Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Pengendalian dan pencegahan dampak penanganan bahan dan limbah berbahaya dan
beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan saat ini menjadi isu strategis yang secara nasional
perlu penanganan secara terintegrasi. Untuk itu diperlukan acuan dan standarisasi prosedur
dan ketentuan baik teknis maupun administratif. Guna pengaturan pengendalian dan
pencegahan dampak bahan dan limbah berbahaya dan beracun tesebut, maka diperlukan
Program Pengawasan Bahan Berbahaya dan Beracun di Ruamah Sakit.
Program Pengawasan Bahan Berbahaya dan Beracun pada rumah sakit saat ini masih
perlu perbaikan guna mengatasi keberagaman permasalahan penanganan bahan yang
limbahnya di setiap sumbernya. Ketersediaan fasilitas yang terbatas, kemampuan sumber
daya manusia yang masih minim, penyediaan sistem penanganan yang tidak terintegrasi,
dukungan pemerintah daerah yang lemah dalam penanganannya masih menjadi kendala
nasional. Untuk itu, dalam program pengawasan bahan dan limbah berbahaya dan beracun ini
akan mengatur berbagai kegiatan pokok dan rincian kegiatan, cara melaksanakan kegiatan,
cara melaksanakan kegiatan, sasaran, jadwal pelaksanaan kegiatan, pencatatan, pelaporan dan
evaluasi kegiatan yang akan berguna sebagai acuan dalam pelaksanaan pengawasan
pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun.

1
BAB II
LATAR BELAKANG

Upaya pengurangan dampak lingkungan dan dampak kesehatan masyarakat akibat


bahan dan limbah berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi
bahan kimia, bahan kemoterapi, bahan dan limbah radioktif, gas dan uap berbahaya serta
limbah medis dan infeksius lainnya sesuai ketentuan. Saat ini telah menjadi isu global dan isu
nasional. Di Indonesia, berbagai pendekatan telah dilaksanakan baik melalui sosialisasi
kesepakatan perjanjian international, perumusan kebijakan dan strategi nasional, peningkatan
pembiayaan, pengaturan kelembagaan penyusunan sistem pengorganisasi dan tatalaksana
kerja, peningkatan peran serta masyarakat, namun dalam pelaksanannya masih menghadapi
permasalahan yang semakin komplek akibat keberagaman sudut pandang dan keterbatasan
sumber daya manusianya.
Memasuki era desentralisasi telah mendorong pemerintah daerah untuk membangun
wilayahnya dengan mengembangkan berbagai program, memasuki program pengelolaan
bahan dan limbah berbahaya dan beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk
melaksanakan program tersebut, memerlukan berbagai persiapan yang sangat tergantung dari
kemampuan penanggung jawab program tersebut pada fasilitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit dalam mengembangkan program pengelolan bahan dan limbah berbahaya dan beracun.
Untuk itu, guna pengaturan dan penyelarasan program penanganan dan pengelolaan
bahan dan limbah berbahaya dan beracun di rumah sakit, maka perlu adanya program
pengawasan bahan berbahaya dan beracun.

2
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan umum dan tujuan khusus dari program bahan berbahaya dan beracun
ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mampu memahami pelaksanaan program pengawasan bahan berbahaya dan beracun.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi dan mengendalikan secara aman bahan berbahaya dan beracun
sesuai rencananya.

3
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian pada program pengawasan bahan berbahaya dan beracun di RSU
Bangli sebagai berikut :
1. Inventarisasi Bahan Limbah Berbahaya dan Beracun
Berikut ini adalah inventarisasi bahan dan limbah berbahaya dan beracun di RSU Bangli
A. Inventarisasi bahan berbahaya dan beracun
No. Daftar Bahan B3 Bahayanya Lokasi Ketarangan
Penyipanan
I. 1. Alcohol 70%  Korosif Instalasi rawat
2. H2O2 4 %  Beracun jalan/poliklinik
3. Microshield 2 %  Mudah
(Chlorhexidine 2%) meledak
4. Povidone Iodine  Mudah
5. Steranios terbakar
6. Chlorine
7. Creolin
8. Derterjen/Sunlight
cair/Rinso bubujk/life
buoy batangan
9. Softaman
10. Handsoap-yuri
11. Clear pembersih kaca
12. Porstex
13. Pengharum ruangan-
glade
14. Baygon spray
15. Veem
16. Alkohol swab
17. Kapur barus-Bagus
18. Jely-EKG

4
19. Eugenol
20. Hillon
21. Metapasta
22. Ortho Resin
23. PPW
24. OCO
25. Pulperyl
26. QC 20
27. Rockles
28. Arseen
29. Bonding (Dentin
Adhesive)
30. CH KM
31. Cresophene
32. Dentisine (Dentin
Cinditioner)
33. CMS
34. Ething
35. Ethil Chlorida
II. 1. Alcohol  Korosif Instalasi rawat
2. H2O2 4%- Pehydrol  Beracuun inap
3. Microshield 2%  Mudah
(Chlorhexidine 2%) meledak
4. Povidone Iodin  Mudah
5. Chlorine/bayclin terbakar
6. Deterjen Rinso
7. Sunlight cair
8. Sabun mandi cair
libebuoy cair
9. Shampoo sachet cair
sunslik
10. Porstek

5
11. Baygon spray
12. Glade
13. Clear pembersih kaca
14. Borax gliserin
15. Parafin
16. Glisery huknah
17. Minyak zaitun
18. Minyak kayu putih
19. Baby oil
20. Gliserin minum-
pasien mata
21. Lysol
22. Savlon
23. Hibiscrub
24. Softaman
25. Taff
26. Veem
27. Aceton
28. Rivanol
29. Alkohol swab
30. Anios
31. Kabur barus-bagus
32. Jely – EKG
33. Yod benzene
III 1. Alkohol 70%  Korosif Instalasi
2. Anios DDSH Spray  Beracun Laboratorium
3. Aseptizyme  Mudah Patologi klinik
4. Formalin 40% meladak
5. H2O2 4%  Mudah
6. H2O2 50% terbakar
7. Softaman
8. Sufanios

6
9. Porstex
10. Detergn Rinso
11. Bactistat
12. Povidine Iodine
13. Baygon spray
14. Glade
15. Clear pembersih kaca
16. Axi
17. Alkohol swab
18. Kapur barus-bagus
19. Bayclin
20. Idol
21. Clycerin
22. Amonia
23. Butanol
24. Chloroform
25. Sulvuric acid
26. Hydrochloric acid
27. Methanol
28. Zinc Ind
29. Acid citrum
30. Ficric acxid
31. Eosin
32. Methylen Blue
33. Fuchsin
34. Safranin
35. Gemsa
36. Phenol
37. Trichloro Acetit Acid
38. Diethyl eter
39. Methanol
40. Acetic acid

7
41. Aceton
42. Ferroin indicator
43. Nitric acid
44. Propanol
IV. 1. Alcohol 96 %  Korosif Instalasi Bedah
2. Anios DDSH Spray  Beracun Sentral
3. Anios DJP  Mudah
4. Bayclin meledak
5. H2O2 4%  Mudah
6. Microshield 2 % terbakar
(Chlorhexidine 2 %)
7. Povodone Iondine
8. Softaman
9. Surfanios
10. Stabimed
11. Steranios 2%-Cidex
12. Buffer formalin
13. Savlon
14. Porstex
15. Parafin oil
16. Hidrex
17. Sunlight cair
18. Sodalime
19. Glade spray
V. 1. Alcohol 70 %  Korosif Instalasi
2. Anios DDSH Spray  Beracun Sterilisasi
3. Anios DJP  Mudah
4. Aseptizyme meledak
5. Saftaman  Mudah
6. Stabimed terbakar
7. Surfanios
8. Heqxaguard

8
9. EO (Ethyline Oxyde)
10. Alcazyme
11. Alcazyde
12. Sunlight cair
13. Rinso
14. Handsoap-yuri
15. Clear pembersi kaca
16. Porstek
17. Glade
18. Baygon
19. Parafin oil
20. Kapur barus-bagus
21. Helyzime
VI. 1. Formalin 40%  Korosif Instalasi
2. Alkohol 70%  Beracun Permulasaran
3. Clorine-baycline  Mudah Jenazah
4. Rinso detergen meledak
5. Handsoap yuri  Mudah
6. Sabun batangan terbakar
lifebuy
7. Porstek
8. Clear pembersih kaca
9. Baygon spray
VII. 1. Creolin-Axi pel  Korosif Instalasi Binatu
2. Oxygen-L 9hydrogen  Beracun
Peroxide 30%-60%)  Mudah
3. Finoseoft (NP-10, meledak
HT-21)  Mudah
4. Purity-P (Calcium terbakar
Hydro Chloride
Powder)
5. Power Clean-L

9
(Caoustic Soda,
Trilon Powder,
Enzym AR)
6. Reactifat (NP-10
watre soluble
Solvent)
7. Equel
L (Hydriflourosilic
Acid 10-30)
8. Handsoap-yuri
9. Porstex
10. Glade
11. Chlorin 10 % Bayclin
12. Bagus
13. Softaman
VIII. 1. Alcohol 96 %  Korosif IGD
2. Anios DDSH Spray  Beracun
3. Buffer formalin  Mudah
4. Chloraethil Spray meledak
5. Creolin  Mudah
6. Developer to meke- terbakar
cairan cuci film
7. Formalin tab
8. H2O2 4%
9. Hydrex
(Chlorhexidine 4%)
10. Microshield 2%
(Chlorhexidine 2%)
11. Providone Iodine
12. Sodalime
13. Softaman
14. Stabimed

10
15. Steranios
16. Surfanios
17. Rinso detergen
18. Clear
19. Porstex
20. Bayclin
21. Glade
22. Baygon spray
23. Kapur barus-bagus
24. Veem bubu
25. Hand soap Yuri
26. Extragen 2 %
27. Microshield 2%
28. Asemptan
29. Octenicept
30. Alcohol swab
31. Sunlight cair
32. Lifebuoy cair
33. Cairan fixer
34. Stela spray
IX. 1. Alkohol 70%  Korosif Rehabilitasi
2. Clorin-Bayclin  Beracun Medis
3. Porstex  Mudah
4. Sunlight cair meledak
5. Parafin oil  Mudah
6. Clear-kaca terbakar
7. Rinso detergen
8. Hansoap-yuri
9. Creolin-Axi
10. Resin
11. Khatalis
12. Thiner

11
13. Neosol
14. Lem super-lem G
15. Mercury
16. Jely-EKG
17. Glade Spray
18. Baby oil
19. Bagus kapur barus
20. Baygon spray
X. 1. Air Raksa  Korosif Instalasi
2. Alkohol 96 %  Beracun Farmasi
3. Alkohol 70%  Mudah
4. Anios DDSH Spray meledak
5. Anios DJP  Mudah
6. Aniosyme DDI terbakar
7. Aseptyzime
8. Braunoderm
9. Buffer Formalin
10. Chlorethil Spray
11. Cidex (Asetil Steril)
12. Creolin
13. Developer to Make
14. Fist Aid-
Chlorhexidine 1.5%
Ceterimide
15. Fixer Liquid to Make
16. Formalin 40%
17. Formalin Tab
18. H2O2 4 %
19. H2o2 50 %
20. Hydex
Chlorhexidine 4%
21. Meliseptol Spray

12
22. Microsield 2 %
(Chlorhexidine 2%)
23. Providone Iodine
24. Renalin 100 (col
Sterilant for Dialyzer)
25. Sodalime
26. Softaman
27. Stabimed
28. Steranios 2%
29. Surfanios
30. Clear
31. Axi
32. Glade
XI. 1. Active Clean  Korosif Instalasi Gizi
2. Pro Active  Beracun
3. Gliter  Mudah
4. Fortun meledak
5. Topas  Mudah
6. Bayclin terbakar
7. Porstex
8. Lyson
9. Baygon
10. Clorin
11. Rinso
12. Sunlight Cair
13. Clear-pembersih kaca
14. Kapur barus-bagus
15. Multi clean
XII. 1. Fixer  Korosif Instalasi
2. Developer  Beracun Radiolodi
3. Bayclin  Mudah
4. Porstex meledak

13
5. Lysol  Mudah
6. Baygon terbakar
7. Clorin
8. Rinso
9. SOS
10. Clear-pembersih kaca

B. Inventarisasi limbah berbahaya dan beracun


No. Daftar Limbah B3 Bahayanya Lokasi Keterangan
Penyimpanan
1 Olie bekas Beracun, mudah terbakar TPS limbah
B3
2 Lampu bekas Korosif, beracun, mudah TPS limbah
meledak B3
3 Baterai bekas Korosif, beracun, mudah TPS limbah
meledak B3
4 Merkuri Korosif, beracun, mudah TPS limbah
meledak B3
5 Limbah infeksius Beracun, mudah terbakar TPS limbah
B3

2. Penanganan, Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Berbahaya.


Depker RI melalui keputusan Menkes No. 453/Menkes/Per/XI/1983 telah memberi
arahan Mengenai bahan berbahaya beracun dan pengelolaannya, yang dibagi menjadi
4 (empat) klasifikasi, yaitu :

Klasifikasi I
Meliputi :
1. Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat menimbulkan
bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung, karena sangat sulit
penanganan dan pengamanannya;

14
2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
Klasifikasi II
Meliputi :
1. Bahan radiasi;
2. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
3. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50(rat) kurang
dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput lendir;
4. Bahan etilogik/biomedik;
5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 35o C;
7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
Klasifikasi III
Meliputi :
1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah meledak
karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
2. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi tidak
mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
3. Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan nyeri;
4. Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala 35o C
sampai 60o C;
5. Bahan pengoksidasi organik;
6. Bahan pengoksidasi kuat;
7. Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;
8. Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya lainnya.

Klasifikasi IV
Meliputi :
1. Bahan beracun dengna LD50 (rat) diatas 500mg/kg atau yang setara;
2. Bahan pengoksid sedang;
3. Bahan korosif sedang dan lemah;
4. Bahan yang mudah terbakar.

15
Secara umum unsur pengelolaan / manajemen B3 sama dengan unsur manajemen
seperti : Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan
(Actuating) dan Pengendalian (Controlling).
Perancanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak
sesuai dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan
bahan kimia yang berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
disisi lain yang dapat mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan.
Adapun penumpukan bahan khususnya B3 akan mengganggu dan membahayakan
lingkungan, serta dapat menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah
kadaluarsa/habis masa penggunaannya.
Pengorganisasian (Organizing) B3 meliputi pemberian wewenang dan tanggung jawab
kepada personel yang tepat baik sebagai pengelola, pemakai, maupun pengawas.
Pelaksanaan (actuating) B3 harus menggunakan prosedur dan instruksi yang telah
ditetapkan. Selain itu setiap kegiatan yang dilakukan harus ada rekaman yang
mencatat kegiatan tersebut untuk memantau status keberadaan B3, penggunaan, dan
interaksinya. Selain itu fungsi prosedur dan rekaman adalah utuk mengendalikan
kegiatan yang berakaitan denagn B3, sehinga jika terjadi sesuatu yang tidak dinginkan
akan dapat ditelururi sebab-sebab dan maupun akibat dari suatu kecelakaan.
Pengendalian (contolling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan
pada setiap unsur-usur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian
(Organizing), dan pelaksanaan (acutuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara
inspeksi dan audit terhadap dokumen dan rekaman yang ada.

2.1 Sistem Manajemen Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Perencanaan :
Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu (1 tahun) mulai dari
perencanaan pengadaan, penyimpanan/penggudangan, dan penggunaannya. Dalam
perencanaan ini meliputi identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan
perencanaan penyimpanan. B3 dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yakni
bahan berbahaya dan bahan beracun. Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia
yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi
lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi

16
lingkungannya. Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia apabila terserap dalam tubuh
melalui pernafasan, tertelan, atau kontak melalui kulit.
Secara umum bahan tersebut dapat digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
1. Bahan mudah terbakar (Flammable Substance): yaitu bahan yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Kebakaran dapat terjadi
bila ada 3 unur bertemu yaitu bahan: oksigen, dan panas.
2. Bahan mudah meledak (Explosives): yaitu bahan kimia padat, cair atau
campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan yang besar disertai suhu tinggi sehingga dapat
menimbulkan ledakan. Selain itu juga termasuk bahan yang karena struktur
kimianya tidak stabil dan reaktif sehingga mudah meledak.
3. Bahan reaktif terhadap air/asam: yaitu bahan kimia yang amat mudah bereaksi
dengan air disertai pengeluaran panas dan gas yang mudah terbakar, dan
disertai ledakan. Bahan yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam,
dimana reaksi yang terjadi adalah eksthermis dan menghasilkan gas yang
mudah terbakar, sehingga dapat menimbulkan ledakan.
4. Bahan beracun : yaitu bahan kimia yang dalam konsentrasi tertentu akan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
5. Gas bertekanan : yaitu gas yang disimpan dalam tekanan tinggi baik gas yang
ditekan, gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan
wewenang personil pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam pengorganisasian
perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang berkepentingan dengan B3
tersebut. Selain itu juga dilakukan penetapan persyaratan penyimpanan B3 dimana
setiap jenis bahan memiliki syarat penyimpanan tertentu. Persyaratan tersebut
dapat dilihat pada Tabel.

17
Syarat penyimpanan jenis bahan tertentu berdasarkan jenis/sifat syarat
penyimpanan :
Bahan beracun
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas
 Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif
 Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian pelindung, sarung tangan
dan lain-lain.
Bahan korosif
 Ruang dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan berlabel
 Terpisah dari zat beracun
 Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, kaca mata dan lain-
lain.
Bahan mudah terbakar
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/api
 Tersedia alat pemadam kebakaran
Bahan mudah meledak
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/api
Bahan Oksidator
 Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber api/panas dan dilarang merokok
 Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar
Bahan reaktif terhadap air
 Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi
 Bangunan kedap air
 Pemadam kebakaran yang tersedia tidak menggunakan air seperti CO2, Halon,
Dry Powder
Bahan reaktif terhadap asam
 Ruang dingin dan berventilasi

18
 Jauh dari sumber api dan panas
 Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak memungkinkan terbentuknya
kantong-kantong hidrogen, karena reaksi dengan asam akan terbentuk gas
hidrogen yang mudah terbakar.
Gas bertekanan
 Disimpan dalam keadaan tegak/berdiri dan terikat
 Ruang dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh ari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup

Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan


kimia berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari
bahan-bahan yang disimpan. Interaksi dapat berupa tiga hal yaitu :
1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya
Contoh : panas/percikan api yang dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan
terutama untuk zat yang mudah terbakar dan mudah meledak seperti pelarut
organik dan peroksida.
2. Interaksi antara bahan dan wadah.
Contoh : Berapa bahan kimia yang akam korosif, seperti asam sulfat, asam
khlorida, natrium hidroksida, dapat merusak wadahnya. Kerusakan ini
menyebabkan interaksi antara bahan sehingga menimbulkan reaksi-reaksi
berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau menimbulkan racun.
3. Interakssi antar bahan.
Contoh: Interaksi antara zat oksidatordan reduktor dapat menimbulkan ledakan
dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan garam dapat menimbulkan
gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan yang mungkin bereaksi harus
dipisahkan dalam penyimpanannya.

Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan),
pemakaian dan pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Prosedur harus digunakan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan

19
penggunaan B3 oleh semua personil, baik sebagai pengelola, pemakai maupun
pengawas. Prosedur yang telah ditetapkan harus telah teruji dan mengacu pada
informasi yang telah ada pada setiap bahan kimia. Informasi ini biasanya
tercantum pada label yang menjelaskan 4 hal terpenting, yaitu :
a. Nama bahan dan formula
b. Bentuk fisik yakni gas, cair, atau padat
c. Sifat fisik, yakni titik didih, titik lebur, berat jenis, tekanan uap, dan lain-lain
d. Sifat kimia dan bahaya yakni korosif, mudah terbakar, beracun dan lain-lain.
Untuk tujuan praktis, maka bahan-bahan kimia berbahaya dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :
a. Bahan beracun dan korosif
b. Bahan mudah terbakar
c. Bahan kimia reaktif

2.2 Jenis Bahan dan Penanganan


Bahan Beracun & Korosif
 Pencampuran, pengadukan, pemanasan dan pemindahan dilakukan dalam
ruang khusus atau almari asam.
 Menggunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan & respirator yang
sesuai dengan bahan yang ditangani, pelindung badan/jas lab dll. Alat ini harus
terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosif dan mempuanyai daya lindung
terhadap bahan yang ditangani.
 Tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam ruang kerja.
 Ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi udara yang baik.
Bahan Mudah Terbakar
 Menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara, loncatan api listrik, logam
panas dan tidak diperkenankan merokok.
 Ruang kerja mempunyai sirkusi dan ventilasi udara yang baik serta tersedia
alat pemadam kebakaran.
Bahan reaktif
 Hindari dari sumber panas dan matahari
 Hindari pengadukan yang menimbulkan panas

20
 Hindari dari benturan dan gesekan yang kuat
 Untuk zat reakif thd air harus disimpan ditempat yang kering, hindarkan dari
uap air dan air. Jika terjadi kebakaran gunakan alat pemadam, bukan air.

Pengadaan B3 perlu perencanaan yang baik dan benar untuk menghindari


penumpukan dan penggunaan yang tidak benar yang berpotensi untuk terjadinya
kecelakaan. Pengadaan B3 harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan, selain itu harus memperhatikan stok yang masih ada.
Untuk itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol dalam menyusun
rencana kebutuhan bahan kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada.
Selain itu juga dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang akan diadalah sehingga
dalam pengelolaan maupun penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang telah
ditentukan.
Prinsip utama dalam menangani bahan-bahan berbahaya tersebut adalah
mendapat informasi sebanyak mungkin terlebih dahulu sebelum menanganinya.
Tidaklah mungkin dapat mengenal cara penanganan dari semua jenis bahan kimia,
bukan saja tidak praktis tetapi masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Cara
penanganan yang tepat untuk setiap bahan kimia, hanya dapat diperoleh dari
pabrik atau pemasok yang memang telah berpengalaman dengan bahan tersebut.
Informasi spesifiaksi bahan juga dapat dilihat melelui Material Safety Data Sheet
(MSDS) Dalam MSDS terdapat keterangan mengenai suatu bahan yaitu identitas,
sifat, penanganan dan lain-lain yang berkaitan dengan keselamatan. Untuk itu
sebelum bahan kimia tersebut diterima, disimpan dan digunakan, maka keterangan
yang ada dalam MSDS tersebut harus dipahami. Menangani bahan berbahaya
tanpa mengetahui informasi tersebut di atas dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
dan sakit akibat kerja.

3. Pelaporan dan Investigasi Dari Tumpahan, Paparan (exposure) dan Insiden


Lainnya.
Pelaporan jika terjadi tumpahan, paparan dan insiden lainnya dilakukan oleh penanggung
jawab ruangan tempat terjadinya insiden tersebut. Selanjutnya dilakukan penanganan yang
benar terhadap kejadian tersebut oleh petugas yang melatih menangani kasus terjadinya

21
tumpahan, paparan dan insiden lainnya dari bahan dan limbah berbahaya dan beracun.
Dan, investigasi atas kejadian tersebut di atas dilakukan oleh tim managemen risiko.

4. Pembuangan Limbah Berbahaya dan Beracun Yang Benar.


A. Pendahuluan
Pengelolaan limbah adalah rangkaian kegiatan mengelola limbah yang dimulai
dari tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan, pengolahan ini
dimaksud agar limbah tidak mencemari lingkungan.
Limah rumah akit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk pada, cair dan gas.
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah pada medis dan
limbah padat non medis.
Limbah padat medis adalah limbah pada yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
Limbah beracun dan berbahaya adalah limbah yang komposisinya memiliki sifat
berbahaya dan beracun seperti bahan kimia berbahaya, Mercuri, Kadmium dan Logam
berat tinggi, termasuk di dalamnya limbah padat medis.

B. Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun


Pewadahan
Pada tahap pewadahan dilakukan pemilahan antara limbah pada medis yang jarum
dan non jarum. Pewadahan limbah jarum dan syringes harus dipisahkan dan
dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.
Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Pewadahan limbah non
jarum (seperti kasa bekas luka) menggunakan bak sampah yang dialasi dengan
kantong plastik warna kuning. Penempatan wadah limbah pada medis ini diletakkan di
ruang tindakan dan troli obat.

22
Untuk limbah yang mengandung merkuri seperti lampu, baterai, aki, terometer
dan tensimeter serta limbah yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti oli
bekas pewadahannya diletakkan pada tempat penampungan sementara limbah bahan
beracun dan berbahaya. Kegiatan pada tahap pewadahan in yang dilakukan adalah
peamantauan terhadap proses pewadahan apakah suadah sesuai dengan jenis
limbahnya atau tidak.

Pengumpulan dan Pengangkutan


Kegiatan pengumpulan pengangkutan untuk limbah pada medis dilakukan secara
bersamaan, artinya, pada saat limbah padat medis sudah terkumpul banyak di masing-
masing ruangan (3/4 dari volume bak sampah sudah terisi) maka petugas kebersihan
ruangan tersebut langsung mengangkutnya ke tempat pengolahan limbah pada medis
(ruang incinerator). Pengangkutan dalam sehari bisa dilakukan samapai 2-3 kali.
Sedangkan, kegiatan pengumpulan dan pengangkutan untuk limbah yang
mengandung merkuri seperti lampu, baterai, aki, termometer dan tensimeter serta
limbah yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti oli bekas dilakukan pada saat
limbah tersebut dihasilkan.
Limbah-limbah yang telah dikumpulkan dan diangkut tersebut dicatat dalam buku
penerimaan limbah beracun dan berbahaya yang ada di ruang incinerator dan tempat
penampungan sementara limbah bahan beracun.

Pengolahan
Kegiatan pengolahan limbah padat medis dilakukan dengan menggunakan
incenerator. Incenerator adalah mesin pengolah limbah medis padat menjadi abu.
Apabila mesin incinerator tidak berfungsi pengolahannya diserahkan kepada pihak ke
tiga sesuai dengan perjanjian kerjasama.
Sedangkan untuk pengolahan limbah beracun dan berbahaya yang mengandung
merkuri seperti lampu, baterai, aki, termometer, dan tensimter serta limbah yang
mengandung bahan kimia berbahaya seperti oli bekas diserahkan pada pihak ketiga
yang telah memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan ikatan
perjanjian kerjasama.

23
5. Peralatan dan Prosedur Perlindugnan Yang Benar Pada Saat Penggunaan, Ada
Tumpahan (spill) Atau Paparan (exposure)
A. Peralatan
Berapa peralatan yang diperlukan antara lain :
 Pakaian pelindung
 Sepatu boot
 Sarung tangan
 Masker
 Tissue
 Plastik zip lock
 Stiker label
 Spons
 Senter
 Pipet tetes
 Bubuk belerang
 Selotip
 Kantong plastik
B. Prosedur
Prosedur perlindungan yang bebar pada saat penggunaan ada tumpahan atau paparan
dicontohkan jika terjadi tumpahan merkuri, yaitu :
1. Lepaskan segala jenis perhiasan dari tangan maupun pergelangan tangan agar
merkuri tidak berikatan dengan logam mulai. Ganti pakian dan sepatu dengan yang
mudah dibuang apabila terjadi kontaminasi.
2. Pindahkan orang-orang dari sekitar area yang dibersihkan. Tutup pintu sekitar area
dimana terjadi tumpahan dan matikan sistem ventilasi dalam ruangan untuk
menghindari penyebaran uap merkuri.
3. Merkuri dapat dibersihkan dengan mudah, seperti di atas permukaan kayu,
linoleum, ubin, dan permukaan jenis lainnya, jika tumpahan terjadi di karpet, tirai,
kain pelapis, atau permukaan sejenisnya, barang-barang yang terkontaminasi harus
dibuang sesuai dengan cara pembuangan yang diuraikan di bawah ini
4. Pakai sarung tangan
5. Ambillah dengan hati-hati jika terdapat pecahan kaca atau benda tajam

24
6. Tempatkan semua pecahan pada tissue tebal (paper towels). Lipat dan masukkan
ke dalam plastik Zip lock. Amankan dan beri label
7. Gunakan alat pembersih spons karet untuk mengumpulkan merkuri. Sapukan
dengan segera secara peralahan agar merkuri tidak menyebar, ambil senter, carilah
tumpahan merkuri di tempat atau sudut yang agak gelap dan mungkin menempel
di permukaan lainnya.
Catatan : Mercuri dapat bergerak dengan tidak dapat diperkirakan pada permukaan
yang keras dan datar, jadi carilah dengan seksama
8. Gunakan alat tetes (dropper) untuk mengumpulkan merkuri. Tempatkan merkuri
pada tissue tebal basah secara perlahan dan hati-hati, kemudian masukkan ke
dalam plastik zip lock di amankan, serta beri label.
9. Setelah menyingkirkan tumpahan merkuri yang lebih besar, sebarkan bubuk
belerang secara perlahan di sekitar daearh tumpahan untuk mengambil tumpahan
yang lebih kecil dan sulit terlihat. Setelah 30 detik – 1 menit gunakan selotip untuk
mengumpulkan dengan menempelkan bubuk belerang yang telah disebarkan.
10. BUBUK BELERANG diguanakn untuk menyerap merkuri yang untuk dilihat
karena terdapat perubahan warna dari kuning ke coklat dan mengikat setiap uap
merkuri yang hilang.
Catatan : Ketika menggunakan bubuk belerang, usahakan untuk tidak bernafas
kerena dapat cukup beracun
11. Tempatkan semua perlengkapan pembersih, termasuk sarung tangan ke dalam
plastik sampah. Masukkan semua barang-barang dalam wadah plastik zip lock ke
kantong plastik sampah. Amankan dan beri label.
12. Jangan lupa untuk menjaga area dengan ventilasi dengan baik, minamil 24 jam
setelah dibersihkan. Semua sampah dalam kantong plastik harus disimpan dan
ditampung di tempat yang aman.

6. Pendokumentasian, Meliputi Setiap Izin dan Perizinan/Lesensi Atau Ketentuan


Persyaratan Lainnya.
Pedokumentasian perizinan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun yang
harus dimiliki sesuai dengan persyaratan yang berlaku diantaranya :
a. Izin tempat penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun

25
b. Izin incinerator
c. Izin Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

26
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Berikut ini cara melakukan kegiatan program pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan
beracun di RSU Bangli:
No. Jenis Kegaitan Metode Pelaksanaan Keterangan
1 Inventarisasi Bahan dan Melakukan pendataan bahan dan Berkoordinasi
Limbah Berbahaya dan limbah berbahaya dan beracun dengan untit terkait
Beracun yang ada di setiap rungan/unit.
2 Penanganan, Penyimpanan Melakukan penanganan, Berkoordinasi
dan Penggunaan Bahan penyimpanan dan penggunaan dengan untit terkait
Berbahaya bahan berbahaya yang tepat dan
aman
3 Pelaporan dan Investigasi Melaporkan dan penginvestigasi Berkoordinasi
Dari Tumpahan, Paparan jika terjadi tumpahan, paparan dengan untit terkait
(exposure) dan Insiden dan insiden lainnya.
Lainnya.
4 Pembuangan Limbah Melakukan pengawasan pada Berkoordinasi
Berbahaya dan Beracun kegiatan pewadahan, dengan untit terkait
Yang Benar pengumpulan, penguatan dan
pengolahan limbah padat agar
sesuai dengan standart.
5 Peralatan dan Prosedur Melakukan penanganan yang Berkoordinasi
Perlindungan Yang Benar benar pada saat penggunaan dengan untit terkait
Pada Saat Penggunan, Ada bahan dan limbah berbahaya
Tumpahan (spill) Atau dan beracun teradi tumpahan.
Paparan (exposure).
6 Pendokumentasian, Melangkapi ketentuan Berkoordinasi
Meliputi Setiap Izin dan persyaratan yang diperlukan dengan untit terkait
Perizinan/Lesensi Atau untuk pengelolaan bahan dan
Ketentuan Persyaratan limbah berbahaya dan beracun
Lainnya. agar izin bisa diperoleh.

27
BAB VI
SASARAN

Berikut ini sasaran kegiatan program pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun di
RSU Bangli:
No. Jenis Kegiatan Sasaran % Penanggung Jawab Keterangan
1 Inventarisasi Bahan 100 % - Direktur Diperoleh data B3
dan Limbah Berbahaya - Wakil direktur yang lengkap dan
dan Beracun - K3RS terbaru
- Farmasi
- Rumah tangga
- IPSRS
2 Penanganan, 100 % - Direktur Peroleh yang terpat
Penyimpanan dan - Wakil direktur terhadap B3
Penggunaan Bahan - K3RS tersebut.
Berbahaya - Farmasi
- Rumah tangga
3 Pelaporan Investigasi 0% - Direktur
Dari Tumpahan, - Wakil Direktur
Paparan (exposure) dan - Kepala ruangan
Insiden Lainnya - PMKP
- K3RS
- Komite PPI
- Rumah tangga
- IPSRS
4 Pembuangan Limbah 100 % - Direktur Limbah B3 terolah
Berbahaya dan Beracun - Wakil direktur
Yang Benar - K3RS
- Komite PPI
- Rumah tangga
5 Peralatan dan Prosedur 100 % - Direktur
Perlindungan Yang - Wakil direktur

28
Benar Pada Saat - Komite PPI
Penggunaan Ada - Rumah tangga
Tumpahan (spill) Atau - IPSRS
Paparan (exposure)
6 Pendokumentasian, 100 % - Direktur Diperoleh izin
Meliputi Setiap Izin - Wakil direktur
dan Perizinan/Lisensi - IPSRS
Atau Ketentuan - Rumah tangga
Persyaratan Lainnya.

29
BAB VII
JADWAL PELAKSANAN KEGIATAN

Berikut ini jadwal pelaksanaan kegiatan program pengelolaan bahan dan limbah berbahaya
dan beracun di RSU Bangli:
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inventarisasi Bahan dan Limbah
Berbahaya dan Beracun
2 Penanganan, Penyimpanan dan
Penggunaan Bahan Berbahaya
3 Pelaporan Investigasi Dari
Tumpahan, Paparan (exposure)
dan Insiden Lainnya
4 Pembuangan Limbah Berbahaya
dan Beracun Yang Benar

5 Peralatan dan Prosedur


Perlindungan Yang Benar Pada
Saat Penggunaan Ada Tumpahan
(spill) Atau Paparan (exposure)
6 Pendokumentasian, Meliputi
Setiap Izin dan Perizinan/Lisensi
Atau Ketentuan Persyaratan
Lainnya.
7 Rapat :
 Bulanan
 Triwulan
 Tahuan * (tahun
berikutnya)
8 Pembuatan laporan :

30
 Triwulan
 Tahuan * (tahun
berikutnya)
9 Rapat tinjauan manajemen
10 Tindak lanjut rekomendasi
11 Pembuatan laporan tindak lanjut

Keterangan :
*) Rapat dan laporan tahunan dilaksanakan dan dibuat pada bulan Januari dan tahun
berikutnya

31
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA

A. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Data hasil pemantauan yang ditulis pada Form pencatatan log book limbah B3
dilaporakan kepada Direktorat Penunjang dan Pengembangan SDM.
Hasil pemantauan dikumpulkan oleh setiap instalasi dan unit kerja. Data yang
dikumpulkan masih berupa data mentah yang belum diolah dan dikumpulkan dalam
bentuk form sehingga memudahkan untuk mengimput dan mengolah menjadi
informasi yang beguna.1.
Berikut ini dijabarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam bentuk tabel.
a. Evaluasi Semester I
Tahun 2015
NO Kegiatan Evaluasi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Inventarisasi Bahan
dan Limbah
1
Berbahaya dan
Beracun
Penanganan,
Penyimpanan dan
2
Penggunaan Bahan
Berbahaya
Pelaporan Investigasi
Dari Tumpahan,
3
Paparan (exposure)
dan Insiden Lainnya
Pembuangan Limbah
Berbahaya dan
4
Beracun Yang Benar

5 Peralatan dan

32
Tahun 2015
NO Kegiatan Evaluasi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Prosedur
Perlindungan Yang
Benar Pada Saat
Penggunaan Ada
Tumpahan (spill)
Atau Paparan
(exposure)
Pendokumentasian,
Meliputi Setiap Izin
6 dan Perizinan/Lisensi
Atau Ketentuan
Persyaratan Lainnya.
7 Rapat :
8  Bulanan
9  Triwulan
 Tahuan *
(tahun
berikutnya)
10 Pembuatan laporan :
 Triwulan
 Tahuan *
(tahun
berikutnya)
Rapat tinjauan
11
manajemen
Tindak lanjut
12
rekomendasi
Pembuatan laporan
13
tindak lanjut

33
b. Evaluasi Semester II
Tahun 2015
NO Kegiatan Evaluasi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Inventarisasi Bahan
dan Limbah
1
Berbahaya dan
Beracun
Penanganan,
Penyimpanan dan
2
Penggunaan Bahan
Berbahaya
Pelaporan
Investigasi Dari
3 Tumpahan, Paparan
(exposure) dan
Insiden Lainnya
Pembuangan
Limbah Berbahaya
4 dan Beracun Yang
Benar

Peralatan dan
Prosedur
Perlindungan Yang
Benar Pada Saat
5
Penggunaan Ada
Tumpahan (spill)
Atau Paparan
(exposure)

34
Pendokumentasian,
Meliputi Setiap Izin
dan
6
Perizinan/Lisensi
Atau Ketentuan
Persyaratan Lainnya.
7 Rapat :
8  Bulanan
9  Triwulan
 Tahuan *
(tahun
berikutnya)
10 Pembuatan laporan :
 Triwulan
 Tahuan *
(tahun
berikutnya)
Rapat tinjauan
11
manajemen
Tindak lanjut
12
rekomendasi
Pembuatan laporan
13
tindak lanjut
Keterangan: *) rapat tahunan dilaksnakan bulan Januari tahun 2015

2. Pelaporan Kegitan
Hasil pengolahan dan analisa data dituangkan dalam bentuk laporan yang
kemudian alan dilaporkan kepada Direksi setiap tiga bulan sekali dalam Rapat
Evaluasi Triwulan. Disamping itu evaluasi tahunan juga dilakukan guna merangkum
hasil pencapaian semua instalasi dan unit kerja selama setahun. Evalusi tahunan
menghasilkan laporan tahunan yang dilaporkan kepada Direksi dalam Rapat Direksi.

35
Rapat Evaluasi Triwulan dan Tahunan akan menghasilkan rekomendasi-
rekomendasi yang harus dilakukan oleh instalasi dan unit kerja. Rekomendasi yang
dihasilkan merupakan cara atau sarana untuk melakukan perbaikan dan pengembangan
kualitas pelayanan. Selanjutnya UPM akan memantau pelaksanaan rekomendasi
tersebut dan melaporkan kembali kepada direksi.

B. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


1. Penatataan Pelaksanaan Kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan
beracun menggunakan formulir pencatatan sebagai berikut :
a. Form. Pencatatan Limbah B3
b. Form. Monitoring Bahan B3
2. Pelaporan Hasil Kegiatan
Waktu
No Jenis Laporan Sumber Data Tujuan Laporan
Pelaporan
- Form. Pencatatan
Laporan Pencatatan
1 limbah B3
Limbah B3 dan 3 Bulanan Direktur RS
- Form. Monitoring
Monitoring Bahan B3
bahan B3
- Form. Pencatatan
2 limbah B3
Laporan Triwulan 3 bulanan Direktur RS
- Form. Monitoring
bahan B3
- Form. Pencatatan - Direktur RS
3 limbah B3 - Dewan
Laporan Tahunan Tahunan
- Form. Monitoring Pengawas
bahan B3
- Direktur RS
- Dewan
4 Laporan Tindak
Tahunan - Laporan tahunan Pengawas
Lanjut
- Unit/Instalasi
Terkait

36
3. Evaluasi Program
Evaluasi program dibuat dalam bentuk pelaporan setiap tahun yang diserahkan
kepada Direktur RSU Bangli.

Berikutini jadwal evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporannya program pengelolaan


bahan dan limbah berbahaya dan beracun di RSU Bangli.
Bulan evaluasi & pelaporan
NO Jenis Kegiatan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inventarisasi Bahan Setiap
dan Limbah tahun
Berbahaya dan
Beracun
2 Penanganan, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap
Penyimpanan dan tahun
Penggunaan Bahan
Berbahaya
3 Pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap
Investigasi Dari tahun
Tumpahan, Paparan
(exposure) dan
Insiden Lainnya
4 Pembuangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Setiap
Limbah Berbahaya tahun
dan Beracun Yang
Benar

5 Peralatan dan - - - - - - - - - - - - Insenti


Prosedur l
Perlindungan Yang
Benar Pada Saat
Penggunaan Ada
Tumpahan (spill)

37
Atau Paparan
(exposure)
6 Pendokumentasian, √ Setiap
Meliputi Setiap Izin bulan
dan
Perizinan/Lisensi
Atau Ketentuan
Persyaratan
Lainnya.

38
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan program pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya dan beracun sebagai berikut :
Jenis
No Uraian Laporan Frekuensi Ditujukan Kepada Keterangan
Laporan
1. Laporan Penanganan, 12 kali - Direktur
Bulanan Penyimpanan dan - Wakil direktur
Penggunaan Bahan - Atasan langsung
Berbahaya
Pelaporan 12 Kali - Direktur
Investigasi Dari - Wakil direktur
Tumpahan, Paparan - Atasan langsung
(exposure) dan
Insiden Lainnya
Pembuangan 12 Kali - Direktur
Limbah Berbahaya - Wakil direktur
dan Beracun Yang - Atasan langsung
Benar
2. Laporan Inventarisasi Bahan 1 Kali - Direktur
Tahunan dan Limbah - Wakil direktur
Berbahaya dan - Atasan langsung
Beracun
Pendokumentasian, 1 Kali - Direktur
Meliputi Setiap Izin - Wakil direktur
dan - Atasan langsung
Perizinan/Lisensi
Atau Ketentuan
Persyaratan
Lainnya.
3. Laporan Peralatan dan - Direktur

39
insidentil Prosedur - Wakil direktur
Perlindungan Yang - Atasan langsung
Benar Pada Saat
Penggunaan Ada
Tumpahan (spill)
Atau Paparan
(exposure)

40
BAB X
PENUTUP

Upaya pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun di Rumah Sakit tidak bisa
diwujudkan hanya dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan saja, akan tetapi dibutuhkan
upaya peningkatan sistem dan pemikiran yang holistik. Upaya pengelolan bahan dan limbah
berbahaya dan beracun dilakukan di semua unit pelayanan, baik pada unit medik, pelayanan,
penunjang medik, maupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen melalui program
pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun.

41
MONITORING
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENYIMPANAN PENANGANAN PELABELAN


NO. TANGGAL RUANGAN KETERANGAN
TEPAT LUPUT TEPAT LUPUT TEPAT LUPUT

42
PENCATATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 (LOG BOOK)
LEMBAR KEGIATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RSU BANGLI

MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS SISA


No. Jenis Tanggal Sumber Jumlah Maksimal Tanggal Jumlah Tujuan Bukti Sisa LB3
Limbah B3 Masuk Limbah Limbah Penyimpanan Keluar Limbah Penyerahan Nomor Yang
Masuk Limbah B3 B3 s/d tanggal : Limbah B3 Dokumen Ada di
B3 Masuk (t=0 + 90 hr, TPS (Kg)
180 hr)
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

JUMLAH

Mengetahui Bangli, ……………….


Kepala IPSRS Sanitarian

( ____________________________) (____________________________)
NIP.: ……………………………… NIP.: ………………………………
43

Anda mungkin juga menyukai