Menembus Dimensi Ma'Rifat Ketuhanan
Menembus Dimensi Ma'Rifat Ketuhanan
JUDUL BARU:
Daftar isi 2
PASAL MENGENAI
PASAL MENGENAI NIKMAT DAN KEBAHAGIAAN MANUSIA TERLETAK PADA MA’RIFAH ALLAH
73
PASAL PENUTUP 82
PEMBUKAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja puji kepada Allah Swt yang telah mengangkat jiwa orang-orang
yang suci dengan mujahadah[1], yang telah membahagiakan hati para wali
dengan musyahadah[2], yang telah menghiasi lisan orang-orang mukmin dengan
zikir, yang telah mengagungkan bisikan hati orang-orang Arif
(berpengetahuan pada Allah) dengan berfikir, yang telah menjaga khalayak
hamba dari kerusakan, yang telah menahan segala kesulitan dari para ahli
zuhud, yang telah menghindarkan orang-orang yang bertaqwa dari bayang-
bayang syahwat, yang telah mensucikan ruh orang-orang yakin dari gelapnya
keraguan, yang telah menerima semua amal perbuatan para manusia terpilih
melalui do’a-do’a dan yang telah menguatkan tali kaum merdeka dengan ikatan
yang kokoh.
TANDA-TANDA
PENGETAHUAN TENTANG DIRI
Ketahuilah ! bahwa pengetahuan tentang kimia kebahagiaan[3] yang bersifat
dhohir tidak ada dalam perbendaharaan ilmu kaum awam kebanyakan, akan
tetapi tersimpan dalam gudang ilmu para raja, demikian juga dengan
kebahagiaan. Ia hanya ada dalam gudang rahmat Allah Swt. Di langit sana
tersimpan esensi (jawhar) para malaikat, dan di bumi tersimpan di hati para
wali yang Arifbillah. Dan setiap orang yang mencari ini tanpa bersandar
hadrat kenabian[4], maka ia telah salah jalan dan semua daya upayanya tak
lebih seperti uang dinar palsu. Ia kira dirinya kaya raya, tapi sebenarnya
miskin di hari kiamat sebagaimana ditegaskan Allah Swt:
Dari sekian rahmat Allah pada hamba-Nya, Dia telah mengutus seratus dua
puluh empat ribu nabi untuk mengajarkan seluruh manusia tentang naskah
kimia ini, mengajarkan mereka bagaimana menjadikan hati sebagai tempaan
mujahadah[5], mengajarkan bagaimana membersihkan hati dari budi pekerti
yang buruk dan mengajarkan bagaimana mengendalikanya untuk menyusuri
lorong-lorong kesucian, seperti dijelaskan Allah Swt:
“Dialah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kitab dan hikmah.” (Q.S. al-Jum’ah [62]: 2).
Yaitu mensucikan mereka dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat kebinatangan
serta menjadikan sifat-sifat malaikat sebagai baju dan hiasan mereka.
Adapun maksud dari Kimia ini adalah bahwa semua yang berhubungan dengan
sifat-sifat negatif maka wajib menanggalkannya, dan semua yang berhubungan
dengan sifat-sifat kesempurnaa maka wajib mengenakannya. Satu-satunya
rahasia keberhasilan KIMIA KEBAHAGIAAN ini adalah kembali mundur dari
keduniawian seperti ditegaskan oleh Allah Swt:
PASAL MENGENAI
PENGETAHUAN DIRI PRIBADI
Ketahuilah ! bahwa kunci mengetahui Allah (ma’rifah Allah) adalah
mengetahui diri sendiri. Seperti firman-Nya:
“Siapa saja yang tahu akan dirinya, maka ia telah mengetahui Tuhannya.”
Tidak ada sesuatupun paling dekat denganmu kecuali dirimu sendiri. Maka
jika kamu tidak mengetahui dirimu, bagaimana mungkin kamu bisa mengetahui
Tuhanmu?
Jika kamu katakan bahwa aku telah mengetahui diriku, yang kamu tahu
sebenarnya adalah diri bagian jasmani (anggota badan) yang terdiri dari
tangan, kaki, kepala dan lainnya. Kamu tidak mengetahui apa yang tersimpan
dalam batinmu, yang bila sedang marah, ia mendorongmu untuk bertengkar.
Jika sedang bernafsu, ia mengajakmu kawin. Jika sedang lapar, ia memintamu
makan, jika sedang haus, ia menuntutmu minum, dan hewan sangat mirip
denganmu dalam hal ini. Maka itu, yang wajib Anda lakukan adalah
mengenalkan hakikat pada dirimu hingga Anda tahu apa sebenarnya dirimu,
dari mana kamu datang hingga sampai di tempat ini, untuk tujuan apa kamu
diciptakan, dengan apa kamu bisa meraih kebahagiaan dan dengan apa kamu
mendapatkan kepuasan.
Kebahagiaan binatang jinak terletak pada makan, minum, tidur dan kawin,
maka jika kamu merasa bagian dari mereka, kenyangkan perutmu dan puaskan
kelaminmu. Kebahagiaan akan dirasakan binatang buas ketika mampu menyerang
dan melumpuhkan mangsa, kebahagiaan setan terletak pada makar, kejahatan
dan tipuan, maka jika kalian merasa bagian dari mereka, berbuatlah seperti
yang mereka perbuat.
Dan barangsiapa yang tidak memahami pada makna-makna ini, maka ia hanya
mendapat bagian kepingan-kepingannya saja, karena hakikat yang sebenarnya
terhijab (tertutup) baginya.
Ed:1
Kedua yang disebut jiwa atau ruh. Jiwa atau ruh adalah hati yang biasa Anda
sebut sebagai mata hati. Hakikatmu adalah yang batin, karena jasad yang
tampak pertama sebenarnya merupakan yang terakhir, dan jiwa yang Anda
sangka sebagai terakhir sebenarnya yang pertama, atau disebut hati.
Hati bukanlah sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri, karena
itu hanya berlaku bagi binatang dan jasad mati. Segala sesuatu yang Anda
lihat dengan mata dhohir adalah alam ini atau yang disebut alam syhadah.
Sedangkan hakikat hati bukanlah bagian alam ini, tapi alam ghaib, dan hati
dialam ini adalah hal asing. Potongan daging itu hanyalah wadahnya, semua
anggota tubuh jasmanii adalah bala tentaranya, sedang ia adalah rajanya.
Ma’rifah Allah (mengetahui Allah) dan musyahadah (menyaksikan) keindahan
hadir-Nya adalah sifat-sifat hati, beban baginya dan perintah untuknya.
Dari situ ia mendapatkan pahala dan siksa, kebahagiaan dan kepuasan
mengikutinya, demikian ruh hewani pun senantiasa mengintainya dan selalu
membuntutinya.
Ed2
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: “Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku.” (Q.S. al-Isra [17]: 85).
Karena ruh merupakan bagian dari kekuasaan ilahiah, yaitu dari ‘alam al-amr
(kuasa perintah Tuhan) Allah Swt berfirman:
“Ingatlah, yang menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (Q.S. al-
A’raf [7]: 54).
Dengan demikian, pada satu sisi manusia merupakan bagian dari ‘alam al-
khalq (alam ciptaan) dan pada sisi lain bagian dari ‘alam al-amr. Segala
sesuatu yang bisa dikenai ukuran panjang lebar, kadar dan mekanisme adalah
termasuk ‘alam al-khalq[6], namun hati tak memiliki ukuran panjang lebar
dan ukuran tertentu. Oleh karena itu, ia tak menerima pembagian. Jika bisa
dibagi, maka ia termasuk ‘alam al-khalq. Contohnya, dari sisi sifat bodoh,
maka ia pun menjadi bodoh dan dari sisi sifat pintar, ia pun menjadi
pintar. Namun segala sesuatu yang terdiri dari sifat bodoh dan pintar pada
saat yang sama adalah mustahil. Dengan kata lain, ia bagian dari ‘alam al-
amr, karena dalam ‘alam al-amr tidak berlaku ukuran panjang lebar dan
ukuran tertentu.
Sebagian dari mereka mengira bahwa ruh bersifat qadim (awal), maka mereka
telah salah. Sebagian lain berpendapat ruh adalah ‘ard (sifat), maka mereka
pun salah, karena sifat tak pernah berdiri sendiri, tapi mengikuti yang
lain.
Maka, ruh adalah asal anak Adam, dan hati adalah tempat tumbuhnya mereka.
Jadi, bagaimana mungkin dia adalah sifat! Sebagian golongan mengatakan ruh
adalah badan jamani, mereka juga salah, karena badan jasmani menerima
pembagian.
Dan ruh yang sejak tadi kita sebut hati adalah media untuk mengetahui
Allah. Oleh karena itu, ia bukan merupakan badan, juga bukan sifat,
melainkan unsur esensi malaikat.
Mengetahui tentang ruh sangatlah sulit[7], karena agama tak memberi jalan
sedikit pun. Dan agama tak memerlukan untuk mengetahuinya, sebab agama
esensinya adalah kesungguhan (mujahadah), sedang ma’rifah (mengetahui)
adalah tanda hidayah, sebagaimana firman-Nya:
Ed3
“Dan tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri.” (Q.S.
al-Mudatstsir [74]: 31).
Ed4
Ed5
Seandainya akal dalam kondisi di bawah kekuasaan amarah dan syahwat, maka
jiwanya akan rusak dan hatinya tidak akan bahagia di akhirat kelak.
Ed 6
PASAL MENGENAI
AMARAH&SYAHWAT PEMBANTU JIWA
Ketahuilah ! bahwa syahwat dan amarah pembantu jiwa. Keduanya senantiasa
menarik-nariknya, terus mempertahankan urusan makan, minum dan kawin
sebagai media indera. Kemudian jiwa mempekerjakan indera sebagai jaringan
akal dan mata-matanya, yang dengannya ia mampu menyaksikan kehadiran Allah
Swt. Kemudian indera juga mempekerjakan akal, yaitu hati sebagai lentera
dan lampu yang melalui cahayanya ia bisa melihat Hadrat Ilahiah . Dengan
demikian, kenikmatan perut dan kemaluannya menjadi terhinakan. Kemudian
akal juga memfungsikan hati, sebab hati diciptakan untuk memandang
keindahan Hadrat Ilahiah. Barang siapa yang berdaya upaya dalam fungsi ini,
maka ia adalah hamba yang sebenarnya, yang terlahir dari al-hadrah al-
ilahiyah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S. az-Zariyat [61]: 56).
Masing-masing bagian itu adalah cerminan dari setiap alam yang menghimpun
semua keadaan mengenai keadaan alam-alam lainnya. Daya khayal di bagian
permukaan otak seperti seorang komandan yang bertugas menghimpun semua
informasi para mata-mata. Daya hafal pada bagian tengah otak bagaikan
pemilik peta yang bertugas menghimpun penggalan-penggalan dari tangan sang
komandan yang kemudian disampaikan kepada akal. Jika informasi-informasi
ini sampai pada sang menteri, maka ia akan melihat keadaan kota yang
sebenarnya.
Jika Anda melihat salah satu dari mereka melanggar, seperti syahwat dan
amarah, maka Anda harus berusaha keras( bermujahadah) menaklukanya.
Tidaklah mujahadah ini untuk membunuh syahwat dan amarah, sebab kerajaan
tak akan bertahan tanpa keduanya. Jika Anda melakukannya, maka Anda adalah
orang yang berbahagia, yang telah melaksanakan urusan yang hak untuk
dilakukan yaitu anugerah nikmat, wajib bagimu menghadiahkan sesuatu pada
saatnya, jika tidak, maka Anda tidak akan bahagia, dikenai siksa dan
diwajibkan bertaubat.
ed
PASAL MENGENAI
TIGA FORMASI KEBAHAGIAN
Kebahagiaan sempurna dibangun di atas tiga hal, kekuatan amarah, kekuatan
syahwat dan kekuatan ilmu[8]. Tiga hal ini harus diseimbangkan agar
kekuatan syahwat tidak muncul menguasai yang justru akan merusak anda.
Demikian juga kekuatan amarah agar tidak menguasai dan membodohi, yang akan
merusak dan mengahncurkan anda. Jika kedua kekuatan tersebut seimbang
dengan adanya kekuatan keadilan dan keseimbangan, maka keduanya akan menuju
pada jalan hidayah. Jika amarah semakin menguat, maka akan mudah pada
terjadinya penyerangan dan pembunuhan, sebaliknya jika amarah melemah, maka
kewaspadaan, ketentraman dalam agama dan dunia akan hilang. Namun jika
diseimbangkan, yang akan muncul adalah kesabaran, keberanian dan
kebijaksanaan.
ed
Semua ini terdiri dari empat jenis budi pekerti( akhlak). Yaitu: akhlak
setan, akhlak binatang jinak, akhlak binatang buas dan akhlak malaikat.
Perilaku jelek, yaitu makan, minum, tidur dan kawin adalah akhlak binatang
jinak. Tingkah laku amarah pemukulan, pembunuhan dan pertikaian adalah
akhlak binatang buas. Prilaku-prilaku jiwa seperti makar, penipuan,
kecurangan dan hal lain sejenis adalah akhlak setan. Terakhir, kegiatan
berfikir yang menghasilkan rahmat, ilmu dan kebaikan adalah akhlak
malaikat.
ed
PASAL MENGENAI
EMPAT HAKIKAT DALAM KULIT MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa dalam kulit anak adam(manusia) terdapat empat hal,
anjing, babi, setan dan malaikat. Anjing tercela dari segi sifatnya dan
bukan dari bentuknya. Begitupun setan dan malaikat, hal-hal tercela dan
keterpujianya[9] hanya pada sifat-sifatnya dan bukan pada bentuk atau
prilakunya. Babi pun demikian, tercela dalam sifat-sifatnya bukan pada
bentuk dan tingkah lakunya.
“Tak seorangpun (dari manusia) kecuali memiliki setan, aku juga memiliki
setan. Sungguh Allah telah menjagaku dari setanku hingga aku bisa
menguasainya.”[10]
Bagaimana keadanmu jika nanti pada hari kiamat sang raja, yaitu akal,
menahanmu dibawah kekuasaan syahwat dan amarah, yaitu anjing dan babi?
ed
Dan hati bisa jadi terang dan gelap, semua tak akan lolos kecuali mereka
yang mendatangi Allah dengan hati yang pasrah.
“Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi
semuanya.” (Q.S. al-Jasiyah [45]: 13).
PASAL MENGENAI
KEAJAIBAN HATI&
DUA PINTU HATI
Ketahuilah ! bahwa hati memiliki dua pintu ilmu, satu untuk mimpi-mimpi dan
lainnya untuk ilmu sadar, yaitu pintu untuk ilmu realita (zahir). Saat
manusia tertidur, pintu-pintu indera tertutup, dibukakanlah pintu bathin
dan disingkapkan realitas alam ghaib dari alam malakut dan Lauh Mahfudz
seperti cahaya yang terang benderang. Untuk menyingkapnya dibutuhkan
semacam tafsir mimpi. Sedang ilmu yang dihasilkan dari realita (zahir)
dikira oleh manusia akan memunculkan kesadaran diri, dan bahwa keadaan
sadar lebih utama, meskipun sebenarnya ia tidak bisa melihat sesuatupun
dari alam ghaib. Bagaimana pun sesuatu yang terlihat antara keadaan sadar
dan tidur tetap lebih utama sebagai pengetahuan daripada apa yang terlihat
melalui indera.
“Maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).
Karena semua ilmu para nabi melalui jalan ini dan bukan melalui jalan
indera, seperti ditegaskan Allah Swt:
Artinya terputus dari segala sesuatu, penyucian diri dari segalanya dan
terus memohon kesempurnaan pada-Nya, ini adalah jalan (tariq) kaum sufi
zaman ini. Sedang cara pengajaran, adalah jalan (tariq) para ulama. Semua
ini dirangkum dari jalan kenabian. Begitu juga ilmu para auliya’, sebab
ilmu itu tertanam dalam hati mereka tanpa melalui perantara, yaitu dari
Hadirat Ilahi sebagaimana firman-Nya:
“Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya di antara ilmu-ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. al-Kahfi [18]: 65).
Jalan ini tidak akan dipahami tanpa melalui latihan, dan jika tak
dihasilkan dengan rasa, maka ia pun tak bisa dihasilkan melalui
pengajaran[15]. Yang seharusnya dilakukan adalah mempercayainya hingga kita
bisa mendapatkan kebahagiaan mereka, dan ini adalah sebagian keajaiban
hati. Siapa yang tak melihat, ia tidak akan mempercayainya, seperti firman-
Nya:
“Dan ketika mereka tidak mendapat petunjuk dengannya (Alqur’an) maka mereka
berkata:
Allah berfirman:
“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Q.S. ar-
Rum [30]: 30).
Para nabi dan para wali adalah anak Adam, Allah berfirman:
Setiap yang menanam pasti memetik, siapa saja yang berjalan, pasti sampai,
siapa yang memohon, pasti akan mendapatkan. Permohonan tidak akan berhasil
tanpa mujahadah – permintaan orang yang telah renta dan arif telah melalui
jalan ini – jika dua hal ini berlaku pada seseorang, maka Allah telah
berkehendak menganugerahinya kebahagiaan dengan hukum azali hingga ia
mencapai derajat ini.
Tak ada satu keberadaan pun di alam ini yang lebih mulia dari Allah Swt,
sebab kemuliaan yang dimiliki, semua oleh sebab-Nya dan dari-Nya, semua
keajaiban alam adalah karya-Nya, tak ada pengetahuan (ma’rifah)
PASAL MENGENAI
ALAM DAN SARIPATI MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa jika anak Adam disarikan dari alam, padanya terdapat
segala gambaran alam yang masih bisa kita temukan akarnya, sebab tulang-
belulang ini seperti pegunungan, dagingnya seperti debu, bulu-bulunya
bagaikan tumbuhan, kepalanya bagaikan langit, inderanya seperti bintang,
penjelasan mengenai hal ini sangatlah panjang. Demikian bagian dalamnya pun
menyimpan gambaran alam, sebab fungsi pencernaan yang ada dalam lambung
mirip dengan seorang ahli masak. Kekuatan yang ada pada limpa sama dengan
pembuat roti, kekuatan pada usus bagaikan tukang cukur, kekuatan yang
memutihkan susu dan memerahkan darah bagaikan tukang sepuh, penjelasan
mengenai hal ini cukup panjang, yang penting adalah hendaknya kamu
mengetahui berapa banyak alam yang tersimpan bersamamu, yang terus sibuk
melayanimu, sedang Anda malah mengabaikannya, dan mereka takpernah
beristirahat, Anda bahkan tak mengenalnya dan tak bersyukur pada-Nya yang
telah menganugerahkan semua itu untukmu.
Maka untuk mengembalikannya setelah mati adalah lebih mudah lagi, sebab
pengulangan selamanya lebih mudah daripada permulaan.
Kedua, pengetahuan tentang ilmu Allah Swt bahwa ia mencakup segala sesuatu.
Sebab keajaiban dan keanehan ini tak mungkin ada kecuali dengan
kesempurnaan ilmu.
PASAL PENUTUP
Jika Anda mengetahui kemuliaan, kehormatan, kesempurnaan, keindahan dan
keagungan setelah Anda menyadari bahwa esensi hati adalah esensi yang
paling mulia, yang semua itu telah dianugerahkan kepadamu dan kelak akan
ditarik kembali, dan Anda justru tidak memintanya, malah mengabaikannya dan
menghilangkannya, maka Anda akan sangat menyesal pada hari kiamat.
Berjuanglah untuk mendapatkannya, tinggalkanlah segala kesibukan duniawi!
Dan segala kemuliaan yang tidak tampak di dunia, maka di akhirat kelak akan
menjadi kebahagiaan, keabadian tanpa kefanaan, kekuasaan tanpa kelemahan,
pengetahuan tanpa kebodohan, keindahan sekaligus keagungan.
Sedang hari ini, tak seorang pun yang lebih lemah darinya, sebab ia
termiskin dan kekurangan, akan tetapi kemuliaan akan ia alami esok jika ia
tancapkan pengetahuan tentang kebahagiaan ini dalam inti hatinya, hingga
ia bisa menyelamatkan dirinya dari perumpamaan binatang dan bisa mencapai
derajat malaikat.
Jika ia kembali pada nafsu dunia, maka ia lebih memilih menjadi binatang
pada hari kiamat, karena sebenarnya ia kembali ke asalnya yaitu tanah. Dan
ia pun akan abadi dalam siksa.
Kami berlindung kepada Allah Swt dari semua itu, kami meminta pertolongan-
Nya, sebab Ia sebaik-baik Pemelihara dan Penolong, dan rasa syukur ini
untuk Alah Swt, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa
dianugerahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw dan keluarga berikut
para sahabatnya.
The End
[4] Sebab Nabi saw lah yang menerima wahyu dan menerangi jalan.
[5] Hati ditempa dengan Mujahadah ibadah agar suci, seperti besi berkarat
ditempa dalam bara api agar murni.
[6] Imam Qohtoby berkata ruh tidak masuk dalam katagori objek KUN, artinya
bahwa ruh adalah kehidupan itu sendiri .Hidup dan kehidupan adalah sifat
Yang maha hidup. Ruh yang berada dalam jasad bukanlah makhluk sebagaimana
jasad. ( Lihat; aTaaruf limadzhab ahli tasawwuf; alKalabadzi, hal 68,
Darul kutub ilmiah, bairut)
[7] Berkata Imam Junaidy alBagdadi Ruh adalah sesuatu yang dibiasi oleh
ilmu Allah dan tak seorangpun yang memahaminya dari makhlukNya. Dan tak
diperkenankan mengibaratkannya dengan apapun.
[8] Orang kuno yang pertama mendefinisikan tugas Jiwa adalah Plato bahwa
jiwa memiliki tiga kekuatan;kekuatan syahwat, kekuatan amarah, kekuatan
Akal. Dimanasyahwat dan amarah adalah pembantu bagi kekuatan akal. Plato
mengibaratkan Manusia dengan kekuatan dan perangkatnya adalah sebuah kota
yang mesti ditata, dimana penduduknya dibagi dalam tiga kasta: kasta buruh
para pekerja, kasta peperangan dan kasta hakim, dimana kasta buruh
sebanding dengan kekuatan syahwat, dan kasta peperangan sebanding dengan
kekuatan amarah dan kasta hakim sebanding dengan kekuatan akal. Demikian
juga berpendapat Cendikiawan Alfarabi dalam kitabnya" Aro' ahlil madinah
alfadilah"
[9] Ketercelaan syetan dan keterpujian malaikat, sebab syetan hanya memilki
sifat tercela saja sedang malaikat hanya memilki sifat keterpujian.
[10] Riwayat muslim, kitab sifat kaum munafiq hadis no 70, Imam Ahmad;
Musnad;juz 6 hal 115. dari Aisyah.
[13] Imam Jurjani berkata dalam Ta'rifat hal 163: lenyapnya hati dari
mengetahui hal ihwal makhluk bahkan dari keadaan dirinya, ia liputi oleh
Sulthon hakikat, ia hadir dalam AlHaq, gaib dari dirinya dan dari makhluk.
Sebanding dengan ini adalahl kisah dalam al-Qur'an tentang Nabi yusuf,
dimana para perempuan ketika menyaksikan ketampanan Nabi Yusuf merekapun
memotong tangan sendiri, bagaimana keadaan jika seseorang melihat keindahan
Dzat sang pemilik keindahan?.
Fana menurut ahli tasauf adalah tenggelam dalam keagungan dan penyaksian
alHaq.
[15] Ini sebagaimana terjadi pada zaman alGhazali dimana para Murid
penggemar tasauf dibebani beragam aturan oleh para Syeh Tasauf yang akan
menunjukan jalan istiqomah. Adapun Tehnik tasauf alGhazali Ia mengambil
langsung dari petunjuk kenabian tanpa perantara para Syeh tasauf, dan jenis
tasauf ini doperuntukkan bagi penggemar berat seperti algazali sendiri.
[17] Sepakat para ahli Tasauf bahwa ma'rifat tidak akan sempurna dengan
akal. Dalil mereka; bagi Allah adalah Allah semata. Menurut mereka jalan
akal adalah jalan orang yang berakal adalam kebutuhanya pada dalil, kerena
akal adalah baru dan yang baru hanya kan menunjukan pada yang baru juga.
Seorang pria bertanya pada Imam Annury: apa dalilnya Allah? Ia Jawab:
Allah, Maka dimana fungsi akal? Ia jawab:Akal lemah, yang lemah hanya akan
menunjukan pada yang lemah juga.
Berkata Ibnu atTo': akal adalah alat ibadah bukan bukan untuk memulyakan
keTuhanan.