Anda di halaman 1dari 16

A.

Katup Jantung
Katup jantung adalah struktur yang halus dan fleksibel, tersusun atas jaringan fibrosa
yang dilapisi endothelium. Katup memungkinkan aliran darah melalui jantung berjalan 1
arah. Katup membuka dan menutup secara pasif akibat perbedaan tekanan antara ruang
jantung. Katup yang lemah atau bocor tidak akan menutup sempurna sehingga disebut
regurgitasi atau insufisiensi. Katup yang kaku tidak akan dapat membuka dengan
sempurna yang disebut sebagai stenosis.
Katup jantung mempunyai 2 tipe, yaitu : atrioventrikular dan semilunar. Katup
atrioventrikel terletak diantara atrium dan ventrikel. Katup tricuspid pada sisi kanan
tersusu atas 3 daun katup. Katup mitral (bikuspid) pada sisi kiri tersusun atas 2 daun
katup. Pada ujung katup atrioventrikel, terdapat filament fibrosa atau berserat yang kuat
yang disebut korda tendinae, dan berasal dari otot papilaris pada dinding ventrikel. Otot
papilaris dan korda tendinae bekerja sama untuk mencegah katup atrioventrikel
mengalirkan darah kembali menuju atrium selama kontraksi ventrikel (sistolik).
Katup semilunaris tersusu dari 3 katup, seperti cangkir yang membuka saat kontraksi
ventrikel (sistolik) dan menutup untuk mencegah aliran darah balik saat ventrikel
relaksasi (diastolik). Tidak seperti katup atrioventrikel, katup semilunaris terbuka selama
kontraksi ventrikel. Katup semilunaris pulmonal (antar ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis) dan katup semilunaris aorta (antara ventrikel kiri dan aorta) tidak memiliki
otot papilaris.

B. Penyakit Katup Jantung


Ketika katup jantung yang secara normal memindahkan darah melalui ruangan
jantung secara efisien tidak dapat menutup atau membuka dengan sempurna, perfusi
jantung dan jaringan distal terganggu dan otot jantung mengalami kelelahan. Katup yang
mengalami stenosis dapat mengganggu aliran darah dari 1 ruang ke ruang lain berikutnya.
Suatu katup yang mengalami insufisiensi (inkompeten) dapat menyebabkan aliran darah
mengalami regurgitasi (mengalir kembali). Kejadian disfungsional katup aorta dan katup
mitral ini lebih sering dibandingkan katup trikuspidalis dan katup pulmonal. Perubahan
ini terjadi karena pada sisi kiri jantung merupakan sistem bertekanan lebih tinggi
dibandingkan tekanan pada sirkulasi pulmonal.
Penyakit katup jantung tetap ada di Amerika Serikat walaupun insidennya cenderung
menurun, seperti insiden demam reumatik. Sindrom prolapsus katup mitral merupakan
salah 1 abnormalitas jantung yang paling sering, meliputi sekitar 5% populasi dengan
kecenderungan lebih tinggi pada wanita disbanding pria.
1. Penyakit Katup Mitral
Katup mitral memisahkan atrium kiri dari ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan
masalah aliran darah akibat katup mitral memengaruhi keluaran ventrikel kiri
sehingga memengaruhi toleransi aktivitas.
a. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab utama penyakit katup mitral adalah demam reumatik. Demam
reumatik akut menyebabkan inflamasi di endocardium. Inflamasi ini
menyebabkan daun katup dan korda tendinae mengalami fibrosis. Korda tendinae
memendek yang mempersempit jalur aliran darah.
Regurgitasi mitral terjadi karena masalah daun katup, korda tendinae,
muskulus papilaris, atau lubang mitral. Penyebab utama regurgitasi mitral adalah
prolapse katup mitral, iskemia miokardial, penyakit jantung reumatik,
kardiomiopati, dan kalsifikasi pada lubang. Penyakit jantung reumatik dapat
dicegah dengan deteksi dini infeksi streptokokus beta hemolitikus (precursor
penyakit jantung reumatik).
Iskemia miokardial merupakan kelompok penyakit arteri coroner yang dapat
memengaruhi katup mitral kontraktiulitas yang dapat memengaruhi performa
katup mitral. Sebagian muskulus papilaris ada yang mendapatkan nutrisi dari
pembuluh darah coroner, sehingga ketika pembuluh darah tidak dapat
memberikan aliran darah pada miokardium, katup juga tidak mendapatkan suplai.
Prolapse katup mitral merupakan penonjolan 1 atau lebih daun katup ke dalam
ruang atrium selama sistolik ventrikel. Biasanya hal ini terjadi sebagai kelainan
primer yang tidak terkait dengan penyakit lain. Akan tetapi, hal ini dapat terjadi
pada penyakit genetic pada jaringan ikat, seperti pada sindrom Marfan dan
osteogenesis imperfekta dan terjadi setelah konsumsi obat penekan nafsu makan.
b. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit katup mitral jantung dapat terjadi secara mendadak
atau berangsur-angsur. Auskultasi dapat menunjukan pola khas murmur jantung.
Penting untuk diperhatikan bagian dada dimana murmur terdengar paling jelas dan
pada fase siklus jantung apa murmur tersebut terjadi. Meminta klien menahan
napas dapat mempermudah membedakan murmur dari suara pernapasan.
1) Stenosis Mitral
Manifestasi klinis stenosis mitral biasanya membahayakan, terjadi setelah
beberapa tahun setelah infeksi. Klien sering melaporkan penurunan toleransi
latihan fisik, dispnea, ortopnea, dan dispnea noktural paroksismal. Pada
auskultasi , suara jantung satu terdengar keras dan terdapat bunyi keras pada
waktu pembukaan yang ada dalam nada redah, murmur diastolik bergemuruh.
Bunyi yang keras pada pembukaan terdengar paling jelas pada apeks dengan
diafragma stetoskop. Murmur diastolik terdengar paling jelas pada apeks
dengan bel stetoskop saat klien berada pada posisi berbaring miring kiri.
Manifestasi gagal jantung kana juga dapat ditemukan.
Fibrilasi atrial merupakan temuan yang paling sering pada klien dengan
stenosis mitral. Selama episode fibrilasi atrial, pulsasi menjadi ireguler dan
pingsan serta tekanan darah sering turun. Hemoptisis juga sering ditemukan.
Kontraksi antrium yang tidak efektif menyebabkan terjadi stagnasi darah pada
atrium kiri dan mempermudah terjadinya thrombus mural. Thrombus ini
mudah terlepas dan lepas sebagai emboli di sepanjang sistem arterial yang
menyebabkan infark jaringan. Area ini tampak sebagai area gelap atau area
jaringan nekrotik terutama pada jari kaki yang memiliki pembuluh darah yang
kecil
2) Regulasi Mitral
Klien dengan regulasi mitral dapat tanpa gejala (asimtomatik) sampai
terjadi penurunan curah jantung. Pengurangan curah jantung pertama-tama
akan menyebabkan keletihan dan dyspnea. Manifestasi klinis berangsur-
angsur meningkatkan menjadi ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal dan
edema perifer. Manifestasi pulmonal lebih ringan jika dibandingkan stenosis
mitral karena perubahan tekanan kapiler pulmonal kurang drastis. Jika sisi
kanan jantung terpengaruh, manifestasinya akan sama dengan stenosis mitral.
Auskultasi menunjukkan murmur sistolik nada tinggi yang terdengar
seperti hembusan dan menyebar ke aksila kiiri, terdengar paling jelas pada
apeks. Suara jantung pertama dapat bekurang dan sering terdengar suara
jantung kedua yang terpecah (splitting). Regurgitasi berat dihubungkan
dengan suara jantung ketiga (S3). Tanda vital sering menunjukkan hasil
normal, kecuali jika regurgitasi mitral terjadi cukup parah. Fibrilasi atrial
sering ditentukan pada klien dengan kondisi lain, akan tetapi emboli dan
hemoptysis lebih jarang terjadi jika dibandingkan stenosis mitral.
3) Prolaps Katup Mitral
Klien dengan prolapse katup mitral sering tidak menunjukkan gejala sama
seklai. Pada klien sehat, pemeriksaan fisik dapat ditemukan murmur
regurgitasi atau suara klik pada midsistol pada pemeriksaan auskultasi.
Manifestasi dapat tidak jelas, jika terjadi dapat berupa takikardia, kepala terasa
ringan, sinkop, keletihan, kelemahan, dyspnea, rasa tidak nyaman pada dada,
kecemasan dan palpitasi yang berkaitan dengan disritmia. Morbiditas dan
mortalitas berhubungan dengan prolapse katup mitral dan secara klinis klien
tidak mengalami keterbatasan fisik.
Beragam pengkajian diagnostic digunakan untuk mendeteksi perubahan
structural atau lesi jantung. Studi ini meliputi ekokardiografi, radiografi dada,
tes atau uji stress dan kateterisasi jantung.
2. Penyakit Katup Aorta
Katup aorta merupakan matup terakhir yang harus dilaui darah sebelum memasuki
sirkulasi sistemik. Pada stenosis aorta, orifisium katup aorta menjadi lebih sempit
yang menyebabkan penurunan aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta dan sirkulasi
sistemik. Obstruksi aliran ini membuat suatu tahanan pada ejeksi dan meningkatkan
tekanan pada ventrikel kiri. Regulasi aorta (insufisiensi aorta) menyebabkan darah
yang mengalir kembali dari aorta menuju ventrikel kiri. Selama sistolik, darah yang
telah diejeksikan ke aorta masuk kembali ke ventrikel kiri. Untuk mempertahankan
tekanan normal, ventrikel kiri mengalami hipertrofi. Regurgitasi dan stenosis aorta
menambah beban kerja ventrikel kiri. Penyakit katup aorta lebih jarang dibandingkan
penyakit katup mitral tetapi sering terjadi bersama penyakit katup mitral. Dilatasi
aorta desenden atau penyakit akaraorta juga sering ditemukan.
a. Etiologi dan Faktor Risiko
Stenosis aorta dapat disebabkan oleh beberapa defek kongenital pada katup
aorta dan dua proses degenerative, (1) kalsifikasi katup pada dewasa berusia lanjut
dan (2) retraksi dan kekauan pada katup pada demam reumatik.s ejalan dengan
peningkatan usia penduduk di Amerika Serikat, insiden stenosis aorta karena
kalsifikasi semakin meningkat juga.
Regurgitasi aorta sering terjadi akibat penyakit infeksi seperti demam
reumatik, sifilis dan endokarditis infeksi. Kelainan jaringan ikat juga dapat
menyebabkan regurgitasi aorta, endokarditis bakterial atau trauma akibat benda
tajam maupun tumpul.
b. Manifestasi Klinis
1) Stenosis Aorta
Manifestasi klinis stenosis aorta cenderung terjadi secara bertahap dan
terjadi pada tahap lanjut penyakit. Biasanya terjadi suatu periode laten yang
panjang pada klien yang asimtomatik. Manifestasi mulai muncul saat terjadi
obstruksi dan peningkatan tekanan ventrikel telah mencapai tingkat kritis.
Angina pada klien dengan penyakit arteri coroner dan nyeri biasanya terjadi
karena aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Konsumsi oksigen
miokardium lebih tinggi pada klien dengan stenosis aorta karena hipertrofi
ventrikel kiri dan hal ini dapat menyebabkan angina.
Sinkop merupakan manifestasi klinis lain yang sering, juga terjadi pada
aktivitas karena curah jantung tetap pada waktu terjadi peningkatan
kebutuhan. Sinkop saat istirahat dapat terjadi karena distrimia. Dyspnea saat
aktivitas, dyspnea nocturnal paroksimal, dan edema paru.terjadi karena
peningkatan hipertensi vena pulmonalis akibat gagal ventrikel kiri. Pada
stenosis aorta berat, manifestasi tambahan dapat palpitasi, keletihan, dan
gangguan visual. Pada auskultasi, murmur sistolik dapat disertai suara jantung
dua melemah dan klik ejeksi dini. Suatu getaran (thrill) sistolik dapat terjadi
pada area aorta.
2) Regurgitasi Aorta
Klien dengan regurgitasi aorta berat dapat asimtomatik untuk waktu yang
lama. Selama periode ini, ventrikel kiri secara bertahap membesar. Klien dapat
mengeluhkan suatu keadaan yang tidak nyaman pada denyut jantung dan
palpitasi karena volume sekuncup ventrikel kiri yang membesar dengan
diastolic yang cepat. Klien juga dapat memiliki pulpasi leher yang menonjol
dan kepala yang merunduk mengikuti denyut jantung. Sinus takikardia atau
kontraksi ventrikel premature dapat menyebabkan palpitasi bertambah lebar.
Pada pemeriksaan fisik,tekanan darah sistolik yang rendah dapat
terjadikarena volume sekuncup yang besar dan penururnan tekanan darah
distolik terjadi karena regurgitasi dan distal. Pulsasi arteri carotid dapat
berlebihan. Tekanan nadi melebar dan amplitudo denyut yang teraba
meningkat, sering dikenali sebagai denyut tajam mendadak yang diikut kolaps
denyut diastolic yang cepat (Corrigan atau water hammer pulse atau denyut
seperti hantaman palu pada air). Auskultasi menunjukkan suara murmur
diastolic lembut, bernada tinggi, seperti hembusan deksresendo yang terdengar
paling jelas pada ruang interkosta dua kanan dan menyebar ke tepi sternum
kiri. Pengkajian noninvasive pada klien dengan menggunakan ekokardiografi
Doppler sebaiknya dilakukan secara berkala.
3. Penyakit Katup Trikuspidalis dan Pulmonal
Stenosis trikuspidalis atau regurgitasi aorta biasanya berkembang dari demam
reumatik atau kombinasi demam reumatik dengan gangguan structural lain pada
jantung. Oleh karena katup trikuspidalis berada pada sisi kanan jantung. Gangguan
hemodinamik utama adalah menurunnya curah jantung dan peningkatan tekanan
atrium kanan. Ketidakmampuan atrium kanan untuk memompa darah melewati katup
yang mengalami stenosis dapat menyebabkan kondisi tersebut. Dengan regurgitasi
trikuspidalis, tekanan di dalam atrium kanan juga meningkat karena regurgitasi
volume darah pada ventrikel kanan kemballi ke atrium kiri selama sistolik.
Manifestasi klinis stenosis trikuspidalis adalah dyspnea dan keletihan, pulsasi
leher dan edema perifer serta kehilangan berat badan. Pengkajian fisik menunjukkan
penonjolan pulsasi vena di leher ketika atrium berkonstraksi.

C. Perawatan Mandiri
Klien dengan penyakit katup jantung membutuhkan manajemen seumur hidup.
Dengan keinginan memahami dan menerima setiap respons klien terhadap penyakit
kronis, anda dapat membantu klien ini beradaptasi terhadap penyakit kronis, anda dapat
membantu klien ini beradaptasi terhadap perubahan gaya hidup yang sulit dan
mendapatkan rasa sehat yang positif.
Klien dapat menemukan kesulitan untuk menghadapi perubahan fisik dan psikososial
setelah pulang dari rumah sakit. Kronitas penyakit katup jantung dan komplikasi potensial
dapat menyebabkan suasana ketidakpastian, ketakutan dan frustasi. Beri waktu untuk
membantu klien mengidentifikasi orang-orang yang memberikan dukungan, kekuatan
personal, dan strategi penerimaan. Kaji bagaimana klien menangani frustasi atau
kemarahan dan aktivitas yang memberikan efek relaksasi. Identifikasi ketakutan klien dan
konsep yang tidak benar. Pada beberapa kasus, rujukan untuk melakukan konseling dapat
bermanfaat. Tekankan pada pentingnya melakukan pemantauan terhadap pemeriksaan
fisik dan intervensi.
Sebelum memulangkan klien, persiapkan detail materi pengajaran untuk klien dan
keluarganya meliputi regimen terapi, proses penyakit, faktor yang berkontribusi pada
manifestasi, dan alasan pemberian intervensi. Berikan informasi mengenai obat yang
diresepkan. Resep obat yang sering diberikan misalnya digoksin, diuretic, penyekat beta,
suplemen kalium, antikoagulan dan kadang antibiotic profilakis. Jelaskan mengenai
alasan penggunaan obat, dosis, efek samping dan pertimbangan khusus penggunaan obat
tersebut.
Tinjau latihan yang disarankan kepada klien. Klien dengan stenosis aort sering
membutuhkan pembatasan aktivitas. Klien sebaiknya mendemonstrasikan kemampuan
untuk melakukan aktivitas, mengungkapkan perbaikan pada keletihan, dan menerima
pembatasan aktivitas.

D. Manajemen Bedah
Bedah jantung, terdapat 3 tipe pembedahan jantung :
1. Prosedur reparative, membuat suatu penyembuhan atau perbaikan yang tahan lama.
Contohnya adalah penutupan duktus arteriosus paten, defek septum atrium dan defek
septum ventrikel, perbaikan stenosis mitral, perbaikan sederhana tetralogi Fallot.
2. Prosedur rekonstruktif, bersifat lebih kompleks, tidak selalu kuratif dan dapat
memerlukan operasi ulang. Contohnya adalah CABG dan rekonstruksi katup mitral,
trikuspid atau aorta yang inkompeten.
3. Prosedur subtitusional, tidak selalu kuratif karena kondisi praoperasi klien. Sebagai
contoh adalah penggantian katup, penggantian jantung dengan operasi pencangkokan,
pengganti ventrikel atau bantuan dan penggantian jantung dengan alat mekanis.
Katup dapat direkonstruksi atau digantikan. Rekonstruksi katup dapat dilakukan jika
pengkajian praoperasi mengindikasikan katup yang lunak. Jika katup tidak lunak
diperlukan penggantian katup. Indikasi penggantian katup. Indikasi penggantian katup
meliputi:
1. Klien dengan kelainan fungsi jantung progresif yang disebabkan pembentukan
jaringan parut dan penebalan katup(stenosis) atau penutupan yang tidak sempurna
(insufisiensi, regurgitasi).
2. Klien dengan pembesaran jantung bertahap dengan manifestasi penurunan aktivitas,
napas pendek dan gagal jantung.

Manajemen bedah yang bisa dilakukan antara lain :


a. Prosedur perbaikan katup
Pada klien dengan regurgitasi mitral, rekonstruksi katup atau anulopplasti dapat
dilakukan, yang dapat dilakukan, yang dapat termasuk penggunaan cincin fleksibel
yang dijahitkan kekatup untuk stabilisasi. Stenosis aorta dapat diintervensi secara
bedah dengan penggantian katup atau valvuloptasi ballon aorta. Pada prosedur
valvuloplasti suatu kateter dengan balon digunakan utuk memperbaiki daun katup
yang telah menjadi menyatu pada bagian basal/ dasarnya (atau annulus).
b. Valvuloplasti Balon
Kadang dapat dilakukan pembukaan katup tanpa jeda ke bedah jantung terbuka.
Valvuloplasti balon merupakan prosedur ketika jantung yang menyempit diregangkan.
Prosedur dilakukan dalam suatu labooratorium katerisasi jantung. Klien biasanya
terjaga tetapi diberikan anestesi local dan sedasi. Suatu kateter ditempatkan pada
selangkangan dan dijahitkan ke jantung untuk mengukur tekanan pada ruang jantung
dan untuk mengukur penyakit di dalam katup. Kateter pertama kemudian diambil, dan
kateter kedua yang mengandungkabel pemandu dijahitkan ke salah satu cabang arteri
pulmonalis.
Tujuan pemasangan kabel adalah untuk menstabilkan kateter. Balon kateter
kemudian dimasukkan ke jantung dan melalui katup yang sempit. Balon yang kemps
ditempatkan di lubang katup lalu dikembangkan berulang-ulang. Balon yang
mengembang membuka lubang katup dengan memisahkan daun katup.
Risiko utama meregangkan katup mitral adalah katup yang terlalu bocor.
Peningkatan ringan jumlah darah yang mengalami regurgitasi sering terjadi pada
prosedur ini. Pada sekitar 5% klien, katup menjadi sangat bocor dan membutuhkan
penggantian dalam 6 bulan. Pada sekitar 2% klien membutuhkan prosedur bedah
darurat pada prosedur valvuloplasti
c. Penggantian Katup
Katup jantung buatan sekarang telah mengalami perkembangan rancangan,
keamanan, fungsi dan daya tahan. Katup prostetik mekanis maupun jaringan juga
telah tersedia. Keuntungan dan kerugian dari protesis mekanis dan jaringan hamper
sama. Katup mekanis lebih tahan lama tetapi darah cenderung membeku pada katup
sehingga dibutuhkan terapi antikoagulan. Untungnya beberapa katup artificial baru
telah dapat menurunkan pembentukan trobus. Beberapa dokter merekomendasikan
katup mekanis pada klien berusia kurang dari 65 atau 70 tahun dan katup jaringan
pada klien berusia 70 tahun ke atas. Tipe katup prostesisyang akan digunakan dapat
dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan :
1) Ketahanan katup.
2) Toleransi klien pada antikoagulan.
Oleh karena itu, jika klien memiliki riwayat perdarahan pascaoperasi atau tidak patuh
pada regimen pengobatan, katup jaringan akan lebih tepat.
Katup jaringan biasanya berasal dari jaringan babi atau sapid an kadang jaringan
manusia. Katup ini tidak membutuhkan terapi antikoagulan yang akan memberikan
manfaat bagi klien berusi lanjut, wanita usia subur dank lien yang tinggal di tempat
yang sulit untuk melakukan pemantauan antikoagulan. Akan tetapi katup ini kurang
tahan lama. Katup jaringan dapat mengalami degenerasi atau klasifikasi atau
mengalami abnormalitas struktural. Tingkat kegagalan katup ini mencapai 30% dalam
10 tahun, dan angka ini cenderung terus meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Teknik penggantian katup meliputi pendekatan sternotomi. Perkembangan di
bedah katup meliputi teknik robotik dan bedah invasive minimal. Insisi penggantian
katup aorta dilakukan dengan mini-sternotomi, yakni suatu irisan dibuat dari takik
sternum ke ruang intercosta 3. Penggantian katup mitral/insisi perbaikan dilakukan
dengan cara insisi parasternal kanan dengan bagian kecil dari kartilago kosta 3 dan 4
diambil, thorakotomi terbatas atau sternotomi parsial. Teknik ini mengurangi ukuran
insisi dan lama penyembuhan. Manajemen keperawatan pada klien setelah menjalani
pembedahan jantung akan dibahas pada berikut ini.

E. Manajemen Keperawatan Sebelum Bedah Jantung


Klien dapat mengalami manifestasi klinis kardiopulmonal sepanjang waktu. Beberapa
klien akan mengalami penyakit jantung selama beberapa bulan sampai tahun. Klien lain
dapat mengalami manifestasi pertama penyakit jantung sekarang dan sedang dalam tahap
operasi.
Kaji kesiapan psikologis klien untuk pembedahan dan reaksi klien terhadap
pentingnya pembedahan jantung. Klien dapat mengalami syok dan kesedihan sebelum
operasi yang akan dilakukan. Perhatian pertama klien adalah rasa tidak berdaya dan takut
terhadap ketidakmampuan atau kematian.
Persiapan psikologi klien yang akan menjalani bedah jantung sangat penting. Banyak
rumah sakit di Amerika Serikat memberikan program edukasi praoperasi yang
mengurangi kecemasan klien dan keluarganya. Program ini meliputi penjelasan prosedur
praoperasi, intraoperasi dan pascaoperasi. Pengenalan kepada anggota tim kesehatan dan
lingkungan fasilitas kesehatan juga membantu.
Biarkan klien menyampaikan kepada Anda dengan bahasa sendiri mengenai masalah
jantung dan bedah. Luruskan apabila terdapat konsep yang salah, menggunakan gambar
dan model jantung. Klien cenderung menanyakan pertanyaan dalam jumlah yang
besarmengenai apa yang akan terjadi pada mereka diruang pemulihan pascaoperasi dan
ruang perawatan intensif.
Jelaskan bahwa mereka akan bangun dari anastesi dengan slang dada terpasang.
Diskusikan ventilator yang akan membantu pernapasan klien dalam beberapa jam sampai
24 jam. Ingatkan klien bahwa selama waktu ini mereka akan tidak mampu berbicara.
Jelaskan bahwa jalur intravena untuk menyalurkan cairan atau darah akan terpasang di
tangan, dada, atau leher dan bahwa berbagai peralatan yang diperlukan untuk memonitor
tanda vital akan diletakkan di kulit.
Jawablah pertanyaan mengenai kepentingan menggunakan produk darah. Gunakan
fakta ini untuk merespons perhatian terhadapa transfusi. Transfusi darah pascaoperasi
hanya digunakan saat diperlukan, darah ditapis/diskrining dengan berhati-hati dan
terdapat sedikit risiko penyakit yang ditularkan olegh darah.
Tekankan bahwa walaupun klien akan mengalami nyeri, nyeri akan berkurang dengan
cepat dengan obat dan tindakan pemberi rasa nyaman. Akhirnya, jelaskan kepada klien
bahwa klien akan sering dibangunkan setelah operasi untuk pengkajian keperawatan
penting dan intervensi. Berikan contoh jadwal aktivitas: tanda vital setiap 15 menit; suhu
setiap 2 jam; mengubah posisi sering dilakukan batuk, dan menarik napas dalam; darah
diambil setiap pagi untuk pemeriksaan.
Klien juga membutuhkan informasi mengenai kepindahan dari ICU dan fasilitas
perawatan kesehatan. Jelaskan rerata lama tinggal di ICU, ruang tempat klien jika sudah
pindah dari ICU, rerata lama tinggal di fasilitas perawatan kesehatan, dan diet atau
aktivitas yang diperbolehkan setelah klien pulang kerumah. Ajaklah klien berdiskusi
mengenai hal-hal yang umum. Ingatlah bahwa banyak peristiwa yang tidak dapat diamati
yang dapat sangat mempengaruhi tahap pascaoperasi.
Berikan informasi verbal dan tertulis mengenai pelayanan fasilitas perawatan
kesehatan, peraturan dan regulasi; waktu kunjung; nama petugas dan waktu tunggu (jika
perlu); dan nama perawat klinis spesialis dan profesi kesehatan lain yang dapat dihubungi
untuk mendapat informasi. Kebanyakan klien mendapatkan manfaat dengan melakukan
tur diruang pemulihan dan ICU. Jika klien secara fisik tidak mampu berpartisipasi dalam
tur, materi audiovisual juga dapat membantu.
Kenalkan klien dengan peralatan yang akan digunakan di ICU, (misalnya slang
drainase dada, alat oksigen, ventilator, monitor jantung, alat intravena). Yakinkan ulang
klien bahwa lampu dann suara bising di ICU merupakan bagian lingkungan pelayanan
kritis dan bukan merupakan indicator bahwa terdapat sesuatu yang salah.

F. Manajemen Keperawatan Pada Klien Bedah


Klien biasanya dirawat pada awalnya untuk unit perawatan intensif (intensive care
unit [ICU]). Pengkajian awal difokuskan pada tingkat kesadaran, suara paru, nadi perifer,
dan tanda vital termasuk irama jantung, curah jantung/indeks jantung, dan suhu. Klien
mendapatkan hasil tekanan darah secara kontinu melalui jalur arteri, jalur tekanan vena
sentral dan kadang kala monitor curah jantung dan tekanan arteri pulmonal. Klien tetap
mendapatkan intubasi dan ventilasi dengan respirator. Drainase slang mediastinum diukur
setiap jam; ahli bedah dapat berbeda dalam perintah mengalirkan/memerah slang karena
akan menyumbat saluran dan menyebabkan tamponade. Keluaran urine juga diukur tiap
jam. Dilakukan pemeriksaan laboratorium termasuk haemoglobin, hematokrit, angka
trombosit, glukosa darah, elektrolit, BUN, kreatinin, waktu protrombin, waktu parsial
tromboplastin, dan analisis gas darah arteri. Diperlukan juga rontgen dada untuk
memverifikasi penempatan slang endotrakeal dan mengidentifikasi abnormalitas dada
(misalnya pneumotoraks). Dalam 4 sampai 8 jam, jika hemodinamik klien stabil, saat
klien sadar dan dapat mempertahankan napa secara spontan, klien dapat diekstubasi
berdasarkan perintah dokter. Oksigen digunakan untuk mempertahankan saturasi oksigen
yang diharapkan.
Tujuan perawatan pasca bedah dalam 24 jam pertama adalah mempertahankan
tekanan darah dan curah jantung yang adekuat, mengoreksi masalah dengan koagulasi
dan kadar kalsium, dan menstabilkan volume intravascular. Obat-obatan untuk
mempertahankan curah jantung meliputi agen inotropik, kalsium, dan vasokonstriktor.
Vasodilatot dapat digunakan untuk memperbaiki aliran melalui arteri koroner dan
mengurangi tahanan/resistensi vascular perifer dan preload.
Banyak rumah sakit yang telah mengawali program penyembuhan cepat bagi klien
dengan pembedahan jantung yang akan mengurangi lama tinggal dirumah sakit sampai 4
hari. Dengan program pemulihan cepat, kebanyakan waktu pemulihan klien terjadi
dirumah, dengan klien dan keluarga sebagai penanggung jawab terutama pada aspek
perawatan,. Perencanaan pemulangan dimulai saat klien mulai masuk rumah sakit,
aktivitas meningkat selama periode pascaoperasi, dan edukasi klien beserta keluarganya
berlanjut setiap hari selama periode rawat inap.
Panduan untuk Mempersiapkan Klien yang akan Menjalani Bedah Jantung
Rencanakan pengajaran dengan baik terutama mengenai tanggal pembedahan jika
mungkin. Pada waktu pembedahan, klien sebaiknya dipersiapkan untuk melakukan hal-
hal berikut:
1. Deskripsikan prosedur bedah
a. Semua langkah, termasuk mesin jantung paru
b. Ulasan mengenai anatomi dan fisiologi jantung dan katupnya
c. Definisi singkat dari istilah yang teknis dan tidak umum
d. Lama waktu pembedahan dan waktu perkiraan kunjungan pertama oleh keluarga
e. Berikan gambar jantung dan katup yang terlibat pada kllien untuk referensi di
masa mendatang
2. Deskripsikan lingkungan ICU dan peralatan monitor
a. Monitor dan alarm jantung
b. Slang endotrakeal (ET) dan lama pemasangan ET
c. Ventilator mekanis dan alarm
d. Prosedur pengisapan
e. Jalur arterial dan balon tekanan darah otomatis
f. Pembatasan kunjungan keluarga
g. Slang dada atau slang mediastinum
h. Slang nasogastrik dan status NPO (puasa) lama
i. Kateter urin
j. Tingkat kebisingan ruang ICU
k. Jalur intravena dan cairan yang multiple
3. Deskripsikan persiapan pra operasi
a. Mandi dengan sabun antimikroba
b. Mencukur rambut dada, perut, leher, dan kelamin.
c. Pemeriksaan khusus jantung: Ekokardiogram, electrocardiogram, kateterisasi
jantung.
4. Deskripsikan pengukuran kenyamanan
a. Pengurangan nyeri
b. Latihan fisik, rentang gerak sendi, mengubah posisi.
c. Turun dari tempat tidur pada pagi hari.
d. Obat untuk tidur jika dibutuhkan

G. Katup Mekanik dan Katup Biologis


1. Katup Mekanik
Terdapat tiga desain utama dari katup mekanik, yaitu: katup caged-ball, katup
tilting disk (leaflet tunggal), dan katup bi-leaflet (Gambar 1)[1,2]. Selain ketiga jenis
katub tersebut, telah dikembangkan juga katub tri-leaflet untuk meningkatkan
ketahanan dari katub mekanik (Gambar 2) [3].

(a) (b) (c)


Gambar 1. Katup mekanik. (a) katup caged-ball, (b) leaflet tunggal, (c) katup bi-leaflet[2].

Katup mekanik terbuat dari bahan bio-compatible yang sangat kuat sehingga tahan
lama dan memiliki kapasitas fungsional jangka panjang. Pengembangan katup jantung
berhubungan dengan identifikasi dan pemanfaatan bahan yang tepat, bahan yang bio-
compatible dan blood-compatible. Kriteria bahan yang dapat digunakan untuk
membuat katub jatung mekanis, antara lain:
a. Meminimalkan trauma pada elemen darah dan struktur jaringan endotel sekitar katup
jantung.
b. Resistansi yang bagus terhadap keausan mekanis dan stuktural.
c. Meminimalkan kemungkinan terjadinya pelapisan dan deposisi trombas.
d. Tidak mengalami degradasi dalam lingkungan fisiologi.
e. Tidak menyerap konstiuen darah ataupun melepaskan zat-zat asing ke dalam darah.
f. Pemprosesan yang mudah (terutama untuk sterilisasi) dan memiliki kehalusan
permukaan yang baik.
Karena keterbatasan tersebut, sangat sedikit bahan yang dapat digunakan untuk
mendesain katup mekanik. Pemilihan bahan terkait erat dengan faktor struktural, karena
ketahanan katub terhadap kelelahan dan keausan tidak hanya tergantung pada konfigurasi
dan pembebanan, tetapi juga pada sifat dan kombinasi bahan. Bahan dengan
biokompatibilitas yang baik mungkin memiliki resistensi yang lebih rendah dan
sebaliknya bahan dengan resistansi tinggi belum tentu memiliki biokompatibilitas yang
baik.
Masalah utama dengan semua katup mekanis adalah peningkatan risiko pembekuan
darah. Ketika gumpalan darah terjadi dalam hati, ada kemungkinan kuat terjadinya
serangan jantung atau stroke. Penerima katub mekanik harus menggunakan anti-kolugan
untuk menghindari terjadinya pembekuan darah.
Pada penderita penyakit jantung dengan katup mekanik memang disarankan untuk
minum obat pengencer darah seperti warfarin atau simarc. Katup mekanik dalam jantung
merupakan salah satu resiko terjadinya penggumpalan darah sehingga obat pengencer
harus di minum dan untuk mencegah. Dan disarankan untuk control secara teratur dengan
melakukan pengecekan INR. INR berfungsi untuk mengetahui seberapa encer darah. Bila
terlalu encer mudah sekali encer terjadi pendarahan sehingga tidak ada cara lain untuk
memonitor kerja obat ini. Sebaiknya pasien jangan mengatur sendiri dosis warfarin atau
simarc karena dapat memberikan efek samping yang membahayakan . jika dosis terlalu
kecil akan terjadi pengumpalan darah dengan mudah, sedangkan jika dosis terlalu besar
akan mudah terjadi pendarahan.

H. Katup Bioprostesis Atau Biologis


Katup bioprostesis atau biologis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) katup
jaringan manusia dan (2) katup jaringan hewan. Desain katub bioprostesis sangat
menyerupai design dari katup alami. Katup bioprostesis memiliki kelebihan dibandingkan
katub mekanik, antara lain: (1) tidak membutuhkan anticolugat jangka panjang, (2)
menyerupai katup alami, (3) memiliki hemodinamik yang lebih baik, (4) tidak
menyebabkan kerusakan sel darah, dan (5) tidak memiliki masalah structural seperti katup
mekanik.
Katup jaringan hewan sering disebut sebagai heterograft atau katup xenograft. Valve
ini paling sering ditemukan dari jaringan jantung binatang pada pengolahan daging
komersial. Jaringan katup leaflet hewan diperiksa, dan jaringan leaflet yang kualitas
tertinggi kemudian diawetkan melalui pengkakuan dengan penyamakan, biasanya
mengunakan gluteraldehyde. Jaringan hewan paling umum digunakan adalah jaringan
dari katup babi, dan jaringan perikardial yang berasal dari sapi.
Pada katup babi, katup jaringan dijahit pada kawat logam stent (biasanya terbuat dari
paduan nikel-kobalt). Kawat dibengkokkan sehingga membentuk tiga garpu U. Jahitan
kain dacron berbentuk seperi rok melekat pada dasar sebuah stent kawat, dan kemudian
stent itu sendiri juga ditutupi dengan kain. Katup babi memiliki ketahanan yang baik dan
biasanya dapat bertahan selama sepuluh sampai lima belas tahun. Design katup
perikardial sapi mirip dengan design katup babi. Perbedaan utama adalah lokasi dari
sebuah silinder logam kecil yang bergabung dengan akhir stent kawat bersama-sama.
Dalam katup perikardial, silinder logam terletak di tengah salah satu loop posting stent.
Katup perikardial mempunyai hemodinamik yang sangat baik dan memiliki ketahanan
yang sama dengan seperti katup babi setelah 10 tahun. Katup babi dan katup pericardial
merupakan katup stented. Stent logam menyediakan ruang buat darah untuk mengalir.
Bentuk katup bioprostetis ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Katup bioprostesis

Penyebab paling umum dari kegagalan bioprosthesis adalah terjadinya pengkakuan


jaringan sebagai akibat terbentuknya kalsium. Kalsifikasi atau pengapuran dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah melalui katup (stenosis) atau menyebabkan
tears dalam leaflet katup. Katup bioprostesis tidak membutuhkan obat antikolugan.
Proses degradasi sangat lambat karena katub tumbuh di dalam tubuh.
Katup jantung dari bahan bioligis contohnya katup jantung dari hewan ini memiliki
keuntungan karena pasien hanya perlu menggunakan pengencer darah hanya 3 bulan
setelah operasi. Tetapi kekurangan nya hanya bertahan 7-15 tahun, sedangkan katup dari
manusia bisa bertahan lebih lama, tidak perlu pengencer darah, harus darah lebih baik dan
tidak mudah infeksi. Kekurangan dari katup ini yaitu ketersediannya yang sangat terbatas.

I. Pendidikan Kesehatan Pada Pasien dengan Katup Mekanik dan Biologis


1. Terapi Medis
a. Diuretik: Untuk mengurangi kongesti.
b. Digoksin: Meningkatkan daya kontraksi bila terdapat regurgitasi mitral, atau
mengurangi respon ventrikel pada fibrilsai atrium.
c. Antiaritmia: Jika terjadi fibrilsai atrium.
d. Terapi vasodilator: bila ada regurgitasi mitral untuk mengurangi afterload, dengan
demikian mengurangi mengurangi aliran balik dan menmabah aliran ke depan.
e. Antikoagulan: jika ada embolisasi sistemik
2. Untuk pemasangan katup mekanik, diwajibkan untuk meminum obat pengencer darah
seperti warfarin atau simarc dan disarankan untuk kontrol secara teratur dengan
melakukan pengecekan INR. Sebaiknya pasien jangan mengatur sendiri dosis
warfarin atau simarc karena dapat memberikan efek samping yang membahayakan.
Jika dosis terlalu kecil akan terjadi pengumpalan darah dengan mudah, sedangkan jika
dosis terlalu besar akan mudah terjadi pendarahan.
3. Untuk pemasangan katup biologis, diwajibkan untuk meminum obat pengencer darah
selama 3 bulan setelah dioperasi.

Anda mungkin juga menyukai