Sphericity
Sphericity
Tucker (1991) menyatakan bahwa aspek morfologi butir adalah bentuk (form), derajat
kebolaan (sphericity) dan derajat kebundaran (roundness). Sementara itu Pettyjohn (1975)
dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek morfologi luar suatu butir meliputi bentuk
(form), kebundaran (roundness) dan tekstur permukaan.
Roundness butiran pada endapan sedimen ditentukan oleh komposisi butiran, ukuran
butir, proses transportasi, dan jarak transportnya (Boggs, 1987). Butiran pasir dengan sifat
fisik keras dan resisten seperti kuarsa dan zirkon akan lebih sulit membulat selama proses
transport dibandingkan butiran yang kurang keras seperti feldspar. Ukuran butir yang lebih
kecil lebih sukar mengalami proses pembundaran. Sementara itu mineral yang resisten
dengan ukuran lebih kecil 0,05 – 0,1 mm tidak menunjukkan perubahan roundness oleh
semua jenis transport sedimen (Boggs, 1987).
Analisis granulometri merupakan suatu analisis tentang ukuran butir sedimen. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap proses-proses
eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta proses transportasi dan
deposisinya. Hal-hal tersebut merupakan variabel penting dalam melakukan suatu
interpretasi.
Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Proses-proses eksogenik
akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen. Nah, yang mungkin awalnya
runcing-runcing, atau ukuran butirnya masih gede-gede, lama kelamaan kan seiring waktu
akan berubah karena proses eksogenik itu. Sedangkan proses transportasi dan deposisi
memperlihatkan proses bagaimana agen utama seperti air menggerakkan dan mengendapkan
butiran sedimen.
Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, yaitu
variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi pengendapan. Data-data
hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan untuk mengetahui 3 faktor tersebut
secara jelas.
Material-material sedimen yang terdapat di permukaaan bumi memiliki ukuran yang sangat
bervariasi. Udden (1898) membuat skala ukuran butiran sedimen, yang kemudian skala
tersebut dimodifikasi oleh Wenworth pada tahun 1922 dan dikenal dengan skala ukuran butir
Udden-Wenworth (1922). Ukuran butiran sedimen yang ditetapkan adalah mulai dari
<1/256 hingga >256mm dan terbagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu clay, silt, sand, dan
gravel.
Analisis distribusi ukuran sedimen dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran
langsung terhadap material sedimen berukuran gravel, dan pengayakan kering pada material
sedimen berukuran pasir dan lempung. Untuk mendapatkan sampel yang mampu mewakili
semua sampel itu sendiri, maka dilakukan splitting. Metode splitting yang digunakan dalam
praktikum adalah quartering. Quartering dilakukan dengan cara menuangkan sampel melalui
suatu corong di atas karton yang disilangkan saling tegak lurus sehingga sampel akan terbagi
dalam 4 kuadran. Proses ini diulang-ulang hinggai diperoleh berat sampel yang diinginkan.
Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran butir,
yaitu cara grafis dan cara matematis. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
beberapa parameter. Parameter nilai pada pengukuran butir sedimen antara lain ukuran butir
rata-rata (mean), keseragaman butir (sorting), skewness, dan kurtosis. Parameter tersebut
dapat ditentukan nilainya berdasarkan perhitungan secara grafis maupun secara matematis.
Perhitungan secara grafis menggunakan persamaan yang berdasarkan nilai phi pada sumbu
horizontal kurva prosentase frekuensi kumulatif. Sedangkan perhitungan matematis
menggunakan rumus umum momen pertama dengan asumsi bahwa kurva distribusi
frekuensinya bersifat normal (Gaussian).
Median
Median adalah ukuran butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang berarti
separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus sedangkan separuh lainnya lebih
kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat secara langsung dari kurva komulatif,
yaitu nilai phi pada titik dimana kurva komulatif memotong nilai 50%.
Mode
Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling sering (paling
banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi.
Mean
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Pada umumnya ukuran butir ini dinyatakan dalam
phi ataupun dalam satuan mm.
Sortasi
Sortasi adalah nilai standar deviasi distribusi ukuran butir (sebaran nilai di sekitar mean).
Parameter ini menunjukkan tingkat keseragaman butir.
Skewness (Sk)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif maka
sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari jumlah butir
yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut mempunyai jumlah
butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.
Kurtosis
Kurtosis dapat menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah terhadap
bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus yang diajukan
oleh Folk (1968)
Cara Matematis
Cara matematis menggunakan perhitungan rumus matematis dan sangat berbeda dengan cara
grafis. Cara ini lebih teliti karena tidak perlu melakukan pembacaan kurva kumulatif yang
kemungkinan besar dapat mengalami kesalahan dalam pembacaannya. Rumus-rumus yang
dipakai dalam perhitungan adalah tidak ada rumusnya, gak tau ini kenapa kok gak bisa
uplaod gambarnya ya. Maaf ya, coba cari sendiri -_-“
Boggs, Sam.2006. Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4th Edition. New Jersey
Pearson Education, Inc
Husein, Salahuddin. 2011. Proses Eksogenik: Erosi dan Sedimentasi. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Surjono, Sugeng S., Amijaya, D. Hendra., Winardi, Sarju. 2010 . Analisis Sedimentologi.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada