Akuntansi Perbankan Syariah
Akuntansi Perbankan Syariah
AKUNTANSI PERBANKAN
OLEH
NAMA : FEBRI ARDIANSYAH
NIMA : C1C008039
DOSEN PENGASUH
PRODY AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2010
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat ALLAH SWT , yang telah menciptakan alam semesta ini dan telah
melimpahkan karunia dan rahmatNYA . Sholawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia dari alam jahiliah menuju alam yang penuh
penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan resume ini masih banyak terdapat
kekurangan, namun atas ketekunan dan bantuan dari referensi buku-buku yang ada serta bantuan dari
pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu, maka penulis menyampaikan ucapan
Demikianlah resume ini ini saya buat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
Pendahuluan
Latar Belakang
Ratusan tahun sudah ekonomi dunia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua
perjanjian di bidang ekonomi dikaitkan dengan bunga. Banyak negara yang telah dapat
mencapai kemakmurannya dengan sistem bunga ini di atas kemiskinan negara lain sehingga
terus-menerus terjadi kesenjangan. Pengalaman di bawah dominasi perekonomian dengan
sistem bunga selama ratusan tahun membuktikan ketidak mampuannya untuk menjembatani
kesenjangan ini. Di dunia, di antara negara maju dan negara berkembang kesenjangan itu
semakin lebar, sedang di dalam negara berkembang kesenjangan itupun semakin dalam.
Meskipun tidak diakui secara terus terang tetapi disadari sepenuhnya bahwa sistem
ekonomi yang berbasis kapitalis dan interest base serta menempatkan uang sebagai komoditi
yang diperdagangkan bahkan secara besar-besaran ternyata memberikan implikasi yang
serius terhadap kerusakan hubungan ekonomi yang adil dan produktif. Atorf (1999)
mengemukakan bahwa krisis nilai tukar yang terjadi pada pertengahan 1997 telah membuat
perbankan nasional mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut ditandai
dengan besarnya hutang dalam valuta asing yang melonjak, tingginya non performing loans,
dan menurunnya permodalan bank. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan suku bunga yang
meningkat tajam sejalan dengan kebijakan moneter untuk meredam gejolak nilai tukar,
sehingga banyak bank yang mengalami negative spread. Kondisi perbankan yang sangat
parah tesebut terutama sebagai akibat dari pengelolaan bank yang tidak berhati-hati. Di pihak
lain terdapat pandangan dari para ahli bahwa penerapan sistem bunga telah memperparah
terpuruknya sistem perbankan nasional. Banyaknya fakta yang menggambarkan kesenjangan
yang terjadi akibat diterapkannya sistem bunga, menjadikan kita dapat berfikir bahwa sistem
bunga yang masih berlaku saat ini harus diganti dengan sistem lain yang dapat memberikan
manfaat yang lebih baik serta mempunyai kontribusi positif guna membangun perekonomian
yang sejahtera. Salah satu sistem alternatif tersebut adalah sistem perbankan berdasarkan
prinsip bagi hasil yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Dasar pemikiran pengembangan bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah untuk
memberikan pelayanan jasa kepada sebagian masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilayani
oleh perbankan yang sudah ada, karena bank-bank tersebut menggunakan sistem bunga.
Dalam menjalankan operasinya, bank syariah tidak mengenal konsep bunga uang dan tidak
mengenal peminjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerjasama (mudharabah dan
musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sementara peminjaman uang hanya dimungkinkan
untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun. Sehingga dalam operasinya dikenal
beberapa produkbank syariah antara lain produk dengan prinsip mudharabah dan
musyarakah. Prinsip mudharabah dilakukan dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas
keuntungan yang akan diperoleh sedangkan kerugian yang timbul menjadi resiko pemilik
dana sepanjang tidak ada bukti bahwa pihak pengelola tidak melakukan kecurangan. Prinsip
musyarakah adalah perjanjian antar pihak untuk menyertakan modal dalam suatu
kegiatanekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati
(Antonio, 2004).
Perkembangan lembaga keuangan yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil tidak
terlepas dari adanya legalitas hukum dalam bentuk undang-undang perbankan no.7
tahun1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998. Undang-undang ini
mengizinkan lembaga perbankan menggunakan prinsip bagi hasil, bahkan
memungkinkanbank untuk beroperasi dengan dual system, yaitu beroperasi dengan sistem
bunga dan bagi hasil, sebagaimana dipraktekkan oleh beberapa bank di Indonesia. Selain
adanya beberapa peraturan yang telah ditetapkan untuk operasionalisasi bank syariah, saat ini
juga telah dibentuk seperangkat aturan yang mengatur tentang perlakuan akuntansi bagi
transaksi-transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah, yaitu dengan
diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tentang akuntansi
perbankan syariah.
Sebagaimana diketahui bahwa bank syariah mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun
1992 sejalan dengan diberlakukannya undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Bank syariah di Indonesia sebetulnya bisa dikatakan relatif masih baru dan sedang dalam
proses pemantapan diri terutama dalam aspek manajemen intern dan pembentukan image
kepada masyarakat. Karena keberadaannyayang masih baru ini, masyarakat secara umum
belum mengenal bank syariah dengan baik dan lengkap. Suryo (2003) mengemukakan
bahwa maraknya perbankan Islam di duniapun bukan tanpa kecaman. Justru kecaman itu
datang dari para ilmuan Islam sendiri. Mereka berpendapat bahwa bank-bank Islam dalam
menyelenggarakan transaksi-transaksi perbankan syariah justru telah melaksanakannya
bertentangan dengan kata-kata dan semangat dari ketentuan syariah. Penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan usahabank-bank Islam tersebut telah menimbulkan masalah moralitas.
Sehingga yang perlu dipertanyakan apakah penyelenggaraan kegiatan-kegiatan usaha bank-
bank Islam tersebut yang notabene bermaksud untuk menghindarkan pemungutan bunga dan
bermaksud agar para pihak memikul masalah bersama, memang telah diselenggarakan sesuai
dengan tujuan tersebut ataukah dalam pelaksanaannya ternyata hanya sekedar penggantian
istilah belaka.Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh kalangan perbankan
syariah saat ini adalah standarisasi sistem akuntansi dan audit, yang bertujuan untuk
menciptakan transparansi keuangan sekaligus memperbaiki kualitas pelayanan keuangan
kepada masyarakat. Kita mengetahui bahwa diantara kunci kesuksesan suatu bank syariah
sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial bank yang
bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian operasional bank dengan sistem syariah
Islam. Kepercayaan ini terutama kepercayaan yang diberikan oleh para depositor dan
investor, dimana keduanya termasuk stakeholder utama sistem perbankan di dunia ini.
Salah satu sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat kualitas
informasi yang diberikan kepada publik, dimana bank syariah harus mampu meyakinkan
publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan
finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam. Karena itu, membangun
sebuah sistem akuntansi dan audit yang bersifat standar merupakan sebuah keniscayaan dan
telah menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi.
Namun yang perlu kita perhatikan, terutama pada tataran operasional, sistem akuntansi
pada perbankan syariah memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan sistem akuntansi
perbankan konvensional, meski pada aspek-aspek tertentu, keduanya memiliki persamaan-
persamaan. Diantara perbedaan yang sangat prinsipil adalah larangan riba / bunga dalam
praktek perbankan syariah dan differensiasi produk perbankan syariah yang lebih variatif dan
beragam bila dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional. Sehingga konsep dan
struktur dasar investasi dan keuangan pada sistem perbankan syariah haruslah menjadi
konsideran utama didalam membangun sistem akuntansi yang kredibel.
Tujuan Umum
Untuk menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal bank, maupun
untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat Islam, maka kita perlu mendefinisikan tujuan
standarisasi akuntansi keuangan pada bank syariah. Hal ini juga sebagai upaya untuk
memberikan panduan umum didalam menentukan sejumlah pilihan berdasarkan alternatif-
alternatif yang ada. Adapun tujuan sistem akuntansi keuangan ini adalah pertama, untuk
menentukan hak dan kewajiban semua pihak yang berkepentingan, seperti para depositor dan
pemilik bank. Kemudian yang kedua adalah untuk menjamin keamanan dan keselamatan aset
bank syariah, termasuk menjamin hak bank yang bersangkutan dan hak stakeholder lainnya.
Yang ketiga, menjamin perbaikan manajemen dan kapabilitas produktif bank syariah agar
senantiasa selaras dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dan yang keempat
PEMBAHASAN
Laporan 3 terakhir adalah khas bank syariah. Laporan ini harus disajikan sesuai dengan
konsep “full disclosure” dengan menjelaskan semua jenis pembiayaan yang ada, dana atau
investasi yang diterima serta sifat, hak, periode, bagi hasil yang berkaitan dengan produk
tersebut.Laporan bank syariah harus mengungkapkan informasi umum mengenai bank
syariah dan informasi tambahan:
a) Karakteristik kegiatan bank dan jasa yang diberikan.
b) Tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah
c) Tanggungjawab bank terhadap pengelolaan zakat
d) Kebijakan akuntansi, pengakuan pendapatan, penyisihan kerugian aktiva produktif,
dan konsolidasi laporan keuangan
e) Transaksi yang dilarang syariah dan menyelesaikannya.
f) Dana yang tidak terikat
g) Aktiva produktif (jenis, sektor, jumlah, yang menyangktu hubungan istimewa,
kedudukan bank, bagi hasil, klassifikasi, penyisihan kerugian, aktiva prosuktif
bermasalah)
Kesimpulan
Dari beberapa Sudut pandang dan apabila dikaitkan dengan prinsipnya, maka Akuntansi
Perbankan Syariah dan Akuntansi Perbankan Konvensional sedikit berbeda dalam
pelaksanaannya,tujuan laporan keuangannya, prinsipnya dan juga bentuk laporan
keuangannya. Bisa berbeda dari pengakunan, pengukuran, penyajian, dan Lain – Lain.
Akuntansi Perbankan Syariah tidak mementingkan jumlah laba (profit) yang besar karena di
dalamnya adanya sistem bagi hasil. Sehingga ada pengunaan dana maupun biaya yang terjadi
dan lebih mengkaitkan adanya etika dalam dunia Perbankan Syariah.