Anda di halaman 1dari 5

Kebakaran pabrik kembang api: Pemilik dipanggil, tujuh saksi diperiksa,

belum ada tersangka


Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41765311

Polisi akan memeriksa pemilik pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, yang meledak
dan terbakar mengakibatkan 47 orang tewas.

"Sudah dipanggil, dan akan diperiksa Jumat (27/10) ini," kata juru bicara Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Argo Yuwono kepada wartawan.

Ia menyebut, pemilik PT Panca Buana Cahaya Sukses itu akan diperiksa sebagai saksi. Dan
sejauh ini polisi sudah memeriksa tujuh orang saksi.

"Ada dua orang yang merupakan tetangga dari pabrik itu, ada yang merupakan karyawan
pabrik tapi tidak sedang berada di lokasi ledakan saat kejadian," kata Argo Yuwono pula.

Disebutkan Argo Yuwono, polisi terus melakukan olah TKP,

"Belum, belum ada tersangka," katanya ketika ditanyai wartawan.

ILO: 'Cegah insiden di masa mendatang'

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Jumat (27/10) mengeluarkan pernyataan pers


yang menyerukan perhatian kepada insiden tragis di Tangerang, yang mengakibatkan
kematian sekitar 47 orang, yang kebanyakan pekerja pabrik yang terperangkap di gedung.

ILO menyatakan rasa belasungkawa kepada keluarga para korban dan menyampaikan rasa
simpati kepada mereka yang cedera.

Dalam pernyataanya, organisasi itu menyatakan mendukung Pemerintah Indonesia dan para
mitra sosialnya untuk mengadaptasi peraturan dan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) yang sejalan dengan Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Konvensi No. 187)
yang diratifikasi Indonesia pada Agustus 2015.

"ILO akan terus menjalin kerjasama dengan para konstituen tripartitnya, pemerintah,
organisasi pekerja dan pengusaha untuk mengeksplorasi bagaimana sebaiknya meningkatkan
tindakan keselamatan guna mencegah insiden serupa di masa mendatang," ujar Michiko
Miyamoto, Direktur ILO di Indonesia, mengomentari insiden ini.

Insiden di Tangerang, tambah ILO, ini merupakan peringatan terhadap kondisi kerja yang
tidak aman yang masih banyak terjadi dan dihadapi.

Menurut perkiraan ILO terbaru, lebih dari 1,8 juta kematian akibat kerja terjadi setiap
tahunnya di kawasan Asia dan Pasifik. Tragedi-tragedi serupa ini bukanlah hal baru di
Kawasan ini dan membutuhkan aksi untuk meningkatkan K3.

Insiden kebakaran pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, agaknya menimbulkan


pertanyaan besar: seperti apa kondisi keselamatan kerja di dalamnya.
Selain itu apakah juga izin lokasi dari pabrik bahan berbahaya harus diteliti ulang?
Pertanyaan-pertanyaan itu mencuat setelah kebakaran pabrik kembang api PT Panca Buana
Cahaya Sukses di Kosambi Kamis, 26 Oktober 2017.

Polisi menyatakan jumlah korban meninggal mencapai 47 jiwa dan hampir semua jenazah
berada dalam kondisi hangus terbakar sehingga sulit untuk diidentifikasi.

"Juga ada 46 orang yang masih dirawat karena luka bakar," kata juru bicara Polda Metro
Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono.

Di balik kebakaran ini, serikat pekerja mencurigai pemerintah atau pihak berwenang tidak
memperhatikan kondisi kerja di dalam pabrik.

"Soal K3, kesehatan dan keselamatan kerja tidak diperhatikan," kata Sobirin, Sekretaris
Umum Federasi Serikat Buruh Nusantara Tangerang.

Menurut Sobirin, selain kondisi pabrik, maka izin usaha kembang api PT Panca Buana
Cahaya Sukses tersebut juga patut dipertanyakan. "Pemerintah seharusnya tidak
menggampangkan izin sebuah industri atau perusahaan."

Senada dengan Sobirin, pengamat tata kota Yayat Supriatna ikut pula mempertanyakan lokasi
pabrik kembang api yang dekat dengan sekolah dan pemukiman penduduk.

"Ada aturan zonasi yang menempatkan fungsi kegiatan yang saling melengkapi. Ada
hubungan fungsional, seperti sekolah dengan pemukiman. Tapi industri dengan risiko tinggi
harusnya jauh dari pemukiman," kata Yayat..

Yayat menambahkan izin mendirikan pabrik kembang api tersebut harus ditelisik lebih jauh
karena sejatinya tidak mudah mendapatkan izin buat lokasi industri bahan berbahaya seperti
pabrik kembang api.

Misalnya perlu ada gudang yang mampu menyimpan bahan berbahaya dengan aman. "Kalau
bahan yang mudah terbakar, persyaratan gudangnya harus memiliki ukuran suhu yang aman.
Itu ada atau tidak?" kata Yayat.

Selain lokasi dan standar pabrik, lanjut Yayat, juga perlu diperiksa kelengkapan jalur dan
mekanisme penanganan bencana. "Ada emergency exit tidak? Pernah ada simulasi bencana
atau tidak?" tuturnya.

Polisi memastikan akan meneliti semua hal terkait insiden tersebut namun, jelas Kepala
Polres Tangerang, Komisaris Besar Harry Kurniawan, "Saat ini kami masih fokus olah TKP
dulu."
Tragedi di Pabrik Kembang Api
http://news.metrotvnews.com/editorial-media-indonesia/RkjjyoVk-tragedi-di-pabrik-
kembang-api

Di saat peredaran petasan sudah amat dibatasi, bahkan dilarang di negeri ini, tiba-tiba sebuah
tragedi menyesakkan justru terjadi di sebuah pabrik kembang api. Pabrik di kawasan industri
pergudangan 99, Kosambi, Tangerang, yang berjarak sangat dekat dengan permukiman
penduduk dan sekolah itu meledak dan mengakibatkan 47 pekerja mereka meregang nyawa
dan puluhan lain luka-luka.

Dari sisi jumlah korban, musibah ini jelas tidak main-main. Penanganannya tentu juga tak
boleh main-main. Identifikasi jenazah korban yang rata-rata tak bisa dikenali karena hangus
terbakar menjadi pekerjaan berat, khususnya bagi pemerintah daerah dan kepolisian.

Begitu pula terhadap korban luka yang tentu memerlukan penanganan komprehensif. Pada
saat yang sama, jangan lupakan pertanggungjawaban perusahaan. Bagaimanapun, banyaknya
jumlah korban mengindikasikan ada yang tak beres dalam prosedur dan operasional pabrik
milik PT Panca Buana Cahaya Sukses itu.

Indikasi awal mengarah ke pelanggaran terhadap sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja. Kita tahu sistem manajemen itu sudah diatur dalam Undang-Undang (UU)
No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Dalam kejadian itu diduga pekerja tidak dilengkapi alat perlindungan diri selama bekerja.
Celakanya lagi, akses pintu darurat juga tidak ada atau tidak dapat diakses.
Dugaan lain, perusahaan itu juga melanggar UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 68 karena telah mempekerjakan anak di bawah umur.

Dari data korban ledakan yang dicatat di rumah sakit, terungkap banyak pekerja pabrik itu
berumur kurang dari 18 tahun. Hal lain yang mesti diselidiki saksama ialah dugaan
pelanggaran izin yang telah dilakukan perusahaan itu.

Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Tangerang memang telah memastikan PT Panca Buana Cahaya Sukses mengantongi izin
industri kembang api.

Izinnya lengkap baik dari Pemkab Tangerang maupun Pemerintah Provinsi Banten. Akan
tetapi, polisi tampaknya perlu menginvestigasi lebih dalam kasus ini. Hal itu disebabkan di
balik legalitas perizinan yang mereka punya, ada pula desas-desus yang menyebut pabrik
tersebut selama ini tak cuma membuat kembang api, tapi secara diam-diam juga
memproduksi petasan.

Kalau jualan petasan saja tidak boleh, memproduksi petasan tentu dilarang keras. Tugas polisi
untuk memastikannya. Jika pelanggaran-pelanggaran itu betul terbukti, apalagi menjadi
pemicu terjadinya tragedi memilukan tersebut, jelas ini merupakan tamparan keras bagi
pemerintah daerah selaku regulator dan pengawas usaha.
Mereka tak boleh mengelak dengan dalih apa pun ketika memang tak ada pengawasan yang
mereka lakukan. Petaka ini tak boleh terulang. Musibah bisa bersumber dari alam, bisa pula
berasal dari kelalaian manusia.

Sebanyak 47 nyawa telah hilang sia-sia oleh sebuah kejadian yang mestinya bisa dicegah bila
semua prosedur dan pengawasan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tak ada jalan lain, usut
tuntas, gali sedalam-dalamnya penyebab dan pihak yang harus bertanggung jawab atas petaka
itu.

Terkuak, Ini Penyebab Kebakaran Pabrik Kembang Api Tangerang


http://news.liputan6.com/read/3143671/terkuak-ini-penyebab-kebakaran-pabrik-kembang-
api-tangerang

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya
menguak penyebab terjadinya kebakaran dan ledakan di pabrik kembang api di Kosambi,
Tangerang, Banten. Ternyata, bahan baku kembang api terkena percikan api dari las.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan, sebelum peristiwa
yang menewaskan puluhan korban itu, penanggung jawab pabrik kembang api, Andri
Hartanto, meminta tukang las bernama Subarna Ega melakukan pengelasan.

"Jadi tersangka Andri pada hari itu meminta tersangka Subarna untuk melakukan pengelasan.
Percikan api las lalu mengenai bahan-bahan kembang api, lalu memicu ledakan," terang
Nico di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (28/10/2017).

Oleh karena itu, polisi menetapkan Andri dan Egi sebagai tersangka. Polisi pun
menyangkakan Pasal 359 dan Pasal 188 KUHP kepada keduanya.

"Penyebab kebakaran ini adalah percikan las yang menyambar ke bahan pembuatan kembang
api," ucap Nico.

Dia berpendapat, seharusnya, pengelasan tidak lakukan bersamaan dengan waktu produksi
petasan. Oleh karena itu, Nico menyimpulkan PT Panca Buana Cahaya Sukses menyalahi
prosedur operasional.

"Subarna Ega adalah tukang las yang diperintahkan penanggung jawab pabrik Andri
Hartanto. Andri menyeruh untuk las gedung bagian atas. Di sanalah menyambar kembang
api," terang Nico.
ANALISA KASUS MENGGUNAKAN HADDON’S MATRIX

Waktu/Faktor Person Hazard Environment


Pra-insiden  Pekerja sehat  Bahan-bahan yang  Tidak adanya
 Pekerja banyak mudah terbakar penempatan khusus
dibawah umur  Bahan kimia yang bahan kimia yang
(<18th) mudah memicu mudah meledak
 Belum pernah ledakan  Proses pengelasan
mengikuti pelatihan  Percikan api dari dilakukan dekat
simulasi bencana las dengan bahan yang
 Tidak adanya  Tidak ada mudah meledak
pengetahuan tentang pengaturan suhu  Tidak ada alarm
bahan-bahan yang ruang tanda kebakaran
mudah terbakar  Semua akses pintu
 Tidak dilengkapi tertutup
APD  Tidak adanya izin
mendirikan pabrik
kembang api
ditengah
pemukiman dan
sekolah
Insiden  Pekerja mengelas  Tidak ada
dekat dengan emergency exit
bahan kimia yang  Pintu keluar dikunci
mudah meledak
Pasca-insiden

Anda mungkin juga menyukai