A. Definisi
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami
kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh
jantung. Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang
seharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di
bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa
melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat
beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi
memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah. Kelainan katup jantung
biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi sejak masih
dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena
kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat
menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi
kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan oeprasi pada jantung.
E. Manisfestasi Klinis
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di
dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan
tertimbun di dalam paru- paru (edema pulmoner). Penderita yang mengalami
gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak
nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga
akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga
oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi
menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi
pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi
perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa
mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur.
1. Stenosis Mitral
Sangat cepat, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal
dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk
darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung. Auskultasi : teraba getaran apex
S1 memberondong, peningkatan bunyi. Murmur :lemah, nada rendah,
rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.
2. Isufisiensi Mitral
Sangat capi, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bial
terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales. Tingkat
lanjut : edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah kanan. Auskultasi : terasa
getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur. Murmur : bernada
tinggi, menghembus, berdesis, selam systoll (pada apex) S3 nada rendah.
3. Stenosis Aorta
Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu,
paroxysm mal nokturial, edema paru-paru, rales. Tingkat lanjut: kegagalan
sebelah kanan jantung. Murmur : nada rendah, kasar seperti kerutan,
systoll(pada basis atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
4. Isufisiensi Aorta
Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew, paroxysmal
noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat lanjut: kegagalan jantung
sebelah kiri dan kanan. Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga
ke-3) murmur desakan systoll pada basis.
F. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Angina pectoris
Bedah jantung
Gagal jantung kongestif
Disritmia
Kondisi inflamasi jantung
Aspek-aspek psikososial perawatan akut
Penyakit jantung rematik
Penyakit jantung iskemik
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. EKG
3. Photo thoraks
4. CT scan : MRI, USG, EEG, ECG
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Stenosis Mitral
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan
kardiotinikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi komisurotomi untuk
membuka atau menyobek komisura katub mitral yang lengket atau
mengganti katub miral dengan katub protesa. Pada beberapa kasus dimana
pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu
menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti
transluminal perkutan untuk mengurang beberapa gejala.
b. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah
meliputi penggantian katup mitral.
c. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katub
aorta secara bedah. Terdapat risiko kematian mendadak pada pasien yang
diobati saja tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut
dapat menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak berespond terhadap
terapi medis.
d. Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang
tepat untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan
dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain. Bila pasien mengalami
d. Denyut nadi mungkin kadang tidak teratur akibat ekstra systole/ fibrilasi
atrium yang bias menutup selamaya
e. Pada pemeriksaan auskultasi : bising sepanjang fase systole
f. Pada pemeriksaan elektrokardiogram ; pembesaran atrium kiri, irama sinus
normal, fibrilasi atrium hipertropi atrium kiri
g. Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran
vertikal kiri, kongesti vaskuler paru-paru dalam berbagai derajad
3. Stenosis Mitral
a. Kelelahan sebagai akibat curah jantung yang rendah
b. Batuk darah (hemoptisis)
c. kesulitan bernafas (dispnea)
d. bentuk dan infeksi saluran nafas berulang
e. denyut nadi lemah dan sering tidak teratur
f. pada pemeriksaan auskultasi : bising usus diastolic dan bunyi jantung
pertama
g. pada pemeriksaan elektrodiagram : pembesaran atrium kiri, irama sinus
normal, hipertropi vertikal kanan
h. Pada pemeriksaan elektrokardiogram ; pembesaran atrium kiri, irama
sinus normal, fibrilasi atrium hipertropi atrium kanan
i. Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran
vertikal kanan
j. Temuan hemodinamik : peningkatan selisih tekanan pada kedua sisi katup
mitralis
4. Stenosis katup aorta
a. Dispnea
b. Tanda lain berupa pusing dan pingsan karena berkurangnya volume darah
yang mengalir ke otak
c. Angina pectoris merupakan gejala yang sering timbul karena peningkatan
kebutuhan oksigen
5. Regurgitas Aorta
a. Pasien merasakan debar jantung yang bertambah kuat
b. Tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik L. diastolic biasanya
melebar pada pasien ini
c. Sesak nafas terutama malam hari
d. Denyut nadi yang terasa di jari pada saat palpasi, terjadi secara cepat,
tajam dan tiba-tiba kolaps
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1
Pola
nafas
tidak
efektf
hiperventilasi
1. Penurunan energi/kelelahan
2. Perusakan/pelemahan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
musckloskeletal
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi neoromuskuler
Obesitas
Injuri tulang belakang
1. Respiratory : ventilation
1. Posisikan
pasien
2. Respiratory status : Airway
untuk
pathway
3. Vital sign status
memaksimalkan
Setelah di lakukan tindakan
ventilasi
keperawatan
2. Pasang mayo bila
selama..
perlu
4. Paien
menunjukan 3. Lakukan
keefektifan
pola
nafas,
tisioterapi
hasil :
a. Mendimonstrasikan
cairan
mengoptimalkan
tecekik,
irama
frekuensi
9.
keseimbangan
Monitor respirasi dan
status 02
10. bersihakn
mulut,
tanda-tanda
hipoventilasi
13. monitor
adanya
temperature, spo2)
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
14. monitor vital sign
15. informasikan
pada
pasien dan keluarga
tentang
teknik
relaksasi
16. untuk memperbaiki
pola nafas
17. ajarkan
bagaimana
batuk efektif
18. monitor pola nafas
1. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Pasang mayo
perlu
3. Lakukan
Ganguan
Pertukaran
gas 1. Respirator
status
bila
fisioterapi
Gas
perubahan
kapiler-kapiler
2
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
peningkatan ventilasi & 9. Monitor respirasi &
oksigenasi yang akeduat
status O2
pergerakan
dada,
tanda-tanda
kesemetrisan,
distress
pernafasan
c. Mendemonstrasikan
amati
penggunaan
otot
dan
dengkur
12. Monitor pada nafas :
kusmual,
hiperventilasi
batas 13. Auskultasi
normal
f. Status neurologis dalam
nafas,
suara
catat
area
penurunan/tidak
batas normal
adanya
ventilasi &
suara tambahan
14. Monitor TTV, AGD,
elekrolit
mental
15. Observasi
&
status
sianosis
khususnya membrane
mukosa
16. Jelaskan pada pasien
&
ket.
Tentang
inhalasi)
17. Auskultasi
bunyi
jantung,
irama
jumlah,
&
denyut
jantung
1.Sufcare : ADLS
2.teleransi aktivitas
3.konservasi energi
18. Observasi
setelah
dilakukan
adanya
tindakan
pembatasan
klien
keperawatan selama
dalam
melakukan
Tirah bening/imobilitas
a. Berpartisipasi
Kelemahan menyeluruh
Keseimbangan
antara
dalam
aktivitas
19. Kaji adanya
yang
factor
menyebabkan
kelelahan
20. Monitor nutrisi
&
melakukan
aktivitas
sehari-hari
adekuat
21. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
&
emosi
berlebihan
22. Monitor
secara
respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
(takikardi, distritmia,
sesak
nafas,
diaphoresis,
pucat,
perubahan
hemodinamika)
23. Monitor pola tidur &
lamanya
tidur/
istirahat pasien
24. Kolaborasi
dengan
tenaga
rehabilitas
medic
dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
25. Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
26. Bantu klien
memilih
untuk
aktivitas
kemampuan
psikologi
social
27. Bantu
&
untuk
mengidentifiksi
&
mendapatkan sumber
yang diperlu untuk
aktivitas
inginkan.
28. Bantu
yang
di
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
29. Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekeurangan
aktivitas
30. Sediakan
dalam
penguatan
diri
dan
penguatan
32. Monitor respon sisik,
emosi,
sosial
spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2005. Patiens With Cardiovascular and Hematological System
Problem. Banjarmasin
Germativum, Fahmi. 2002. Asuhan Keperawatan Kelainan Jantung.
(http://fahmifununi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-padakelainan.html diakses tanggal 16 Februari 2013)
Jackson Lee, Jackson Marilynn, 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.
Jakarta: Erlangga
Muttaqin, Arif, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Banjarmasin
&
LAPORAN PENDAHULUAN
KATUP JANTUNG
OLEH :
SARI MARYATI
15149011286