengan meningitis bakteri.
aksial computed tomography scan
menunjukkan infark frontoparietal
watershed kiri, infark ganglia
basalis lacunar kanan, dan efusi
subdural bilateral.
Gambar 3
Sinusitis frontalis, empiema,
dan pembentukan abses pada
pasien dengan meningitis
purulenta. T2-weighted axial
MRI menunjukkan sinusitis
frontalis, defek tulang (panah),
dengan edema kortikal (anak
panah), dan kumpulan cairan
subdural oksipitoparietal kanan
(empiema).
11
2.8 Penatalaksanaan
Selama keadaan akut dan kesadaran rendah harus diberikan perawatan dalam
keadaan coma. Kebersihan badan termasuk mata dan mulut harus dijaga dengan
teliti, keluar masuk cairan sebaiknya diukur, miksi dirawat sesuai dengan keadaan,
defekasi diatur dengan pemberian gliserin sekali dalam 2 - 3 hari, dekubitus
dihindarkan dengan mengubah sikap berbaring dan membersihkan kulit dengan
seksama, suhu badan yang tinggi diturunkan dengan kompres dingin, jalan
pernafasan dijaga supaya tetap lapang, bila ada lendir tertimbun ditenggorokan perlu
dihisap keluar, makanan diberikan personde, bronchopneumonia dicegah dengan
pemberian penstrept 8; 1 dan tindakan physioterapi seperti nafas buatan dan
tapottage ; bila perlu oxygen dapat diberikan. Untuk mengurangi edema otak dapat
diberikan obat-obat corticosteroid dalam satu rangkaian pengobatan, misalnya
dexamethason, 10 mg, intra-vena, diikuti dengan pemberian 5 mg. tiap 6 jam selama
2 hari pertama, kemudian 5 mg. tiap 8 jam pada hari ke-3, kemudian tiap 12 jam
pada hari ke-4 dan 5 mg. pada hari ke-5. Obat-obat yang memperbaiki metabolisme
sel-sel otak seperti nicholis, encephabol, hydergin dapat pula membantu.
Obat-obat yang berkhasiat menurunkan metabolisme otak mungkin
memberikan pengaruh yang baik seperti lytic cocktail yang terdiri dari 50 mg.
Iargactyl, 40 mg. phenergan, dan pethidin 100 mg. yang diberikan dengan infus
glucose 5 - 10 %. Setelah masa akut dilalui dapat diberikan obat-obat golongan
vasodilatansia, stugeron dan lainlain. Pada thrombosis dan emboli cerebri dapat pula
diberikan anti-koagulansia dalam satu rangkaian terapi.
Kejang biasanya parsial dengan atau tanpa berkembang menjadi umum.
Kejang berulang terjadi pada 20-80% kasus. Penggunaan antikonvulsan sebagai
profilaksis kejang pada pasien tidak terbukti bermanfaat. Terapi kejang sama dengan
penanganan kejang pada umumnya.
Untuk Meningitis pilihan antibiotik inisial yaitu secara empiris, berdasarkan
pada usia dan faktor predisposisi pasien. Terapi disesuaikan seperti yang
diindikasikan jika pewarnaan Gram atau pemeriksaan kultur dan sensitivitas telah
12
tersedia. Punksi lumbal dapat diulang untuk menilai respon terhadap terapi. Cairan
serebrospinal harus steril selama 24 jam. Penurunan pleositosis serta penurunan
proporsi leukosit PMN harus terjadi dalam 3 hari.
Regimen terapi empiris untuk meningitis purulenta ditunjukkan pada tabel
berikut:
Terapi Empiris Meningitis Purulenta
13
2.9 Komplikasi (Komplikasi Infark ditambah)
Komplikasi akut bisa berupa gangguan neurologis atau nonneurologis.
Gangguan neurologis edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial yang
dapat menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak, kejang, dan transformasi
hemoragik. Gangguan nonneurologis misalnya adalah gangguan jantung,
gangguan keseimbangan elektrolit, edema paru, hiperglikemia reaktif.
2.10 Prognosis
Manifestasi neurologis fokal yang timbul disebabkan oleh trombosis arteri
dan vena di korteks serebri akibat edema dan peradangan yang menyebabkan
infark serebri, dan adanya manifestasi infark serebri pada penderita meningitis
merupakan petunjuk prognosis buruk, karena akan meninggalkan manifestasi sisa
dan retardasi mental.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael
S, penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-
71
2. Sitorus MS. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Available from :
http://repository .usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-mega2.pdf.
Accessed Sept 2013.
3. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. 2002. Clinical Neurology. 5th Edition.
McGraw-Hill/Appleton & Lange: United States.
4. Cass D. 2001. Early Recognition and Management of Meningitis. The Canadian
Journal of CME. 105-114.
5. Kliegman, Stanton, St Geme, Schor, Behrman. Nelson Textbook of PEDIATRIC
18th edition. Part XXVII The Nervous System, Central Nervous System Infection.
Philadelphia : 2011. H 2089-2090.
16