Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ferdi Achmad Effindri

NIM : 2010112014

Hukum Penitensier 2.13

Dosen Pengampu : Dr. Edita Elda, S.H.,M.H.

Legal Opinion Tentang Kebakaran Lapas di Tangerang


Indonesia dirundung kesedihan dan duka yang mendalam dengan terjadinya kebakaran di
blok C2 Lapas Dewasa Tangerang Kelas 1A pada Rabu (8/9/2021) pukul 01:45 WIB.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly menerangkan kronologi kejadian
kebakaran yang terjadi di lembaga pemasyarakatan (lapas) kelas 1 Tangerang pada Rabu
(8/9) dini hari. Insiden itu tepatnya terjadi di blok hunian Chandiri 2 (Blok C2).

"Api berkobar sekitar jam 01.45 WIB, kebakaran ini hampir berlangsung selama dua jam lebih,
api bisa dipadamkan sekitar pukul 03.00 WIB," ujar Yasonna dalam konferensi pers di Lapas
Kelas 1 Tangerang, Rabu (8/9).

Yasonna menuturkan, kebakaran itu mulanya diketahui oleh petugas jaga, yang langsung
menghubungi pihak pemadam kebakaran untuk melakukan pemadaman. "Petugas pengawas dari
atas melihat kondisi itu (kebakaran) terjadi api langsung menelepon pemadam kebakaran. 13
menit sesudah ditelepon pemadam kebakaran datang. Tidak sampai 1,5 jam, kebakaran dapat
dipadamkan," jelasnya.

Usai padam, ditemukan sejumlah orang yang sudah dalam kondisi tidak bernyawa di
TKP. Mereka yang meninggal dunia tidak dapat menyelamatkan diri karena kondisi
kamar dikunci. Kamar-kamar di blok C2 yang diketahui bermodel pafilium berisi 122
orang memang dalam kondisi terkunci sesuai dengan aturan.

"Oleh karena api yang cepat membesar, beberapa kamar tidak sempat dibuka. Memang
protapnya lapas harus dikunci kalau enggak dikunci melanggar protap," kata dia.
Terkait penyebab kejadian kebakaran tersebut, Yasonna mengatakan, dugaan sementara
penyebab kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang adalah persoalan instalasi listrik.
"Dugaan sementara adalah karena persoalan listrik arus pendek. Namun demikian,
sekarang Puslabfor Polri, Dirkrimum Polda Metro Jaya sedang meneliti sebab musabab
dari kebakaran tersebut," ujar Yasonna. Disebutkan, sejak dibangun pada 1972, tidak ada
perbaikan instalasi listrik, hanya dilakukan penambahan daya.

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, hingga Minggu (12/9/2021), jumlah korban


meninggal dunia akibat kebakaran Lapas Tangerang bertambah satu orang. Dengan
demikian total korban meninggal dunia menjadi 45 orang dan seluruh korban adalah
narapidana lapas. Korban ke-45 yakni H (42). Empat korban terakhir yang meninggal
dunia merupakan narapidana yang mengalami luka berat dan sempat mendapat
penanganan di RS Polri Kramat Jati.

Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan mengatakan saat ini penyidik
sedang mendalami siapa yang lalai sehingga terjadinya kebakaran tersebut.

"Kasus tersebut bisa merupakan kelalaian akibat kebakaran tersebut, cuma saat ini penyidik
sedang mendalami siapa yang lalai sehingga terjadinya kebakaran tersebut," jelas Kabag Penum
Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan saat memberikan keterangan pers, di RS Polri
Kramat Jati, Jakarta Timur, seperti dikutip Kompas.com dari Antara, Sabtu (11/9/2021).

Menurutnya, polisi masih mendalami lebih lanjut dugaan tindak pidana kelalaian dalam kasus
kebakaran Lapas Tangerang tersebut. Adapun pasal persangkaannya adalah pasal 187 juncto
pasal 188 juncto 359 KUHP. Dugaan tindak pidana di kebakaran Lapas Tangerang, kata Yusri,
mengarah pada beberapa pasal, yakni Pasal 187 dan 188 KUHP, Pasal 359 KUHP atau dugaan
kesengajaan dan kelalaian.
Berdasarkan Informasi yang telah saya himpun di berbagai website, maka saya akan
menyampaikan pendapat saya mengenai kasus kebakaran lapas ini dari berbagai sisi dan aspek.
Saya mulai dengan aspek dari fasilitas yang ada di lapas. Sebelumnya saya sudah melampirkan
informasi mengenai fasilitas lapas menurut Yassona Laody mengatakan bahwa sejak tahun 1972,
tidak ada perbaikan instalasi listrik hanya saja ada penambahan daya. Dari sini telah ada unsur
kelalaian karena tidak ada pembaharuan atau perbaikan dari pihak pihak yang terkait dan
bertanggung jawab akan hal itu mengenai fasilitas di lapas yang belum baik.

Timbul sebuah pertanyaan “Kenapa sejak tahun 1972 tidak ada perbaikan instalasi listrik dari
lapas kelas 1 di Tangerang ini”. Sudah banyak pergantian jabatan atau kepengurusan untuk
menangani atau bertanggungjawab mengenai kelayakan lapas, apakah ada hambatan atau
ketidaksanggupan para pihak untuk menyelesaikannya?. Dari sini dapat kita teruskan kajian kita
ke pendanaan atau tata kelola administrasi, keuangan, dll di lapas, yang mana menurut saya
secara logika sejak tahun 1972 sampai sekarang itu sudah sangat lama yaitu sudah sekitar 49
tahun tidak kunjung adanya aksi untuk memperbaiki fasilitas di lapas, seperti instalasi listrik.

Apakah ada dana yang terhenti? Tidak adanya dana? Atau apa yang menyebabkan itu tidak dapat
diselesaikan sejak tahun 1972 hingga sekarang. Maka dari itu, tata kelola secara keseluruhan dari
pihak-pihak yang terkait kurang diimplementasikan dengan baik, yang menimbulkan dugaan
kesengajaan dan kelalaian. Kemana dan apa saja yang dilakukan oleh pekerja lapas dan pihak-
pihak terkait akan hal itu ?. Kita sebagai warga negara biasa tidak mengetahui secara pasti
kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam lembaga yang bertanggungjawab dan berkaitan
langsung mengenai kasus ini.

Benar adanya kalau penyebab kebakaran ini baru diduga karena korsleting listrik, akan tetapi
apabila para pihak yang berkaitan dengan hal itu dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
dengan ikhlas, maka kejadian seperti ini mungkin dapat kita hindari, karena adanya fasilitas yang
sudah baik, semua tata kelola berjalan dengan lancar.
Polisi sudah mulai menaikkan kasus ini ke dalam tahap penyidikan "Penanganan kasus ini oleh
Polda Metro Jaya kegiatan penyelidikan oleh penyidik sudah selesai. Pengumpulan alat bukti
sudah selesai dan sudah dilakukan gelar perkara dan statsunya dinaikkan dalam penyidikan," ujar
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono, Senin (13/9/2021).

Dia mengungkapkan, sedikitnya ada tiga pasal yang mungkin dapat digunakan dalam
penyelesaian kasus ini. Pertama Pasal 187, Pasal 188, dan Pasal 359. Namun sampai dengan saat
ini belum satupun tersangka yang ditetapkan. Adapun pasal ke-3 yang rencanamya diterapkan
yaitu Pasal 359. Di mana penjelasan pasal tersebut, kata Rusdi, adanya kelalaian yang
mengakibatkan orang meninggal dunia.

Apabila ditelaah satu persatu dari pasal-pasal yang mungkin digunakan dalam penyelesaian
kasus ini, yaitu pasal 187 membahas barang siapa yang dengan SENGAJA menimbulkan
kebakaran, ledakan, atau banjir maka diancam pada point 3, dengan pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas
timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati. Lalu, pada pasal 188
mengatakan bahwa “barangsiapa karena KESALAHAN (KEALPAAN) menyebabkan
kebakaran, ledakan atau banjir, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana
kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika
karena perbuatan itu timbul bahaya umum bagi barang, jika karena perbuatan itu timbul bahaya
bagi nyawa orang lain, atau jika karena perbuatan itu mengakibatkan orang mati serta dalam
pasal 359 berbunyi “barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun.
Setelah kejadian ini terjadi, siapakah yang harus bertanggungjawab atas segala kasus ini?.
Sepengetahuan saya yang minim ini, setiap ada kejadian/kasus baru para pihak yang terkait akan
hal itu terjun langsung dan mulai menangani kasus tersebut, padahal seharusnya sebelum suatu
kejadian itu terjadi/kasus itu terjadi sudah kita siapkan amunisi agar kejadian tersebut tidak dapat
terjadi di kemudian hari. Terlebih lagi korban di lapas ini tidak hanya warga negara Indonesia,
malahan ada warga negara asing yang harus diurus urusan administrasinya oleh pemerintah
Indonesia dan dapat diselesaikan oleh pihak-pihak terkait.

Saya turut berbela sungkawa kepada para keluarga korban kasus kebakaran lapas ini, semoga
amal para korban dapat diterima oleh Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesebaran
dan rasa ikhlas serta mendapatkan pertanggungjawaban hukum dan kepastian hukum dari
keluarga mereka yang menjadi korban. Semoga Indonesia menjadi negara yang tidak menunggu
suatu kejadian terjadi baru ditindaklanjuti dan diseriuskan, akan tetapi Indonesia menjadi negara
yang sudah memiliki amunisi dari berbagai aspek yang sudah baik.

SUMBER :

 https://megapolitan.okezone.com/read/2021/09/13/338/2470272/usai-gelar-perkara-
polisi-naikkan-kasus-kebakaran-lapas-tangerang-ke-penyidikan?page=2

 https://kumparan.com/kumparannews/polisi-kasus-kebakaran-lapas-tangerang-naik-ke-
penyidikan-1wVBWG8GDRi

 https://news.detik.com/berita/d-5715867/10-fakta-lapas-tangerang-terbakar-makan-
puluhan-korban-jiwa/3

 https://bogor.tribunnews.com/2021/09/13/kasus-kebakaran-lapas-tangerang-polda-metro-
jaya-periksa-kalapas-hari-ini

Anda mungkin juga menyukai