PENDIDIKAN PANCASILA
Oleh
Nilna Fasyya Salsabila (11151010000114)
Kesehatan Lingkungan 2015
Sejarah
Di depan gedung terdapat prasasti besar yang bertuliskan sejarah singkat mengenai
museum ini. Pada masa Hindia Belanda, gedung ini berfungsi sebagai hotel yang didirikan oleh
pengusaha Belanda, LC Schomper, dan kemudain dikenal dengan nama Hotel Schomper. Hotel
Schomper ini cukup terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang
berdiri megah dibangun khusus bagi pejabat tinggi belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi.
Pada masa pendudukan Jepang, hotel tersebut diambil alih oleh Jepang dan dikelola oleh
Jawatan Propaganda Jepang (Sendebu), kemudian diserahkan kepada para pemuda Indonesia
untuk digunakan sebagai tempat pendidikan. Di gedung ini, diadakan program pendidikan politik
pertama yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang dan bertujuan untuk mendidik pemuda
Indonesia untuk menjadi kader-kader demi kepentingan Asia Timur Raya, namun kepentingan
Jepang ini berhasil dibelokkan oleh para pemimpin Indonesia yang ditugaskan menjadi guru.
Mereka menanamkan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang murni. Pusat Pendidikan ini kemudian
dikenal dengan nama Ashrama Angkatan Baru Indonesia, dan kemudian menjadi Ashrama
Menteng 31, dan tokoh pemuda Indonesia yang berperan di era kemerdekaan itu disebut Pemoeda
Menteng 31. Pada tahun 1972, gedung ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi
Undang-Undang Monumen (Monumenten Ordonantie) 1931No. 238 dan Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta tanggal 10 Januari 1972.
Peristiwa penculikan Soekarno ke Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa paling
penting dalam penentuan kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, kalau tidak ada peristiwa ini,
proklamasi kemerdekaan tidak akan dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945. Pemoeda
Menteng 31 menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar jauh dari pengaruh
militer Jepang. Lalu mereka mendesak para Bapak Bangsa memproklamasikan kemerdekaan
sesegera mungkin. Setelah proklamasi kemerdekaan, berbagai macam aksi juga dibentuk di gedung
ini melalui Komite van Aksi yang dibentuk pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh 11 tokoh, yaitu
Sukarni, Chairul Saleh, AM. Hanafi, Wilkana, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Armunanto,
Maruto Nitimihardjo Kusnaeni, dan Djohar Nur. Berbagai aksi dari komite ini berupa mendesak
agar dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), PETA dan Heiho dijadikan Tentara
Rakyat Indonesia (TRI), pembentukan beberapa organisasi pemuda seperti Barisan Pemuda,
Barisan Buruh, dan Barisan Tani. Barisan Pemuda ini kemudian menjelma menjadi Angkatan
Pemuda Indonesia (API). Komite ini juga memprakarsai terjadinya peristiwa Rapat Raksasa Ikada
yang bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dan lepas
dari pengaruh penjajahan.
Koleksi Museum
Dalam museum ini, dipamerkan sejumlah lukisan tentang peristiwa seputar proklamasi
kemerdekaan RI dan setelah kemerdekaan RI. Terdapat replika bendera pusaka atau Sang Saka
Merah Putih yang dulu dijahit langsung oleh ibu negara pertama kita, Ibu Fatmawati, dan juga
beberapa mini diorama, seperti mini diorama yang menggambarkan suasana Gedung Menteng 31
pada masa kemerdekaan dan orasi Ir. Soekarno dalam Rapat Besar di Lapangan IKADA pada 19
September 1945. Ada pula arsip dokumentasi berupa foto-foto, majalah, dan poster-poster
propaganda Jepang, juga baju dan senjata yang digunakan gerilyawan, serta tandu yang digunakan
untuk membopong Jendral Soedirman. Terdapat pula patung dada dari para tokoh pergerakan
kemerdekaan. Koleksi lainnya yang terdapat di museum ini adalah tiga kendaraan kepresidenan
yang digunakan Presiden dan Wakil Presiden pertama RI.